Case Report Limfedenitis
Case Report Limfedenitis
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
LAPORAN KASUS
MARET 2016
TUMOR COLLI
OLEH:
AMRI AMROULLAH SALAMPESSY
(2009-83-014)
PEMBIMBING:
dr. Ahmad Tuahuns, Sp.B
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Tanggal MRS
Pukul
Agama
Status pernikahan
II.
ANAMNESIS
Keluhan utama
Riwayat penyakit
sekarang
Riwayat penyakit
dahulu
yang diminum.
-Pernah mengalami benjolan di payudara kiri saat 2
Riwayat keluarga
Riwayat pengobatan
Riwayat sosial
ekonomi
Mefenamat 3x1.
: Pasien
berobat
dengnan
menggunakan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
: TD: 120/80 mmHg, N : 100 x/m regular kuat angkat, P : 24 x/m, S :
37,00C (per axiller)
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Mulut
Leher
Dada
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Genitalia
Ekstremitas
IV.
: Normocephal
: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: Otore -/: Rinore -/: Hiperemis (-)
: Bibir kering (-), sianosis (-), pucat (-)
: teraba masa dengan ukuran p x l = 10 x 5 cm.
: Normochest, pengembangan dada simetris kiri & kanan.
: Bunyi jantung I/II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
: Inspeksi : Gerakan pernafasan kiri sama dengan kanan
Palpasi : fremitus vokal normal
Perkusi : sonor (+/+),
Auskultasi : vesikuler (+/+),
Bunyi tambahan : rhonki -/-,
wheezing -/: Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) 5x / menit
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
: tidak diperiksa.
: Pitting udem (-), fraktur (-), akral hangat
STATUS LOKALIS
Palpasi
:
:
:
:
27 mg/dl
0,5 mg/dl
3,3 mg/dl
13 U/L
SGPT
Bil. total
Bil.
: 10 U/L
: 0,3 mg/dl
: 0,1 mg/dl
direct
Bil.
: 0,2 mg/dl
indirect
Albumin
: 2,8 mg/dl
2. Hasil EKG
Kesan : Normal
3. Pemeriksaan patologi
FNAB (fine needle aspiration)
Keterangan Klinik : Tumor colli
Lesi/massa batas tidak jelas di region submandibular sampai
region colli dextra, hiperemis (+), nyeri tekan (+). Aspirat: cairan
Mikroskopik
Kesan
VI. DIAGNOSIS KERJA
-Tumor colli
VII.
PLANNING
- IVFD RL 16 tpm
- Cefotaxim 2x1gr/IV (ST)
- Ketorolac 2x1 amp/IV
- Rencana eksisi tumor
TUMOR COLLI
1. ANATOMI LEHER
M.sternocleidomastoid membagi daerah leher menjadi 2 segitiga besar, yaitu :
1. Trigonum colli anterior, yang terdiri dari: 2
Trigonum digastrikus
Trigonum Karotis
Trigonum Muskulari
Batas-batas trigonum colli anterior adalah, anterior: garis tengah leher, superior:
symphisis mandibula dan posterior : sisi anterior m.sternocleidomastoid. trigonum ini
tertutup oleh kulit, fascia superfisialis, platysma dan fascia intermedia.
Trigonum oksipitalis.
Trigonum supraklavikularis.
Batas-batas
trigonum
colli
posterior,
yaitu
anterior:
sisi
posterior
saraf
superfisial
yang
berhubungan
dengan
tepi
posterior
M. Sterno hyoid
Origo pada manubrium sterni dan berinsersi di os. hyoid. Dekat origo terpisah, makin ke
M. Thyrohyoid
Berorigo di kartilago thyroid dan berinsersi di os hyoid. Menutupi membrana thyrohyoid,
kontraksinya menarik hyoid ke bawah, tetapi bila hyoid difiksir oleh otot suprahyoid,
kontraksinya akan mengangkat laryng.
Fasia koli media membungkus otot pretrakeal dan bertemu pula dengan fasia sisi yang lain di
garis tengah yang juga merupakan pertemuan dengan fasia koli superfisialis. Ke dorsal fasia
koli media membungkus a. karotis komunis, v. jugularis interna dan n. vagus menjadi satu.
Fasia koli profunda membungkus m. prevertebralis dan bertemu ke lateral dengan fasia koli
media. Perlukaan sebelah dalam fasia koli media berbahaya karena bila terjadi infeksi
hubungan langsung ke mediastinum.
