3 / 2013
TOBACCO
INFORMATION
CENTER
Mengapa
Impor Tembakau?
tobaccoinfo.web.id
Tobacco Information Center
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur
UPT. PSMB - Lembaga Tembakau Jember
Lokasi: Stan Pameran Internasional Tobacco Expo - GOR Kaliwates Jember. 11-15 September 2013.
UPT. PSMB - Lembaga Tembakau - Jember
TO
BA
CC
Daftar Isi
N
IO
AT
M
R R
FO TE
IN EN
C
Editorial: ii - iii
Pengantar:
1-5
Artikel Ilmiah: 8 - 15
Perspektif :
18 - 22
34-39
18
Quality Index:
40
Wisata Agro:
C-3
C-3
Tobacco
Information
Center
Elok Mahbub
II
Tobacco
Information
Center
lu
Vo
eI
m
I/
3
o.
N
Editorial
/2
01
3
TOBACCO
INFORMATION
CENTER
ISSN 2338-3984
Pelindung
Dr. Ir. Budi Setiawan, MMT
Penanggung Jawab
Ir. Desak Nyoman Siksiawati, MMA
Pengarah
M. Soefijandi, SE. MM
Ir. Dewan Hartanto
Ir. Setianto, MM
Redaktur Senior
Dr. Ir. Bambang Hermiyanto, MP
Iryono, SP. MP
Redaktur Pelaksana
Budi Nugraheni, ST
Devi Arieni, SP
Ica Lovyanti Br Pinem, SP
Very Kurniawan
Editor
Elok Mahbub
Fotografer & Desainer
Anugrah Dwiatma
anugrah_da@yahoo.com
Alamat Redaksi
UPT. PSMB-LT
Jl. Kalimantan 1 Jember
Telp. 0331-338396 Fax. 0331-334825
email: redaksi.tic@gmail.com
website: tobaccoinfo.web.id
2013
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip dan menggandakan
majalah ini tanpa ijin tertulis dari Penerbit.
Tobacco
Information
Center
III
Tobacco
Information
Center
Salah satu model gudang pengering tembakau yang ada saat ini masih mempertahankan
bentuk bangunan gudang pengering seperti pada masa Belanda (gambar kiri).
Lokasi: Ajung - Gayasan, Jember
Foto: Aan Anugrah, 2013
Tobacco
Information
Center
Kepala Dinas
Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Jawa Timur
Tobacco
Information
Center
Pengantar
Tobacco
Information
Center
Kepala UPT.
Pengujian Sertifikasi Mutu Barang
Lembaga Tembakau - Jember
Tobacco
Information
Center
Pertanyaan-pertanyaan tersebut sering kita dengar,
dan patut menjadi perhatian pemerintah sebagai
pemegang otoritas. Pemerintah patut mengetahui
mengapa hal ini terjadi?, harus mencari akar
permasalahannya, lalu bagaimana menemukan solusi
dari pertanyaan tersebut. Sehingga Pemerintah dapat
menguatkan serta mendukung dalam bentuk regulasi
impor. Namun dalam pembuatan regulasi tersebut
pemerintah seyogyanya tidak membuat ketetapan
secara sepihak, perlu mendapat sumbang saran dari
para stakeholder. Sehingga apapun kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah akan mengakomodir
semuanya tanpa ada yang merasa dirugikan atau
didiskriminasikan. Salah satu yang dapat dipergunakan
dalam pembuatan regulasi adalah melalui standardisasi
dan sertifikasi produk tembakau, yang harus
diberlakukan baik terhadap produk tembakau ekspor
maupun impor.
Selain regulasi, alternatif solusi lainnya juga penting
untuk ditemukan sehingga persoalan-persoalan dalam
pertembakauan menemukan jawaban secara
proporsional. Kita tidak menginginkan tembakau
Indonesia yang banyak berperan penting terhadap
aspek sosial ekonomi masyarakat, kondisinya kian
terpuruk. Dibutuhkan peran serta semua pihak (petani,
perusahaan, pemerintah, ilmuwan, dan profesi terkait)
secara optimal pada porsinya masing-masing dalam
membangun kerja sama yang baik demi eksistensi
pertembakauan di Indonesia. Alasan yang masuk akal
bahwa pertembakauan adalah sebuah mata rantai
yang tidak dapat terputus satu sama lainnya dalam
rantai kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
utuh, khususnya di Jawa Timur.
