Anda di halaman 1dari 33

PRESENTASI KASUS RADIOLOGI

MASSA PARAMETRIUM DEXTRA DDx CYSTOMA OVARII dan


TPO DEXTRA, HIDRONEFROSIS DEXTRA DAN CHOLECYSTITIS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan Profesi
Dokter Bagian Ilmu Radiologi di Badan Rumah Sakit Daerah Wonosobo

Diajukan Kepada :
dr. Kus Budayantiningrum, Sp. Rad
Disusun Oleh :
Putri Pratiwi HIdayat
20090310052
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA BAGIAN ILMU RADIOLOGI RUMAH SAKIT DAERAH
WONOSOBO

2015

BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama

: Ny. S

Umur

: 54 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Status

: Menikah

Alamat

: Kalikajar Wonosobo

No CM

: 628312

Tanggal masuk RS : 08 Mei 2015


B. ANAMNESIS

Keluhan Utama

: Nyeri perut kanan bawah sejak 1 minggu

Keluhan Tambahan : Nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan


bawah, keputihan berbau amis, BAB dan BAK kurang lancar.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke IGD RSUD Setjonegoro dengan keluhan sakit perut kanan
bawah sudah kurang lebih 1 minggu. Perut terasa tidak nyaman dan nyeri
saat ditekan pada sebelah perut kanan bawah. BAB sulit dan hanya keluar
sedikit-sedikit, darah (-), lendir (-). Flatus (+) tetapi kurang lancar. BAK (+)
tetapi sedikit-sedikit dan jarang, kadag-kadang terasa sakit, warna kuning.
Mual (-), muntah (-), kembung (-), perdarahan dari jalan lahir (-). Keputihan
(+), warna kekuningan (+), bau (+), dan sedikitit gatal. Menstruasi (+) tetapi
tidak rutin setiap bulan.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat opname (-), hipertensi (-), DM (-), penyakit jantung (-), asma (-),
penyakit lainnya (-).

Riwayat Penyakit Keluarga :


Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang
serupa dengan pasien.

Riwayat obsgyn :
Pasien merupakan seorang P3A0, semua persalinan pervaginal, riwayat
abortus (-), riwayat menstruasi : pasien mengaku siklus mensnya sudah tidak
lancar. Riwayat KB : pasien mengaku pernah KB suntik dan pil.
Anamnesis Sistem

Sistem Serebrospinal

: Keadaan sadar, pusing.

Sistem Kardiovaskular

: nyeri dada (-), sesak nafas (-), dada berdebar-

debar (-).
: Sesak nafas (-), batuk (-)

Sistem Gastrointestinal

: Mual (-), flatus (+), muntah (-), BAB sulit.

Sistem Urogenital

: BAK (+) nyeri, warna kuning,

Sistem Integumentum

: tidak ada keluhan

Sistem Muskuloskeletal

: tidak ada udem, deformitas maupun fraktur.

C.

Sistem Respiratorius

PEMERIKSAAN FISIK
1.

Keadaan Umum : Sedang, tampak kesakitan

2.

Kesadaran : Compos mentis

3.

Vital Sign

a.

Suhu

: 37,5 C

b.

Nadi

: 90x/menit, teratur, kuat angkat, isi dan tegangan cukup

c.

Pernafasan

d.

Tekanan darah : 116/76 mmHg

a.

: 30 x/menit, tipe thorakoabdominal

4.

Pemeriksaan Kepala
a.

Bentuk Kepala : Mesochepal

b.
5.
Konjungtiva

Rambut

: Tidak mudah dicabut

Pemeriksaan Mata
: Pada mata kanan dan kiri tidak anemis
b. Sklera

: Mata kanan dan kiri tidak ikterik


3

c. Pupil: Isokor kanan-kiri, reflek cahaya (+ /+)


d. Palpebra : edema (-)/(-)
6.

Pemeriksaan Hidung

a.

Bentuk

: normal, tidak terdapat deformitas

b.

Sekret

: tidak terdapat sekret hidung

7.

Pemeriksaan Mulut

a.

Bibir

: Bibir basah

b.

Lidah

: Lidah tidak kotor

c.

Tonsil

: Tidak membesar

d.

Faring

: Tidak hiperemis

8.

Pemeriksaan Telinga

a.

Bentuk

: normal, tidak terdapat deformitas

b.

Sekret

: tidak ada

c.

Fungsional

: pendengaran baik

9.

Pemeriksaan Leher

a.

JVP

: tidak meningkat

b.

Kelenjar tiroid

: tidak membesar

c.

Kelenjar limfonodi

: tidak membesar

d.

Massa

: tidak tampak massa

10.

Pemeriksaan Thoraks
a. Paru-paru
1)

Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada


retraksi, ketinggalan gerak (-).

2) Palpasi : vocal fremitus kanan = kiri, ketinggalan gerak


(-)
3)

Perkusi : sonor pada lapang paru kanan &


kiri

4)

Auskultasi : suara dasar vesikuler normal


pada lapang paru kanan & kiri, Ronkhi (-)/(-),
wheezing (-)/(-)

b. Jantung
4

1) Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

2) Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

3) Perkusi

: Batas jantung

a) Kanan atas

: SIC III LPS dextra

b) Kanan bawah : SIC V LPS dextra


c) Kiri atas

: SIC III LMC sinitra

d) Kiri bawah

: SIC V LMC sinistra


4) Auskultasi : Suara jantung S1 & S2 reguler,
murmur (-), gallop (-)

11.

Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi

: supel (+), benjolan (-), venektasi (-), tanda

radang (-), distensi (-)


b. Auskultasi : peristaltik (+) normal
c. Perkusi

: timpani pada semua lapang abdomen,

pekak hepar (-), nyeri ketok kostovertebra (-/-)


d. Palpasi

: supel (+), teraba massa (+), pada kuadran

kanan bawah, konsistensi keras & padat, immobile,


nyeri tekan (+)
12. Pemeriksaan Ekstremitas
a. Superior : deformitas (-), edem (-), akral hangat, nyeri otot (-), nyeri
sendi (-), kekuatan 5/5, sensibilitas N/N
b. Inferior : deformitas (-), edema (-), akral hangat, nyeri otot betis(-),
nyeri sendi (-),kekuatan 5/5, sensibilitas N/N
D.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Hemoglobin
Leukosit
Diff Count
Eosinofil
Basofil
Neutrofil
Limfosit

Nilai
11.7 g/dl (N)
10.400/ul (N)
1.50% (L)
0.20% (N)
62.40% (N)
28.90% (N)
5

Monosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
BT
CT
GolDa
Urin
Kehamilan
HbsAg

7.00% (N)
37% (N)
4.4 x 106 /ul
535.000/ul (H)
83 fl (N)
27 pg (N)
32 g/dl (N)
2.00 (N)
3.00 (N)
A
Negatif
Negatif

Gambaran Radiologi
USG tanggal 6 Mei 2015

Hepar : Besar normal , struktur echo parenchymahomogen, System vasukular &


biliare tak melebar
Lien : Besar normal struktur echo parenchym homogen
6

V.Vellea : Batas normal, sludge (+), Batu (+) multipel kecil-kecil dengan aucustic
shadow
Pancreas : Besar normal, struktur echo parenchym homogen
Ren Dx : Besar normal, PCS melebar, batu (-), parenchyma baik.
Ren Sn: Besar normal, PCS tak melebar, batu (-), parencym baik.
Vesica Urinaria : Dinding regular, endapan (-), massa (-)
Uterus : Besar normal, Tampak massa anechoic dengan bagian-bagian
hyperechoic pada parametrium dextra, batas tegas, masa cystic Uk 5,44 x 5,66 dan
massa hyperechoic 4,53 x 3,96 cm
Kesan : Massa cystic dan padat pada parametrium dextra
DDx : Cystoma Ovarii & TPO Dx
Hidronefrosis Dextra
Cholelytiasis kecil-kecil dan Cholecystitis
Foto BNO 2 Posisi 7 Mei 2015

Jumlah udara dalam usus

: dbn, foecal material (+)

Delatasi Usus

: (-)

Air fluid level

: (-) Free air (-)


7

Kountour Ren Dx & Sinistra tak jelas


Vertebrae

: Spur (-)

Kesan : Tak tampak illius / pneumoperitonium.


E. DIAGNOSIS
Assessment : massa intra abdomen parametrium dextra
DDx Kistoma Ovari & TPO Dextra
F. TERAPI

Inf RL 20 tpm

Inj :
Cefotaxime 2 x 1 gram
Ketorolac 2 x 1 A
Puasa (persiapan USG Pagi Hari)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TUMOR PADA OVARIUM

Ovarium pada seorang wanita dewasa terletak di kiri dan

kanan dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium berhubungan


dengan uterus dengan ligamentum ovarii proprium. Pembuluh darah kedua
ovarium melalui ligamentum suspensorium ovarii.

Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan


tanda, terutama tumor ovarium yang kecil. Sebagian besar tanda dan gejala
adalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin, atau komplikasi dari
tumor tersebut.

Gambar 1. Anatomi

Ovarium

Epidemiologi

Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak

dari semua kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan
9

karena penyakit ini awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan


keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien datang
pada stadium lanjut.

Gambar 2. Kejadian Kanker

Ovarium

Umumnya secara histologis hampir seluruh kanker ovarium

berasal dari epitel, yaitu menempati sekitar 8590% dari seluruh kanker
ovarium.

Patofisiologi
Meskipun kanker ovarium menyebabkan 15-20% kanker

saluran reproduksi wanita, kanker ini menyebabkan lebih banyak kematian


dibanding gabungan tumor lainnya. Kanker ovarium biasanya tidak
bergejala sampai dapat teraba atau menyebar luas.

Kanker ovarium lebih sering terjadi pada wanita infertil


atau yang pernah mengalami abortus spontan berulang, terlambat hamil

10

atau menderita kanker payudara. Di Amerika Serikat, insidennya sebesar


6-7/100.000 dengan kejadian pada kulit hitam dan putih hampir sebanding.

Kanker ovarium sering dihubungkan dengan wanita dengan


angka melahirkan yang rendah dan infertile/tidak subur. Hal ini berkaitan
dengan proses ovulasi dalam ovarium. Pada lapisan korteks, gamet
mengalami perkembangan untuk menjadi matang dan siap dilepaskan ke
rahim dalam hal ini terjadi setiap bulannya. Teorinya, perubahan epitel
korteks secara terus menerus untuk mematangkan gamet dapat memicu
terjadinya mutasi spontan yang pada akhirnya menimbulkan kanker pada
ovarium. Pada wanita yang hamil proses ini terhenti untuk 9 bulan
sehingga resiko kanker semakin turun.

