Anda di halaman 1dari 48

Volume II / No.

3 / 2013

TOBACCO

INFORMATION
CENTER

Mengapa
Impor Tembakau?
tobaccoinfo.web.id
Tobacco Information Center
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur
UPT. PSMB - Lembaga Tembakau Jember

Foto: Aan Anugrah

Tobacco Information Center


Diterbitkan oleh:
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur
UPT. Pengujian Sertifikasi Mutu Barang - Lembaga Tembakau Jember
Jl. Kalimantan 1 Jember
Telp. 0331-338396 Fax. 0331-334825
website: psmblt-jember.web.id

Lokasi: Stan Pameran Internasional Tobacco Expo - GOR Kaliwates Jember. 11-15 September 2013.
UPT. PSMB - Lembaga Tembakau - Jember

Keterangan Gambar Sampul


Gambar menunjukkan mesin redrying yang berfungsi untuk mengolah tembakau
krosok maupun rajangan. Prinsip kerjanya: pemberiaan uap tekanan tinggi dan
penghisapan kandungan air dalam tembakau sehingga memberikan tingkat
kekeringan tertentu. Proses ini sekaligus dapat membersihkan tembakau dari
kotoran dan debu yang menempel.
Mesin redrying pada gambar adalah milik PT. Mangli Djaya Raya - Jember.
Mesin tersebut penting bagi perusahaan lain yang mensuplai tembakau kepada
pabrik rokok. Melalui pengolahan tersebut, tembakau bahan baku rokok yang
dikirim akan mempunyai nilai lebih tinggi dan siap untuk dijadikan produk rokok.
Photo:Aan Anugrah

TO
BA
CC

Daftar Isi

N
IO

AT
M
R R
FO TE
IN EN
C

Editorial: ii - iii
Pengantar:

1-5

Dr. Ir. Budi Setiawan, MMT


Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Jawa Timur
Ir. Desak Nyoman Siksiawati, MMA
Kepala UPT. Pengujian Sertifikasi Mutu Barang
Lembaga Tembakau Jember

Artikel Ilmiah: 8 - 15

Kemitraan Sinergis Usahatani Tembakau


Prof. (R) Dr. Ir. Samsuri Tirtosastro, APU

Perspektif :

18 - 22

Mengapa Impor Tembakau Cenderung Meningkat?


Elok Mahbub dan Tim TIC

Data & Info: 26 - 31

Pelaksanaan Ekspor: 32-33


Kegiatan dan Program Kerja
UPT. PSMB-LT Jember:

34-39

18

Quality Index:

40

Penerapan pada PT. Gading Mas


Indonesian Tobacco (PT. GMIT)

Wisata Agro:

C-3

Tobacco Plantation Tour

C-3

Tobacco
Information
Center

ejak awal kemunculan tembakau sebagai usaha di sektor


perkebunan pada awal abad 19, komoditi ini menjadi andalan ekspor
sebagaimana gula, kopi, teh, dll. Sistem perkebunan yang diterapkan
pada tembakau memacu keberhasilan beberapa daerah diantaranya Deli
Sumatera Utara, Klaten Jawa Tengah, dan Jember (ex Besuki) Jawa Timur
sehingga menjadi daerah supplier yang sangat diandalkan dan dikenal
dalam pasar global.
Namun setelah mengalami perjalanan waktu yang sangat panjang, dengan
berbagai persoalan yang dihadapi, industri dan perdagangan tembakau
Indonesia sekarang berada pada ruang pertanyaan Mengapa impor
tembakau?

Elok Mahbub

Beberapa kritikan berbunyi bahwa Indonesia mempunyai bumi dan iklim


yang bagus untuk penanaman tembakau, Orang pintar dan
berpengalaman di pertembakauan yang sangat banyak, Tenaga kerja
petani dan buruh yang berlimpah, jadi Tidak perlu melakukan impor!

Berdasarkan mini riset tentang tema ini, muncul beberapa kenyataan
misalkan; tembakau adalah komoditi yang membutuhkan sentuhan
teknologi terus menerus, tata niaga tembakau membutuhkan jalinan kerja
yang sinergis dan konsekuen antar stakeholder, selain itu tembakau
sebagai pemasok industri cerutu dan rokok membutuhkan distribusi yang
cepat di pasar dunia, untuk memenuhi produk yang diinginkan konsumen.
Sehingga segala kritik seperti dicontohkan di atas tidak begitu saja dapat
menjawab permasalahan, karena banyak faktor terkait dalam
pertembakauan. Oleh karena itu sangat dibutuhkan pengambilan sikap
yang cerdas dan jelas dari Negara bila ingin melindungi tembakau yang
menjadi bagian dari sumber daya alam Indonesia dan menjadi sendi
kehidupan rakyatnya. Terlebih bila Indonesia menginginkan produk
tembakau mempunyai daya saing di pasar global.
Distribusi ekspor dan impor adalah suatu proses yang wajar dalam
perdagangan internasional seiring dengan demand dan supply antar negara
terhadap suatu produk. Namun bila ada indikasi ketimpangan yang
diwujudkan melalui berbagai keresahan orang/pihak yang terkait
dengannya, tentu perlu untuk menelusuri apa yang sebenarnya terjadi.
Diharapkan melalui penelusuran tersebut dapat menemukan sejumlah
alternatif upaya yang dapat memberi kontribusi terhadap pemecahan
masalah.

Majalah Tobacco Information Center (TIC) edisi kali ini mengangkat tema
Mengapa Impor Tembakau? dengan alasan agar fenomena tata niaga
tembakau akhir-akhir ini yang diabstraksikan di atas mendapat penjelasan
yang lebih komprehensif. Melalui artikelnya, Prof. (R). DR. Ir. Samsuri
Tirtosastro, APU. yang telah berkecimpung di pertembakauan lebih dari 30
tahun memberi penjelasan bagaimana demand dan supply pada Industri
Hasil Tembakau (IHT) dan pentingnya kemitraan yang sinergis untuk
menopang hal tersebut. Artikel ini diperkuat dengan hasil wawancara pada
sejumlah responden yang dituangkan pada kolom Perspektif sehingga
dapat memberikan wawasan pada pembaca melalui pemikiran yang kritis
terhadap persoalan impor tembakau.

II

Tobacco
Information
Center

lu
Vo
eI
m
I/
3
o.
N

Editorial

/2
01
3

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa format majalah TIC


adalah ilmiah populer. Maksudnya; ulasan tema berdasarkan riset
cepat yang mengacu pada data primer dan sekunder, sebatas
untuk dapat menjelaskan tema yang ada. Penulisan diupayakan
dengan bahasa populer dengan harapan agar majalah TIC dapat
diterima dengan baik oleh lebih banyak kalangan, termasuk yang
awam terhadap pertembakauan. Pemasangan gambar tematik dan
desain setting yang menarik melengkapi desain majalah TIC
keseluruhan. Selanjutnya seperti pada edisi sebelumnya, majalah
ini juga berisi beberapa kegiatan UPT. PSMB-LT Jember selama
paruh tahun kedua di 2013 ini. Tentu bukan sekedar suatu berita
atau laporan kegiatan, tetapi merupakan representasi dari upaya
UPT. PSMB-LT dalam pengawalan pertembakauan selama ini.
Demikian pula rencana paruh tahun pertama pada 2014 yang
dimuat di sini, merupakan gambaran dari keseriusan UPT.
PSMB-LT sebagai bagian dari pemerintah yang berperan untuk
menjaga eksistensi tembakau. Majalah TIC edisi ini juga memberi
semacam sekilas info yang dimuat pada halaman pembatas
kolom. Mulai dari awal sampai akhir terdapat 4 halaman pembatas
kolom yang berisi informasi berangkai; yaitu tentang sejarah
pengelolaan tembakau pada jaman kolonial Belanda sehingga
dengan informasi ini dapat diketahui fenomena persoalan saat itu
dan bagaimana penanganannya.
Dalam sambutannya, pimpinan UPT.PSMB-LT Ir. Desak Nyoman
Siksiawati, MMA. menyampaikan sikapnya yang visioner tentang
pentingnya standardisasi mutu terhadap tembakau sebagai strategi
pengendalian impor tembakau. Hal ini didukung oleh Kepala Dinas
Perindustrian dan Perdagangan provinsi Jawa Timur Dr. Ir. Budi
Setiawan, MMT. melalui sambutannya yang sangat mengharapkan
bahwa agroindustri tembakau dalam negeri, khususnya di Jawa
Timur dapat dapat lebih maju dan kuat.

Majalah ini didedikasikan kepada tembakau sebagai tanaman yang
berhubungan dengan harkat hidup orang banyak. Selain itu,
Jember yang menjadi basis dari keberadaan TIC dengan sejumlah
kapasitas dan potensi yang dimiliki mempunyai harapan kuat untuk
mempertahankan tembakau Indonesia sebagai warisan budaya
bangsa dan produk yang unggul dalam persaingan di pasar global.

