Disusun Oleh
Nama
: Diah Nurlaili
NIM
: 7101412175
Prodi
: Pendidikan Akuntansi B
FAKULTAS EKONOMI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt. karena berkat
limpahan rahmat taufik dan hidayah-Nya makalah yang berjudul Analisis
Tingkat Angka Kemiskinan Jawa Tengah Tahun 20052008 ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Ulangan tengah
Semester Genap salah satu mata kuliah yakni Perekonomian Indonesia. Besar
harapan kami agar terselesaikanya makalah ini mampu memberi manfaat bagi
segenap tim penyusun serta bagi para pembacanya.
Keberhasilan penulis dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan banyak
terimakasih kepada rekan-rekan yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk
membantu terselesaikanya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu kami
benahi terkait penyusunan makalah ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini dan sebagai koreksi bagi kami, sehingga kedepan kami bisa lebih
baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Cover ...................................................................................................i
Kata Pengantar ...................................................................................................ii
Daftar Isi .............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakan Masalah ...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................6
1.3 Tujuan .....................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori .......................................................................................7
2.2 Penelitian Terdahulu ...............................................................................12
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kemiskinan......................................15
3.2 Kondisi Faktor Penyebab Kemiskinan di Jawa Tengah .........................17
3.3 Solusi Untuk Mengurangi Tingkat Kemiskinan .....................................23
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perencanaan
merupakan
sebuah
upaya
untuk
mengantisipasi
yang
sendiri
dapat
diartikan
sebagai
upaya
yang
Indonesia
menyadari
bahwa
pembangunan
nasional
adalah salah satu upaya untuk menjadi tujuan masyarakat adil dan makmur.
Sejalan dengan
diarahkan
tujuan
tersebut,
berbagai
kegiatan
pembangunan
telah
mempunyai kemiskinan yang terus naik dari tahun ke tahun. Pembangunan daerah
dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan
masing-masing daerah dengan akar dan sasaran pembangunan nasional yang
telah ditetapkan melalui pembangunan jangka panjang dan jangka pendek.
Oleh karena itu, salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan
nasional adalah laju penurunan jumlah penduduk miskin. Efektivitas dalam
menurunkan jumlah penduduk miskin merupakan pertumbuhan utama dalam
memilih strategi atau instrumen pembangunan. Hal ini berarti salah satu kriteria
utama pemilihan sektor titik berat atau sektor andalan pembangunan nasional
adalah
efektivitas
dalam
Renstra,
Keputusan
Gubernur
No.
Penanggulangan
412.6.05/55/2006
Kemiskinan juga
berkisar 5,0 sampai 5,5 persen. Namun pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tidak
selalu diiringi dengan penurunan kemiskinan yang signifikan di Jawa Tengah.
Bahkan ketika indikator perekonomian Jawa Tengah naik di tahun 2006,
kemiskinan di Jawa Tengah juga ikut naik mencapai 547.100 penduduk.
Yang lebih memprihatinkan yaitu bahwa berdasarkan data BPS (Badan Pusat
Statistik) tahun 2009, kemiskinan Jawa Tengahmenduduki peringkat ke 22 dari
33 Provinsi di indonesia yaitu sebesar 18,99 persen. Dan lebih lagi bahwa
jika dibandingkan kemiskinan di Pulau Jawa, Jawa Tengah mempunyai
kemiskinan paling besar di banding Provinsi lainnyadi pulau Jawa.
menyangkut
pembangunan
karakter
dan
sekaligus
tingkat pendidikan dapat diukur salah satunya dengan besarnya angka melek
huruf. Dan berdasarkan tabel 1.5 tingkat melek huruf di Jawa Tengah dari
tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 cenderung meningkat.
dapat
mempengaruhi
kemiskinan
dengan
berbagai
cara
Oktaviani
(2001)
dalam
analisisnya
tentang
bagaimana
Jawa Tengah.
