Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN BPH (BENIGNA HIPERTROPI PROSTAT)

DAN KANKER VESIKA URINARIA


MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III

Oleh: Kelompok 7
Dika Andria Nursalam

34413514038

Diki Nugraha

34413514039

Resti Maudini

34413414106
Tingkat : 2B

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR


BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)
JalanPasirGede Raya No.19 (0263)267206 Fax.270953 Cianjur 43216

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena
berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul
ASUHAN KEPERAWATAN BPH (BENIGNA HIPERTROPI PROSTAT)
DAN CA. VESIKA URINARIA. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal bedah III.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Cianjur, April 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..............................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN


A. Asuhan Keperawatan BPH(BENIGNA HIPERTROPI PROSTAT) ............................
3
Asuhan keperawatan pada pasien BPH
7
B. Asuhan Keperawatan CA. Vesika Urinaria 12
Asuhan Kepearawatan pada pasien CA. Vesika urinaria

15

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................................................
20
B. Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar belakang
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau dalam bahasa umumnya
dinyatakan sebagai pembesaran prostat jinak (PPJ), merupakan suatu
penyakit yang biasa terjadi. Ini di lihat dari frekuensi terjadinya BPH di
dunia, di Amerik secara umum dan di Indonesia secara khususnya. Di dunia,
diperkirakan bilangan penderita BPH adalah seramai 30 juta, bilangan ini
hanya pada kaum pria kerana wanita tidak mempunyai kalenjar prostat,
maka oleh sebab itu, BPH terjadi hanya pada kaum pria (emedicine, 2009).
Jika dilihat secara epidemiologinya, di dunia, dan kita jaraskan menurut
usia, maka dapat di lihat kadar insidensi BPH, pada usia 40-an,
kemungkinan seseorang itu menderita penyakit ini adalah sebesar 40%, dan
setelah meningkatnya usia, yakni dalam rentang usia 60 hingga 70 tahun,
persentasenya meningkat menjadi 50% dan diatas 70 tahun, persen untuk
mendapatkannya bisa sehingga 90% (A.K. Abbas, 2005). Akan tetapi, jika
di lihat secara histologi penyakit BPH, secara umum membabitkan 20% pria
pada usia 40-an, dan meningkat secara dramatis pada pria berusia 60-an, dan
90% pada usia 70 . Di indonesia, penyakit pembesaran prostat jinak menjadi
urutan kedua setelah penyakit batu saluran kemih, dan jika dilihat secara
umumnya, diperkirakan hampir 50 persen pria Indonesia yang berusia di
atas 50 tahun, dengan kini usia harapan hidup mencapai 65 tahun ditemukan
menderita penyakit PPJ atau BPH ini. Selanjutnya, 5 persen pria Indonesia
sudah masuk ke dalam lingkungan usia di atas 60 tahun. Oleh itu, jika
dilihat, dari 200 juta lebih bilangan rakyat indonesia, maka dapat
diperkirakan 100 juta adalah pria, dan yang berusia 60 tahun dan ke atas
4