Kami menyampaikan banyak terima kasih pada semua pihak yang
memberi kontribusi dan dukungan sehingga Majalah TIC ini dapat
hadir di tengah publik. Kami bersikap terbuka terhadap segala
komentar yang berhubungan dengan isi majalah, dan menerima
masukan demi perbaikan Majalah TIC ke depan. Sebagai
kelengkapan informasi dan dokumentasi dari Majalah TIC,
pembaca dapat mengunjungi website www.tobaccoinfo.web.id
Salam,
Elok Mahbub, editor

TOBACCO

INFORMATION
CENTER

ISSN 2338-3984
Pelindung
Dr. Ir. Budi Setiawan, MMT
Penanggung Jawab
Ir. Desak Nyoman Siksiawati, MMA
Pengarah
M. Soefijandi, SE. MM
Ir. Dewan Hartanto
Ir. Setianto, MM
Redaktur Senior
Dr. Ir. Bambang Hermiyanto, MP
Iryono, SP. MP
Redaktur Pelaksana
Budi Nugraheni, ST
Devi Arieni, SP
Ica Lovyanti Br Pinem, SP
Very Kurniawan
Editor
Elok Mahbub
Fotografer & Desainer
Anugrah Dwiatma
anugrah_da@yahoo.com

Alamat Redaksi
UPT. PSMB-LT
Jl. Kalimantan 1 Jember
Telp. 0331-338396 Fax. 0331-334825
email: redaksi.tic@gmail.com
website: tobaccoinfo.web.id

2013
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip dan menggandakan
majalah ini tanpa ijin tertulis dari Penerbit.
Tobacco
Information
Center

III

Pada sejarah perkebunan tembakau Besuki,


dituliskan bahwa pada saat itu terdapat konflik antar pengusaha perkebunan
tentang penggunaan tanah untuk penanaman tembakau,
juga konflik antara pengusaha perkebunan yang menanam tembakau sendiri (planters) dengan
pengusaha yang langsung membeli tembakau krosok.
Sehingga dibuatlah Rotterdam Overenkomst (Persetujuan Roterdam)
pada tanggal 4 September 1907
oleh sebagian perusahaan-perusahaan tembakau saat itu
khususnya Oud Ondernemers (Pengusaha Lama)
dengan Niew Ondernemers (Pengusaha Baru)
Sumber teks:
De Tabakscultuur van de Residentie by Mr. A.C. Jaeggi,
in De Landbouw in de Indische Archipelago (Harvard University, 1949)
Diterjemahkan oleh A. Aziz Lahiya, 1985
Sumber gambar: KITLV
IV

Tobacco
Information
Center

Salah satu model gudang pengering tembakau yang ada saat ini masih mempertahankan
bentuk bangunan gudang pengering seperti pada masa Belanda (gambar kiri).
Lokasi: Ajung - Gayasan, Jember
Foto: Aan Anugrah, 2013

Tobacco
Information
Center

Kepala Dinas
Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Jawa Timur

Memperhatikan begitu pentingnya


tembakau bagi perekonomian masyarakat,
Pemerintah Provinsi memberi perhatian
cukup besar pada pertembakauan dengan
menciptakan kondisi yang kondusif.

Dr. Ir. Budi Setiawan, MMT

angat disadari kalau komoditi tembakau banyak


mendapat sorotan publik, khususnya dalam hal
efek tembakau bagi kesehatan. Menyangkut hal
ini, saya mendukung upaya penyadaran terhadap
hidup sehat dan perlindungan lingkungan bagi
kesehatan bersama, karena kesehatan adalah pondasi
bagi kehidupan masyarakat.
Di sisi lain, tembakau adalah komoditi yang
menyangkut sendi-sendi ekonomi sejumlah besar
masyarakat. Provinsi Jawa Timur yang mempunyai
luas 47.963 km2, terdapat sekitar 154.141 ha area
tembakau yang tersebar di 22 kabupaten/kota dari 38
kabupaten/kota yang ada. Pertembakauan menyerap
tenaga kerja yang sangat besar mulai dari petani,
buruh, dan karyawan di perusahaan-perusahaan.
Selain itu tembakau merupakan usaha yang mampu
menciptakan multiplier effect, seperti pengadaan
bambu dan welit (daun nipah), jasa transportasi,
pedagang kaki lima, dan perbankan.
Memperhatikan begitu pentingnya tembakau bagi
perekonomian masyarakat, Pemerintah Provinsi
memberi perhatian cukup besar pada pertembakauan
dengan menciptakan kondisi yang kondusif.
Pemerintah provinsi telah mendukung programprogram pertembakauan dari hulu sampai hilir;
diantaranya membantu sarana produksi dan kredit
permodalan untuk petani. Pemerintah bersama
perusahaan-perusahaan tembakau membantu transfer
teknologi dan managemen usaha para petani
tembakau. Selanjutnya melalui UPT. PSMB-LT Jember
bersama akademisi mengembangkan penelitianpenelitian tembakau hingga ada standardisasi mutu
yang dapat lebih menertibkan tata niaga tembakau.

Tobacco
Information
Center

Pengantar

Ke depan, kita akan meningkatkan bargain position


tembakau Indonesia dan meningkatkan nilai
tambahnya dengan melakukan berbagai inovasi
pengembangan produk tembakau; dari tembakau
tidak hanya dapat diproduksi rokok dan cerutu
tetapi juga dapat dikembangkan produk-produk lain
seperti pupuk, pestisida, obat herbal, dan
menjadikan pertembakauan sebagai destination dari
agro wisata. Dengan demikian akan berefek pada
penyerapan tenaga kerja.
Pembangunan ekonomi melalui usaha
pertembakauan sangat diharapkan dapat
mendukung kejayaan ekonomi provinsi Jawa Timur.
Selanjutnya perekonomian Jawa Timur dapat
memimpin perekonomian nasional, sebagaimana
yang terjadi sekarang ini. Pertumbuhan ekonomi
Jawa Timur selama tahun 2012 tercatat sebesar
7,24%, jauh melampaui rata-rata pertumbuhan
ekonomi nasioal sebesar 6,3%. Prestasi ini akan
terus dipertahankan, bahkan akan ditingkatkan.
Persoalan yang muncul dalam pertembakauan;
mulai dari budi daya, tata niaga, mutu produk,
regulasi, dan kampanye anti tembakau merupakan
tantangan yang harus dihadapi bersama untuk
dicarikan solusinya masing-masing. Oleh karena itu
saya berharap semua pelaku usaha tembakau dan
stakeholder lainnya yang terkait bersama dengan
pemerintah saling bahu membahu dan solid untuk
mengupayakan pengembangan tembakau,
khususnya di Jawa Timur. Jember adalah daerah
yang kaya dengan keberadaan kebun tembakau,

petani, perusahaan, para ahli dan peneliti tembakau.


Sehingga saya sangat optimis bahwa Jember dapat
menjadi pusat pengembangan bagi pertembakaun
Indonesia.

Saya menyampaikan terima kasih dengan tulus
kepada semua pihak yang selama ini berjalan
bersama dan saling mendukung dalam kegiatan
pertembakauan di Jember. Ucapan terima kasih
secara khusus saya sampaikan kepada Desak
Nyoman Siksiawati sebagai kepala UPT.PSMB-LT
yang telah berperan sangat positif dalam
memformulasikan program bersama para
stakeholder pertembakauan. Semoga apa yang kita
lakukan sekarang dapat memberi manfaat pada kita
semua sekarang dan waktu mendatang.
Wabillahitaufik wal Hidayah
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Tobacco
Information
Center

Kepala UPT.
Pengujian Sertifikasi Mutu Barang
Lembaga Tembakau - Jember

Benarkah impor tembakau sangat dibutuhkan?


Tidak dapatkah kebutuhan tembakau tersebut
dipenuhi oleh pelaku usaha tembakau dalam
negeri? Bukankah beberapa daerah di
Indonesia merupakan penghasil tembakau
sejak jaman dulu dengan petaninya yang
sangat tangguh?

Ir. Desak Nyoman Siksiawati, MMA

enomena impor tembakau akhir-akhir ini perlu


mendapat perhatian serius, terlebih lagi diketahui
bahwa beberapa petani tembakau (jenis tertentu)
mempersoalkan tembakaunya yang kurang terserap
dengan baik oleh perusahaan. Petani khawatir dengan
fenomena meningkatnya impor tembakau akhir-akhir ini
yang sangat dimungkinkan menggeser produk tembakau
dalam negeri. Terdorong dengan persoalan inilah saya
mengusulkan Impor tembakau sebagai isu pokok pada
Majalah Tobacco Information Center (TIC) edisi kali ini.
Tembakau sebagai salah satu komoditi perdagangan
internasional, dalam proses ekspor impor harus
mematuhi peraturan yang berlaku, baik yang ditetapkan
oleh pemerintah masing-masing Negara maupun yang
disepakati oleh forum Internasional. Pada tahun 2003
telah disepakati sebuah konvensi internasional yang
disebut Framework Convention on Tobacco Control
(FCTC) yaitu suatu bentuk regulasi internasional dalam
pengendalian masalah tembakau. Sementara itu
Indonesia mempunyai beberapa kebijakan pemerintah
yang menyangkut pertembakauan, salah satunya adalah
PP No. 109 yang disyahkan pada bulan Desember 2012
tentang pengamanan bahan yang mengandung zat
adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan.
Peraturan international dan nasional tersebut dapat
merugikan industri hasil tembakau skala kecil karena
mereka tidak dapat memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan, sehingga industri tersebut akan mati pelanpelan, yang selanjutnya akan dialami juga oleh petani
sebagai penyedia bahan bakunya. Kondisi tersebut
bertolak belakang dengan fenomena impor tembakau
yang terus-menerus mengalami peningkatan secara
signifikan.
Tergerak dari kekhawatiran yang saya sampaikan di atas,
timbul keinginan mencari tahu apa penyebab impor
tembakau setiap tahun mengalami peningkatan?
Benarkah impor tembakau sangat dibutuhkan? Tidak
dapatkah kebutuhan tembakau tersebut dipenuhi oleh
pelaku usaha tembakau dalam negeri? Bukankah
beberapa daerah di Indonesia merupakan penghasil
tembakau sejak jaman dulu dengan petaninya yang
sangat tangguh?

