Oleh: Kelompok 7
Dika Andria Nursalam
34413514038
Diki Nugraha
34413514039
Resti Maudini
34413414106
Tingkat : 2B
AKADEMI KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena
berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul
ASUHAN KEPERAWATAN BPH (BENIGNA HIPERTROPI PROSTAT)
DAN CA. VESIKA URINARIA. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal bedah III.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..............................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
15
DAFTAR PUSTAKA 21
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau dalam bahasa umumnya
dinyatakan sebagai pembesaran prostat jinak (PPJ), merupakan suatu
penyakit yang biasa terjadi. Ini di lihat dari frekuensi terjadinya BPH di
dunia, di Amerik secara umum dan di Indonesia secara khususnya. Di dunia,
diperkirakan bilangan penderita BPH adalah seramai 30 juta, bilangan ini
hanya pada kaum pria kerana wanita tidak mempunyai kalenjar prostat,
maka oleh sebab itu, BPH terjadi hanya pada kaum pria (emedicine, 2009).
Jika dilihat secara epidemiologinya, di dunia, dan kita jaraskan menurut
usia, maka dapat di lihat kadar insidensi BPH, pada usia 40-an,
kemungkinan seseorang itu menderita penyakit ini adalah sebesar 40%, dan
setelah meningkatnya usia, yakni dalam rentang usia 60 hingga 70 tahun,
persentasenya meningkat menjadi 50% dan diatas 70 tahun, persen untuk
mendapatkannya bisa sehingga 90% (A.K. Abbas, 2005). Akan tetapi, jika
di lihat secara histologi penyakit BPH, secara umum membabitkan 20% pria
pada usia 40-an, dan meningkat secara dramatis pada pria berusia 60-an, dan
90% pada usia 70 . Di indonesia, penyakit pembesaran prostat jinak menjadi
urutan kedua setelah penyakit batu saluran kemih, dan jika dilihat secara
umumnya, diperkirakan hampir 50 persen pria Indonesia yang berusia di
atas 50 tahun, dengan kini usia harapan hidup mencapai 65 tahun ditemukan
menderita penyakit PPJ atau BPH ini. Selanjutnya, 5 persen pria Indonesia
sudah masuk ke dalam lingkungan usia di atas 60 tahun. Oleh itu, jika
dilihat, dari 200 juta lebih bilangan rakyat indonesia, maka dapat
diperkirakan 100 juta adalah pria, dan yang berusia 60 tahun dan ke atas
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP BPH (BENIGNA HIPERTROPI PROSTAT)
1. Pengertian
BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat
membesar, memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan
menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan
hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat
karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi
kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya
bertambah banyak. Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak
menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka dalam literatur di
benigna hiperplasia of prostat gland atau adenoma prostat, tetapi
hipertropi prostat sudah umum dipakai.
Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral
yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan
menjadi simpai bedah.
2. Etiologi
karena
ketidakmampuan
otot
destrussor
dalam
lebih tua.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah
Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter,
hidronefrosis, gagal ginjal.b. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila
10
8. Asuhan
Keperawatan
pada
Pasien
dengan
Benigna
Prostat
Hipertropi (BPH)
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 30 April 2016. Jam 08.00
WIB diruang Dahlia RSUD cianjur. Pengkajian didapat
melalui wawancara dengan klien, keluarga, dan data status
klien.
1. Identitas Identitas
a. Klien Nama :
b. Umur :
c. Jenis kelamin :
d. Status perkawinan : K
e. Pendidikan :
f. Pekerjaan :
g. Suku :
h. No. RM :
i. Tanggal masuk :
j. Tanggal pengkajian :
k. Diagnosa Medis :
l. Alamat :
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hubungan dengan klien :
Alamat :
3. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama Klien
b. Riwayat Penyakit Sekarang Klien.
12
4. Pola funsional
5. Pemeriksaan Fisik
a. TTV: TD, RR, N, S
b. Abdomen I
c. Genetalia
6. Data focus
a. Data subjektif
b. Data objektif
6. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
b. Retensi urine berhubungan dengan obstruksi
mekanik
prosedur
bedah
di
tandai:
peningkatan
tekanan,ketakutan, kekhawatiran.
a.
3. Intervensi Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu
mempertahankan derajat nyeri secara adekuat.
Kriteria hasil:
a. Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau
hilang
b. Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
Intervensi:
a. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor
pencetus serta penghilang nyeri.
b. Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening
c.
d.
bawah
merokok, abdomen tegang)
Lakukan perawatan aseptik terapeutik. Laporkan pada dokter
jika nyeri meningkat
13
f.
prosedur
bedah
di
tandai:
peningkatan
tekanan,ketakutan, kekhawatiran
Tujuan :
a. Pasien tampak rileks
14
15
vesika
urinaria
dilapisi
oleh sel
skuamosa. Lebih dari 90% kanker vesika urinaria berasal dari sel transisional
dan disebutkarsinoma sel transisional, sisanya adalah karsinoma sel
skuamosa.
2.
Etiologi
Penyebab yang pasti dari kanker vesika urinaria tidak diketahui.
Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa
faktor resiko:
b.
c.
d.
ini
karena
di
tempatnya
bekerja
ditemukan
bahan-
16
6. Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil
terdapat pada orang Asia.Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.
7. Riwayat keluarga
Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung kemih
memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini. Peneliti sedang
mempelajari adanya perubahan gen tertentu yang mungkin meningkatkan
resiko terjadinya kanker ini.