adalah kira-kira seramai 5 juta, maka dapat secara umumnya dinyatakan


bahwa kira-kira 2.5 juta pria Indonesia menderita penyakit BPH atau PPJ
ini. Indonesia kini semakin hari semakin maju dan dengan Universitas
Sumatera Utara 2 berkembangnya sesebuah negara, maka usia harapan
hidup pasti bertambah dengan sarana yang makin maju dan selesa, maka
kadar penderita BPH secara pastinya turut meningkat. Secara pasti, bilangan
penderita pembesaran prostat jinak belum di dapat, tetapi secara prevalensi
di RS, sebagai contoh jika kita lihat di Palembang, di RS Cipto
Mangunkusumo ditemukan 423 kasus pembesaran prostat jinak yang
dirawat selama tiga tahun (1994-1997) dan di RS Sumber Waras sebanyak
617 kasus dalam periode yang sama. Ini dapat menunjukkan bahawa kasus
BPH adalah antara kasus yang paling mudah dan banyak ditemukan.
Begitupun dengan kanker vesika urinaria atau kangker kandung
kemih, Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah
kandung kemih. Kanker kandung kemih terjadi tiga kali lebih banyak pada
pria dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering,
kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat
diagnosa. Pada tiga dasawarsa terakhir, kasus kandung kemih pada pria
meningkat lebih dari 20 % sedangkan kasus pada wanita berkurang 25%.
Faktor predisposisi yang diketahui dari kanker kandung kemih adalah
karena bahan kimia betanaphytilamine dan xenylamine, infeksi schistosoma
haematobium dan merokok.
Tumor ganas kandung kemih sekitar 90% adalah karsinoma sel
transisional dan 10% adalah ca skuamosa dan jarang sekali adenokarsinoma
yang berasal dari jaringan urakus. Didaerah sistoma dapat menyebabkan
kanker skuamosa. Kanker kandung kemih dapat kapiler, noduler, ulseratif
atau infiltratif. Derajat keganasan ditentukan oleh tingkat deferensiasi dan
penetrasi ke dalam dinding atau jaringan sekitar kandung kemih. Epitel
transisional terdiri dari 4-7 lapisan sel epitel ketebalan lapisan tergantung
dari tingkat distensi kandung kemih. Adapun yang berperan dalam masalah
ini adalah sel basal, sel intermediate, sel superficial, inilah yang akan

menutupi sel intermediate, bergantung pada apakah kandung kemih dalam


keadaan distensi atau tidak. Dalam makalah ini penulis mengangkat tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan Ca Kandung Kemih.
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu:
1. Mampu memahami konsep BPH (Benigna Hipertropi Prostat)
2. Mampu memahami konsep kanker vesika urinaria
3. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien BPH (Benigna
Hipertropi Prostat)
4. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker
vesika urinaria.

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP BPH (BENIGNA HIPERTROPI PROSTAT)
1. Pengertian
BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat
membesar, memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan
menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan
hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat
karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi
kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya
bertambah banyak. Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak
menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka dalam literatur di
benigna hiperplasia of prostat gland atau adenoma prostat, tetapi
hipertropi prostat sudah umum dipakai.
Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral
yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan
menjadi simpai bedah.
2. Etiologi

Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum


diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada
hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan terjadinya BPH
adalah proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan penyebab antara
lain :
1. Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan
epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi .
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen
dan penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
3. Interaksi stroma epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan
penurunantransforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi
stroma dan epitel.
4. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup
stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
5. Teori sel stem
Teori sel steam menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel
steam sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel
kelenjar prostat menjadi berlebihan. atau Sel stem yang meningkat
mengakibatkan proliferasi sel transit
3. Patofisiologi
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan seiring
dengan bertambahnya usia sehingga terjadi perubahan keseimbangan
hormonal yaitu terjadi reduksi testosteron menjadi Dehidrotestosteron
dalam sel prostat yang kemudian menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT
ke dalam inti sel. Hal ini dapat menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga
menyebabkan terjadinya sintesis protein yang kemudian menjadi
hiperplasia kelenjar prostat.

Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan


terjadi penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran
urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intra vesikel. Untuk
dapat mengeluarkan urine buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna
melawan tahanan tersebut, sehingga akan terjadi resistensi pada buli-buli
dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan meregang
sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini
disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor
menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu
lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urine.
Tekanan intravesikel yang tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian
buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua
muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke
ureter atau terjadi refluks-vesiko ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus
akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan akhirnya dapat
terjadi gagal ginjal (.
4. Manifestasi Klinik
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih
maupun keluhan di luar saluran kemih.
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
2. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinari Tract
Symptoms (LUTS) terdiri atas gejala iritatif dan gejala obstruktif.
Gejala iritatif meliputi:
a. (frekuensi) yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat
terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
b. (nokturia), terbangun untuk miksi pada malam hari
c. (urgensi) perasaan ingin miksi yang sangat mendesak dan sulit di
tahan
d. (disuria).nyeri pada saat miksi
Gejala obstruktif meliputi:
a. rasa tidak lampias sehabis miksi,

b. (hesitancy), yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai


dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor bulibuli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan
intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.
c. (straining) harus mengejan
d. (intermittency) yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang
disebabkan

karena

ketidakmampuan

otot

destrussor

dalam

pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.