Oleh karena itu melalui Lembaga Tembakau Jember
saya mempunyai obsesi untuk lebih membenahi
pertembakauan Indonesia, mulai dari on farm hingga
off farm; diantaranya memberdayakan petani untuk
menerapkan GTP dan GMP, menjembatani
perdagangan antara petani dengan perusahaan,
membangun sinergitas antar semua stakeholder dan
pemerhati tembakau baik di tingkat kabupaten,
provinsi, nasional maupun internasional. Saat ini
Tobacco
Information
Center
Tobacco
Information
Center
Tobacco
Information
Center
Kemitraan Sinergis
Usahatani Tembakau
PENDAHULUAN
Tobacco
Information
Center
Artikel
ilmiah
antara petani dan pengusaha merupakan cara paling memungkinkan, karena mutu tembakau yang diukur
secara sensori dalam hal ini pengusaha tembakau yang paling memahami, sehingga dapat menutup
kelemahan yang ada pada petani sebagai produsen tembakau. Atas dasar pertimbangan pengetahuan
petani yang belum memadai, permintaan mutu yang dinamis, permodalan petani yang terbatas, maka
kerjasama dalam kemitraan antara petani dan pengusaha tembakau sangat diperlukan. Permintaan mutu
tembakau sering berubah karena harus menyesuaikan mutu rokok yang diminati konsumen.
KEMITRAAN SINERGIS
Pada tahun 1994, beberapa perusahaan tembakau di Lombok berusaha meningkatkan produktivitas dan
mutu tembakau Virginia. Strategi yang ditempuh adalah mengintroduksi teknologi yang tepat,
dengan melakukan pembinaan intensif, khususnya mengawal teknologi yang digunakan petani. Pada tahun
2000 produktivitas tembakau meningkat dari 1,00-1,25 ton/ha menjadi 1,50-1,75 ton/ha dan saat ini sudah
ada yang mencapai lebih dari 2,00 ton/ha. Pembangunan sistem, khususnya yang mengatur keterkaitan
petani dan perusahaan menjadi prioritas. Pada tahun 2006, Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Barat menetapkan Peraturan Daerah No. 4/2006 tentang Usaha Budidaya dan Kemitraan Perkebunan
Tembakau Virginia. Tujuan Perda ini untuk melindungi sistem kemitraan sinergis yang sudah berjalan baik.
Selain itu Perda juga berusaha mengoptimalkan keuntungan para pelaku usaha (petani, pengusaha),
berlandaskan azas keseimbangan dan kesinambungan, melestarikan tanaman tembakau menjadi
komoditas unggulan daerah yang mampu berkompetisi di tingkat nasional dan internasional, melalui
peningkatan produktivitas, mutu dan efisiensi.
Pada dasarnya Perda No. 4/2006 Provinsi NTB menetapkan pola kemitraan antara petani dan pengusaha
tembakau, lebih mengutamakan implementasi teknologi, kecukupan modal usahatani, penyuluhan dan
pengawalan teknologi, akses pasar dan pembentukan harga melalui musyawarah. Secara garis besar,
Perda ini memuat 10 ketentuan penting yang harus diikuti oleh semua pemangku amanah (stakeholder),
adalah sebagai berikut:
1. Usaha budidaya tembakau dilaksanakan dengan pola kemitraan atas ijin Gubernur.
2. Izin dapat dicabut apabila, pemegang izin tidak melakukan usaha sesuai standard teknis dan tidak
melakukan kegiatan usaha budidaya selama satu tahun dan atau tidak melaksanakan kewajiban dalam
hubungan kemitraan.
3. Usaha budidaya dan kemitraan tembakau dilaksanakan dengan serangkaian kegiatan mulai dari
pratanam sampai pemasaran.
4. Setiap badan usaha harus memberikan dukungan sarana produksi kepada petani minimal 40 % dari
total biaya usahatani.
5. Setiap badan usaha harus menyediakan petugas lapang dengan rasio satu orang membina maksimal
75 petani setara sekitar 200 hektar.