Faktor lain yang dapat meningkatkan resiko kanker adalah :


Menstruasi yang terlalu awal
Menopause yang terlalu terlambat
Faktor genetik, di mana dikatakan resiko tinggi terkena kanker

ovarium bila ada mutasi pada gen BRCA 1 dan gen BRCA 2.
Riwayat pernah menderita kanker payudara atau kanker lainnya pada
usia muda
Sindrom Lynch II
Tidak pernah melahirkan
Melahirkan pertama sekali pada usia > 35 tahun.

Gambar 3. Gejala awal kanker ovarium

Klinis Tumor Ovarium


11

Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda,

terutama tumor ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda
adalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin, atau komplikasi
tumor-tumor tersebut.
Akibat pertumbuhan

Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan


benjolan perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Misalnya, sebuah kista
dermoid yang tidak seberapa besar, tetapi terletak di depan uterus dapat
menekan kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi,
sedang suatu kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut
kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut. Selain
gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi, edema
pada tungkai. Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu makan,

rasa sesak, dan lain-lain.


Akibat aktivitas hormonal

Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali


jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon. Seperti akan diterangkan
pada pembahasan tumor ganas, semua tumor sel granulose dapat
menimbulkan hipermenorea, dan arhenoblastoma dapat menyebabkan

amenore.
Akibat komplikasi

Perdarahan ke dalam kista biasanya terjadi sedikit-sedikit,


sehingga

berangsur-angsur

menyebabkan

kista,

dan

hanya

menimbulkan gejala-gejala klinik minimal. Akan tetapi kalau


perdarahan sekonyong-konyong dalam jumlah yang banyak, akan
12

terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut


mendadak.

Putaran tangkai dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan


diamneter 5 cm atau lebih akan tetapi yang belum amat besar sehingga
terbatas gerakannya. Kondisi yang mempermudah terjadinya torsi
adalah kehamilan uterus yang membesar dapat mengubah letak tumor,
dank arena sesudah persalinan dapat terjadi perubahan mendadak dalam
rongga perut.

Infeksi pada tumor terjadi jika dekat pada tumor ada sumber
kuman pathogen, seperti appendicitis, diverticulitis, atau salpingitis
akut. Kista dermoid cenderung mengalami peradangan disusul
pernanahan.

Robek dinding kista terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dpaat
pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan
lebihs erring pada waktu persetubuhan.

Perubahan keganasan dapat terjadi pada beberapa kista jinak,


seperti kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum,
dan kista dermoid. Oleh karena itu, setelah tumor-tumor tersebut
diangkat pada operasi, perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik yang
seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan. Adanya asites
dalam hal ini mencurigakan adanya anak sebar (metastasis) mempekuat

diagnosis keganasan.
Sindrom Meigs

Dalam 40% dari kasus-kasus fibroma ovarii ditemukan asites dan


hidrothoraks. Keadaan ini dikenal dengan nama sindrom meigs dan
dapat ditemukan pula pada beberapa tumor neoplastik jinak lain.

13

Dengan pengangkatan tumor sindrom juga menghilang. Cairan dalam


rongga thoraks berasal dari cairan dalam rongga perut. Hal ini dapat
dibuktikan dengan penyuntikan tinta India dalam rongga perut, yang
kemudian ditemukan dalam rongga thoraks. Sindrom Meigs perlu
dibedakan dari asites dengan atau tanpa hidrothoraks, yang ditemukan
pada tumor ganas. Dalam hal yang terakhir ditemukan sel-sel tumor
ganas dalam sedimen cairan.

Klasifikasi tumor pada ovarium:


1. Tumor Nonneoplastik
Tumor akibat radang
Tumor lain
a. Kista folikel
b. Kista korpus luteum
c. Kista lutein
d. Kista inklusi germinal
e. Kista endometrium
f. Kista Stein-Leventhal
2. Tumor Neoplastik Jinak
Kistik
a. Kistoma ovarii simpleks
b. Kistadenoma ovarii serosum
c. Kistadenoma ovarii musinosum
d. Kista endometroid
e. Kista dermoid
Solid
a. Fibroma, Leiomioma, fibroadenoma,

papiloma,

angioma, limfangioma
Fibroma ovarii : Dapat mencapai diameter 2-30 cm,
dan beratnya dapat mencapai 20 kg, dengan 90%
unilateral. Permukaannya tidak rata, konsistensi keras,
warnanya merah jambu keabu abuan. Pada tumor ini
sering ditemukan sindrom Meigs (asites +) sehingga
sering diduga ganas, padahal potensi keganasan sangat
14

rendah, kurang dari 1%. Terapi terdiri atas operasi yaitu


ooferoktomi.
b. Tumor Brenner
Lazimnya tumor unilateral, yang pada pembelahan
berwarna kuning muda menyerupai fibroma, dengan
kista kista kecil (multikistik). Kadang kadang pada
tumor ini ditemukan sindrom Meigs. Terapi terdiri
atas pengangkatan ovarium. Bila ada tandatanda
keganasan dikerjakan salpingo ooferoktomi bilateralis
dan histerektomi totalis. Farrar dkk

memproduksi

estrogen
c. Tumor sisa adrenal (maskulinovo-blastoma)
Tumor ini sangat jarang. Tumor ini biasanya
unilateral dan besarnya bervariasi antara 0,5 16 cm
diameter. Beberapa dari tumor ini menyebabkan gejala
maskulinisasi, terdiri atas hirsutisme, pembesaran
klitoris, atrofi mamma, dan perubahan suara. Terapi

terdiri atas pengangkatan tumor bersama ovarium.