e. dan waktu miksi yang memanjang yang akhirnya menjadi retensi
urine dan inkontinensia karena overflow.
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan saluran kemih
sebelah bawah, beberapa ahli urology membuat sistem scoring yang
secara subyektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien.
3. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian
atas, berupa gejala obstruksi antara lain: nyeri pinggang, benjolan di
pinggang (yang merupakan tanda dari hidronefrosis), yang selanjutnya
dapat menjadi gagal ginjal dapat ditemukan uremia, peningkatan
tekanan darah, perikarditis, foetoruremik dan neuropati perifer.
4. Gejala di luar saluran kemih
Pasien yang berobat ke dokter biasanya mengeluh adanya hernia
inguinalis dan hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering
mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan
tekanan intra abdominal (Poernomo, 2000, hal 77 78; Mansjoer, 2000,
hal 330).
5. warna urin merah cerah, pada hari ke-2 dan ke-3 post operasi menjadi
5.

lebih tua.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah
Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter,
hidronefrosis, gagal ginjal.b. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila

10

terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroidd. Karena selalu


terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batu. Hematuriaf,
Pielonefritis, Aterosclerosis, Infark jantung, Impoten, Haemoragik post
operasi, Fistula, Striktur pasca operasi & inconentia urine.
6. Pemeriksaan Diagnosis
1. Laboratorium
Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan
urin.
2. Radiologis
Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning,
cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras
dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan
secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra
Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra
sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa
urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu
(Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).
3. Prostatektomi Retro Pubis
4. Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak
dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui
insisi pada anterior kapsula prostat.
5. rostatektomi Parineal
Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum
6. Prostatektomy
Merupakan tindakan pembedahan bagian prostate (sebagian/seluruh)
yang memotong uretra, bertujuan untuk memeperbaikialiran urin dan
menghilangkan retensi urinaria akut.
7. Penatalaksanaan
Non Operatif
1. Pembesaran hormon estrogen & progesterone
2. Massase prostat, anjurkan sering masturbasi
3. Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek
11

4. Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengostan


5. Pemasangan kateter.
Operatif
Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml
1.
2.
3.
4.

TUR (Trans Uretral Resection)


STP (Suprobic Transersal Prostatectomy)
Retropubic Extravesical Prostatectomy)
Prostatectomy Perineal

8. Asuhan

Keperawatan

pada

Pasien

dengan

Benigna

Prostat

Hipertropi (BPH)
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 30 April 2016. Jam 08.00
WIB diruang Dahlia RSUD cianjur. Pengkajian didapat
melalui wawancara dengan klien, keluarga, dan data status
klien.

1. Identitas Identitas
a. Klien Nama :
b. Umur :
c. Jenis kelamin :
d. Status perkawinan : K
e. Pendidikan :
f. Pekerjaan :
g. Suku :
h. No. RM :
i. Tanggal masuk :
j. Tanggal pengkajian :
k. Diagnosa Medis :
l. Alamat :
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hubungan dengan klien :
Alamat :
3. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama Klien
b. Riwayat Penyakit Sekarang Klien.
12

4. Pola funsional
5. Pemeriksaan Fisik
a. TTV: TD, RR, N, S
b. Abdomen I
c. Genetalia
6. Data focus
a. Data subjektif
b. Data objektif
6. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
b. Retensi urine berhubungan dengan obstruksi

mekanik

pembesaran prostat, dekompensasi otot destrusor


c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan,
kemungkinan

prosedur

bedah

di

tandai:

peningkatan

tekanan,ketakutan, kekhawatiran.
a.