6. Setiap badan usaha wajib melakukan pembinaan kepada petani mitra seluas minimal 80% dari target
produksi dan 20% dari petani swadaya.
7. Pembelian hasil produksi tembakau dilakukan oleh badan usaha sendiri dalam bentuk krosok yang
sudah di bal dan memenuhi keseragaman mutu, serta dilakukan di gudang perusahaan mitra.
8. Penetapan harga dasar dan kelas mutu dilakukan secara musyawarah antara pengusaha dan petani
mitranya, dengan difasilitasi oleh Tim Pembina dan Pengendali dari Pemerintah Daerah.
9. Setiap pelaku usaha wajib memelihara kelestarian fungsi lingkungan dan mencegah kerusakan
lingkungan.
10. Badan usaha yang melanggar ketentuan tentang perizinan, dapat dipidana sesuai dengan ketentuan
Perundang-undangan di bidang perkebunan.
10
Tobacco
Information
Center
Secara skematis tugas dan fungsi petani, perusahaan, lembaga keuangan dan Pemerintah Daerah dalam
kemitraan sinergis disajikan seperti pada Gambar. 1 (Pemerintah Provinsi NTB, 2001). Dalam kemitraan
sinergis ini petani tetap menjadi pelaku agribisnis. Tiga pilar utama agribisnis yaitu sebagai produsen, sebagai
pelaku agroindustri dan distribusi atau pemasaran masih dipegang petani. Namun demikian kemitraan
sinergis ini dalam perjalanannya masih banyak menemui kendala. Sehingga jika akan diterapkan di daerah
lain seperti Jatim dan Jateng perlu dilakukan usaha pengendalian agar semua sub sistem dapat
melaksanakan tugas masing-masing sesuai ketentuan.
Perusahaan Mitra
Petani Mitra
Agen Pengembangan Penanam/Produsen
Perakit/Transfer/
Tembakau
Pengawalan Teknologi Pelaksana
Pencari Dana dan
Pengembangan
Agen pembayaran
Tembakau
Kridit
Penanggung Jawab
Kredit
Pemerintah Daerah
Pembina
Pembangunan dan
Pengembangan
Tembakau
Pengayom
Lembaga Keuangan
Penyedia Dana
Penilai Kelayakan
Usahatani
Gambar1. Skema tugas dan fungsi masing-masing pihak dalam kemitraan sinergis.
Tobacco
Information
Center
11
12
Tobacco
Information
Center
Beberapa kendala yang dihadapi dalam kemitraan sinergis antara lain adalah sebagai berikut (Tirtosastro,
2011):
1. Kendala Teknis
Teknologi untuk program kemitraan harus rakitan teknologi adaptif. Teknologi adaptif adalah teknologi yang
sudah diuji coba bersama oleh petani, perusahaan bersama Pemerintah Daerah dan dinyatakan baik untuk
digunakan. Melalui teknologi adaptif ada jaminan petani dapat menggunakan teknologi tersebut.
Perusahaan pembina harus mampu menyediakan training-farm untuk mendemontrasikan paket teknologi
baru dan menjadi tempat belajar bersama petani, petugas lapang perusahan dan juga penyuluh-penyuluh
dari Pemerintah Daerah. Penyelenggaraan training-farm harus optimal, karena training-farm merupakan
bagian dari usaha yang harus memberikan keuntungan kepada perusahaan.
2. Kendala Ketidakjujuran
Kendala ketidakjujuran menjadi masalah paling berat dalam kemitraan. Tembakau yang memperoleh
sentuhan teknologi akan menghasilkan mutu lebih tinggi. Sehingga mendorong minat berbagai pihak untuk
membeli. Beberapa perusahaan yang tidak ikut bermitra kadang-kadang ikut membeli dengan harga lebih
baik. Faktor ini perlu dikendalikan oleh Pemerintah Daerah melalui regulasi seperti Perda No. 4/2006 Pemda
NTB, agar sistem kemitraan dapat berjalan dengan baik.
3. Kendala Pasar
Pasar tembakau sangat ditentukan oleh kondisi iklim, permintaan pasar dan harga tembakau internasional.
