PENDAHULUAN
tidak
mempengaruhi
kehamilan
dan
kehamilan
tidak
BAB II
TUBERKULOSIS PARU PADA KEHAMILAN
Masa tunas berkisar antara 4-12 minggu. Masa penularan terus berlangsung
selamasputum BTA penderita positif.5
II. KLASIFIKASI
Bedasarkan sistem lama, klasifikasi tuberkulosis terbagi menjadi:5
1. tuberkulosis primer dan post primer
2. tuberkulosis paru aktif dan non aktif
- tuberkulosis minimal, yaitu terdapat sebagian kecil infiltrat non kavitas pada
satu atau dua paru, tetapi tidak melebihi daerah yang dibatasi oleh ICS II.
- moderately advanced TB, yaitu kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm,
dengan infiltrat tidak lebih dari satu lobus paru.
- Far advanced TB, yaitu terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi moderately
advanced TB.
III.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk diagnosa pasti. Pada awal
tuberkulosis jumlah leukosit akan sedikit meninggi dengan pergeseran ke kiri. Laju
endap darah mulai meningkat. Pemeriksaan sputum penting karena dengan
ditemukannya kuman BTA diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Di samping
itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang
sudah diberikan. Tetapi kadang tidak mudah mendapatkan sputum terutama pada
penderita yang tidak batuk, atau ada batuk tetapi non produktif. Dalam hal ini 1 hari
sebelum pemeriksaan sputum penderita disuruh minum air sebanyak 2 liter dan
diajarkan melakukan refleksi batuk. Dapat juga dengan memberikan obat mukolitik
ekspektoran atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik selama 20-30 menit.5
Bila sputum didapat kadang kuman BTA susah ditemukan. Kuman baru dapat
ditemukan bila bronkus yang terlibat proses ini terbuka keluar, sehingga sputum yang
mengandung kuman BTA mudah keluar. Kriteria sputum BTA positif adalah bila
ditemukan sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan.5
IV. TES TUBERKULIN
Alasan alternatif dilakukan tes tuberkulin adalah untuk wanita hamil dengan
resiko tinggi, dan lebih baik digunakan PPD (purified protein derivative) berkekuatan 5
TU (intermediate strength) yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin 5 TU
intrakutan.5,6,7
Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit yakni reaksi persenyawaan antara antibodi
seluler dan antigen tuberkulin. Banyak sedikitnya reaksi persenyawaan antibodi seluler
dan antigen tuberkulin dipengaruhi oleh antibodi humoral, pada ibu hamil makin besar
pengaruh antibodi humoral, makin kecil indurasi yang ditimbulkan.6,7
Biasanya hampir seluruh penderita tuberkulosis memberikan hasil mantoux yang
positif (99,8%). Sisa dari tes ini dapat positif seumur hidup pada 96-97% pasien.
Kelemahan tes ini juga terdapat positif palsu yakni pada pemberian BCG atau terinfeksi
Mycobacterium lain.6,7
V. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Pemeriksaan radiologis foto thorax tidak dilakukan secara rutin pada kehamilan
karena sangat beresiko terhadap janin. Dengan pelindung, pemeriksaan radiologis dapat
dilakukan pada penderita yang tes tuberkulinnya positif menyusul setelah tes awal
negatif dan pada penderita dengan riwayat dan pemeriksaan fisik yang mengarah ke
arah tuberkulosis walaupun tes tuberkulin awal negatif.6,8
VI. MANIFESTASI KLINIS 8
a. Demam.
Demam biasanya subfebril menyerupai influenza, tapi kadang dapat mencapai
40-41oC. Serangan demam dapat sembuh, dan biasanya dipengaruhi oleh daya
tahan tubuh, berat ringan infeksi, dan jumlah kuman yang masuk.
b. Batuk.
Gejala ini banyak ditemukan, yang dsebkan karena iritasi pada bronkus. Batuk
ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk mulamula kering dan setelah timbul peradangan menjadi produktif, pada keadaan
lanjut akan timbul batuk darah karena pecahnya pembuluh darah.
c. Sesak nafas.
Sesak ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah
setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri dada.
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.
e.
Malaise.
tuberkulosis paru kira-kira 5-10 % tidak ada perbedaan antara mereka yang hamil
maupun tidak hamil.6.9.10
B. Pengaruh Tuberkulosis pada Kehamilan
Pengaruh tuberkulosis aktif pada kehamilan tidak jelas kecuali pada negara
berkembang. Tentunya dengan adanya obat anti tuberkulosis mengurangai pengaruh
buruk dari beratnya penyakit. jika infeksi tuberkulosis diobati dengan baik
seharusnya tidak berpengaruh terhadap penyakit tersebut. Pada awal tahun 1957
sampai 1972, Schefer dkk (1975) melaporkan dari ibu yang menderita tuberkulosis
aktif diobati lahir bayi yang sehat. Jana dkk (1994) melaporkan tuberkulosis paru
aktif menyebabkan komplikasi dari 79 kehamilan di India. Bayi dari wanita yang
menderita tuberkulosis mempunyai berat badan lahir rendah, dua kali lipat
meningkatkan persalinan prematur, kecil masa kehamilan, dan meningkatkan
kematian perinatal enam kali lipat. Mungkin ini dianggap berhubungan dengan
telambatnya diagnosis, pengobatan yang tidak lengkap dan teratur, dan luasnya
kelainan pada paru. Tidak ada bukti bahwa tuberkulosis paru meningkatkan angka
abortus spontan, kelainan kongenital, persalinan dan kelahiran prematur pada
penderita yang mendapatkan pengobatan obat anti tuberkulosis yang adekuat.