3. Intervensi Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu
mempertahankan derajat nyeri secara adekuat.
Kriteria hasil:
a. Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau
hilang
b. Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
Intervensi:
a. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor
pencetus serta penghilang nyeri.
b. Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening
c.

mengkerut, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi)


Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian

d.

Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh,

bawah
merokok, abdomen tegang)
Lakukan perawatan aseptik terapeutik. Laporkan pada dokter
jika nyeri meningkat

13

b. Retensi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pembesaran


prostat.
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 5-7 hari pasien tidak
mengalami retensi urin
Kriteria :
Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi kandung
kemih.
Intervensi :
a. Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus
dengan teknik steril
b. Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam
keadaan tertutup
c. Observasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria,
dingin, kulit lembab, takikardi, dispnea)
d. Mempertahankan kesterilan sistem drainage cuci tangan
sebelum dan sesudah menggunakan alat dan observasi aliran
e.

urin serta adanya bekuan darah atau jaringan


Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2

f.

jam (mulai hari kedua post operasi)


Ukur intake output cairang. Beri tindakan asupan/pemasukan
oral 2000-3000 ml/hari, jika tidak ada kontra indikasih.
Berikan latihan perineal (kegel training) 15-20x/jam selama 23 minggu, anjurkan dan motivasi pasien untuk melakukannya.

c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan,


kemungkinan

prosedur

bedah

di

tandai:

peningkatan

tekanan,ketakutan, kekhawatiran
Tujuan :
a. Pasien tampak rileks

14

b. Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi


c. Menunjukan rentang tepat tentang perasaan dan penurunan
rasa takut
d. Melaporkan amsitas menurun sampai tingkat dapat di tangani
.
Kriteria hasil :
Pasien menyadari keadaannya dan akan terlihan rileks
Intervensi :
a. Selalu ada untuk pasien,buat hubungan saling percaya
dengan pasien
b. Berikan informasi tentang prsedur dan tes khusus dan apa
yang akan terjadi
c. Pertahankan prilaku nyata dalam melakukan
prosedur.lindungi prifasi
d. Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan
masalah/perasan
e. Beri penguatan informasi pasien yang telah diberikan
sebelumnya

B. KONSEP KANKER VESIKA URINARIA (BULI-BULI)


2. Definisi
Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel
yang tumbuh terus menerus secara terbatas, tidak berkoordinasi dengan
jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh (dr. Achmad Tjarta dalam
nurse87, 2009).
Kanker adalah Istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
gangguan pertumbuhan selular dan merupakan kelompok penyakit dan bukan
hanya penyakit tunggal (Marilynn E. Doenges dalam nurse87, 2009)

15

Cancer adalah Istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan


malignan dalam setiap bagian tubuh. Pertumbuhan ini tidak bertujuan,
bersifat parasit dan berkembang dengan mengorbankan manusia yang
menjadi hospesnya. Sedangkan Carsinoma adalah pertumbuhan kanker pada
jaringan epitel.(Sue Hinchlif dalam nurse87, 2009).
Buli buli adalah tempat penampungan urine yang berasal dari ginjal.
Kanker buli-buli adalah tumor ganas yang didapatkan dalam buli-buli
(kandung kemih) (nurse87, 2009)
Dinding

vesika

urinaria

dilapisi

oleh sel

transisional dan sel

skuamosa. Lebih dari 90% kanker vesika urinaria berasal dari sel transisional
dan disebutkarsinoma sel transisional, sisanya adalah karsinoma sel
skuamosa.
2.

Etiologi
Penyebab yang pasti dari kanker vesika urinaria tidak diketahui.
Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa
faktor resiko:
b.

Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan

c.
d.

dengan pertambahan usia.