3. Tumor Neoplastik Ganas
Keganasan ovarium diketahui setelah stadium lanjut. Gejala

dan tanda keganasan, yaitu :


Perubahan menstruasi.
Rasa sakit atau sensasi nyeri saat bersenggama (dyspareunia).
Gangguan pencernaan yang menetap, seperti: kembung, mual.
Obstruksi pada vesica urinaria (poliuria sampai dengan anuria) atau

rektum (obstipasi dan konstipasi).


Massa tumor di pelvis. Tumor memiliki bagian padat, ireguler dan
terfiksir ke dinding panggul, bila tanda-tanda tersebut ada maka

keganasan perlu dicurigai.


Tumor cepat membesar
Berbenjol-benjol
15

Terdapat asites
Tubuh bagian atas kering, sedangkan bagian bawah terjadi edema
tungkai.

Penetapan tingkat klinik keganasan


Secara internasional hingga saat ini diakui 2 sitem klasifikasi yaitu

TNM dari UICC (Union Intertionale Contra le Cancer) dan sistem FIGO
(Federation Interntionale de Gynecologie et dObstetrigue)

Klasifikasi tingkat keganasan :

KRITERIA

ICC

1a

1b

1c

Terbatas pada ovarium


Satu ovarium tanpa asites
Kedua ovarium tanpa asites
Satu/dua ovarium ada asites
Dengan perluasan ke panggul
Uterus dan atau tuba, tanpa asites
Jaringan panggul lainnya, tanpa asites
Jaringan panggul lainnya, dengan asites
Perluasan ke usus halus/omentum dalam

panggul, atau penyebaran intraperitoneal/kelenjar


retroperitoneal

Penyebaran ke organ-organ jauh

F
IGO

Ia

Ib

Ic

2a

IIa

2b

IIb

IIc

III

2c

II

IV

Diagnosis
16

Melihat topografi ovarium hampir tidak memungkinkan melakukan

deteksi dini tumor ganas ovarium oleh karena letaknya sangat


tersembunyi. diagnosis didasarkan atas 3 gejala/tanda yang biasanya
muncul dalam perjalanan penyakitnya yang sudah agak lanjut :
Gejala desakan, yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan

infiltrasi ke jaringan sekitar.


Gejala diseminasi/penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi

peritoneal dan bermanifestasi adanya asites.


Gejala hormonal yang bermanifestasi

sebagai

defeminisasi,

maskulinisasi atau hierestrogenisme, intensitas gejala ini sangat


bervariasi dengan tipe histologik tumor dan usia penderita.

Laboratorium
Evaluasi perioperatif untuk kecurigaan kanker ovarium

meliputi pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis, kimia darah,


urinalisis, sitologi serviks dan vagina, pemeriksaan radiologi dada dan
perut, pielografi intravena, barium enema dan mungkin uji fungsi hati,
profil koagulasi, pemeriksaan gastrointestinal serial. Akhirnya, antigen
tumor berupa Ca125 atau CEA dapat membantu dalam mengevaluasi
keganasan.

Pemeriksaan Penunjang
1. USG Ginekologi
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang dalam diagnosis suatu
tumor ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan gambaran dengan
septa internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites. Walaupun
ada pemeriksaan yang lebih canggih seperti CT-Scan, MRI, dan positron
tomografi akan memberikan gambaran yang lebih mengesankan, namun pada
penelitian tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih
baik dari ultrasonografi.
2. CT-Scan (Computed Tomography Scanning)danMRI (Magnetic Resonance
Imaging).
3. Laparoskopi
4. Parasentesis cairan asites

17

Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada

penderita dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan
pecahnya dinding kista akibat bagian yang diduga asites ternyata kista yang
memenuhi rongga perut. Pengeluaran cairan asites hanya dibenarkan apabila
penderita mengeluh sesak akibat desakan pada diafragma.
Bila terdapat cairan ascites yang tidak dapat diterangkan asalnya atau
sebabnya (misalnya akibat Cirrhosis hepatis), laparatomi eksploratif harus
dijalankan.
5. Tumor marker
Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering
digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering
disertai keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda
tumor untuk jenis sel germinal, antara lain Alpha-fetoprotein (AFP), Lactic
acid dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL), plasental-like
alkaline phosphatase (PLAP) dan human chorionic gonadotrophin(hCG).

Tatalaksana

Pada dasarnya setiap tumor ovarium yang diameternya


lebih dari 5 sentimeter merupakan indikasi untuk tindakan laparatomi,
karena kecenderungan untuk mengalami komplikasi. Apabila tumor
ovarium tidak inemberikan gejala dan diameternya kurang dari 5
sentimeter, biasanya merupakan kista folikel atau kista lutein.