Tobacco
Information
Center


Pertanyaan-pertanyaan tersebut sering kita dengar,
dan patut menjadi perhatian pemerintah sebagai
pemegang otoritas. Pemerintah patut mengetahui
mengapa hal ini terjadi?, harus mencari akar
permasalahannya, lalu bagaimana menemukan solusi
dari pertanyaan tersebut. Sehingga Pemerintah dapat
menguatkan serta mendukung dalam bentuk regulasi
impor. Namun dalam pembuatan regulasi tersebut
pemerintah seyogyanya tidak membuat ketetapan
secara sepihak, perlu mendapat sumbang saran dari
para stakeholder. Sehingga apapun kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah akan mengakomodir
semuanya tanpa ada yang merasa dirugikan atau
didiskriminasikan. Salah satu yang dapat dipergunakan
dalam pembuatan regulasi adalah melalui standardisasi
dan sertifikasi produk tembakau, yang harus
diberlakukan baik terhadap produk tembakau ekspor
maupun impor.
Selain regulasi, alternatif solusi lainnya juga penting
untuk ditemukan sehingga persoalan-persoalan dalam
pertembakauan menemukan jawaban secara
proporsional. Kita tidak menginginkan tembakau
Indonesia yang banyak berperan penting terhadap
aspek sosial ekonomi masyarakat, kondisinya kian
terpuruk. Dibutuhkan peran serta semua pihak (petani,
perusahaan, pemerintah, ilmuwan, dan profesi terkait)
secara optimal pada porsinya masing-masing dalam
membangun kerja sama yang baik demi eksistensi
pertembakauan di Indonesia. Alasan yang masuk akal
bahwa pertembakauan adalah sebuah mata rantai
yang tidak dapat terputus satu sama lainnya dalam
rantai kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
utuh, khususnya di Jawa Timur.
Oleh karena itu melalui Lembaga Tembakau Jember
saya mempunyai obsesi untuk lebih membenahi
pertembakauan Indonesia, mulai dari on farm hingga
off farm; diantaranya memberdayakan petani untuk
menerapkan GTP dan GMP, menjembatani
perdagangan antara petani dengan perusahaan,
membangun sinergitas antar semua stakeholder dan
pemerhati tembakau baik di tingkat kabupaten,
provinsi, nasional maupun internasional. Saat ini

PSMB-LT Jember telah dan akan terus bekerja sama


dengan Dinas Perkebunan, perusahaan-perusahaan
tembakau, akademisi dan pihak-pihak yang terkait
lainnya. Memang sekarang ini PSMB-LT masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, namun upaya
pembenahan terus akan tetap dilakukan.
Saya bersyukur bahwa selama saya bertugas di UPT.
PSMB-LT Jember banyak bertemu dengan orangorang pertembakauan yang mempunyai semangat
bekerja luar biasa untuk mempertahankan eksistensi
tembakau. Melalui majalah TIC, saya berharap pada
semua pihak untuk terus menjaga interaksi positif ini
karena ke depan masih banyak agenda
pertembakauan yang harus kita lakukan bersama.
Kepada yang terhormat Bapak Gubernur Jatim Dr. H.
Soekarwo, SH, MHum. saya menyampaikan terima
kasih atas dukungannya terhadap perkembangan
pertembakauan di Jember. Kepada Bapak Dr. Ir. Budi
Setiawan, MMT. saya juga menyampaikan banyak
terima kasih atas bimbingan dan dukungan terhadap
saya secara pribadi maupun dalam menjalankan
tugas-tugas kedinasan yang diberikan, serta perhatian
dan dukungannya terhadap kemajuan pertembakauan
Indonesia.

Jalankan saja apa yang kita yakini


hal itu benar,
kemudian learning by doing,
selanjutnya kita bisa lihat hasilnya
kemudian

Tobacco
Information
Center

Tobacco
Information
Center

Gewestelijk Tabaks Ordonnantie


Kemudian pada tahun 1908 dibuat undang undang yang disebut
Gewestelijk Tabaks Ordonnantie
(Peraturan Daerah tentang tembakau) oleh Dewan Perwakilan Besuki.
Dengan adanya Rotterdam Overenkomst dan Tabaks verordening,
maka keadaan di Besuki menjadi lebih teratur tetapi keadaan persaingan
kadangkala kembali meluap dengan hebatnya,
hal mana menyebabkan perkebunan-perkebunan
mengeluarkan uang yang sebenarnya tidak perlu.
De Tabakscultuur van de Residentie by Mr. A.C. Jaeggi,
in De Landbouw in de Indische Archipelago (Harvard University, 1949)
Diterjemahkan oleh A. Aziz Lahiya, 1985
Sumber gambar: KITLV

Tobacco
Information
Center

Tembakau Virginia Lombok


Foto: dok. Samsuri Tirtosastro

Kemitraan Sinergis
Usahatani Tembakau

Prof. (R) Dr. Ir. Samsuri Tirtosastro, APU (*)

PENDAHULUAN

ulan Agustus-September adalah saat panen


raya tembakau VO (Voor-Ogst), jenis
tembakau yang ditanam akhir musim hujan
(April-Mei) dan dipanen musim kemarau (AgustusSeptember). Jenis tembakau VO seperti: Madura,
Kasturi, Maesan, BesNota, Temanggung, Burley,
Paiton, Virginia dan lain-lain digunakan sebagai
bahan baku utama Industri Hasil Tembakau (IHT)
khususnya rokok kretek. Sebagian kecil untuk rokok
putih (Virginia, Burley) dan cerutu (BesNota).
Prof. (R) Dr. Ir. Samsuri Tirtosastro, APU

Tembakau BesNota (Besuki Na-Oogst tanam awal)


dan tembakau lain khusus mutu rendah umumnya
menjadi bahan ekspor atau dikonsumsi IHT skala
kecil dan menengah. Tidak kehujanan saat panen
adalah tujuan utama penanaman tembakau VO,
karena iklim kering menjelang panen dan saat
panen diperlukan untuk pembentukan komponen
mutu di dalam daun.

Tobacco
Information
Center

Yang paling ramai dibicarakan petani pada saat


panen raya adalah tembakau akan dijual kemana?
Perusahaan mana yang memberi harga paling
tinggi? Dijual langsung ke gudang-gudang milik
perusahaan rokok atau lewat tengkulak!. Kalau dijual
langsung ke gudang, tempatnya jauh, belum ada
kenalan di sana dan harga belum tentu lebih baik.

Artikel
ilmiah

Lewat tengkulak jangan-jangan harganya terlalu


murah atau bayar belakang! Setor ke gudang A,
kurang sesuai karena yang diminta yang berwarna
coklat tua dan elastis. Warna coklat kekuningan
tidak diterima meskipun cukup elastis. gudang B
mau menerima warna krosok apa saja, tetapi
dilakukan grading ulang dan memerlukan waktu 3-4
hari agar diperoleh jawaban apakah tembakau
diterima semua atau sebagian saja dan dengan
harga berapa. Gambaran umum pemasaran
tembakau seperti ini tidak hanya terjadi di Jawa
Timur, tetapi juga Jawa Tengah dan sentra produksi
tembakau yang lain.
Bagi pembeli memang tidak mudah mengambil
keputusan untuk menetapkan harga. Yang
diperlukan IHT adalah mutu, sedangkan mutu
sendiri ditentukan oleh riwayat pengusahaan
tembakau seperti dimana tembakau ditanam, teknik
budidaya yang digunakan, cara panen, apakah
daun dipisah berdasar posisinya pada batang,
sortasi daun sebelum diolah dan cara penyajian
dalam penjualan. Tembakau harus satu grade untuk
setiap bal atau keranjang. Grade adalah tembakau
dengan satu riwayat pengusahaan yang unsurunsurnya seperti tersebut di atas. Jika semua
dikerjakan seksama dan jelas riwayatnya, barulah
konsumen (perusahaan pembeli tembakau asalan)
dapat menetapkan harga. Tidak adanya keterkaitan
antara konsumen dengan petani, cukup sulit bagi
konsumen untuk menetapkan mutu dan harga
tembakau secara cepat. Melakukan sortasi atau
grading ulang sebelum menetapkan harga seperti
dilakukan di atas, memerlukan waktu lama (3-4
hari), adalah salah satu cara menghindari resiko
kesalahan penetapan mutu. Pada sisi yang lain
pembelian tembakau harus selesai dalam waktu
dua bulan karena tembakau asalan dari petani
harus segera diamankan dari gangguan lembab,
serangan jamur serta kesalahan penyimpanan yang
lain. Mutu tembakau asalan mudah rusak karena
reaksi enzimatis masih terus berlangsung.
Tembakau asalan harus segera masuk proses
lanjutan berupa fermentasi (aging, stapling),
pengeringan ulang (redrying, threshing), atau
peracikan awal (preblending) jika diperlukan.

Bagi pengusaha, saat panen tembakau selalu


dipenuhi dengan pergulatan yang cukup rumit;
mulai dari menetapkan grade untuk musim panen
ini, menetapkan harga masing-masing grade, dan
yang paling berat harus berkompetisi dengan
pengusaha yang lain. Tembakau merupakan alat
berkompetisi antar IHT yang cukup ampuh, karena
rasa dan aroma rokok IHT yang laris di pasaran,
tidak akan dapat diproduksi lagi jika tidak tersedia
tembakau dengan komposisi mutu yang lengkap.
Untuk mendapatkan target pembelian, konsumen
umumnya menggunakan tangan-tangan tengkulak
yang dapat menjelajah desa-desa tempat petani
berada. Tengkulak adalah orang kepercayaan
perusahaan. Untuk menjadi tengkulak memerlukan
perjalanan yang panjang. Loyalitas terhadap
perusahaan tembakau dan kepiawaian mendapat
tembakau yang sesuai menjadi ukuran utama untuk
menjadi tengkulak. Tengkulak terpercaya masih
menjadi andalan pengusaha untuk mendapatkan
tembakau dengan mutu yang benar sampai saat ini.
Pada sisi yang lain, IHT dan tentunya termasuk
petani tembakau, mendapat tantangan gerakan anti
rokok yang makin lama makin keras (WHO, 2004;
Alliance for Health Economic and Agr. Development.
2009). Rokok dan produk tembakau yang lain harus
dimusnahkan dari muka bumi. Itulah slogan gerakan
anti tembakau. GAP (Good Agricultural Practices)
adalah salah satu jawaban untuk melawan isu
global tersebut. GAP adalah usaha menghasilkan
tembakau bermutu dengan memperhatikan faktor
kesinambungan usaha dan meningkatkan kondisi
lingkungan terutama tanah, air, kehidupan binatang
dan tanaman (Coresta, 2004). Melalui GAP akan
dihasilkan tembakau secara efisien, mutu tertata
baik dan rendah bahan berbahaya didalamnya.
Melalui GAP, penerapan GMP (Good Manufacturing
Practices) atau jaminan menghasilkan produk yang
stabil (Almond Board of California, 2009) dalam IHT
dapat dilaksanakan dengan baik.
Berdasar uraian tersebut di atas, harus dicari sistem
pengembangan tembakau yang dapat
menguntungkan semua pihak, khususnya petani
dan pengusaha serta mampu bertahan dari
gempuran gerakan global anti tembakau. Kemitraan
Tobacco
Information
Center

antara petani dan pengusaha merupakan cara paling memungkinkan, karena mutu tembakau yang diukur
secara sensori dalam hal ini pengusaha tembakau yang paling memahami, sehingga dapat menutup
kelemahan yang ada pada petani sebagai produsen tembakau. Atas dasar pertimbangan pengetahuan
petani yang belum memadai, permintaan mutu yang dinamis, permodalan petani yang terbatas, maka
kerjasama dalam kemitraan antara petani dan pengusaha tembakau sangat diperlukan. Permintaan mutu
tembakau sering berubah karena harus menyesuaikan mutu rokok yang diminati konsumen.
KEMITRAAN SINERGIS