Merokok,merupakan faktor resiko utama
Lingkungan kerja

Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita


kanker

ini

karena

di

tempatnya

bekerja

ditemukan

bahan-

bahan karsinogenik(penyebab kanker). Misalnya pekerja industri karet,


kimia, kulit.
4. Infeksi, terutama infeksi parasit (skistosomiasis).
5. Pemakaian siklofosfamid atau arsenik untuk mengobati kanker dan
penyakit lainnya.

16

6. Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil
terdapat pada orang Asia.Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.
7. Riwayat keluarga
Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung kemih
memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini. Peneliti sedang
mempelajari adanya perubahan gen tertentu yang mungkin meningkatkan
resiko terjadinya kanker ini.
3. Manifestasi klinis
Gejalanya bisa berupa:
1.
2.
3.
4.

Hematuria (adanya darah dalam kencing)


Rasa terbakar atau nyeri ketika berkemin
Desakan untuk berkemih
Sering berkemih terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar

kencing
5. Badan terasa panas dan lemah
6. Nyeri pinggang karena tekanan saraf
7. Nyeri pada satu sisi karena hydronefrosis
Gejala dari kanker vesika uranaria menyerupai gejala infeksi kandung kemih
(sititis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan.
Patut dicurigai suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi,
gejalanya tidak menghilang.
4. Penatalaksanaan Medis
Faktor-faktor yang mempengaruhi rencana pengobatan mliputi jenis
tumor, kedalam invasi tumor dalam kandung kemih, penyebaran penyakit,
dan keadan umum klien. Factor-faktor tersebut penting dalam rencana
perawatan klien. Reseksi transurethral (TUR) dan vulgrasi digunakan pada
karsinoma insitu atau untuk lesi permukaan yang kecil. Karena kecepatan
kambuhnya tinggi, kemoterapi intravesikal atau immunoterapi mungkin
dianjurkan. Tiopeta, mitomicin, dan doksorubinsin adalah agen yang telah
digunakan untuk pengobatan intravesikal. Terapi laser juga sebuah terapi
17

yang mungkin untuk klien dengan lesi kecil. Reseksi kandung kemih
segmental digunakan untuk tumor besar dan tunggal pada puncak kandung
kemih atau dinding laterala atau untuk adenokarsinoma.
Ketika tumor itu incasif atau tidak dapat ditangani atau dikontrol
dengan pendekatan yang konservatif, sistektomi adalah pengobatan pilihan.
Sistektomi sederhana pada seorang pria meliputi pengangkatan kandung
kemih, prostate dan vesicaurinaria; sedangkan pada seorang wanita meliputi
pengangkatan kandung kemih dan uretra. Iversi urinarius setelah sistektomi
dapat dicapai dengan menggunakan sebuah segmen ileum untuk membentuk
sebuah salauran antara ureter dan abdomen eksternal. Pilihan lain bagi klien
mungkin pembentukan reservoir ileum kontinen yang tidak membutuhkan
apparatus penampungan eksternal.
Terapi radiasi untuk kanker kandung kemih sebagai modalitas
penatalaksanaan tunggal, untuk penyakit invasive yang mempeunyai
kemungkinan

sembuh

rta-rata

16-30%,

ini

lebih

rendah

daripada

penatalaksanaan sistektomi, tetapi radiasi dapat digunakan pada klien yang


tidak ditangani dengan pembedahan. Tidak ada regimen kemoterapi pasti
yang telah dianjurkan untuk pengobatan kanker kemih tahap lanjut.

5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tidak ada tes screening dini yang akurat untuk menemukan penyakit ini,
namun dapat dilakukan sitologi urine untuk melihat adanya sel kanker.
Lavase kandung kemih dengan salin mungkin akurat. Aliran sitometri dari
urine untuk memeriksa ploidi DNA. Pielogram IV untuk mengevaluasi
traktus urinarius bagian atas dan pengisian kandung kemih. Biopsy pada
daerah yang dicurigai.
2. Pemeriksaan air kemih menunjukkan adanya darah dan sel-sel kanker.
18

3. Sistografi

atau urografi

intravena bisa

menunjukkan

adanya

ketidakteraturan pada garis luar dinding kandung kemih.