Mengetahui kondisi kemiskinan di Jawa Tengah.
Mengetahui solusi untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Jawa
Tengah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1
proper,
kemiskinan
dipahami
sebagai
keadaan
kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Dalam arti
luas. Chambers (dalam Chriswardani Suryawati, 2005) mengatakan bahwa
kemiskinan adalah suatu intergrated concept yang memiliki lima dimensi,
yaitu: 1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan
menghadapi situasi darurat (state of emergency), 4) ketergantungan (dependence),
dan 5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis.
Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan
tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti tingkat kesehatan
dan pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan
terhadap ancaman tindak kriminal, ketidak berdayaan dalam menentukan
jalan hidupnya sendiri (Chriswardani Suryawati, 2005).
Menurut Todaro (2002), salah satu generalisasi (anggapan sederhana)
yang terbilang paling sahih (valid) mengenai penduduk miskin adalah
bahwasannya mereka pada umumnya bertempat tinggal di daerah-daerah
pedesaan, dengan mata pencaharian pokok di bidang pertanian dan kegiatankegiatan lainnya yang erathubungannya dengan sektor ekonomi tradisional.
Pengertian kemiskinan itusangat luas, dimana Arsyad (1997) mengelompokkan
ukuran kemiskinan menjadi 2 macam, yaitu.
1. Kemiskinan Absolut, yang diartikan sebagai suatu keadaan dimana tingkat
pendapatan dari seseorang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya seperti sandang, pangan, pemukiman, kesehatan dan pendidikan.
Ukuran ini dikaitkan dengan batasan pada kebutuhan pokok atas kebutuhan
dasar minimum yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara layak.
Seseorang yang mempunyai pendapatn dibawah kebutuhan minimum, maka
orang tersebut dikatakan miskin.
2. Kemiskinan Relatif, yang berkaitan dengan distribusi pendapatan yang
mengukur ketidakmerataan. Dalam kemiskinan relatif ini, seseorang yang
telah mampu memenuhi kebutuhan minimumnya belum tentu disebut tidak
miskin. Kondisi seseorang atau keluarga apabila dibandingkan dengan
masyarakat sekitarnya mempunyai pendapatan yang lebih rendah, maka orang
atau keluarga tersebut beradadalam keadaan miskin. Dengan kata lain,
kemiskinan ditentukan oleh keadaan sekitarnya dimana orang tersebut
tinggal.
Kemudian Dilihat dari segi penyebabnya (Baswir :1997) kemiskinan
dapat dibagi menjadi:
1. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang
miskin. Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin karena tidak memiliki
sumberdaya yang memadai baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia
maupun sumberdaya pembangunan, atau kalaupun mereka ikut serta dalam
pembangunan, mereka hanya menadapat imbalan pendapatan yang rendah.
cenderung menjadi stagnan dan bahkan menjadi sangat miskin. Kebijakan yang
memperhatikan ketimpangan geografis memberikan sumberdaya (tenaga kerja dan
modal) di wilayah miskin menjadi
lebih
Rencana
Kerja
Pemerintah
Bidang
Prioritas
pedesaan
dan
perkotaan
belum
dapat
miskin
belum
mampu
(seperti
penyandang cacat, lanjut usia, dan yatim-piatu), dan cakupan jaminan sosial
bagi rumah tangga miskin masih jauh dari memadai.
2.1.2
Pendidikan
Hampir tidak ada yang membantah bahwa pendidikan adalah pionir
dalam pembangunan masa depan suatu bangsa. Jika dunia pendidikan suatu
bangsa sudah jeblok, maka kehancuran bangsa tersebut tinggal menunggu waktu.
Sebab, pendidikan
menyangkut
pembangunan
karakter
dan
sekaligus
Pengangguran
Dalam standar
pengertian
yang
sudah
ditentukan
secara
bekerja
penuh
namun
produktivitasnya rendah
sehingga
tetapi intensitasnya
lemah
karena
kurang gizi
atau
penyakitan.