Pada tahun 1994, beberapa perusahaan tembakau di Lombok berusaha meningkatkan produktivitas dan
mutu tembakau Virginia. Strategi yang ditempuh adalah mengintroduksi teknologi yang tepat,
dengan melakukan pembinaan intensif, khususnya mengawal teknologi yang digunakan petani. Pada tahun
2000 produktivitas tembakau meningkat dari 1,00-1,25 ton/ha menjadi 1,50-1,75 ton/ha dan saat ini sudah
ada yang mencapai lebih dari 2,00 ton/ha. Pembangunan sistem, khususnya yang mengatur keterkaitan
petani dan perusahaan menjadi prioritas. Pada tahun 2006, Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Barat menetapkan Peraturan Daerah No. 4/2006 tentang Usaha Budidaya dan Kemitraan Perkebunan
Tembakau Virginia. Tujuan Perda ini untuk melindungi sistem kemitraan sinergis yang sudah berjalan baik.
Selain itu Perda juga berusaha mengoptimalkan keuntungan para pelaku usaha (petani, pengusaha),
berlandaskan azas keseimbangan dan kesinambungan, melestarikan tanaman tembakau menjadi
komoditas unggulan daerah yang mampu berkompetisi di tingkat nasional dan internasional, melalui
peningkatan produktivitas, mutu dan efisiensi.
Pada dasarnya Perda No. 4/2006 Provinsi NTB menetapkan pola kemitraan antara petani dan pengusaha
tembakau, lebih mengutamakan implementasi teknologi, kecukupan modal usahatani, penyuluhan dan
pengawalan teknologi, akses pasar dan pembentukan harga melalui musyawarah. Secara garis besar,
Perda ini memuat 10 ketentuan penting yang harus diikuti oleh semua pemangku amanah (stakeholder),
adalah sebagai berikut:
1. Usaha budidaya tembakau dilaksanakan dengan pola kemitraan atas ijin Gubernur.
2. Izin dapat dicabut apabila, pemegang izin tidak melakukan usaha sesuai standard teknis dan tidak
melakukan kegiatan usaha budidaya selama satu tahun dan atau tidak melaksanakan kewajiban dalam
hubungan kemitraan.
3. Usaha budidaya dan kemitraan tembakau dilaksanakan dengan serangkaian kegiatan mulai dari
pratanam sampai pemasaran.
4. Setiap badan usaha harus memberikan dukungan sarana produksi kepada petani minimal 40 % dari
total biaya usahatani.
5. Setiap badan usaha harus menyediakan petugas lapang dengan rasio satu orang membina maksimal
75 petani setara sekitar 200 hektar.
6. Setiap badan usaha wajib melakukan pembinaan kepada petani mitra seluas minimal 80% dari target
produksi dan 20% dari petani swadaya.
7. Pembelian hasil produksi tembakau dilakukan oleh badan usaha sendiri dalam bentuk krosok yang
sudah di bal dan memenuhi keseragaman mutu, serta dilakukan di gudang perusahaan mitra.
8. Penetapan harga dasar dan kelas mutu dilakukan secara musyawarah antara pengusaha dan petani
mitranya, dengan difasilitasi oleh Tim Pembina dan Pengendali dari Pemerintah Daerah.
9. Setiap pelaku usaha wajib memelihara kelestarian fungsi lingkungan dan mencegah kerusakan
lingkungan.
10. Badan usaha yang melanggar ketentuan tentang perizinan, dapat dipidana sesuai dengan ketentuan
Perundang-undangan di bidang perkebunan.
10

Tobacco
Information
Center

Secara skematis tugas dan fungsi petani, perusahaan, lembaga keuangan dan Pemerintah Daerah dalam
kemitraan sinergis disajikan seperti pada Gambar. 1 (Pemerintah Provinsi NTB, 2001). Dalam kemitraan
sinergis ini petani tetap menjadi pelaku agribisnis. Tiga pilar utama agribisnis yaitu sebagai produsen, sebagai
pelaku agroindustri dan distribusi atau pemasaran masih dipegang petani. Namun demikian kemitraan
sinergis ini dalam perjalanannya masih banyak menemui kendala. Sehingga jika akan diterapkan di daerah
lain seperti Jatim dan Jateng perlu dilakukan usaha pengendalian agar semua sub sistem dapat
melaksanakan tugas masing-masing sesuai ketentuan.

Perusahaan Mitra
Petani Mitra
Agen Pengembangan Penanam/Produsen
Perakit/Transfer/
Tembakau
Pengawalan Teknologi Pelaksana
Pencari Dana dan
Pengembangan
Agen pembayaran
Tembakau
Kridit
Penanggung Jawab
Kredit

Pemerintah Daerah
Pembina
Pembangunan dan
Pengembangan
Tembakau
Pengayom

Lembaga Keuangan
Penyedia Dana
Penilai Kelayakan
Usahatani

Gambar1. Skema tugas dan fungsi masing-masing pihak dalam kemitraan sinergis.
Tobacco
Information
Center

11

KENDALA KEMITRAAN SINERGIS


Berdasar pengamatan perjalanan kemitraan di Lombok yang sudah berlangsung 15 tahun lebih,
perusahaan yang membeli tembakau, dapat dibagi menjadi dua kelompok, sebagai berikut (Tirtosastro,
2011):
Kelompok Pertama: Memerlukan tembakau mutu tinggi dan tertata baik sesuai grade yang diinginkan.
Hubungan dengan petani besifat sinergis, karena mutu tinggi hanya dapat diperoleh jika paket teknologi
dapat diterapkan secara tepat. Kelompok ini melakukan pembinaan, penyuluhan dan pengawalan
teknologi secara intensif kepada petani mitra. Hampir semua IHT di Jatim melakukan kegiatan pembinaan
petani meskipun masih sangat terbatas. Tidak mudah menjaga kemitraan sinergis di Jawa Timur.
Kelompok Kedua: Memerlukan tembakau mutu apa adanya. Kelompok ini adalah pebisnis murni, tidak
pernah berpikir kepentingan jangka panjang dan pembinaan petani. Hubungan dengan petani cenderung
bersifat dispersal, atau tidak ada hubungan yang saling mengikat. Tembakau dengan mutu apapun, bagi
kelompok ini dapat menjadi obyek bisnis, karena perusahaan mempunyai kepiawaian dalam memasarkan.
Pengawalan teknologi dari perusahaan mitra
Foto: dok. Samsuri Tirtosastro

12

Tobacco
Information
Center

Beberapa kendala yang dihadapi dalam kemitraan sinergis antara lain adalah sebagai berikut (Tirtosastro,
2011):
1. Kendala Teknis
Teknologi untuk program kemitraan harus rakitan teknologi adaptif. Teknologi adaptif adalah teknologi yang
sudah diuji coba bersama oleh petani, perusahaan bersama Pemerintah Daerah dan dinyatakan baik untuk
digunakan. Melalui teknologi adaptif ada jaminan petani dapat menggunakan teknologi tersebut.
Perusahaan pembina harus mampu menyediakan training-farm untuk mendemontrasikan paket teknologi
baru dan menjadi tempat belajar bersama petani, petugas lapang perusahan dan juga penyuluh-penyuluh
dari Pemerintah Daerah. Penyelenggaraan training-farm harus optimal, karena training-farm merupakan
bagian dari usaha yang harus memberikan keuntungan kepada perusahaan.
2. Kendala Ketidakjujuran
Kendala ketidakjujuran menjadi masalah paling berat dalam kemitraan. Tembakau yang memperoleh
sentuhan teknologi akan menghasilkan mutu lebih tinggi. Sehingga mendorong minat berbagai pihak untuk
membeli. Beberapa perusahaan yang tidak ikut bermitra kadang-kadang ikut membeli dengan harga lebih
baik. Faktor ini perlu dikendalikan oleh Pemerintah Daerah melalui regulasi seperti Perda No. 4/2006 Pemda
NTB, agar sistem kemitraan dapat berjalan dengan baik.
3. Kendala Pasar
Pasar tembakau sangat ditentukan oleh kondisi iklim, permintaan pasar dan harga tembakau internasional.
Sistem kemitraan yang diterapkan secara terbuka, tanpa batas wilayah binaan yang satu dan yang lain, ada
peluang transaksi harga dalam kemitraan akan terganggu. Sistem kemitraan di Lombok sering terganggu
akibat meningkatnya mutu yang berdampak pada meningkatnya peminat, baik dari perusahaan pembina
yang lain maupun non pembina yang datang musiman. Namun demikian adanya regulasi dan ikatan
emosoinal yang terbentuk antara petani binaan dan perusahaan mitra kendala seperti itu dapat diminimalisir.
4. Kendala Standardisasi Pembinaan
Dalam kemitraan harus ada standar pembinaan, khususnya yang terkait dengan kewajiban masing-masing
pihak yang bermitra. Misalnya setiap perusahaan harus menyiapkan SOP (Standard Operating Procedure)
kualifikasi petugas lapang, strategi penyuluhan (LCD, leaflet, oral, kunjungan) dan lain-lain. Standardisasi
kemitraan harus diterapkan oleh Pemerintah Daerah agar semua pihak berjalan pada posisi yang benar dan
bertanggung jawab.
5. Kendala Keterlambatan Manajemen Perusahaan
Bisnis tembakau pada dasarnya adalah bisnis adu cepat. Keterlambatan melaksanakan pembelian akan
mendorong petani bersikap tidak jujur dan menjual tembakaunya ke perusahaan lain. Hal ini dapat terjadi
karena panen dan pemasaran tembakau hanya berlangsung dalam waktu pendek (1,5-2,0 bulan). Usaha
tani tembakau yang pada umumnya tanpa dukungan modal yang kuat, mendorong terjadinya pelanggaran
kesepakatan.