Submental
Submandibuler
Servikal atas
Servikal tengah
Servikal bawah
Retroklavikula
Oksipital
Kulit, tenggorokan
Segitiga belakang
A. carotis comunis dibagi dua menjadi a. carotis interna dan a. carotis eksterna. A. carotis
interna memberikan darahnya pada bagian dalam tenggorokan dan sirkulus ini bervariasi dan
memberikan darahnya pada otak.
A. meningeal cabang a. carotis eksterna dan a. opthalmica cabang arteri carotis interna ini
tidak cukup memberikan darahnya untuk kebutuhan minimum dari otak. Oleh karena itu
kebutuhan darah otak akan di penuhi terutama oleh a. carotis interna dan disusul oleh a.
vertebralis.
A. carotis interna memberikan darahnya pada daerah kulit kepala dan vicera dari kepala dan
leher. Pada daerah muka dan cabang-cabangnya kaya dengan anastomose, sehingga dengan
mudah dapat terjadi kompensasi bila terjadi gangguan pada salah satu cabangnya.
laki-laki = 3 : 1 dengan umur rata-rata 40-70 tahun. 60% penderita kebanyakan datang dengan
hanya satu keluhan, yaitu benjolan di daerah leher.
2.3 ETIOLOGI
Divertikulum paten duktus tiroglosus9
Kelenjar tiroid berasal dari dasar faring pada foramen sekum selama masa
kehamilan empat minggu, kemudian turun sesuai dengan garis tengah leher dekat dengan
os. Hyoid. Divertikulum paten yang disebabkan oleh penurunan ini disebut duktus
tiroglosus. Jika semua atau sebagian dari duktus ini menetap, maka akan terbentuk kistakista atau sinus-sinus duktus tiroglosus.
Anomali celah brankial
Kista celah brankial, sinus, dan sisa-sisa karilagenus, berasal dari penyatuaan
celah brankial yang tidak lengkap. Arkus brankial ke-3 membentuk os. Hyioid,
sedangkan arkus brankial ke-4 membentuk skelet laring, yaitu rawan tiroid, krikoid, dan
aritenoid. Fistel cranial dari tulang hyoid yang berhubungan dengan meatus akustikus
eksternus berasal dari celah pertama. Fistel antara fosa tonsilaris ke pinggir depan m.
sternokleidomastoideus berasal dari celah ke-2. fistel yang masuk ke sinus piriformis
berasal dari celah ketiga. Sinus dari celah ke-4 tidak pernah ditemukan. Sinus atau fistel
mungkin berupa saluran yang lengkap atau mungkin menutup sebagian. Sisanya akan
membentuk kista yang terletak agak tinggi di bawah sudut rahang.
Hemangioma dan malformasi vaskuler
Hemangioma mempunyai aktivitas mitosis yang meningkat dan keadaan demikian
dianggap sebagai neoplasma sejati. Malformasi vaskuler tidak seperti hemangioma,
mempunyai kecepatan penggantian sel endothelial yang normal. Lesi yang tinggi akibat
kelainan menyolok yang berhubungan dengan sistem arterial dan venousa dan dapat
menyebabkan masalah yang berbahaya dari adanya perdarahan masif, gagal jantung dan
kongestif curah tinggi, dan anemia hemolitik
Malformasi limfatik (higroma kistik)
Anyaman pembuluh limf yang pertama kali terbentuk di sekitar pembuluh vena
mengalami dilatasi dan bergabung membentuk jala yang di daerah tertentu akan
berkembang menjadi sakus limfatikus. Pada embrio usia 2 bulan, pembentukan sakus
primitive telah sempurna. Bila hubungan saluran kearah sentral tidak terbentuk maka
timbulah penimbunan cairan yang akhirnya membentuk kista berisi cairan. Hal ini paling
sering terjadi didaerah leher, kelainan ini dapat meluas ke segala arah seperti ke jaringan
sublingualis di mulut
2.4 PATOLOGI
Pembengkakan pada leher dapat dibagi kedalam 3 golongan:9
1
2
Kelainan kongenital
Kista dan fistel leher lateral dan median, seperti hygroma colli cysticum, kista dermoid.
Inflamasi atau peradangan
Limfadenitis sekunder karena inflamasi banal (acne faciei, kelainan gigi dan tonsilitis)
atau proses infamasi yang lebih spesifik (tuberculosis, tuberculosis atipik, penyakit
garukan kuku, actinomikosis, toksoplasmosis). Disamping itu di leher dijumpai
perbesaran kelenjar limfe pada penyakit infeksi umum seperti rubella dan mononukleosis
infeksiosa.