Sistem kemitraan yang diterapkan secara terbuka, tanpa batas wilayah binaan yang satu dan yang lain, ada
peluang transaksi harga dalam kemitraan akan terganggu. Sistem kemitraan di Lombok sering terganggu
akibat meningkatnya mutu yang berdampak pada meningkatnya peminat, baik dari perusahaan pembina
yang lain maupun non pembina yang datang musiman. Namun demikian adanya regulasi dan ikatan
emosoinal yang terbentuk antara petani binaan dan perusahaan mitra kendala seperti itu dapat diminimalisir.
4. Kendala Standardisasi Pembinaan
Dalam kemitraan harus ada standar pembinaan, khususnya yang terkait dengan kewajiban masing-masing
pihak yang bermitra. Misalnya setiap perusahaan harus menyiapkan SOP (Standard Operating Procedure)
kualifikasi petugas lapang, strategi penyuluhan (LCD, leaflet, oral, kunjungan) dan lain-lain. Standardisasi
kemitraan harus diterapkan oleh Pemerintah Daerah agar semua pihak berjalan pada posisi yang benar dan
bertanggung jawab.
5. Kendala Keterlambatan Manajemen Perusahaan
Bisnis tembakau pada dasarnya adalah bisnis adu cepat. Keterlambatan melaksanakan pembelian akan
mendorong petani bersikap tidak jujur dan menjual tembakaunya ke perusahaan lain. Hal ini dapat terjadi
karena panen dan pemasaran tembakau hanya berlangsung dalam waktu pendek (1,5-2,0 bulan). Usaha
tani tembakau yang pada umumnya tanpa dukungan modal yang kuat, mendorong terjadinya pelanggaran
kesepakatan.
Tobacco
Information
Center
13
Kesepakatan dalam kemitraan sinergis bukan segala-galanya untuk membangun sistem pertembakauan
nasional. Masih banyak lubang-lubang yang membuka peluang berbisnis hanya demi keuntungan
perusahaan sendiri atau memang ditujukan untuk memenangkan kompetisi terhadap IHT lain. Mengacu
pada Perda No. 4/2006 Prov. NTB, seharusnya hanya perusahaan mitra dengan harga musyawarah yang
berhak membeli tembakau petani mitranya. Pada musim panen 2011, dengan dukungan cuaca dan iklim
yang kering, mutu tembakau sangat baik dan harga tembakau meroket 1,5-2,0 kali lipat dibanding tahuntahun sebelumnya. Gagal panen 2010 karena iklim basah menjadi alasan utama mengapa harga
meningkat. Bagaimanapun juga perusahaan mitra mempunyai batasan harga rasional dalam melakukan
pembelian tembakau dari petani mitra. Sehingga tidak mungkin membeli tembakau dengan harga yang
melambung sangat tinggi di pasaran. Sayang harga 2011 tidak terulang pada 2012, meskipun iklim dan
cuaca 2012 juga sangat baik seperti 2011. Sehingga pada 2012 petani ramai-ramai berunjuk rasa
menuntut kenaikan harga seperti 2011. Kemitraan memang harus didukung kesadaran moral semua pihak,
tidak hanya didasarkan kesepakatan atau regulasi semata. Membangun pertembakauan dengan
pendekatan perbaikan mutu dan penataan mutu sesuai spesifikasi teknis yang diinginkan IHT, hendaknya
harus dijaga bersama, khususnya oleh konsumen tembakau. Gambar 2, memberi ilustrasi bagaimana
menjaga bersama kemitraan sinergis harus dijaga bersama (Tirtosastro, 2012).
LESSON LEARNED:
Kemitraan sinergis sangat diperlukan dalam pengembangan usaha tembakau Indonesia. Upaya
ekstensifikasi (perluasan lahan) dan intensifikasi (teknologi budidaya) secara optimal dapat menghasilkan
tembakau yang bermutu dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, ketergantungan
pada tembakau impor dapat ditanggulangi, dan produsen tembakau Indonesia khususnya petani dapat
dilindungi.
14
Tobacco
Information
Center
Daftar Pustaka
----------
Alliance for Health Economic and Agr. Development. 2009. 6220 30th Street NW Washington DC.
Almond Board of California. 2009. Good Manufacturing Practices. Modista, California.