4. Tenaga kerja yang tidak produktif, adalah mereka yang mampu bekerja
secara produktif tetapi tidak bisa menghasilkan sesuatu yang baik.
Menurut
Tambunan
(2001),
pengangguran
dapat
mempengaruhi
pengangguran terbuka sekarang ini yang ada di negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia rata-rata sekitar 10 persen dari seluruh angkatan kerja di
perkotaan. Masalah ini dipandang lebih serius lagi bagi mereka yang
berusia antara 15 - 24 tahun yang kebanyakan mempunyai pendidikan yang
lumayan. Namun demikian, tingkat pengangguran terbuka di perkotaan hanya
menunjukkan aspek-aspek yang tampak saja dari masalah kesempatan kerja
di negara yang sedang berkembang yang bagaikan ujung sebuah gununges.
Apabila mereka tidak bekerja konsekuensinya adalah mereka tidak dapat
memenuhi kebutuhan dengan baik, kondisi seperti ini membawa dampak bagi
terciptanya dan membengkaknya jumlah kemiskinan yang ada.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan
oleh
Hermanto
Siregar
dan Dwi
kenaikan
PDRB
peningkatan
atas
angka
kemiskinan,
kenaikan
Inflasi
11
Kemiskinan
Di
Indonesia:
Analisis
Ekonometrika,
model
yang
digunakan
adalah
adalah
konsumsi
makanan.
persentase
Hasil
penggunaan
dari
penelitian
listrik, X6i
adalah persentase
ini
variabel
adalah
jumlah
penggunaan
listrik,
dan
konsumsi
makanan
tidak
signifikan
terhadap
tingkat
kemiskinan
di
Indonesia.
Model
yang
12
yang
digunakan
adalah
modifikasi
model
pendapatan
berpengaruh
variabel
pertumbuhan
ekonomi
positif
terhadap
berpengaruh
tingkat
negatif
kemiskinan,
terhadap
tingkat
13
bagaimana
kemiskinan
itu
terjadi
(sebab-sebab
Ukuran Kemiskinan
14
rumah
tangga
yang
disetarakan
dengan
jumlah
kilogram
konsumsi beras per orang per tahun dan dibagi wilayah pedesaan dan
perkotaan (Criswardani Suryawati, 2005).
Daerah pedesaan:
b. Miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 320 kg nilai tukar
beras per orang per tahun.
c. Miskin sekali, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 240 kg nilai
tukar beras per orang per tahun.
d. Paling miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 180 kg nilai
tukar beras per orang per tahun.
Daerah perkotaan:
a. Miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 480 kg nilai tukar
beras per orang per tahun.
b. Miskin sekali: bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 380 kg nilai
tukar beras per orang per tahun.
c. Paling miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 270 kg nilai
tukar beras per orang per tahun.
Banyak ukuran yang menentukan angka kemiskinan, salah satunya
adalah garis
15
menyatakan
buruknya lingkungan hidup (Word Bank, 2004). Selain itu kemiskinan juga
merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berkaitan, antara lain tingkat
pengangguran,
pendapatan,
pertumbuhan
ekonomi,
tingkat
16
penjumlahan nilai output bersih (barang dan jasa akhir) yang ditimbulkan
oleh seluruh kegiatan ekonomi, di suatu wilayah tertentu (provinsi dan
kabupaten/kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender).
17
kota
di
Jawa
kesenjangan ekonomi yang relatif besar antara daerah maju dan tertinggal.
3.2.3
dalam pembangunan
masa
depan
suatu
bangsa.
Sebab,
pendidikan
19
yang paling sedikit yaitu di Kabupaten Sukoharjo yaitu sebesar 81,2 persen.