Pengobatan baku dari kanker ovarium stadium awal adalah


dengan pembedahan radikal berupa pengangkatan tumor secara utuh,
pengangkatan uterus beserta kedua tuba dan ovarium, pengangkatan
omentum, pengangkatan kelenjar getah bening, pengambilan sampel dari
peritoneum dan diafragma, serta melakukan bilasan rongga peritoneum di
beberapa tempat untuk
pemeriksaan sitologi. Tindakan pembedahan ini juga
dimaksudkan untuk menentukan stadium dari kanker
ovarium tersebut (surgical staging). Setelah pembedahan
radikal ini, jika diperlukan diberikan terapi adjuvant dengan
kemoterapi, radioterapi atau immunoterapi.

Operasi
18

Terapi standar terdiri atas histerektomi abdominal total (TAH),

salpingoooforektomo bilateral (BSO) dan omentektomi serta APP (optional).


Nodus retroperitoneal harus dipalpasi dan dibiopsi jika mencurigakan.
Sebanyak mungkin tumor (untuk memperkecil) harus diangkat untuk
mengurangi keseluruhan massa tumor. Namun pembedahan lebih radikal
belum terbukti menambah manfaat.
Dapat didahului frozen section untuk kepastian ganas dan tindakan operasi
lebih lanjut. Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA, sehingga
kepastian klasifikasi tumor dapat ditetapkan untuk menentukan terapi.
Pada sebagian kasus, penyakit terlalu luas untuk histerektomitotal,
adneksektomi dan omentektomi.pada kasus-kasus seperti ini sebaiknya
sebanyak mungkin tumor diangkat untuk meningkatkan hasil terapi tambahan
(kemoterapi dan terapi radiasi). Operasi tumor ganas diharapkan dengan cara
debulking (cytoreductive) pengambilan sebanyak mungkin jaringan tumor
sampai dalam batas aman. Dengan debulking memungkinkan kemoterapi

maupun radioterapi menjadi lebih efektif.


Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif pada jenis
tumor yang peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan
tumor sel granulosa. Radioterapi sebagai pengobatan lanjutan umumnya
digunakan pada tingkat klinik T1 dan T2 yang diberikan kepada panggul saja

atau seluruh rongga perut.


Kemoterapi merupakan terapi tambahan awal yang lebih disukai karena terapi
radiasi mempunyai keterbatasan (misalnya merusak hati atau ginjal). Setelah
mendapatkan radiasi atau kemoterapi, dapat dilakukan operasi ke dua

(eksplorasi ulang) untuk mengambil sebanyak mungkin jaringan tumor.


Untuk memastikan keberhasilan penanganan dengan radioterapi atau
kemoterapi, lazim dilakukan lapatotomi kedua (second-look laparotomi),
bahkan kadang sampai ketiga (third-look laparotomi). Hal ini memungkinkan
kita membuat penilaian akurat proses penyakit, hingga dapat menetapkan
strategi pengobatan selanjutnya. Bisa dihentikan atau perlu dilanjutkan dengan
alternatif pengobatan lain.

Komplikasi
19

Obstruksi usus merupakan komplikasi yang sering terjadi

pada kasus tingkatan lanjut yang dikelola dengan melakukan reseksi usus
sekali atau beberapa kali untuk membuat by pass bila kondisi penderita
mengizinkan.

Prognosis

Angka kelangsungan hidup 5 tahun (Five years survival


rate) penderita kanker ovarium stadium lanjut hanya kira-kira 20-30%.
Prognosis daritumor ovariumtergantung dari beberapa hal
antara lain :

B.

Stadium
Jenis histologis
Derajatdiferensiasitumor
Residutumor
Free disease interval

Pengamatan Lanjut

Untuk tumor ganas ovarium skema/bagan pengamatan


lanjut (follow up control) adalah sebagai berikut :
Sampai 1 tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan.
Kemudian sampai 3 tahun setelah penanganan, setiap 4 bulan.
Kemudian sampai 5 tahun setelah penanganan, setiap 6 bulan
Seterusnya setiap setahun sekali.

HIDRONEFROSIS DEXTRA

Definisi
Hidronefrosis mengacu pada pada pelebaran pelvis dan kaliks ginjal,
disertai atrofi parenkim, akibat obstruksi aliran keluar urin. Obstruksi dapat terjadi
mendadak atau perlahan, dan dapat terletak di semua tingkat saluran kemih, dari
uretra sampai pelvis ginjal. Obstruksi dapat berupa batu. (Robin, 2007).

Etiologi
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jaringan parut ginjal/ureter.


Batu
Neoplasma/tumor
Hipertrofi prostat
Kelainan konginetal pada leher kandung kemih dan uretra
Penyempitan uretra
20

7. Pembesaran uterus pada kehamilan


Manifestasi Klinik

Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara


bertahap. Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan
pinggang. Jika terjadi infeksi maka disuria, menggigil, demam dan nyeri
tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada.
(Tanagho EA, McAninch JW. 2004)

Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

kronik akan muncul, seperti:


Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
Gagal jantung kongestif.
Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
Pruritis (gatal kulit).
Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
Amenore, atrofi testikuler.
Gambaran radiologi

Gambaran radiologis dari hidronefrosia terbagi berdasarkan


gradenya. Ada 4 grade hidronefrosis, antara lain :
a. Hidronefrosis derajat 1. Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks.
Kaliks berbentuk blunting, alias tumpul.
b. Hidronefrosis derajat 2. Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor.
Kaliks berbentuk flattening, alias mendatar.
c. Hidronefrosis derajat 3. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan
kaliks minor. Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk
clubbing, alias menonjol.
d. Hidronefrosis derajat 4. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan
kaliks minor. Serta adanya penipisan korteks Calices berbentuk
ballooning alias menggembung.
(Staf Pengajar Sub-Bagian Radio Diagnostik,2000)
Diagnosis

Pada pemeriksaan fisik terutama pada palpasi, dokter bisa meraba


dan merasakan adanya massa diantara tulang pinggul dan tulang rusuk,
terutama jika ginjalnya membesar.