Pemerintah Provinsi NTB. 2001. Pedoman Pengembangan Tembakau Flue-Cured Virginia LombokNTB. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Sumardjan, S. 1997. Kemitraan. Disampaikan pada Pertemuan Teknis Tembakau VO, Agustus
1997 di Mataram N.T.B.
Sumardjo, J. Sulaksana dan W. A. Darmono. 2004. Teori dan Praktek Kemitraan Agibisnis. Panebar
Swadaya, Surabaya.
Tirtosastro, S. 2011. Bahan Diskusi dengan Staf PT. Perkebunan Nusantara X, 16 Juli 2011 di
Surabaya.
Tirtosastro, S. 2012. Revitalisasi Pengembangan Tembakau Virginia di Jawa Timur. Disampaikan
pada International Tobacco Workshop, Tanggal 23-24 November 2012 di Surabaya.
Voges, E. 2000. Tobacco Encyclopedia. Tabac Journal Internatinal, Mainz, Germany. 279p.
WHO. 2004. Chairs text of Framework Convention on Tobacco Control. A/FCTC/INB6/2, 13
January 2003. World Health Organization.
(*) Penulis adalah Ahli Peneliti Utama Komoditas Tembakau dan Dosen Senior di Universitas Tribuwana
Tunggadewi (Malang). Menempuh pendidikan S1 di UGM (1973), S2 di UGM (1983), S3 di IPB (1992).
Judul riset yang diorasikan saat penobatan sebagai Profesor: Upaya menekan bahan berbahaya
pada tembakau Virginia melalui teknologi pengovenan berbasis energi alternatif.
Tembakau Virginia Bojonegoro
Foto: dok. Samsuri Tirtosastro
Tobacco
Information
Center
15
16
Tobacco
Information
Center
Tobacco
Information
Center
17
Dalam penetapan standar harus dicari parameter apa yang dapat dipergunakan yang kira-kira sangat spesifik dapat
dipenuhi tembakau dari Indonesia dan mungkin sangat sulit di penuhi pihak luar.
Mengapa hal ini dilakukan, karena dengan perdagangan global tidak mungkin kita membatasi kuota impor atau regulasi
lain yang bertentangan dengan World Trade.
18
Tobacco
Information
Center
Perspektif
Tobacco
Information
Center
19
Tobacco
Information
Center
Tobacco
Information
Center
21
Dalam pemberlakuan regulasi diperlukan beberapa perangkat yang harus disediakan pemerintah
misalnya :
1. Penetapan standar.
2. Pemberian kewenangan atau penunjukan suatu lembaga/organisasi yang mampu berperan dalam
mendukung regulasi tersebut misalnya melalui Lembaga Sertifikasi Produk (Lembaga Inspeksi dan
Laboratorium Pengujian)
Dalam penetapan standar harus dicari parameter apa yang dapat dipergunakan yang kira-kira sangat
spesifik dapat dipenuhi tembakau dari Indonesia dan mungkin sangat sulit dipenuhi pihak luar.
Mengapa hal ini dilakukan, karena dengan perdagangan global tidak mungkin kita membatasi kuota
impor atau regulasi lain yang bertentangan dengan World Trade. Teks: Elok Mahbub dan Tim TIC
Foot Note:
i. Wawancara dan penulisan dilakukan oleh Elok Mahbub pada beberapa nara sumber:
1. Prof. Dr. Kabul Santoso M.S. (Peneliti dan Akademisi)
2. Prof. Dr. Ir. Samsuri Tirtosastro, APU. (Peneliti dan Akademisi)
3. Ir. Desak Nyoman Siksiawati, MMA. (Kepala UPT.PSMB-LT dan Auditor Sistem Manajemen Mutu/Produk)
4. Hj. Sulami Bahar (Praktisi Pertembakauan dan Ketua Gapero)
5. Christian Adi Njoto N. (Vice Prsident PT. Mangli Djaya Raya, Eksportir Tembakau)
6. Beberapa Eksportir Tembakau di Jember
7. Beberapa Petani Tembakau
ii. Data UPT PSMB-LT (2011)
iii. Statistik Perkebunan Indonesia 2011 (diolah)
iv. Kabul Santoso (2008)
v. Data Indonesia for Global Justice
vi. Hasil kunjungan lapangan UPT.PSMB-LT Jember ke Lombok
***
22
Tobacco
Information
Center
Tobacco
Information
Center
23
24
Tobacco
Information
Center
Pasaran Tembakau
Untuk mencapai keadaan yang lebih teratur,
Gewestelijk Tabaks Ordonnantie dilengkapi dengan
sarana penunjangnya yaitu pendirian pasaran-pasaran tembakau. Saat itu didirikan
pasaran tembakau di Kasemek dan Nangkaan
di wilayah Bondowoso.