Tobacco
Information
Center

13

Kesepakatan dalam kemitraan sinergis bukan segala-galanya untuk membangun sistem pertembakauan
nasional. Masih banyak lubang-lubang yang membuka peluang berbisnis hanya demi keuntungan
perusahaan sendiri atau memang ditujukan untuk memenangkan kompetisi terhadap IHT lain. Mengacu
pada Perda No. 4/2006 Prov. NTB, seharusnya hanya perusahaan mitra dengan harga musyawarah yang
berhak membeli tembakau petani mitranya. Pada musim panen 2011, dengan dukungan cuaca dan iklim
yang kering, mutu tembakau sangat baik dan harga tembakau meroket 1,5-2,0 kali lipat dibanding tahuntahun sebelumnya. Gagal panen 2010 karena iklim basah menjadi alasan utama mengapa harga
meningkat. Bagaimanapun juga perusahaan mitra mempunyai batasan harga rasional dalam melakukan
pembelian tembakau dari petani mitra. Sehingga tidak mungkin membeli tembakau dengan harga yang
melambung sangat tinggi di pasaran. Sayang harga 2011 tidak terulang pada 2012, meskipun iklim dan
cuaca 2012 juga sangat baik seperti 2011. Sehingga pada 2012 petani ramai-ramai berunjuk rasa
menuntut kenaikan harga seperti 2011. Kemitraan memang harus didukung kesadaran moral semua pihak,
tidak hanya didasarkan kesepakatan atau regulasi semata. Membangun pertembakauan dengan
pendekatan perbaikan mutu dan penataan mutu sesuai spesifikasi teknis yang diinginkan IHT, hendaknya
harus dijaga bersama, khususnya oleh konsumen tembakau. Gambar 2, memberi ilustrasi bagaimana
menjaga bersama kemitraan sinergis harus dijaga bersama (Tirtosastro, 2012).

Gambar 2. Ilustrasi pentingnya semua pihak menjaga keberadaan kemitraan sinergis


pada pembangunan pertembakauan nasional.

LESSON LEARNED:
Kemitraan sinergis sangat diperlukan dalam pengembangan usaha tembakau Indonesia. Upaya
ekstensifikasi (perluasan lahan) dan intensifikasi (teknologi budidaya) secara optimal dapat menghasilkan
tembakau yang bermutu dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, ketergantungan
pada tembakau impor dapat ditanggulangi, dan produsen tembakau Indonesia khususnya petani dapat
dilindungi.

14

Tobacco
Information
Center

Daftar Pustaka
----------

Alliance for Health Economic and Agr. Development. 2009. 6220 30th Street NW Washington DC.
Almond Board of California. 2009. Good Manufacturing Practices. Modista, California.
Pemerintah Provinsi NTB. 2001. Pedoman Pengembangan Tembakau Flue-Cured Virginia LombokNTB. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Sumardjan, S. 1997. Kemitraan. Disampaikan pada Pertemuan Teknis Tembakau VO, Agustus
1997 di Mataram N.T.B.
Sumardjo, J. Sulaksana dan W. A. Darmono. 2004. Teori dan Praktek Kemitraan Agibisnis. Panebar
Swadaya, Surabaya.
Tirtosastro, S. 2011. Bahan Diskusi dengan Staf PT. Perkebunan Nusantara X, 16 Juli 2011 di
Surabaya.
Tirtosastro, S. 2012. Revitalisasi Pengembangan Tembakau Virginia di Jawa Timur. Disampaikan
pada International Tobacco Workshop, Tanggal 23-24 November 2012 di Surabaya.
Voges, E. 2000. Tobacco Encyclopedia. Tabac Journal Internatinal, Mainz, Germany. 279p.
WHO. 2004. Chairs text of Framework Convention on Tobacco Control. A/FCTC/INB6/2, 13
January 2003. World Health Organization.

(*) Penulis adalah Ahli Peneliti Utama Komoditas Tembakau dan Dosen Senior di Universitas Tribuwana
Tunggadewi (Malang). Menempuh pendidikan S1 di UGM (1973), S2 di UGM (1983), S3 di IPB (1992).
Judul riset yang diorasikan saat penobatan sebagai Profesor: Upaya menekan bahan berbahaya
pada tembakau Virginia melalui teknologi pengovenan berbasis energi alternatif.
Tembakau Virginia Bojonegoro
Foto: dok. Samsuri Tirtosastro

Tobacco
Information
Center

15

16

Tobacco
Information
Center

Vereniging van Belanghebbende bij de Tabakscultuur


in Besuki
Agar kerja sama antara pengusaha tembakau lebih dapat ditingkatkan,
para penanda tangan dari Rotterdam Overenkomst bersatu dalam
Vereniging van Belanghebbende bij de Tabakscultuur in Besuki.
(Persekutuan dari para berkepentingan pada budidaya tanaman tembakau Besuki)
Kerja sama yang terjadi sedemikian membaik termasuk pengawasannya.
Untuk mengintensifkan kerja sama antara perkebunan-perkebunan
yang bergerak di daerah Besuki, dan khususnya terhadap pengurus,
maka pada tanggal 17 Juni 1930 didirikan di negeri Belanda
De vereniging van Eigenaren van Besukische Tabaksondernemingen (VEBTO)
yaitu Persekutuan dari para pemilik perkebunan tembakau Besuki

De Tabakscultuur van de Residentie by Mr. A.C. Jaeggi,


in De Landbouw in de Indische Archipelago (Harvard University, 1949)
Diterjemahkan oleh A. Aziz Lahiya, 1985
Sumber gambar: Collectie Tropen Museum

Tobacco
Information
Center

17

Foto: Aan Anugrah

Mengapa Impor Tembakau?


Proses pengepakan untuk suplai tembakau pabrikan

Dalam penetapan standar harus dicari parameter apa yang dapat dipergunakan yang kira-kira sangat spesifik dapat
dipenuhi tembakau dari Indonesia dan mungkin sangat sulit di penuhi pihak luar.
Mengapa hal ini dilakukan, karena dengan perdagangan global tidak mungkin kita membatasi kuota impor atau regulasi
lain yang bertentangan dengan World Trade.

erita yang mengiringi impor tembakau


sangat banyak dan terkait, bagaikan
untaian benang yang saling mengikat dan
menggantung. Artinya, masing-masing pelaku
pertembakauan tidak dapat berjalan sendiri tetapi
harus sinergis bekerja sama. Sehingga ketika
dirasakan ada persoalan pada pertembakauan di
Indonesia, sangat penting untuk melihat hal apa
saja yang melatarbelakangi persoalan tersebut.

Beberapa perspektif yang diperoleh melalui
wawancara pada beberapa nara sumber
memberi diskripsi apa yang terjadi di balik impor
tembakau. Perspektif ini tentu masih sebagian

18

Tobacco
Information
Center

dari berbagai pendapat banyak orang


pertembakauan. Namun perspektif yang ditulis di
majalah TIC ini minimal dapat menjadi stimulan
terhadap munculnya pendapat yang lain.
Sehingga semuanya dapat dimuarakan pada
satu tujuan yaitu agar tembakau dapat tetap
menjadi komoditi yang memberi manfaat bagi
orang banyak. Apabila nampak adanya persoalan
pada pertembakauan sementara ini justru
menjadi tantangan karena selalu ada peluang
yang mengarah pada dilakukannya upaya-upaya
konstruktif.i

Perspektif

Mengapa impor tembakau?


Tembakau merupakan bahan baku utama dalam
pembuatan cerutu dan rokok. Indonesia
mempunyai pangsa pasar internasional yang
sangat besar untuk tembakau bahan baku
cerutu, yaitu 34% kualitas wrapper, 27-30%
kualitas binder dan filler; dengan kata lain
Indonesia mempunyai market share lebih dari
64%. Walaupun market share-nya sudah cukup
besar, tembakau jenis ini belum dapat memenuhi
kebutuhan pasar internasional.
Selain diekspor tembakau jenis ini juga untuk
pasar domestik sebagai bahan setengah jadi
(daun yang telah dipotong/Bobbin) dan cerutu.
Volume ekspor untuk keduanya; Bobbin rata-rata
3.5 ton/tahunii, cerutu dan sigaret 67.540 ton
pada tahun 2012. Produksi cerutu Indonesia
masih sangat kecil dan relatif belum populer
dalam percaturan industri domestik dan global.
Jadi tembakau bahan baku cerutu yang
diproduksi beberapa daerah di Indonesia lebih
banyak diekspor dari pada dipergunakan oleh
industri dalam negeri.
Produksi tembakau Indonesia hanya 4%,
sementara China 37%, Brazil 15%, dan India
14%. Realita ini tidak seimbang dengan
kebutuhan industri rokok dalam negeri; dari
sekitar 47 perusahaan rokok kelas besar sampai
menengah membutuhkan bahan baku sekitar
300.000 ton tembakau/tahun. Jumlah ini belum
termasuk kebutuhan dari perusahaan rokok kelas
kecil sampai kelas home industry yang
memproduksi rokok tanpa cukai dan tanpa
merek.

Jenis tembakau apa yang dibutuhkan oleh


industri rokok?
Untuk satu jenis rokok membutuhkan 5-10 jenis
tembakau, atau pada satu jenis rokok terdiri dari
beberapa komponen tembakau, yaitu: pertama
tembakau yang berfungsi sebagai pembawa rasa
dan aroma (flavour), diantaranya tembakau
rajangan dari Temanggung, Kasturi Jember,
Madura, dan krosok Lombok mutu baik. Kedua
sebagai penyelaras (modifier), diantaranya
tembakau Oriental, White Burly, tembakau
Paiton, dan Maesan. Ketiga sebagai pelengkap
isi (filler), diantaranya tembakau Virginia
(Bojonegoro, Blitar, Yogyakarta, Lombok mutu
rendah, impor dari China dan lain-lain), dan
tembakau rajangan Weleri.
Bagaimana peta tembakau Indonesia?
Produksi tembakau Indonesia pada tahun 2011
sebesar 226.704 ton.iii Dengan asumsi bahwa
produktivitas lahan 1 ton/ha, maka luas area
tembakau diperkirakan 226.704 ha. Beberapa
provinsi penghasil tembakau yaitu Sumatera
Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Area
penanaman tembakau terluas berada di Jawa
Timur yaitu sekitar 60% dari area keseluruhan.
Data tahun 2008 menunjukkan bahwa produksi
berbagai jenis tembakau di Jawa Timur sebagai
berikut: Virginia dengan volume produksi sekitar
34.000 ton, tembakau Rakyat sekitar 148.000
ton, tembakau cerutu 13.000 ton, tembakau VO
Lumajang 340 ton, dan tembakau Burley 3.000
ton.iv

Selain kebutuhan tembakau sebagai bahan baku


rokok yang sangat besar, industri rokok
Indonesia sangat membutuhkan ketersediaan
bahan baku secara terus menerus (continous)
dalam kualitas dan harga yang sesuai.