Pemeriksaan darah dapat menunjukan adanya kadar urea yang


tinggi karena ginjal tidak mampu membuang sisa metabolik.

Adapun prosedur untuk menegakan diagnosis hidronefrosis:


1. USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih
21

2. Urografi intravena, menunjukan aliran air kemih melalui ginjal


3. Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih (VU) secara langsung

(Adam, 2005)

C.

CHOLECYSTITIS

Definisi
Kolesistitis atau radang kandung empedu adalah inflamasi

akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya berhubungan dengan batu
empedu yang tersangkut pada duktus sistikus dan menyebabkan distensi
kandung empedu. keluhan nyeri perut kanan atas,nyeri tekan dan demam.

Epidemiologi
Sejauh ini belum ada data epidemiologis penduduk,

insidensi kolesistitis dinegara kita relatif lebih rendah dibanding negaranegara barat.

Individu yang beresiko terkena kolesistitis antara lain 4f


( female, forty, fat, and fertile). Selain itu kelompok penderita batu empedu
tentu saja lebih berisiko menderita kolesistitis dari pada yang tidak
memiliki batu empedu.

Etiologi
Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis

adalah statis cairan empedu, infeksi kuman, dan iskemik didnding kantong
empedu. Penyebab utama kolesistitis adalah batu empedu (90%) yang
teletak diduktus sistikus yang menyebabkan statis cairan empedu,
sedangkan sebagian kecil kasus timbul tanpa adanya batu empedu
(kolesistitis akut kalkulus).

Peradangan yang disebabkan oleh bakteri mungkin


berperan pada 50 sampai 85 prsen pasien kolesistitis. Organisme yang
paling sering berkembang biak dikandung empedu adalah E.Coli, spesies
Kleibsiella, Streptococus grup D, Stapilococus, dan clostridiu. Endotoxin
22

yang dihasilkan oleh organisme organisme tersebut dapat menyebabkan


hilangna

mukosa,

perdarahan,

perlekatan

fibrin,

yang

akhirnya

menyebabkan iskemia dan selanjutnya nekrosis dinding knadung empedu.

Patogenesis
Batu

biasanya

menyumbat

duktus

sistikus

yang

menyebabkan statis cairan empedu dan terjadi distensi kandung empedu.


Distensi kandung empedu menyebabkan aliran darah dan limfe menjadi
terganggu sehingga terjadi iskemia dan nekrosis dinding kandung empedu.
Meskipun begitu, mekanisme pasti bagaimana statis di duktus sistikus
dapat menyebabkan kolesistitis, sampai saat ini masih belum jelas.
Diperkirakan banyak faktor yang dapat mencetuskan respon peradangan
pada kolesistitis, seperti kepekatan cairan empedu, kolestrol, lisolesitin,
dan prostaglandin, yang merusak lapisan dinding mukosa dinding kandung
empedu yang diikuti oleh reaksi inflamsi dan supurasi.

Manifestasi Klinik
Keluhan yang khas untuk kolesistitis adalah kolik perut

kanan atas samping epigastrium dan nyeri tekan, takikardi dan kenaiakn
suhu tubuh. Keluhan itu dapat memburuk secara progresif. Kadang-kadang
rasa sakit dapat menjalar kepunggung atau skapula kanan dan kadang
dapat berlangsung selama 60 menit tanpa reda. Berata ringannya sangat
berfariasi tergantung dari adanya kelainan inflamasi yang ringan samapi
dengan ganggren atau perforasi kandung empedu. Sekitar 60-70 % pasien
melaporkan adanya riwayat serangan yang sembuh spontan.

Pasien mengalami anoreksia dan sering mual. Muntah

relatif sering terjadi dan dapat menimbulkan gejala dan tanda deplesi
volume vaskuler dan ekstraseluler. Pada pemeriksaan fisk kuadran kanan
atas abdomen hampir selalu nyeri bila dipalpasi. Pada seperempat sampai
separuh pasien dapat dirab kandung empedu yang tegang dan membesar.
23

Inspirasi yang dalam atau batuk sewaktu palpasi subkosta kuadran kanan
atas biasnya menambah nyeri dan menyebabkan inspirasi terhenti ( tanda
murphy).