Tujuan utama didirikan pasaran tembakau adalah
untuk mencegah keluarnya tembakau dari perkebunan-perkebunan secara tidak syah.
Selain itu agar dapat menolong petani,
karena petani bisa membawa sendiri tembakau keringnya ke pasaran
dan menawarkannya dengan harga tertinggi.
Petani tidak menjual tembakau pada apa yang disebut
jaminan-tradisional yang keliling di desa-desa
dan sering menipu dengan berbagai cara.
Tobacco
Information
Center
25
Provinsi
60.14%
Jawa Timur
16.99%
13.27%
0.70%
0.47%
0.60%
0.70%
0.68%
1.30%
3.56%
1.60%
Jawa Timur
Sulawesi Selatan
Sumatera Barat
NTB
Sumatera Utara
NAD
Jawa Tengah
Bali
Lainnya
Jawa Barat
D.I. Yogyakarta
Pangsa
(%)
136,329
60.14
NTB
38,507
16.99
Jawa Tengah
30,078
13.27
Jawa Barat
8,081
3.56
Sulawesi Selatan
3,629
1.60
Sumatera Utara
2,951
1.30
Bali
1,585
0.70
D.I. Yogyakarta
1,531
0.68
Sumatera Barat
1,355
0.60
NAD
1,062
0.47
Lainnya
1,596
0.70
226,704
100
Total
Jawa Timur, NTB dan Jawa Tengah menyumbang 90% produksi tembakau nasional
4
600.00
794.2
765.6
364,134
500.00
Juta US$
Volume (Ton)
400.00
300.00
200.00
100.00
37,110
0.00
104,650
2010
2011
2012
2012 (J-M)
172.63
195.63
146.70
159.56
51.79
2013 (J-M)
59.24
330.51
290.17
378.71
507.19
658.92
136.39
121.23
Net ekspor tahun 2008 mencapai US$ -197,31 Juta dan meningkat tajam pada tahun 2012 mencapai
US$ -499,36 Juta atau meningkat lebih dari 150 persen
28.6
Tahun 2012 konstribusi ekspor Daun Tembakau terhadap total ekspor produk tembakau Indonesia
mencapai 20 persen
Kontribusi impor Daun Tembakau terhadap total impor tembakau Indonesia tahun 2012 mencapai 86
persen dan tren peningkatan impor daun tembakau diperkirakan akan terus berlanjut
cenderung meningkat
Sumber:
Makalah: Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS (Wakil Menteri Perdagangan)
pada: Simposium Nasional Tembakau (Surabaya, Juli 2013)
Tobacco
Information
Center
2009
133.20
Data tersebut
di atas
menunjukkan
bahwakebutuhan
nilai impor
tembakau
masih
Tembakau
yang diimpor
digunakan
untuk memenuhi
produk
tembakau
yang
seimbang
besarnya
nilai
ekspornya
walau besar
secara
volume impor
terusdengan
meningkat
dan masih
seimbang
dibandingkan
ekspornya
26
2008
POSISISTRATEGIS
STRATEGIS JAWA
JAWATIMUR
TIMUR
POSISI
Jawa Timur memegang posisi strategis dalam bidang pengusahaan tembakau nasional. Produksi tembakau Jawa Timur
mendominasi produk tembakau nasional.
Secara geografis, Jawa Timur menempati posisi strategis pada perdagangan nasional (sebagai pintu gerbang pergerakan
barang dan jasa ke/dari kawasan timur Indonesia) dan internasional (mempunyai fasilitas pelabuhan tanjung perak sebagai
pelabuhan utama kegiatan ekspor-impor).
Posisi strategis Jawa Timur dapat dilihat pada peta di atas.