Tobacco
Information
Center

19

Bagaimana diskripsi atas demand dan


supply pada perdagangan tembakau
Indonesia, dan kecenderungannya
sekarang?
Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
produksi tembakau; diantanya perkiraan
kebutuhan akan bahan baku, biaya produksi,
iklim, kesanggupan perusahaan dan petani
penanam, serta kebijakan pemerintah (memberi
dukungan atau membatasi). Sehingga volume
produksi tembakau tiap tahunnya selalu berubah.
Selain itu sebagai bagian dari perdagangan
internasional, usaha tembakau Indonesia
mendapat pengaruh perdagangan tembakau dari
negara-negara lain. Misalkan salah satu negara
penghasil tembakau tertentu ternyata volume
produksinya menurun, maka pembeli
(perusahaan Industri Hasil Tembakau) akan
mencari tembakau jenis tersebut atau
substitusinya pada negara lain. Perusahaan IHT
harus terus memproduksi barang untuk
memenuhi kebutuhan pasar, sehingga
bagaimanapun caranya mereka harus
mendapatkan bahan baku.
Berdasarkan kandungan tembakau di dalam satu
batang rokok, dikalikan jumlah rokok yang
beredar pada pasar domestik, diperkirakan
kebutuhan tembakau mencapai 300.000 ton.
Sementara produksi tembakau Indonesia sekitar
200.000 ton. Hal ini sesuai bila kita
memperhatikan volume impor tembakau dari
tahun ke tahun, memang nampak
kecenderungan impor tembakau semakin
meningkat; yaitu pada 2003 volume impor

tembakau hanya 23.000 ton, tahun 2011 menjadi


91.000 ton, dan 2012 impor tembakau
menembus 100.000 ton.v
Secara khusus dalam hal tembakau Virginia atau
sering diistilahkan tembakau Virginia FC,
kebutuhan secara nasional diperkirakan sampai
120.000 ton per tahun sedangkan Indonesia
hanya dapat memenuhi 40.000 - 60.000 ton
sekarang ini. Sementara bila kita menoleh ke
belakang pada tahun-tahun sebelumnya,
beberapa daerah di Jawa Timur pernah menjadi
basis tanaman tembakau Virginia, diantaranya
Bondowoso, Jember, Kediri, Ngawi, dan
Bojonegoro. Namun daerah-daerah ini dalam
perjalanannya tidak berhasil mempertahankan
sebagai produsen Virginia, kecuali Bojonegoro
yang mampu bertahan sampai saat ini. Dari
beberapa daerah di luar Lombok, jumlah
produksi Virginia saat ini berkisar 3.000 ton.
Lombok yang dulunya dapat mencapai produksi
lebih-kurang 50.000 ton, pada tahun 2013 ini
produksinya diperkirakan hanya mencapai
26.000 ton, hal ini disebabkan pengurangan areal
tanam dari tahun ke tahun. Jadi sangat mungkin
tahun ini impor tembakau akan semakin
meningkat.vi
Untuk mencukupi kebutuhan bahan baku IHT,
Indonesia perlu mendatangkan produk tembakau
dari berbagai negara, antara lain China, Turki,
Zimbabwe, USA, Brazil, dan India. Sementara itu
kebutuhan rokok dan cerutu di impor antara lain
dari Jepang, Korea Selatan, USA, Swiss, dan
Jerman.

Bagaimana situasi dan kondisi pertembakauan Indonesia?


Secara umum pertembakauan Indonesia masih menghadapi beberapa persoalan:
1. Belum optimalnya penerapan Good Tobacco Practices (GTP) dan Good Manufacturing Practices
(GMP)
2. Peranan dan fungsi lembaga penelitian dan pengembangan pertembakauan semakin lemah
dibandingkan dengan kondisi beberapa tahun sebelumnya.
3. Kegiatan pembinaan dan penyuluhan pertembakauan (khususnya kepada petani) masih kurang
intensif, sementara sumber daya manusia petani masih kurang memadai.
4. Kelembagaan petani belum berperan dan berfungsi optimal.
20

Tobacco
Information
Center

5. Perusahaan-perusahaan belum optimal menerapkan program Social Responsibility in Tobacco


Production (SRTP).
6. Belum diterapkannya SNI tembakau sebagai SNI wajib.
7. Terjadinya alih fungsi lahan produktif dan pergeseran areal penanaman tembakau ke lahan yang
kurang sesuai.
8. Kurang sesuainya biaya produksi dengan harga jual, karena kurangnya ekstensifikasi dan
intensifikasi.
9. Teknologi budidaya dan pengolahan tembakau yang mengadaptasi kondisi anomali cuaca belum
tersedia.
10. Kurangnya regulasi yang mengatur pelaku usaha tembakau (petani dan pengusaha).
11. Kurangnya perlindungan Pemerintah terhadap pelaku usaha tembakau.
Permasalah-permasalahan di atas bagaikan mata rantai yang saling mengikat satu sama lain di antara
berbagai stakeholder yang berhubungan dengan pertembakauan; yaitu lembaga Pemerintah, petani,
perusahaan/pengusaha. Akibat dari permasalahan-permasalahan ini, Indonesia sekarang ini dan
mungkin beberapa tahun ke depan masih sangat tergantung pada impor bahan baku tembakau, yaitu
jenis Virginia dan Orient.
Apa saja alternatif solusi agar ada pengendalian impor tembakau dan pembenahan
pertembakauan Indonesia?

Berdasarkan pendapat dari beberapa responden saat diwawancarai, pendapat nara sumber dalam
beberapa forum publik serta hasil riset para ahli pertembakauan, ada beberapa pemikiran yang dapat
memberi kontribusi terhadap solusi persoalan di atas, yaitu:
1. Merekomendasikan hal-hal yang perlu diatur dalam regulasi tembakau:
Mencantumkan data tentang volume dan jenis tembakau yang dibutuhkan.
Jenis tembakau yang diimpor hanya mempunyai mutu tertentu, yang di Indonesia mutu tersebut
tidak dapat terpenuhi.
2. Kebijakan untuk mengembalikan dan atau memperluas fungsi areal tanam tembakau yang pernah
produktif.
3. Melakukan pendampingan langsung ke petani sehingga dihasilkan tembakau yang mempunyai
mutu yang dibutuhkan.
4. Memberi dukungan sarana produksi pada petani secara Empat-Tepat (waktu, jumlah, jenis, dan
dosis).
5. Membangun hubungan kemitraan yang sinergis antara perusahaan dan petani tembakau.
6. Membuat regulasi yang mengatur pelaku usaha tembakau (petani dan pengusaha) dan regulasi
yang mengatur kemitraan sinergis diantara mereka.
7. Melakukan penelitian di beberapa daerah tentang kesesuain tanam tembakau termasuk iklim yang
mendukung untuk ekspansi area penanaman.
8. Mengoptimalkan peran lembaga terkait untuk lebih fokus dalam penanganan komoditas yang
sudah jelas menghasilkan ekonomi tinggi.
9. Tetap melakukan verifikasi produk terhadap hasil lanjutan tembakau serta manfaat positif tembakau
yang sudah ada tetapi tidak pernah terpublikasi secara luas.

Tobacco
Information
Center

21

Dalam pemberlakuan regulasi diperlukan beberapa perangkat yang harus disediakan pemerintah
misalnya :
1. Penetapan standar.
2. Pemberian kewenangan atau penunjukan suatu lembaga/organisasi yang mampu berperan dalam
mendukung regulasi tersebut misalnya melalui Lembaga Sertifikasi Produk (Lembaga Inspeksi dan
Laboratorium Pengujian)
Dalam penetapan standar harus dicari parameter apa yang dapat dipergunakan yang kira-kira sangat
spesifik dapat dipenuhi tembakau dari Indonesia dan mungkin sangat sulit dipenuhi pihak luar.
Mengapa hal ini dilakukan, karena dengan perdagangan global tidak mungkin kita membatasi kuota
impor atau regulasi lain yang bertentangan dengan World Trade. Teks: Elok Mahbub dan Tim TIC

Foot Note:
i. Wawancara dan penulisan dilakukan oleh Elok Mahbub pada beberapa nara sumber:
1. Prof. Dr. Kabul Santoso M.S. (Peneliti dan Akademisi)
2. Prof. Dr. Ir. Samsuri Tirtosastro, APU. (Peneliti dan Akademisi)
3. Ir. Desak Nyoman Siksiawati, MMA. (Kepala UPT.PSMB-LT dan Auditor Sistem Manajemen Mutu/Produk)
4. Hj. Sulami Bahar (Praktisi Pertembakauan dan Ketua Gapero)
5. Christian Adi Njoto N. (Vice Prsident PT. Mangli Djaya Raya, Eksportir Tembakau)
6. Beberapa Eksportir Tembakau di Jember
7. Beberapa Petani Tembakau
ii. Data UPT PSMB-LT (2011)
iii. Statistik Perkebunan Indonesia 2011 (diolah)
iv. Kabul Santoso (2008)
v. Data Indonesia for Global Justice
vi. Hasil kunjungan lapangan UPT.PSMB-LT Jember ke Lombok

***

22

Tobacco
Information
Center

Foto: Aan Anugrah

Pengepakan untuk suplai tembakau pabrikan


Lokasi: PT. Mangli Djaya Raya, Petung - Jember

Tobacco
Information
Center

23

24

Tobacco
Information
Center

Pasaran Tembakau
Untuk mencapai keadaan yang lebih teratur,
Gewestelijk Tabaks Ordonnantie dilengkapi dengan
sarana penunjangnya yaitu pendirian pasaran-pasaran tembakau. Saat itu didirikan
pasaran tembakau di Kasemek dan Nangkaan
di wilayah Bondowoso.
Tujuan utama didirikan pasaran tembakau adalah
untuk mencegah keluarnya tembakau dari perkebunan-perkebunan secara tidak syah.
Selain itu agar dapat menolong petani,
karena petani bisa membawa sendiri tembakau keringnya ke pasaran
dan menawarkannya dengan harga tertinggi.
Petani tidak menjual tembakau pada apa yang disebut
jaminan-tradisional yang keliling di desa-desa
dan sering menipu dengan berbagai cara.