Neoplasma
Lipoma, limfangioma, hemangioma dan paraganglioma caroticum yang jarang terdapat
(terutama carotid body; tumor glomus caroticum) yang berasal dari paraganglion
caroticum yang terletak di bifurcatio carotis,merupakan tumor benigna. Selanjutnya
tumor benigna dari kutub bawah glandula parotidea, glandula submandibularis dan
kelenjar tiroid. Tumor maligna dapat terjadi primer di dalam kelenjar limfe (limfoma
maligna), glandula parotidea, glandula submandibularis, glandula tiroidea atau lebih
jarang timbul dari pembuluh darah, saraf, otot, jaringan ikat, lemak dan tulang. Tumor
maligna sekunder di leher pada umumnya adalah metastasis kelenjar limfe suatu tumor
epitelial primer disuatu tempat didaerah kepala dan leher. Jika metastasis kelenjar leher
hanya terdapat didaerah supraclavikula kemungkinan lebuh besar bahwa tumor
primernya terdapat ditempat lain di dalam tubuh.
KISTA DERMOID
Kista ini merupakan kelainan bawaan yang timbul di daerah fusi embrional
kulit. Di daerah leher juga dapat ditemukan kista dermoid seperti di daerah kepala.
Kista ini umumnya kecil saja, dan biasanya terdapat di sekitar garis tengah. Kista
teraba kenyal, berisi cairan seperti minyak, dan mungkin mengandung unsur adneksa
kulit seperti rambut. Kista ini bebas dari kulit di atasnya.9
Tatalaksana
Penanganan daripada kista dermoid ini berupa ekstirpasi.
3
tiroid itu ada tapi tidak turun membentuk tulang rawan tiroid. Pada lobus piramidalis
mudah di diagnosis dengan penurunannya fungsi kedua lobus piramidalis. Kista ini
biasanya berbatas tegas dan tidak berisi cairan (padat).2
Tatalaksana
Kista ini tidak boleh di eksisi (operasi) sebab dapat terjadi hipotiroidisme. Bila
ditemukan kista seperti ini dapat di observasi terlebih dahulu, baru dapat dilakukan
eksisi.9
3
1
LIMFADENITIS TBC
Bacteria dapat masuk melalui makan ke rongga mulut dan melalui tonsil
mencapai kelenjar limf di leher, sering tanpa tanda tbc paru. Kelenjar yang sakit akan
membengkak, dan mungkin sedikit nyeri. Mungkin secara berangsur kelenjar
didekatnya satu demi satu terkena radang yang khas dan dingin ini. Disamping itu
dapat terjadi juga perilimfadenitis sehingga beberapa kelenjar melekat satu sama lain
membentuk suatu massa. Bila mengenai kulit dapat meradang, merah, bengkak,
mungkin sedikit nyeri. Kulit akhirnya menipis dan jebol, mengeluarkan bahan seperti
keju. Tukak yang terbentuk berwarna pucat dengan tepi membiru, disertai sekret yang
jernih. Tukak kronik itu dapat sembuh dan meninggalkan jaringan parut yang tipis
atau berbinti-bintil. Suatu saat tukak meradang lagi dan mengeluarkan bahan seperti
keju lagi, demikian berulang-ulang, kulit seperti ini disebut skrofuloderma.9.5
Tatalaksana
Pengobatan dilakukan dengan tuberkulostatik.
Gambar 8. Limfadenitis TB
Otot
TORTIKOLIS
Terjadi karena trauma persalinan pada kepala letak sungsang. Bila dilakukan
traksi
pada
kepala
untuk
melahirkan
anak
dapat
terjadi
cedera
m.
klinik
dapat
dijumpai
kepala
yang
miring
karena
m.
Gambar 9. Tortikolis
2
Vascular
HEMANGIOMA
Di daerah leher, hemangioma biasanya berjenis kavernosa yang
merupakan benjolan lunak yang mengempis bila ditekan dan menggelembung
saat dilepaskan lagi. Tumor ini ditangani dengan ekstirpasi, bila besar perlu
persiapan berupa arterigrafi atau flebografi.9
NEOPLASMA
Neoplasma dapat juga jinak atau ganas, sedangkan yang ganas dapat primer atau
sekunder (metastatik). Masa tumor metastatik dapat dibedakan antara yang terletak di
daerah yang berasal dari supraklavikuler atau retrokalvikuler.9
1
Berbagai macam tumor jinak terdapat di laring, termasuk polip dan nodulus pita
suara. Tumor jinak yang paling banyak dijumpai ialah papiloma. Ini dapat terjadi
pada anak, penyanyi, dan pengajar karena salah guna suara. Biasanya kelainan yang
bertanda suara parau ini dapat regresi spontan setelah suara diistirahatkan atau
ditangani logopedi.