4. USG, CT scan atau MRI bisa menunjukkan adanya kelainan dalam
kandung kemih.
5. Sistoskopi dilakukan untuk melihat kandung kemih secara langsung dan
mengambil contoh jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik.
6. Kadang sistoskopi digunakan untuk mengangkat kanker
6. Asuhan Kepearawatan pada pasien CA. Vesika urinaria
A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,
tanggal masuk rumah sakit, alamat, suku dan bangsa yang digunakan,
nomor register, diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah
yang intermitten, merasa panas waktu kencing. Merasa ingin kencing,
sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar
kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas badan dan merasa lemah,
nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada satu sisi karena
hydronephrosis
3. Riwayat penyakit sekarang.
Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas dan factor yang
mempengaruhi atau memperberat keluhan sehingga dibawa ke rumah
sakit.
4. Riwayat penyakit dahulu
Yang perlu dikaji pasien pernah menderita penyakit batu buli buli
sebelumnya dan penyakit yang pernah diderita pasien.
5. Riwayat penyakit keluarga.

19

Dalam pengkajian ini dalam keluarga ada yang menderita penyakit


batu buli buli atau tidak, ada penyakit menurun atau menular.
6. Pemeriksaan Fisik
a. (B1) Breath
Pada Inspeksi pernapasan berapa kali dalam satu menit, apa ada
rektraksi otot otot bantu pernapasan, pada Auskultasi adakah suara nafas
tambahan ronchi atau wheezing.
b. (B2) Blood
Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros
atau micros hematuria, Lukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan
terdapat pus dan bakteri dalam urine. Pada auskultrasi didapatkan suara S1
dan S2 tungggal, tidak ada murmur.
c. (B3) Brain
a) Tingkat kesadaran biasanya compos mentis
b) Kepala, leher.
c) Mata.
d) Telinga, hidung, mulut dan
e) Motorik.
f) Sensorik
d. (B4) Bladder
Sebelum operasi mengalami gangguan buang air kecil, kadang
kadang hematuri dan nyeri waktu buang air kecil. Setelah operasi
mengalami gangguan miksi spontan karena terpasang Dower Kateter.
e. (B5) Bowel
f. (B6) Bone
Adanya keterbatasan aktivitas akibat nyeri yang timbul dan tidak
mengalami gangguan ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah.
7. Riwayat psikologis.
Dalam hal ini yang perlu dikaji adalah tanggapan pasien mengenai
penyakitnya stelah dilakukan operasi dan bagaimana hubungan pasien
dengan orang lain serta semangat dan keyakinan pasien untuk sembuh.
8. Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pemebesaran suprapubic
bilatumor sudah besar.

20

Palpasi, teraba tumor /msasa) suprapubic, pemeriksaan bimanual teraba


tumor pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT
atau RT.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (kronis) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan
jaringan syaraf, infiltrasi system suplai syaraf, obtruksi jalur syaraf,
inflamasi), efek samping terapi kanker ditandai dengan klien mengatakan
nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri
kelelahan.
2. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik

yang

berhubungan

dengan

kanker,

konsekuensi

kemoterapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya


rasa kecap, nausea), emosional distress, fatigue, ketidakmampuan
mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat,
hilangnya rasa kecap 20 % atau lebih di bawah ideal, penurunan massa
otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi, interprestasi, keterbatasan
kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya,
pernyataan

miskonsepsi,

tidak

akurat

dalam

mengikuti

intruksi/

pencegahan komplikasi.
C.