Sumber:
Makalah: Dr. Ir. Budi Setiawan, MMT (Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur)
Pada: Simposium Nasional Tembakau (Surabaya, Juli 2013)
Tobacco
Information
Center
27
Sumber : PT Djarum (Disampaikan pada Workshop Konsesus Standar Mutu Tembakau di Jawa Timur, Tahun 2013 )
28
Tobacco
Information
Center
No.
Jenis
Mutu I /
Istimewa
Mutu II /
Sangat
Bagus
Persyaratan
Tanda
Grade
(tanda
kecil)
Posisi
daun
TA.1.KF
Kesatuan
daun
Kerapatan
daun
Bodi
Kesupelan
Intensitas
warna
Ukuran
panjang
minimal
Toleransi
Cacat
Max
Warna
TA+sbgn TB
Masak
Kompak
Meras,
Mentes
Sangat
Supel
dalam
25 cm
3%
Kuning Emas
TA.2.KF
TA+sbgn TB
Masak
Kompak
Sedang,
Meras
mentes
Sangat
Supel
dalam
25 cm
3%
Kuning
TA.2.KF
TA+sbgn TB
Masak
Kompak
Mentes
Sangat
Supel
dalam
25 cm
5%
Kuning Emas
TA.2.KF
TA+sbgn TB
Masak
Kompak
Sedang,
Meras 2,
mentes
Sangat
Supel
dalam
25 cm
5%
Kuning
TA.3.KF
TA+sbgn TA
Masak
Terbuka
Sedang,
Meras
Supel
Cukup
25 cm
7,5%
Kuning Emas
TA.3.K
TA+sbgn TA
Masak
Terbuka
Sedang,
Meras,
mentes
Supel
Cukup
25 cm
7,5%
Kuning
K.4.KF
TA+sbgn TB
Masak
Terbuka
Sedang
Supel
Lemah
25 cm
15%
Kuning Emas
K.4.K
Masak
Terbuka
Tipis,
Sedang
Supel
Lemah
25 cm
15%
Kuning
B.5.K
B+sbgn K
Masak
Terbuka
Tipis
Kurang
Supel
Lemah
25 cm
20%
Kuning
P.5.K
P+sbgn TA
pendek
Tua
Rapat
Tebal,
kaku
Kurang
Supel
Cukup
25 cm
20&
Kuning
B.5.K
TA+sbgn
TA+sbgn P
Kurang Tua
Tertutup,
Terbuka
Meras,
mentes 2,
tebal kaku
Kurang
Supel
Pucat
lemah
25 cm
30%
Kuning
TR 7, KC
TB+sbgn TA
Masak
Terbuka,
tertutup
Sedang,
meras,
mentes
Kurang
Supel
Pucat
lemah
25 cm
40%
Kuning agak
kehijauan
K 7.KC
K+sbgn B
Tua
Terbuka,
tertutup
Tipis,
sedang
Kurang
Pucat
25 cm
40%
Kuning
bercampur coklat
ZA
Tua, Masak
Kompak,
Terbuka
Tipis,
Meras,
Mentes
Supel
Lemah,
Kuat
25 cm
50%
Kuning
ZB
Kurang tua,
Masak
Terbuka,
Tertutup
Tipis,
Meras,
Mentes
Supel
Lemah,
Kuat
25 cm
50%
Kuning
Masak
Terbuka
Rapat
Tipis-Tebal
Kurang
Supel
Cukup
Pucat
25 cm
Mutu III /
Bagus
Mutu IV /
Cukup
Mutu V /
Kurang
Mutu VI
/ Kurang
sekali
Mutu VII
/ Kurang
(Jelek)
Mutu VIII
/ Jelek
Sekali
Tobacco
Information
Center
29
30
Tobacco
Information
Center
Target Cukai
(trilyun rupiah)
Realisai Cukai
(trilyun rupiah)
Peningkatan
Capaian Cukai
(persen)
2007
42,035
44,679
9,12
2008
45,718
51,251
8,76
2009
54,545
56,718
19,31
2010
59,265
66,164
11,06
73,252
12,04
2011
65,381
Sumber: Ditjen Perbendaharaan Negara, 2011
Tobacco
Information
Center
31
Pelaksanaan Ekspor
Mekanisme Tahapan Pelaksanaan Ekspor
Persiapan Ekspor
I. Proses Kesepakaran
1. Identifikasi barang:
Weighting, Marking, Internal Inspection
2. Packaging:
Bahan, identifikasi perusahaan,
Tahun panen, Merk dan ukuran
tembakau dalam bentuk lembaran, Berat
tembakau (netto): 100kg-90kg atau
80kg, dll
32
Tobacco
Information
Center
Pengurusan Dokumen
Ekspor
Pemberitahuan
Ekspor Barang
Pengapalan
Tobacco
Information
Center
33
Program kegiatan ini berlangsung 2 hari, mengambil tema Residu Pestisida pada Tembakau yang dihadiri
oleh nara sumber utama Wakil Menteri Perdagangan Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS. yang membahas hal
yang berkaitan dengan:
yy Peningkatan ekspor tembakau agar menambah nilai tembakau
yy Pengupayaan substitusi tembakau impor dengan varietas lain yang bisa diusahakan di Indonesia, tetapi
tidak merusak mutu produk yang dihasilkan.