2
MORBUS HODGKIN
Morbus Hodgkin merupakan limfoma ganas yang bersifat sistemik dan
dapat muncul sebagai limfoma di leher. Kelenjar biasanya membesar, kenyal,
umumnya berpaket, dan tidak nyeri. Bisa ada gejala umum seperti rasa lelah dan
demam malam. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan patologi jaringan
melalui biopsi dan pemeriksan histolipatologik. Limfoma Non-Hodgkin (NHL)
adalah kelompok penyakit limfoma ganas yang heterogen yang juga mungkin
muncul pertama sebagai limfoma leher.
b KARSINOMA KELENJAR TIROID
Karsinoma tiroid timbul dari sel folikel. Kebanyakan keganasan di
kelompokan sebagai jenis karsinoma tiroid berdefisiansi, yang menisfes sebagai
bentuk papiler, folikuler, atau campuran. Jenis keganasan tiroid yang lain adalah
karsinoma medularis yang berasal dari sel farafolikuler yang mengeluarakan
kalsitonin (APUO-oma). Karsinoma tiroid agak jarang di dapat yaitu sekitar 3-5%
dari semua tumor maligna. Karsinoma torid didapat pada segala usia dengan
puncak pada usia muda (7-20 tahun) dan usia setengah baya (40-60 tahun).
Insidens pada pria adalah sekitar 3/100.000/tahun dan wanita sekitar
8/100.000/tahun. Radiasi merupakan salah satu faktor resiko yang bermakna.
Bila radiasi tersebut terjadi pada usia lebih dari 20 korelasinya kurang bermakna.9
Anatomi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terletak di leher, antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terletak trakea, oesofagus, pembuluh
darah besar, dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea sambil melingkarnya
dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid
umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid. Tetapi lokasi dan
mungkin juga, jumlah kelenjar ini sering bervariasi.2
Embriologi
Kelenjar tiroid berkembang dari endoderm pada garis tengah usus depan.
Titik dari pembentukan kelenjar tiroid ini menjadi foramen sekum di pangkal
lidah. Endoderm ini menurun di dalam leher sampai setinggi cincin trakea kedua
dan ketiga yang kemudian membentuk dua lobus. Penurunan ini terajdi pada garis
tengah. Saluran pada struktur ini menetap dan menjadi duktus tiroglosus atau
lebih sering, menjadi lobus piramidalis kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid janin secara
fungsional mulai mandiri pada minggu ke-12 masa kehidupan intraneurin.2.3
Patologi
Adenokarsinoma Papilare
mempengaruhi prognosis baik adalah usia dibawah 40 tahun, wanita dan jenis
histologik papilare, penyebaran limfogennya tidak terlalu mempengaruhi
prognosisnya. Faktor prognosis kurang baik dalah usia diatas 45 tahun dan serta
tumor tingkat T3 dan T4. Tumor ini jarang bermetastasis secara hematogen, tetapi
pada 10% kasus terdapat metastasis jauh. Pada anamnesis di temukan keluhan
tentang adanya benjolan pada leher bagian depan. Benjolan tesebut mungkin di
temukan secara kebetulan oleh penderita sendiri atau oleh orang lain. Kadang
terdapat pembesaran kelenjar getah bening di leher bagian lateral, yaitu
penyebaran getah bening yang dahulu dikenal sebagai tiroid aberans. Tumor
primer biasanya tidak dikeluhkan dan tidak dapat di temukan secara klinis. Bila
tumornya cukup besar, akan timbul keluhan karena desakan mekanik pada trakea
dan oesofagus, atau hanya timbul rasa mengganjal di leher. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan tumor biasanya dapat diraba dengan mudah, dan umumnya dapat
pula di lihat. Yang khas untuk tumor tiroid adalah tumor ikut dengan gerakan
menelan.
Penanganan
Pengobatan dengan radioaktif tidak memberi hasil karena adenokarsinoma
pepilare pada umumnya tidak menyerap yodium. Pascatirodektomi total ternyata
yodium dapat ditangkap oleh sel anak sebar tumor papiler tertentu sehingga
pemberian pada keadaan itu yodium radioaktif bermanfaat. Radiasi ekstern dapat
diberikan bila tidak terdapat fasilitas radiasi intern. Metastasis ditanggulangi
secara ablasio radioaktif.