3.2.4
Pengangguran
20
21
menunjukkan
bahwa
tingkat
pengangguran
di
provinsi Jawa Tengah tahun 2005 - 2008 terbesar yaitu berada Kota
Magelang yaitu sebanyak 17,81 persen ditahun 2005, tetapi di tahun 2008 yang
paling besar yaitu di kota Tegal sebesar 13,32 persen. Dan yang paling
sedikit yaitu di Kabupaten Blora yaitu sebesar 4,60 persen di tahun 2005,
sedangkan di tahun 2008 yang paling sedikit yaitu kabupaten Purworejo sebesar
4,32 persen
3.3 Solusi Untuk Mengurangi Tingkat Kemiskinan
Berdasarkan pembahasan diatas, upaya yang mungin dapat dilakukan
untuk mengurangi tingkat angka kemiskinan di Jawa Tengah antara lain :
3.3.1 Upaya Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Keberadaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan
koperasi dapat berperan sebagai penyangga sekaligus penggerak
perekonomian daerah dalam rangka mendukung upaya penciptaan
lapangan pekerjaan, penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan
masyarakat dan mempercepat pengurangan jumlah penduduk miskin.
Dengan memaksimalkan daya saing objek wisata daerah, mengoptimalkan
pengembangan potensi event dan kegiatan wisata berbasis wilayah,
mengoptimalkan keterkaitan lintas destinasi wisat unggulan (DiengBorobudur,
Solo-Sangiran,
Nusakambangan,
Karimunjawa,
Tegal-
22
jaminan
pendidikan
bagi
orang
miskin
serta
di
Jawa
Tengah
dapat
dilakukan
dengan
upaya
perlindungan,
23
Penduduk
miskin
di
daerah
pedesaan
pada
tahun
2006
pedesaan
dan
perkotaan
belum
dapat
mendorong
serta
transportasi.
Hal
ini
disebabkan
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 1997. Ekonomi Pembangunan. Edisi Ketiga. Penerbit BP STIE
YKPN: Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2008. Jawa Tengah Dalam Angka 2008. Jakarta: Badan
Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik. 2008. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah 2008.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2008. Data dan Informasi Kemiskina 2008. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
24
Badan Pusat Statistik. 2008. Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi Jawa Tengah,
edisi Agustus 2008. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Criswardani
Suryawati,
2005.
Memahami
Kemiskinan
Secara
Multidimensional.
http://www.jmpk-online.net/Volume_8/Vol_08_No_03_2005.pdf. Diakses
tanggal 11 November 2009.
Deny Tisna A. 2008. Pengaruh Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan,
Pertumbuhan Ekonomi, dan Pengangguran terhadap tingkat Kemiskinan
di Indonesia tahun 2003-2004. Kumpulan Skripsi UNDIP: Semarang.
Dian Octaviani. 2001. Inflasi, Pengangguran, dan Kemiskinan di Indonesia :
Analisis Indeks Forrester Greer & Horbecke, Media Ekonomi, Hal. 100118, Vol. 7, No. 8.
Hermanto S., Dwi W. 2006. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
Penurunan Penduduk Miskin di Indonesia : Proses Pemerataan dan
Pemiskinan, Direktur Kajian Ekonomi, Institusi Pertanian Bogor Sumitro
Djojohadikusumo. 1995. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dasar Teori
Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Penerbit LP3ES: Jakarta.
Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Ketujuh,
Terjemahan Haris Munandar. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Tulus H. Tambunan. 2001. Perekonomian Indonesia. Penerbit Ghalia Indonesia:
Jakarta.
Winardi. 2010 dalam http://andalas van java online.com
Winarno Wahyu. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
UPP STIM YKPN : Yogyakarta.
Wongdesmiwati. 2009. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan di
Indonesia : Analisis Ekonometrika.
http://wongdesmiwati.files.wordpress.com/2009/10/pertumbuhan
ekonomi-dan-pengentasan-kemiskinan-di-indonesia-_analisis
ekonometri_.pdf. Diakses tanggal 7 Desember 2009.
25