3. Manifestasi klinis
Gejalanya bisa berupa:
1.
2.
3.
4.
kencing
5. Badan terasa panas dan lemah
6. Nyeri pinggang karena tekanan saraf
7. Nyeri pada satu sisi karena hydronefrosis
Gejala dari kanker vesika uranaria menyerupai gejala infeksi kandung kemih
(sititis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan.
Patut dicurigai suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi,
gejalanya tidak menghilang.
4. Penatalaksanaan Medis
Faktor-faktor yang mempengaruhi rencana pengobatan mliputi jenis
tumor, kedalam invasi tumor dalam kandung kemih, penyebaran penyakit,
dan keadan umum klien. Factor-faktor tersebut penting dalam rencana
perawatan klien. Reseksi transurethral (TUR) dan vulgrasi digunakan pada
karsinoma insitu atau untuk lesi permukaan yang kecil. Karena kecepatan
kambuhnya tinggi, kemoterapi intravesikal atau immunoterapi mungkin
dianjurkan. Tiopeta, mitomicin, dan doksorubinsin adalah agen yang telah
digunakan untuk pengobatan intravesikal. Terapi laser juga sebuah terapi
17
yang mungkin untuk klien dengan lesi kecil. Reseksi kandung kemih
segmental digunakan untuk tumor besar dan tunggal pada puncak kandung
kemih atau dinding laterala atau untuk adenokarsinoma.
Ketika tumor itu incasif atau tidak dapat ditangani atau dikontrol
dengan pendekatan yang konservatif, sistektomi adalah pengobatan pilihan.
Sistektomi sederhana pada seorang pria meliputi pengangkatan kandung
kemih, prostate dan vesicaurinaria; sedangkan pada seorang wanita meliputi
pengangkatan kandung kemih dan uretra. Iversi urinarius setelah sistektomi
dapat dicapai dengan menggunakan sebuah segmen ileum untuk membentuk
sebuah salauran antara ureter dan abdomen eksternal. Pilihan lain bagi klien
mungkin pembentukan reservoir ileum kontinen yang tidak membutuhkan
apparatus penampungan eksternal.
Terapi radiasi untuk kanker kandung kemih sebagai modalitas
penatalaksanaan tunggal, untuk penyakit invasive yang mempeunyai
kemungkinan
sembuh
rta-rata
16-30%,
ini
lebih
rendah
daripada
5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tidak ada tes screening dini yang akurat untuk menemukan penyakit ini,
namun dapat dilakukan sitologi urine untuk melihat adanya sel kanker.
Lavase kandung kemih dengan salin mungkin akurat. Aliran sitometri dari
urine untuk memeriksa ploidi DNA. Pielogram IV untuk mengevaluasi
traktus urinarius bagian atas dan pengisian kandung kemih. Biopsy pada
daerah yang dicurigai.
2. Pemeriksaan air kemih menunjukkan adanya darah dan sel-sel kanker.
18
3. Sistografi
atau urografi
intravena bisa
menunjukkan
adanya
19
20
yang
berhubungan
dengan
kanker,
konsekuensi
miskonsepsi,
tidak
akurat
dalam
mengikuti
intruksi/
pencegahan komplikasi.
C.
Intervensi
21
a.
b.
c.
d.
dan
aktifitas
yang
berhubungan
dengan
kanker,
konsekuensi
22
Intervensi:
a. Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai
dengan kebutuhannya.
b. Timbang dan ukur berat badan, ukur trisep serta amati penurunan
berat badan.
c. Kaji pucat, dan penyembuhan yang lambat dan pembesaran kelenjar
parotis.
d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan
intake cairan yang
e. Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. hindarkan
makanan yang terlalu manis, lemak dan pedas.
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi, interprestasi, keterbatasan kognitif ditandai
dengan
sering
miskonsepsi,
bertanya,
tidak
akurat
menyatakan
dalam
masalahnya,
mengikuti
pernyataan
intruksi/pencegahan
komplikasi.
Tujuan :
a. Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan
pengobatan pada tingkatan siap
b. Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alas an
mengikuti prosedur tersebut.
c. Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi
dalam pengobatan.
d. Bekerja sama dalam pengobatan.
Kriteria Hasil :
Intervensi:
a. Review pengertian klien dan keluarga tentang pengobatan dan
akibatnya
b. Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya
c. Membantu klien dalam memahami proses keperawatan
23
BAB III
PENUTUP
24
A. Kesimpulan
Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral
yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan
menjadi simpai bedah.
Buli buli adalah tempat penampungan urine yang berasal dari
ginjal. Kanker buli-buli adalah tumor ganas yang didapatkan dalam bulibuli (kandung kemih)
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu kepada mahasiswa
keperawatan dapat Mengingatkan dalam setiaap permasalahan kesehatan yang
menyangkut saluran kemih atau pun BPH,dan dapat mengerti semua konsep
tentang kanker vesika urnari adan BPH.
25
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer C, Suzanne, Bare G Brenda, 2001. Keperawatan medikal bedah. edisi 8,
volume 2 EGC, Jakarta.
Doengoes, Marllyn. 2000. Rencana asuhan keperawatan.Edisi 3. EGC. Jakarta
Hotma Rumahorbo, Skb ( Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
endokrin). EGC.
Patofisiologi (Konsep klinis proses-proses penyakit) Edisi 6
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
26