as
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Umum
:
Mahasiswa agar mengetahui tentang Prosedur tindakan TURP
Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa mampu mengetahui tahap-tahap pemasangan kateter urin, bladder
training, irigasi kateter dan spooling kateter.
2. Mahasiswa mampu mendemonstrasikan pemasangan kateter urin, bladder
training, irigasi kateter dan spooling kateter.
B. POKOK BAHASAN
1. Pengertian
2. Indikasi dan Kontraindikasi
3. Peralatan
4. Cara / Prosedur
C. MATERI
Pengertian
Pemeriksaan fisik pada kehamilan dilakukan melalui pemeriksaan pandang
(inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi), periksa dengar (auskultasi), dan periksa
ketuk (perkusi). Pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki,
yang dalam pelaksanannya dilakukan secara sistematis atau berurutan.
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dengan tepat dan benar sesuai dengan
pedoman yang meliputi pemeriksaan fisik mulai dari kepala sampai kaki (head to
toe), pemeriksaan Leopold I IV, pemeriksaan DJJ, perhitungan usia kehamilan,
dan perhitungan taksiran persalinan.
Pemeriksaan Leopold adalah pemeriksaan palpasi yang dilakukan pada ibu hamil
untuk mengetahui posisi janin dalam uterus. Pemeriksaan obstetric secara palpasi
pada abdomen dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan janin dengan menilai
letak dan persentasi janin dalam kandungan. Dalam kebidanan peda sasat ini
dikenal Palpasi Leopold. Palpasi Leopold ini dilakukan dengan 4 langkah yaitu:
Leopold I, Leopold II, Leopold III, Leopold IV. Masing-masing langkah
mempunyai tujuan tersendiri.
A.
Pengertian
Pemasangan kateter adalah pemasukan selang yang terbuat dari plastik atau karet
melalui uretra menuju kandung kemih (vesika urinaria)
B.
Tujuan
1.
Melancarkan pengeluaran urin pada klien yang tidak dapat mengontrol miksi
atau mengalami obstruksi pada saluran kemih
2.
Memantau pengeluaran urine pada klien yang mengalami gangguan
hemodinamik.
C.
Indikasi
1.
Kateter semnetara.
a.
b.
2.
a.
b.
Pembedahan untuk memperbaiki organ perkemihan, seperti vesika urinaria,
urethra dan organ sekitarnya.
c.
d.
e.
3.
a.
b.
Skin rash, ulcer dan luka yang iritatif apabila kontak dengan urine.
c.
D.
Kontra Indikasi
Alat-alat
1.
2.
3.
4.
5.
Larutan pembersih
6.
Jelly
7.
8.
Spuit 20 cc
9.
Aquadestilata
Jenis-jenis kateter
1.
Kateter plastik : digunakan sementara karena mudah rusak dan tidak fleksibel
2.
Kateter latex atau karet : digunakan untuk penggunaan atau pemakaian dalam
jangka waktu sedang (kurang dari 3 mingu).
3.
Kateter silicon murni atau teflon : untuk menggunakan jangka waktu lama 2-3
bulan karena bahan lebih lentur pada meatur urethra.
4.
Kateter PVC : sangat mahal untuk penggunaan 4-5 minggu, bahannya lembut
tidak panas dan nyaman bagi urethra.
5.
Kateter logam : digunakan untuk pemakaian sementara, biasanya pada
pengosongan kandung kemih pada ibu yg melahirkan.
G.
Ukuran kateter
1.
Anak
2.
Wanita
: 14-16 Fr
3.
Laki-laki
: 16-18 Fr
H.
Prosedur
a.
1.
2.
3.
4.
Pasien Terlentang
5.
6.
7.
8.
9.
16. Jika waktu memasukan kateter terasa adanya tekanan jangan dilanjutkan
17. Selama pemasangan kateter anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam
18. Isi balon kateter dengan aquadest sebanyak 10-20cc
19. Tarik kateter sampai ada tahanan balon
20. Lepas duk
21. Lepas sarung tangan
22. Fiksasi kateter dengan menggunakan plester
23. Gantung urine bag dengan posisi rendah daripada vesicaurinaria
24. Kembalikan posisi klien senyaman klien
25. Ganti selimut mandi klien dengan selimut tidur, klau perlu ganti pakaian
26. Bereskan alat
27. Cuci tangan
28. Dokumentasi
BLADDER TRAINNING
1.
PENGERTIAN
Bladder training adalah salah upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kencing
yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik.
Bladder training merupakan salah satu terapi yang efektif diantara
terapinonfarmakologis.
2.
TUJUAN
Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan
mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi
pengeluaran air kemih.
Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan berbagai
teknik distraksi atau tekhnik relaksasi sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang,
hanya 6-7 kali per hari atau 3-4 jam sekali. Melalui latihan, penderita diharapkan
dapat menahan sensasi berkemih.
Tujuan yang dapat di capai dalam sumber yang lain adalah :
Klien dapat mengontrol berkemih
Klien dapat mengontrol buang air besar
Menghindari kelembaban dan iritasi pada kulit lansia
Menghindari isolasi social bagi klien
3.
INDIKASI
Penyuluhan
Memberikan pengertian kepada klien tentang tata cara latihan bladder training yang
baik, manfaat yang akan di capai dan kerugian jika tidak melaksanakan bladder
training dengan baik.
Tahapan latihan mengontrol berkemih
Beberapa tindakan yang dapat membantu klien untuk mengembalikan control kemih
yaitu :
Tindakan
Persiapan alat :
Jam
Minta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian kontraksikan otot
anterior secara perlahan sampai hitungan ke empat
Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan
Ulangi latihan 4 jam sekali, saat bangun tidur sealam 3 bulan
Latihan 4
Apabila memungkinkan, anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi (lutut di tekuk) kepada
klien
Evaluasi
Klien dapat menahan berkemih dalam 6-7 kali perhari atau 3-4 jam sekali
Bila tindakan point 5 seperti tersebut dirasakan belim optimal atau terdapat
gangguan :
Maka metode diatas dapat di tunjang dengan metode rangsangan dari eksternal
misalnya dengan suara aliran air dan menepuk paha bagian dalam
Menggunakan metode untuk relaksasi guna membantu pengosongan kandung kemih
secara total, misalnya dengan membaca dan menarik napas dalam.
Menghindari minuman yang mengandung kafein.
Minum obat diuretic yang telah diprogramkan atau cairan untuk meningkatkan
diuretic.
Sikap
Jaga privasi klien
Lakukan prosedur dengan teliti
5.
PENATALAKSANAAN
Program latihan berkemih yaitu latihan penguatan otot dasar panggul (pelvic floor
exercise) latihan fungsi kandung kemih (bladder training) dan program kateterisasi
intermitten.
Latihan otot dasar panggul menggunakan bio feed back
Latihan otot dasar panggul menggunakan vaginal weight cone therapy. Selain
behavioral therapies, dikenal pula intervensi lain, yaitu perawatan dan pemanfaatan
berbagai alat bantu terapi.
10
11
8. Klem slang pada sistem drainase untuk aliran intermetin, buka klem pada slang
irigasi, dan alirkan sejumlah cairan yang diprogrmkan masuk ke kandung kemih (100
ml adalah normal untuk orang dewasa). Tutup klem slang irigasi, kemudian buka
klem slang drainase.
9. Untuk irigasi kontinu, hitung kecepatan tetesan tetesan dan atur klem pada slang
irigasi secara tepat; yakinkah klem pada slang drainase pada kantung drainas
10. Buang alat yang terkontaminasi, lepaskan sarung tangan, dan cuci tangan.
11. Catat jumlah larutan yang digunakan sebagai iringan, jumlah kembali seperti yang
didrainase, serta konsistensi drainase pada catatan perawat dan lembaran asupan dan
haluaran. Laporkan oklusi kateter, perdarahan tiba-tiba, infeksi, atau peningkatan
nyeri pada dokter.
12. Lengkapi akhir protokol ketrampilan (lihat lampiran).
Rasional langkah
Mendeteksi apakah kateter atau sistem drainase urine tidak berfungsi, memblok
drainase.
Mengurangi transmisi mikroorganisme
Mencegah kehilangan larutan irigasi
Menghilangkan udara silang
Kateter tiga saluran atau konektor-Y memberikan cara untuk larutan irigasi masuk ke
kandung kemih. Sistem harus tetap steril.
Meyakinkan bahwa urine dan larutan irigasi akan mengalir dari kandung kemih
Cairan mengisi melalui kateter ke dalam kandung kemih, sistem pembilas. Cairan
mengalir ke luar setelah irigasi selesai.
Meyakinkan kontinuitas, meskipun irigasi sistem kateter. Mencegah akumulasi
larutan di kandung kemih yang dapat menyebabkan distensi kandung kemih dan
kemungkinan cedera
Mengurangi penyebaran mikroorganisme
Mendokumentasikan prosedur toleransi klien.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://www.softilmu.com/2015/11/prosedur-pemeriksaan-leopold.html
Ns. Deswani. 2012 . Panduan Peraktik Klinik Dan Laboraturium. Jakarta.
Salemba medika.
13