Intervensi

1. Nyeri (kronis) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan


jaringan syaraf, infiltrasi system suplai syaraf, obtruksi jalur syaraf,
inflamasi), efek samping terapi kanker ditandai dengan klien mengatakan
nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi
nyeri kelelahan.
Tujuan :

21

a.
b.
c.
d.

Klien mampu mengotrol nyeri dengan melakukan aktifitas


Melaporkan nyeri yang dialaminya
Mengikuti program pengobatan
Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri
melalui aktifitas yang mungkin

Kriteria Hasil : nyeri klien berkurang


Intervensi:
a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas.
b. Evaluasi terapi: Pembedahan, radiasi, kemoterapi, bioterapi, ajarkan
klien dan keluarga tentang cara menghadapinya.
c. Berikan
pengalihan
seperti
reposisi

dan

aktifitas

menyenangkan sepertimendengarkan music atau nonton TV.


d. Menganjurkan tehnik pengangan stress (tehnik relaksasi, visualisai,
bimbingan), gembira dan berikan sentuhan terapeutik.
e. Evaluasi nyeri dan berikan pengobatan bila perlu
2. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik

yang

berhubungan

dengan

kanker,

konsekuensi

kemoterapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya


rasa kecap, nausea), emosional distress, fatigue, ketidakmampuan
mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat,
hilangnya rasa kecap 20 % atau lebih di bawah ideal, penurunan massa
otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
Tujuan :
a. Klien menunjukkan berat badan stabil, hasil lab normal dan tidak ada
tanda malnutrisi
b. Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan
penyakitnya
c. Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan
penyakitnya
Kriteria Hasil : berat badan klien stabil.

22

Intervensi:
a. Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai
dengan kebutuhannya.
b. Timbang dan ukur berat badan, ukur trisep serta amati penurunan
berat badan.
c. Kaji pucat, dan penyembuhan yang lambat dan pembesaran kelenjar
parotis.
d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan
intake cairan yang
e. Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. hindarkan
makanan yang terlalu manis, lemak dan pedas.
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi, interprestasi, keterbatasan kognitif ditandai
dengan

sering

miskonsepsi,

bertanya,

tidak

akurat

menyatakan
dalam

masalahnya,

mengikuti

pernyataan

intruksi/pencegahan

komplikasi.
Tujuan :
a. Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan
pengobatan pada tingkatan siap
b. Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alas an
mengikuti prosedur tersebut.
c. Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi
dalam pengobatan.
d. Bekerja sama dalam pengobatan.
Kriteria Hasil :

pengetahuan klien tentang penyakit bertambah.

Intervensi:
a. Review pengertian klien dan keluarga tentang pengobatan dan
akibatnya
b. Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya
c. Membantu klien dalam memahami proses keperawatan

23

d. Berikan bimbingan kepada klien / sebelum mengikuti prosedur


pengobatan, terapi yang lama dan pengobatan, komplkasi
e. Anjurkan klien memberikan umpan balik verbal dan mengoreksi
miskonsepsi tentang penyakitnya

BAB III
PENUTUP

24

A. Kesimpulan
Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral
yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan
menjadi simpai bedah.
Buli buli adalah tempat penampungan urine yang berasal dari
ginjal. Kanker buli-buli adalah tumor ganas yang didapatkan dalam bulibuli (kandung kemih)
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu kepada mahasiswa
keperawatan dapat Mengingatkan dalam setiaap permasalahan kesehatan yang
menyangkut saluran kemih atau pun BPH,dan dapat mengerti semua konsep
tentang kanker vesika urnari adan BPH.

25

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer C, Suzanne, Bare G Brenda, 2001. Keperawatan medikal bedah. edisi 8,
volume 2 EGC, Jakarta.
Doengoes, Marllyn. 2000. Rencana asuhan keperawatan.Edisi 3. EGC. Jakarta
Hotma Rumahorbo, Skb ( Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
endokrin). EGC.
Patofisiologi (Konsep klinis proses-proses penyakit) Edisi 6
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

26

Anda mungkin juga menyukai