De Tabakscultuur van de Residentie by Mr. A.C. Jaeggi,


in De Landbouw in de Indische Archipelago (Harvard University, 1949)
Diterjemahkan oleh A. Aziz Lahiya, 1985
Sumber gambar: Collectie Tropen Museum

Tobacco
Information
Center

25

Pertembakauan di Indonesia dan Jawa Timur


Data Produksi Tembakau Menurut Provinsi Tahun 2012

Produksi Tembakau Menurut Provinsi Tahun 2012


Produksi
(Ton)

Provinsi

60.14%

Jawa Timur

16.99%

13.27%

0.70%
0.47%
0.60%

0.70%

0.68%

1.30%

3.56%
1.60%

Jawa Timur
Sulawesi Selatan
Sumatera Barat

NTB
Sumatera Utara
NAD

Jawa Tengah
Bali
Lainnya

Jawa Barat
D.I. Yogyakarta

Pangsa
(%)

136,329

60.14

NTB

38,507

16.99

Jawa Tengah

30,078

13.27

Jawa Barat

8,081

3.56

Sulawesi Selatan

3,629

1.60

Sumatera Utara

2,951

1.30

Bali

1,585

0.70

D.I. Yogyakarta

1,531

0.68

Sumatera Barat

1,355

0.60

NAD

1,062

0.47

Lainnya

1,596

0.70

226,704

100

Total

Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia 2011: Tembakau, Kementan (diolah)

Jawa Timur menyumbang 60% produksi tembakau nasional

Jawa Timur, NTB dan Jawa Tengah menyumbang 90% produksi tembakau nasional
4

Ekspor dan Impor Daun Tembakau


Periode 2008-2013 (Jan-Mar)

Posisi Keseimbangan Tembakau Indonesia Tahun 2012


700.00

Nilai (Juta US$)

600.00

Produksi Daun Tembakau

226,704 Ekspor Tembakau dan ProdukTembakau

794.2

Impor Daun Tembakau

137,430 Impor Tembakau dan ProdukTembakau

765.6

Ketersediaan Daun Tembakau untuk


Produksi

364,134

500.00

Juta US$

Volume (Ton)

400.00
300.00
200.00

Ekspor Daun Tembakau

100.00

37,110

0.00

Ekspor Hasil Tembakau (Cerutu dan Sigaret) 67,540


Total Ekspor Tembakau dan Hasil
Tembakau

104,650

Konsumsi Dalam Negeri

259,484 Net ekspor

2010

2011

2012

2012 (J-M)

172.63

195.63

146.70

159.56

51.79

2013 (J-M)
59.24

330.51

290.17

378.71

507.19

658.92

136.39

121.23

Net ekspor tahun 2008 mencapai US$ -197,31 Juta dan meningkat tajam pada tahun 2012 mencapai
US$ -499,36 Juta atau meningkat lebih dari 150 persen

28.6

Tahun 2012 konstribusi ekspor Daun Tembakau terhadap total ekspor produk tembakau Indonesia
mencapai 20 persen
Kontribusi impor Daun Tembakau terhadap total impor tembakau Indonesia tahun 2012 mencapai 86
persen dan tren peningkatan impor daun tembakau diperkirakan akan terus berlanjut

cenderung meningkat

Sumber:
Makalah: Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS (Wakil Menteri Perdagangan)
pada: Simposium Nasional Tembakau (Surabaya, Juli 2013)

Tobacco
Information
Center

2009

133.20

Impor Daun Tembakau


Sumber: BPS (diolah)

Data tersebut
di atas
menunjukkan
bahwakebutuhan
nilai impor
tembakau
masih
Tembakau
yang diimpor
digunakan
untuk memenuhi
produk
tembakau
yang
seimbang
besarnya
nilai
ekspornya
walau besar
secara
volume impor
terusdengan
meningkat
dan masih
seimbang
dibandingkan
ekspornya

26

2008

Ekspor Daun Tembakau

Data & Info

POSISISTRATEGIS
STRATEGIS JAWA
JAWATIMUR
TIMUR
POSISI

Jawa Timur memegang posisi strategis dalam bidang pengusahaan tembakau nasional. Produksi tembakau Jawa Timur
mendominasi produk tembakau nasional.
Secara geografis, Jawa Timur menempati posisi strategis pada perdagangan nasional (sebagai pintu gerbang pergerakan
barang dan jasa ke/dari kawasan timur Indonesia) dan internasional (mempunyai fasilitas pelabuhan tanjung perak sebagai
pelabuhan utama kegiatan ekspor-impor).
Posisi strategis Jawa Timur dapat dilihat pada peta di atas.

Sumber:
Makalah: Dr. Ir. Budi Setiawan, MMT (Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur)
Pada: Simposium Nasional Tembakau (Surabaya, Juli 2013)

Tobacco
Information
Center

27

Area Tanam dan Penerapan SNI Tembakau


Area TANAM JENIS Tembakau di Jawa Timur

Sumber : Roadmap IHT Jawa Timur

Perkembangan Areal Produksi Tembakau

Gambar menunjukkan peningkatan area tanam dan produksi tembakau


Virginia FC di Lombok, meskipun produktivitasnya cenderung tetap.

Penerapan SNI Tembakau


SNI Tembakau adalah standar mutu yang di susun
dan disepakati oleh para stakeholder/Masyarakat
Pertembakauan dan ditetapkan oleh Badan
Standar Nasional. SNI bermanfaat untuk acuan
bagi produsen/penyedia dan pengguna produk
dalam melaksanakan transaksi perdagangan. SNI
memastikan kesesuaian produk untuk memenuhi
permintaan pasar dan membentuk persaingan
sehat.
Dalam proses produksi tembakau, SNI sangat
berguna untuk merancang dan menentukan
teknologi budidaya dan pasca panen yang akan
diterapkan
Belum seluruh tembakau di Indonesia
mempunyai SNI, oleh karena itu setiap jenis
tembakau perlu disusun SNI-nya. Selain itu
implementasi SNI di lapangan dirasa belum
efektif, untuk itu perlu peningkatan Pengetahuan,
Kemampuan dan Kesadaran para Pelakunya
melalui sosialisasi Gerakan Nasional Cinta SNI.

Sumber : PT Djarum (Disampaikan pada Workshop Konsesus Standar Mutu Tembakau di Jawa Timur, Tahun 2013 )

28

Tobacco
Information
Center

Data & Info

CONTOH SNI TEMBAKAU VIRGINIA


Sumber: Buku Pedoman Standardisasi Tembakau, 2009

No.

Jenis

Mutu I /
Istimewa

Mutu II /
Sangat
Bagus

Persyaratan

Tanda
Grade
(tanda
kecil)

Posisi
daun

TA.1.KF

Kesatuan
daun

Kerapatan
daun

Bodi

Kesupelan

Intensitas
warna

Ukuran
panjang
minimal

Toleransi
Cacat
Max

Warna

TA+sbgn TB

Masak

Kompak

Meras,
Mentes

Sangat
Supel

dalam

25 cm

3%

Kuning Emas

TA.2.KF

TA+sbgn TB

Masak

Kompak

Sedang,
Meras
mentes

Sangat
Supel

dalam

25 cm

3%

Kuning

TA.2.KF

TA+sbgn TB

Masak

Kompak

Mentes

Sangat
Supel

dalam

25 cm

5%

Kuning Emas

TA.2.KF

TA+sbgn TB

Masak

Kompak

Sedang,
Meras 2,
mentes

Sangat
Supel

dalam

25 cm

5%

Kuning

TA.3.KF

TA+sbgn TA

Masak

Terbuka

Sedang,
Meras

Supel

Cukup

25 cm

7,5%

Kuning Emas

TA.3.K

TA+sbgn TA

Masak

Terbuka

Sedang,
Meras,
mentes

Supel

Cukup

25 cm

7,5%

Kuning

K.4.KF

TA+sbgn TB

Masak

Terbuka

Sedang

Supel

Lemah

25 cm

15%

Kuning Emas

K.4.K

Masak

Terbuka

Tipis,
Sedang

Supel

Lemah

25 cm

15%

Kuning

B.5.K

B+sbgn K

Masak

Terbuka

Tipis

Kurang
Supel

Lemah

25 cm

20%

Kuning

P.5.K

P+sbgn TA
pendek

Tua

Rapat

Tebal,
kaku

Kurang
Supel

Cukup

25 cm

20&

Kuning

B.5.K

TA+sbgn
TA+sbgn P

Kurang Tua

Tertutup,
Terbuka

Meras,
mentes 2,
tebal kaku

Kurang
Supel

Pucat
lemah

25 cm

30%

Kuning

TR 7, KC

TB+sbgn TA

Masak

Terbuka,
tertutup

Sedang,
meras,
mentes

Kurang
Supel

Pucat
lemah

25 cm

40%

Kuning agak
kehijauan

K 7.KC

K+sbgn B

Tua

Terbuka,
tertutup

Tipis,
sedang

Kurang

Pucat

25 cm

40%

Kuning
bercampur coklat

ZA

Tua, Masak

Kompak,
Terbuka

Tipis,
Meras,
Mentes

Supel

Lemah,
Kuat

25 cm

50%

Kuning

ZB

Kurang tua,
Masak

Terbuka,
Tertutup

Tipis,
Meras,
Mentes

Supel

Lemah,
Kuat

25 cm

50%

Kuning

Masak

Terbuka
Rapat

Tipis-Tebal

Kurang
Supel

Cukup
Pucat

25 cm

Mutu III /
Bagus

Mutu IV /
Cukup

Mutu V /
Kurang

Mutu VI
/ Kurang
sekali

Mutu VII
/ Kurang
(Jelek)

Mutu VIII
/ Jelek
Sekali

Sumber Tabel: Lembaga Tembakau (1996)


Ket : TA = daun tengah atas TB = daun tengah bawah B = daun bawah
K = daun kaki P = daun pucuk

Tobacco
Information
Center

29

Data Ekspor, Cukai, dan Dasar Hukum

Sumber: UPT. PSMB-LT - Jember

30

Tobacco
Information
Center

Data & Info

Perkembangan Penerimaan Cukai Nasional Tahun 2007 - 2011


Tahun

Target Cukai
(trilyun rupiah)

Realisai Cukai
(trilyun rupiah)

Peningkatan
Capaian Cukai
(persen)

2007

42,035

44,679

9,12

2008

45,718

51,251

8,76

2009

54,545

56,718

19,31

2010

59,265

66,164

11,06

73,252

12,04

2011
65,381
Sumber: Ditjen Perbendaharaan Negara, 2011

Dasar Hukum Menyangkut Industri Hasil Tembakau (IHT)

1. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 597/


KMK.04/2001 tentang Penetapan Tarif Cukai dan Harga Dasar Hasil
Tembakau.
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 62/KMK.03/2002 tentang Dasar
Penghitungan, Pemungutan, dan Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai Atas
Penyerahan Hasil Tembakau.
3. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang perubahan atas
Undang-undang Nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai.
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.07/2008 tentang
Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau dan Sanksi
Atas Penyalahgunaan Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau
sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.20/
PMK.07/2009.
6. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor No 37 Tahun 2011 tentang
Pedoman Umum Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau di
Provinsi Jawa Timur.
7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 179/
PMK.011/2012 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau.
8. Peraturan Pemerintah nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan
Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan.