Adenokarsinoma folikuler
Adenokarsinoma folikuler meliputi sekitar 25% keganasan tiroid dan
didapat terutama pada wanita setengah baya. Kadang ditemukan tumor soliter
besar di tulang seperti di tengkorak dan humerus, yang merupakan metastasis jauh
dari adenokarsinoma folikuler yang tidak di temukan karena kecil dan tidak
bergejala.
Penanganan
Dilakukan dengan cara tiroidektomi total. Karena sel karsinoma ini
menangkap yodium, maka radioterapi dengan Y 131 dapat digunakan. Bila masih
ada tumor yang tersisa maupun yang terdapat metastasis, maka dilakukan
pemberian yodium radioaktif ini. Radiasi ekstern untuk metastasis ternyata
memberi hasil yang cukup baik.
Adenokarsinoma meduler
Adenokarsinoma meduler meliputi 5-100% keganasan tiroid dan berasal
endocrine
neopleasia
IIa/MEN
IIa)
ditemukan
kombinasi
Tatalaksana
Penanggulangan tumor ini adalah tiroidektomi total. Pemberian yodium
radioaktif juga tidak akan memberi hasil karena tumor ini berasal dari sel C
sehingga tidak menangkap dan menyerap yodium.
Adenokarsinoma anaplastik
Adenokarsinoma anaplastik jarang ditemukan dibandingkan dengan
karsinoma berdeferensi baik, yaitu sekitar 20%. Tumor ini sangat ganas, terdapat
terutama pada usia tua, dan lebih banyak pada wanita. Sebagian tumor terjadi
pada struma nodosa lama yang kemudian membesar dengan cepat. Tumor ini
sering disertai nyeri dan nyeri ahli ke daerah telinga dan suara serak karena
infiltrasi ke n. rekurens. biasanya waktu penderita datang sudah terjadi
penyusupan ke jaringan sekitarnya seperti laring, faring dan oesofagus sehingga
prognosisnya buruk. Pada anamnesis
cukup lama dan kemudian membesar dengan cepat. Bila disertai dengan suara
parau, harus dicurigai keras terdapatnya karsinoma anaplastik. Pemeriksaan
penunjang berupa foto roentgen toraks dan seluruh tulang tubuh dilakukan untuk
mencari metastasis ke organ tersebut. Prognosis tumor ini buruk dan penderita
biasanya meninggal dalam waktu enam bulan sampai satu tahun setelah diagnosis.
Tatalaksana
Pembedahan biasanya sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga hanya
dapat dilakukan biopsi insisi untuk mengetahui jenis karsinoma. Satu-satunya
terapi yang bisa diberikan adalah radiasi ekstern.
Fisiologi
Kelenjar paratiroid mengelurakan hormone paratiorid (PTH). Sintesis PTH
dikendalikan oleh kadar kalsium di dalam plasma. Sintesis PTH di hambat apabila
kadar kalsium rendah dan juga kadar magnesium dalam plasma yang rendah. PTH
bekerja pada tiga sasaran utama dalam pengendalian homeostasis kalsium, yaitu
ginjal, tulang dan usus. Di dalam ginjal, PTH meningkatkan reabsorpsi kalsium.
Di tulang PTH merangsang aktivitas osteoplastik sedangkan di usus PTH
meningkatkan absorpsi kalsium. Vitamin D berpengaruh besar dalam metabolisme
kalsium. Vitamin ini terdapat didalam diet normal dan disintesis di kulit. Sinar
ultraviolet menghasilkan vitamin D3 di kulit yang selanjutnya mengalami
hidroksilasi di dalam hati dan ginjal menjadi vitamin D3 (kasiterol), fungsi
utamanya adalah merangsang penyerapan kalsium di dalam usus.