24

BAB III
TINJAUAN KHUSUS RADIOLOGI

USG abdomen (abdominal Ultrasound) adalah prosedur

yang digunakan untuk memeriksa organ-organ dalam perut menggunakan


sebuah transduser USG (probe) yang ditempelkan erat pada kulit perut.
Gelombang suara energi tinggi dari transduser memantul pada jaringan
dan membuat gema. Gema ini dikirim ke komputer, yang membuat citra /
gambar yang disebut sonogram. Juga disebut USG transabdominal.
Manfaat pemeriksaan USG Perut/Abdomen mengetahui
kelainan di organ :
- Hati (Hepatitis akut, kronis, tumor, kanker, perlemahan
hati, dsb)
- Empedu (batu, infeksi/kolesistitis)
- Pankreas (pankreatitis)
- Lien (Limpa)
- Ginjal (batu, infeksi)
- Uterus ovarium (kandungan, Tumo/kanker)
- Prostat (tumor/kanker)
- Tumor perut
Persiapan sebelum pemeriksaan USG

Penderita obstipasi sebaiknya diberikan laksatif di malam sebelumnya.


Untuk pemeriksaan organ-organ di rongga perut bagian atas, sebaiknya
dilakukan dalam keadaan puasa agar tidak menimbulkan gas dalam perut

karena akan mengaburkan gambar organ yang diperiksa.


Untuk pemeriksaan kandung empedu dianjurkan puasa sekurangkurangnya 6 jam sebelum pemeriksaan, agar diperoleh dilatasi pasif yang

maksimal.
Untuk pemeriksaan kebidanan dan daerah pelvis, buli-buli harus dalam
keadaan penuh.

Gambar USG

25

Kista ovarium

Kista ovarium yaitu suatu kantong abnormal yang berisi

cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam ovarium. Kista termasuk
tumor jinak yang terbungkus oleh selaput semacam jaringan. Bentuknya
kistik dan ada pula yang berbentuk seperti anggur. Kumpulan sel-sel tumor
itu terpisah dengan jaringan normal di sekitarnya dan tidak dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Teknik Sonografi
1. Instrument
a. Probe/ tranducer

b. USG 2D, 3D, 4D

c. jelly
2.Persiapan pasien

Pada pemeriksaan USG ovarium tidak ada persiapan


pasien secara khusus. Namun, jika akan menggunakan transabdominal
scaning, pasien diinstruksikan untuk minum air sebelum pemeriksaan agar
vesika urinaria penuh.

3.Teknik scaning

a. Transabdominal scaning
Teknik scaning ini digunakan untuk mendeteksi kista ovarium dan
kanker ovaium. Transabdominal ultrasonography lebih baik dibandingkan
endovaginal/transvaginal ultrasonography untuk mengevaluasi besarnya
massa serta struktur intra abdominal lainnya, seperti ginjal, hati, dan asites.

26

Syarat pemeriksaan transabdominal sonogram dilakukan dalam keadaan

vesica urinaria terisi/penuh.

Sonogram
1. Pola echo

Pola echo ovarium normal adalah hipoechoic dengan echo


folikel ovarium adalah anechoic di sekitar dinding ovarium membentuk

bulatan kecil anechoic di sekeliling dinding ovarium.

2. Sonopatologi

Pola echo yang terjadi adalah seperti pembesaran ukuran


folikel ovarium, bulatan anechoic yang membesar di sekitar dinding
ovarium.

Pada USG kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik yang

bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding


dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan
echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini dapat bersifat
unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa).Kadangkadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di
dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.

Gambaran USG kolesistitis

27

Pada pemeriksaan USG, tanda utama pada kolesistitis akut

ialah sering ditemukan batu, penebalan dinding kandung empedu, hidrops


dan kadang-kadang terlihat eko cairan di sekelilingnya yang menandakan
adanya perikolesistitis atau perforasi. Sering diikuti rasa nyeri pada
penekanan dengan transduser yang dikenal sebagai Morgan sign positif
atau positif transduser sign.

Pemeriksaan USG pada pasien kolesistitis menunjukkan


adanya penebalan pada dinding vesika felea maupun pada sebagian
dinding dan parenkim hepar. Sehingga memberikan kesan adanya
peradangan pada kandung empedu dan hepar.
USG REN
Sonogram ginjal normal :
1. Ukuran ginjal normla orang dewasa : ginjal kanan 8-14 cm (rata-rata 10,74)
untuk ginjal kiri 7-12 cm (rata-rata 11,10 cm). Diameter antero posterior ratarata 4 cm dan diameter melintang rata-rata 5 cm. Ukuran panjang ginjal
normal secara USG lebih kecil bila dibandingkan dengan yang terlihat secara
radiologi.
2. Gambaran kapsul ginjal : lemak perirenal tampak sebagai lapisan yang
berdensitas eko tinggi mengelilingi sisi luar ginjal
3. Gambaran parenkim ginjal : parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medula.
Eko parenkim ginjal relatif lebih rendah dibandingkan dengan eko sinus
ginjal. Pada keadaan normal, eko korteks lebih tinggi daripada eko medula,
yang relatif lebih sonolusen.

28

Sementara pada USG, derajat hidronefrosis terbagi menjadi

tiga. Hidronefrosis ringan memberikan gambaran hipoekoik di bagian


tengah ginjal. Pada hidronefrosis sedang terlihat pelebaran peilokalikises
yang sama baiknya seperti pada urografi. Sedangkan pada hidronefrosis
berat tampak kalises berupa suatu zona bebas eko yang lobulated,
parenkim ginnjal tidak jelas lagi.