Bjerkedai dkk mencatat terjadinya kenaikan toksemia dan perdarahan vaginam pada
wanita hamil yang menderita tuberkulosis.6
Pengaruh utama tuberkulosis pada kehamilan adalah mencegah terjadinya
konsepsi, maka banyak diantara penderita tuberkulosis yang mengalami infertilitas.
Sistem genitalia dapat terjadi fokus primer dari tuberkulosis paru, biasanya sistem
genitalia yang sering terkena adalah tuba fallopi, dengan bagian distal yang terkena
lebih dahulu. Infeksi dapat menyebar ke bagian proksimal dari tuba fallopi dan
akhirnya uterus juga terkena. Infeksi jarang turun sampai ke serviks atau bagian
bawah dari sistem genitalia.6.10
VIII. PENGOBATAN TUBERKULOSIS DALAM KEHAMILAN
1. Pengobatan Medis
Pengobatan tuberkulosis aktif pada kehamilan hanya berbeda sedikit dengan
penderita yang tidak hamil. Obat primer antituberkulosis berupa isoniazid,
rifampisin, etambutol dan streptomisin. Sedangkan obat sekunder yang
sering digunakan dalam kasus resisten obat atau intoleransi terhadap obat,
yaitu p-aminosalisylic acid, pirazinamid, sikloserin, ethionamid, kanamisin,
viomisisn, dan capreomisin. Pengobatan selama setahun dengan isoniazid
diberikan kepada mereka yang tes tuberkulin positif dengan gambaran
radiologi atau gejala tidak menunjukkan gejala aktif. Pengobatan ini
mungkin dapat ditunda dan mulai diberikan pada post partum. Walaupun
beberapa penelitian tidak menunjukkan efek teratogenik dari isoniazid pada
wanita post partum, beberapa merekomendasikan menunda pengobatan ini 3
- 6 bulan post partum.6,11,12
Isoniazid termasuk kategori obat C dan ini perlu dipertimbangkan
keamanannya selama kehamilan. Alternatif lain dengan menunda pengobatan
sampai 12 minggu pada penderita asimptomatis. Karena banyak terjadi
resistensi pada pemakaian obat tunggal maka the Center of Disease Control
sekarang merekomendasikan cara pengobatan dengan menggunakan
kombinasi 4 obat untuk penderita yang hamil dengan gejala tuberkuosis.
Isoniazid 5 mg/kgBB dan tidak lebih 300 mg per hari bersama dengan
piridoksin 50 mg per hari.
Etambutol 5-25 mg/kgBB, dan tidak lebih dari 2,5 gram per hari
(biasanyya 25 mg/kgBB selama 6 minggu kemudian diturunkan 15
mg/kgBB)
10
11
Lama pemberian obat saat ini 6 bulan merupakan standar yang dipakai untuk
pengobatan tuberkulosis paru maupun tuberkulosis luar paru pada orang dewasa atau
pada anak-anak. Keadaan ini disebabkan karena:3
-
12
2. Evaluasi Pengobatan
a. KLINIS. Biasanya penderita dikontrol setiap minggu selama 2
minggu, selanjutnya setiap 2 minggu selama satu bulan sampai akhir
pengobatan. Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan dari
keluhan-keluhan penderita seperti batuk berkurang, batuk darah
hilang, nafsu makan bertambah.
b. BAKTERIOLOGIS. Biasanya setelah 2 - 3 minggu pengobatan,
sputum BTA mulai menjadi negatif.pemeriksaan kontrol sputum BTA
dilakukan sekali sebulan. Bila sudah negatif, sputum BTA tetap
diperiksa sampai 3 kali berturut-turut bebas kuman. Sewaktu-waktu
mungkin terjadi silent bacterial shedding, dimana sputum BTA
13
14
Menilai kembali apakah paduan obat sudah adekuat mengenai dosis dan
cara pemberiannya.
Bila ternyata terdapat resistensi terhadap obat, ganti dengan paduan obat
yang masih sensitif.
15
foto thorax dan tes tuberkulin. Apabila hasil negatif, pada usia 6 minggu
dilakukan vaksinasi Bacil Calmatte Geurine (BCG).16
Vaksi BCG merupakan termasuk golongan kuman hidup yang
dilemahkan dari Mycobacterium bovis yang telah dikembangkan 50 tahun yang
lalu. Semua bayi yang baru lahir harus divaksinasi pada hari pertama kelahiran
dengan dosis 0,1 ml intrakutan pada regio deltoid. Setelah 6 bulan, papul merah
tadi dapat mengecil, berlekuk dengan jaringan parut seumur hidup.16
X. PROGNOSIS
Tuberkulosis tidak mempengaruhi kehamilan dan kehamilan tidak
mempengaruhi manifestasi klinis dan progesivitas penyakit bila diterapi dengan
regimen yang tepat dan adekuat. Pemberian regimen yang tepat dan adekuat ini
akan memperbaiki kualitas hidup ibu, mengurangi efek samping obat-obat
tuberkulosis terhadap janin dan mencegah infeksi yang terjadi pada bayi yang
baru lahir.
Pada wanita hamil dengan tuberkulosis aktif yang diobati secara adekuat,
secara umum tuberkulosis tidak memberikan pengaruh yang buruk terhadap
kehamilan. Prognosis pada wanita hamil sama dengan prognosis wanita yang
tidak hamil 6.
16
17
BAB III
PENUTUP
Tuberkulosis
tidak
mempengaruhi
kehamilan
dan
kehamilan
tidak
18