Patologi
Kelainan kelenjar paratiroid di tandai dengan peningkatan atau penurunan
fungsi. Hipoparatiroid dapat disebabkan oleh defisiensi PTH yang bersifat
autoimun, berkurangnya pembentukan PTH, atau ketidakmampuan jaringan untuk
bereaksi terhapadap PTH (Pseudo-HipoParatiroidisme). Yang paling sering
dijumpai ialah hipoparatiroidi iatrogenic sesudah tiroidektomi. Sekitar 85%
hiperparatiroid primer di sebabkan oleh adenoma tunggal salah satu kelenjar
paratiroid, Pada kasus selebihnya (15%), hyperplasia terdapat pada semua
kelenjar paratiroid. Sebagian kecil adalah adenoma multiple atau karsinoma
paratiorid. Gambaran klinik yang dapat dilihat adalah terdapatnya hiperkalsemia
asimtomatik. Bila ada gejalanya ini dapat berupa kelemahan, nyeri abdomen,
konstipasi, poliuria, kebingungaan, atau nyeri tulang. Kadang ditemukan penyulit
berupa batu ginjal dengan segala akibatnya.
2.6 DIAGNOSIS & DIAGNOSIS BANDING
1
Pemeriksaan fisik
A Inspeksi
Adanya benjolan di leher depan atau lateral
Bila terlihat sesak, waspada adanya penekanan pada trakea
B Palpasi
Benjolan kita palpasi, kalau dari tiroid maka pada waktu menelan akan
ikut ke atas.
Pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multipel dengan
konsistensi bervariasi dari kistik sampai dengan keras bergantung dari
jenis patologi anatominya tetapi biasanya massa yang merupakan suatu
karsinoma berukuran >4 cm dengan konsistensi keras dan tidak bisa
pada trakea.
Perlu diketahui juga ada tidaknya pembesaran KGB regional secara
lengkap.
Dicari juga ada tidaknya benjolan pada tulang belakang, clavicula,
sternum serta tempat metastase jauh lainnya di paru, hati, ginjal dan otak.
Pemeriksaan penunjang
A Laboratorium
Pemeriksaan kadar ft4 dan tshs untuk menilai fungsi tiroid.
Untuk pasien yang dicurgai karsinoma medulare harus diperiksa kadar
kalsitonin dan vma.9.4
B Radiologi4.5.6
Foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique
dengan posisi leher hiperekstensi , bila tumornya besar. Untuk melihat ada
tidaknya kalsifikasi.
Dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya
infiltrasi ke esophagus.
Pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda
metastase ke tulang belakang yang bersangkutan. CT scan atau MRI untuk
mengevaluasi staging dari karsinoma tersebut dan bisa untuk menilai
sampai di mana metastase terjadi.
C Ultrasonografi5
Untuk mendeteksi nodul yang kecil atau yang berada di posterior yang secara
klinis belum dapat dipalpasi dan mendeteksi nodul yang multiple dan pembesaran
KGB. Di samping itu dapat dipakai untuk membedakan yang padat dan kistik
serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan FNAB.
D Scanning tiroid 5
Dengan sifat jaringan tiroid dapat mang-up take i 131 maka pemeriksaan scanning
ini dapat memberikan beberapa gambaran aktivitas, bentuk dan besar kelenjar
tiroid.
E Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe5.6
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan definitif atau gold standar.
2.8 PROGNOSIS
Angka bertahan hidup selama lima tahun pasien tumor jinak biasanya mencapai 100%,
dengan kemungkinan rekurensi yang tinggi pada pasien yang terapi inisialnya tidak adekuat.
Untuk tumor ganas, angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah sekitar 70% hingga 90% untuk
tumor tahap dini, dan 20% hingga 30% untuk tumor tahap lanjut. Resiko rekurensi regional dan
daerah yang lebih adalah sekitar 15% hingga 20% dan sering terjadi pada kasus invasi
perineural.
DAFTAR PUSTAKA
1
George, Adam L,. Boise R Lawrence, And Hilder A. Peter. 1997. Boiese Buku Ajar Penyakit
2
3
5
6
Jakarta.
Doherty G M. 2006. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : MC Graw Hill.
Maran AGD. 1997. Benign Diseases of The Neck. Dalam : Scott-Brown's Otolaryngology.
15 juli 2013).
Aru Sudoyo dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi IV. Jakarta: IPD Press
Efiaty Arsyad dkk. 2007. Buku Ajar THT Edisi 6. Jakarta: UI Press
Theopilus B. dkk. 2008. Buku Ajar Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi FK Unhas
Wan Desen. 2008. Buku Ajar Onkologi. Jakarta: UI Press
14 Armstrong JG, Harrison LB, Thaler HT, et al. The indications for the elective treatment of
10
11
12
13
the neck in cancer of the major salivary glands. Cancer, 1992; 69: 61519
15 Anil K. lalwani. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology-Head & Neck Surgery.
USA:Mc Graw Hill,2004