BAB III

PEMBAHASAN
29


Pasien adalah Ny.S seorang wanita berusia 54 tahun. Pasien

datang ke IGD RSUD Setjonegoro dengan keluhan sakit perut kanan


bawah sudah kurang lebih 1 minggu. Perut terasa tidak nyaman dan nyeri
saat ditekan pada sebelah perut kanan bawah. BAB sulit dan hanya keluar
sedikit-sedikit, darah (-), lendir (-). Flatus (+) tetapi kurang lancar. BAK
(+) tetapi sedikit-sedikit dan jarang, kadag-kadang terasa sakit, warna
kuning. Mual (-), muntah (-), kembung (-), perdarahan dari jalan lahir (-).
Keputihan (+), warna kekuningan (+), bau (+), dan sedikitit gatal.
Menstruasi (+) tetapi tidak rutin setiap bulan.

Pasien dalam keadaan kompos mentis dan tampak


kesakitan pada pemeriksaan fisik abdomen, didapatkan :
Inspeksi: supel (+), benjolan (-), venektasi (-), tanda radang

(-), distensi (-)


Auskultasi
: peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani pada semua lapang abdomen, pekak hepar

(-), nyeri ketok kostovertebra (-/-)


Palpasi : supel (+), teraba massa (+), pada kuadran kanan
bawah, konsistensi keras & padat, immobile, nyeri tekan (+)

Pemeriksaan penunjang berupa hasil laboratorium dalam batas

normal. Pemeriksaan penunjang lain adalah USG didapatkan hasil abnormal

Uterus : Besar normal, Tampak massa anechoic dengan bagian-bagian


hyperechoic pada parametrium dextra, batas tegas, masa cystic Uk 5,44 x 5,66 dan
massa hyperechoic 4,53 x 3,96 cm

Kesan : Massa cystic dan padat pada parametrium dextra DDx : Cystoma
Ovarii & TPO Dx, Hidronefrosis Dextra, Cholelytiasis kecil-kecil dan
Cholecystitis.

Sedangkan hasil BNO 2 posisi dalam batas normal.

Assessment berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan


penunjang USG adalah massa parametrium dextra DDx TPO dan tumor padat
ovarium.
30

Tumor pada ovarium dapat bersifat jinak dan ganas. Macam-

macam tumor pada ovarium telah dijelaskan pada Bab II. Ada beberapa faktor
risiko untuk timbulnya keganasan pada ovarium yaitu :

Wanita usia lebih dari 50 tahun


Tidak pernah mengandung
Menggunakan obat-obat untuk menyuburkan kandungan : beberapa

penelitian menunjukkan peningkatan risiko munculnya kanker ovarium.


Ras kulit putih : wanita berkulit putih cenderung lebih banyak terkena

kanker ovarium dibandingkan dengan wanita kulit hitam


Paparan asbes
Radiasi pada daerah pelvis
Beberapa virus, khususnya virus yang menyebabkan mumps
Pada pasien yang dapat menjadi faktor resiko tumor ovarium
adalah usia diatas 50 tahun. Selain itu pada hasil USG juga
dipatkan hidronefrosis dextra dan kolesistitis. Hidronefrosis
dextra dimungkinan karena adanya faktor tumor atau
neoplasma pada regio parametrium dextra. Sedangkan
kolesistitis bisa dihubungkan dengan indikasi individu yang
beresiko terkena kolesistitis antara lain 4f ( female, forty, fat,
and fertile).

BAB V
KESIMPULAN

Sebagai kesimpulan pada pasien ini terdiagnosis sebagai


Massa Parametrium dextra dengan DDx Kista Ovarium dan
Tumor Padat Ovarium Dextra melalui hasil anamnesis,

31

pemeriksaan
dilakukan.

fisik

dan

Diperlukan

pemeriksaan
tindakan

penunjang

selanjutnya

yang
untuk

mengetahui keganasan dari tumor dan jenis dari tumor


tersebut antara lain dengan laparatomi eksplorasi dan biopsi.

32

BAB VI
REFERENSI

1. Prawirohardjo, S. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. 2005.
2. Busmar, B. Kanker Ovarium. Dalam Buku Acuan Nasional Onkologi
Ginekologi. Editor: M.F. Azis, Andrijono, dan A.B. Saifuddin. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2006: hal. 468-257.
3. De Jong, W. Tumor Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta:
EGC. 2003:729-730.
4. Kumar V, Cotran RS, and Robbins SL. Robbins Basic Pathology 7 th ed. New
York: W.B. Saunders Company. 2003.
5. http://gha-biz.net/wp-content/uploads/2012/06/tumor-ovarium-300x222.jpg
http://jpma.org.pk/PdfDownload/1592.pdf
6. Swartz, M.H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta : EGC.
7. Hydronephrosis and Hydroureter.
http://www.emedicine.com/med/topic1055.htm. Diakses tanggal 3 April 2013.
8. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Dasar-Dasar Penyakit
EGC. Jakarta 2006.
9. Sudoyo W. Aru, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiasi S. Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid 1Edisi IV. EGC. Jakarta. 2009.
10. Isselbacher, KJ, Braunwald E, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL.
Harrison:Prinsip Harrison. Prinsip Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Editor
BahasaIndonesia: Prof. Dr. H. Ahmad H. Asdie. Edisi 13. EGC. Jakarta. 2009.

33

Anda mungkin juga menyukai