yy Peningkatan riset tembakau dengan melibatkan Bioteknologi untuk menghasilkan tembakau yang
mengandung kadar nikotin rendah.
yy Diversifikasi produk tembakau antara lain sebagai; bahan pestisida organik (Biopestisida), penghasil
protein anti kanker, produk anti-bodi, obat diabetes, dan bahan kosmetik.
Sementara itu pada hari ke 2 Gubernur Jawa Timur menyampaikan sambutannya tentang:
Pengusahaan tembakau Jawa Timur yang ruang lingkupnya terdiri atas:
yy Perencanaan
yy Penelitian dan Pengembangan
yy Pengembangan Budidaya, IHT dan Pemasaran
yy Perlindungan Petani Tembakau
yy Pemberdayaan Petani Tembakau
yy Perlindungan IHT
yy Pemberdayaan IHT, dan
yy Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Selain itu Gubernur Jawa Timur juga menyampaikan peran serta Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam
Pengembangan Pengusahaan Tembakau yaitu:
yy Penyusunan Road Map Pengusahaan Tembakau Jawa Timur 2012-2022
yy Penyusunan naskah akademik rancangan undang-undang tentang Pertembakauan
yy Penyusunan rancangan undang-undang tentang Pertembakauan
yy Permohonan Pemerintah Provinsi Jawa Timur kepada Pemerintah Pusat untuk memperketat dan
mengatur impor tembakau Virginia
yy Memfasilitasi pertemuan antara industri rokok di Jawa Timur dengan Badan Fiskal Kementerian
Keuangan RI dalam Sosialisasi Peraturan Menteri Keuangan RI No. 78 tahun 2013
Acara ini dihadiri oleh eksportir tembakau, agronomis, Disbunhut daerah tapal kuda dan Madura, ITA,
Asosiasi Petani Tembakau, Disperindag daerah tapal kuda dan civitas academica Universitas Trunojoyo
Madura. Teks dan foto: Tim TIC
34
Tobacco
Information
Center
Agenda
Kegiatan
Pameran Internasional Tobacco Expo - GOR Kaliwates Jember. 11-15 September 2013.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur
UPT. PSMB - Lembaga Tembakau - Jember bekerja sama dengan Jawa Pos Group
Tobacco
Information
Center
35
produksi benih untuk menghasilkan benih bermutu dan mengatasi kelangkaan benih.
Tahap ini dilakukakan dari pengolahan tanah bulan Agustus sampai dengan masa panen benih
Desember 2013. Bekerja sama dengan: Agronom dan Poltek Jember
Lokasi: Glagah Wero, Kalisat - Jember
36
Tobacco
Information
Center
Agenda
Kegiatan
Tobacco
Information
Center
37
yy
yy
yy
yy
yy
Monitoring & Evaluasi Tar, Nikotin pada rokok dan Residu pada tembakau
Desiminasi SRTP pada tembakau
yy
yy
38
Tobacco
Information
Center
Tobacco
Information
Center
39
Quality Index
40
Tobacco
Information
Center
Jahya Lukas
Wisata Agro
Tembakau
Wisata Agro
Tobacco
Information
Center
LI-029-IDN / LP-035-IDN
ISO 9001:2008