Tobacco
Information
Center

31

Pelaksanaan Ekspor
Mekanisme Tahapan Pelaksanaan Ekspor

Persiapan Ekspor

I. Proses Kesepakaran

1. No. Induk Kepabeaan (NIK)


2. Terjadi transaksi/kesepakatan Jual-Beli
3. Pembeli mengirimkan Shipping
Instruction pada Penjual, yang berisi:
Nama dan alamat penjual
Nama dan alamat lengkap penerima atau
nama dan alamat penerima barang
Feeder
Pelabuhan muat
Pelabuhan tujuan
Diskripsi tembakau yang diekspor
Jumlah dalam kemasan, berat kotor dan
berat bersih
Keterangan lainnya: temperatur,
kandungan air dan udara dll.
Tanggal pemuatan di tempat eksportir

II. Persiapan Barang

1. Identifikasi barang:
Weighting, Marking, Internal Inspection
2. Packaging:
Bahan, identifikasi perusahaan,
Tahun panen, Merk dan ukuran
tembakau dalam bentuk lembaran, Berat
tembakau (netto): 100kg-90kg atau
80kg, dll

32

Tobacco
Information
Center

Pengurusan Dokumen

1. Dokumen ekspor yang diperlukan :


yy Hasil pemeriksaan kualitas (grading)
oleh Lembaga Tembakau
yy Hasil pelaksanaan hapus hama
(Certificate of Fumigation COF)
yy Certificate of Origin (CoO) dan
Certificate of Authenticity dari Dinas
Perindag
yy Certificate of Phytosanitary yang
dikeluarkan oleh Badan Karantina
Kementrian Pertanian
yy Packing List daftar berat dan merk
dari masing-masing kemasan
yy Invoice atau faktur harga yang dijual
yy Beberapa negara di luar negeri
memerlukan keterangan bahwa
eksportir yang bersangkutan menjadi
anggota Indonesian Tobacco
Association (ITA)

Ekspor

Pemberitahuan
Ekspor Barang

1. Setelah semua persiapan dokumen


penunjang dipersiapkan langkah
selanjutnya adalah permohonan ekspor
barang kepada Kantor Pelayanan
Bea Cukai (KPBC) dengan form
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
2. BC 3.0. Data yang disampaikan dengan
acuan Shipping Instruction a.l :
yy Data Eksportir nama alamat no.
dan tgl TDP,SIUP,NIK
yy Data pengangkutan
yy Dokumen pelengkap (packing list,
invoice, negara tujuan)
yy Data transaksi ekspor
yy Data penerima nama dan alamat
yy Data PPJK kalau melalui PPJK
yy Data pelabuhan muat (ekspor dan
pelabuhan bongkar)
yy Tempat pemeriksaan barang
yy Cara pengangkutan barang FOB
atau CIF
yy Berat bersih dan jumlah barang
yy dll
3. Setelah diperiksa oleh Kantor Bea
Cukai tentang kecocokan data yang
disampaikan akan diterbitkan Nota
Pelayanan Ekspor.

Pengapalan

1. Bersamaan dengan pengajuan ekspor


ke Kantor Bea Cukai (PEB) dilakukan
konfirmasi kepada agen kapal pelayaran
sesuai dengan Shipping Instruction a.l :
yy Nomer pesan kapal (Booking Number)
yy Exportir, penerima barang
yy Feeder ke Singapore atau kapal yang
langsung ke tempat tujuan
yy Pelabuhan muat dan pelabuhan
bongkar
yy Macam barang, jumlah kemasan,
berat bersih
yy Lain-lain : macam kontainer, ukuran,
cara pembayaran dan syarat muatan
yy Dari pihak pelayaran akan memberikan
informasi dan konfirmasi tentang
pesanan kapal, jadwal muat dsb
kepada eksportir. Pada saat yang
ditentukan pemuatan barang dapat
dilakukan. Sehari setelah kapal
berangkat, akan diterbitkan oleh pihak
pelayaran dokumen No. Bill of Loading
yang mencatat a.l : Nama kapal,
nomer pelayaran (voyage), packing
list, invoice, Certificate of Fumigation,
Origin, Phytosanitary etc.
2. Atas permintaan pembeli, pada setiap
kontainer dipasang lasiotrap, untuk
mengetahui adanya hama lasioderma
didalam kontainer selama perjalanan ke
tempat pembeli.

Sumber: Koentjoro, Ketua ITA

Tobacco
Information
Center

33

Beberapa Kegiatan Besar UPT. PSMB-LT

Round Table Discussion: Residu Pestisida pada Tembakau

Konsensus Standart Mutu Tembakau


Komoditi Tembakau NO dan VO

5 6 Juli 2013 : Hotel Inna Simpang, Surabaya

Program kegiatan ini berlangsung 2 hari, mengambil tema Residu Pestisida pada Tembakau yang dihadiri
oleh nara sumber utama Wakil Menteri Perdagangan Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS. yang membahas hal
yang berkaitan dengan:
yy Peningkatan ekspor tembakau agar menambah nilai tembakau
yy Pengupayaan substitusi tembakau impor dengan varietas lain yang bisa diusahakan di Indonesia, tetapi
tidak merusak mutu produk yang dihasilkan.
yy Peningkatan riset tembakau dengan melibatkan Bioteknologi untuk menghasilkan tembakau yang
mengandung kadar nikotin rendah.
yy Diversifikasi produk tembakau antara lain sebagai; bahan pestisida organik (Biopestisida), penghasil
protein anti kanker, produk anti-bodi, obat diabetes, dan bahan kosmetik.
Sementara itu pada hari ke 2 Gubernur Jawa Timur menyampaikan sambutannya tentang:
Pengusahaan tembakau Jawa Timur yang ruang lingkupnya terdiri atas:
yy Perencanaan
yy Penelitian dan Pengembangan
yy Pengembangan Budidaya, IHT dan Pemasaran
yy Perlindungan Petani Tembakau
yy Pemberdayaan Petani Tembakau
yy Perlindungan IHT
yy Pemberdayaan IHT, dan
yy Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Selain itu Gubernur Jawa Timur juga menyampaikan peran serta Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam
Pengembangan Pengusahaan Tembakau yaitu:
yy Penyusunan Road Map Pengusahaan Tembakau Jawa Timur 2012-2022
yy Penyusunan naskah akademik rancangan undang-undang tentang Pertembakauan
yy Penyusunan rancangan undang-undang tentang Pertembakauan
yy Permohonan Pemerintah Provinsi Jawa Timur kepada Pemerintah Pusat untuk memperketat dan
mengatur impor tembakau Virginia
yy Memfasilitasi pertemuan antara industri rokok di Jawa Timur dengan Badan Fiskal Kementerian
Keuangan RI dalam Sosialisasi Peraturan Menteri Keuangan RI No. 78 tahun 2013
Acara ini dihadiri oleh eksportir tembakau, agronomis, Disbunhut daerah tapal kuda dan Madura, ITA,
Asosiasi Petani Tembakau, Disperindag daerah tapal kuda dan civitas academica Universitas Trunojoyo
Madura. Teks dan foto: Tim TIC

34

Tobacco
Information
Center

Agenda
Kegiatan

Pameran Internasional Tobacco Expo - GOR Kaliwates Jember. 11-15 September 2013.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur
UPT. PSMB - Lembaga Tembakau - Jember bekerja sama dengan Jawa Pos Group

Expo tentang pertembakauan yang baru pertama


kali diadakan di Jember ini diikuti oleh lembaga dan
instansi pertembakauan ditambah dengan stand
sentra industri yang berpartisipasi dalam expo ini.
Expo ini dibuka oleh Kadis Perindag Jawa Timur
mewakili Gubernur Jawa Timur dengan menampilkan
rangkaian acara:
yy Talk show tema Manfaat Tembakau bersama dr.
Herry Kwe, MD, PhD, SpPK dari Belanda
yy Talk show tentang pertembakauan oleh tokoh
tembakau.
yy Demo pembuatan cerutu dan produk IHT
yy Talk show bersama Dr. Ir. Bambang Hermiyanto, MP dan DR. dr. Toto Sudargo, tentang peran Tobacco
Information Center (TIC) dalam menjaga eksistensi tembakau.
Para pengunjung yang hadir dalam expo ini tidak hanya dari Jember tetapi banyak kalangan dari luar kota
yang antusias menyaksikan acaara tahunan ini. Tidak ketinggalan juga para petani dan praktisi tembakau
mendatangi stand-stand expo yang berlangsung 5 hari. Teks dan foto: Tim TIC

Tobacco
Information
Center

35

Beberapa Kegiatan Besar UPT. PSMB-LT

Teks dan foto: Tim TIC

Demplot Produksi Benih

produksi benih untuk menghasilkan benih bermutu dan mengatasi kelangkaan benih.
Tahap ini dilakukakan dari pengolahan tanah bulan Agustus sampai dengan masa panen benih
Desember 2013. Bekerja sama dengan: Agronom dan Poltek Jember
Lokasi: Glagah Wero, Kalisat - Jember

36

Tobacco
Information
Center

Agenda
Kegiatan

Teks dan foto: Tim TIC

Pelatihan Kaderisasi Tembakau Besuki Na-Oogst: Dasar dan Terampil

(27 Oktober - 1 November 2013) - Jember


Dihadiri oleh:
Peserta Tingkat Dasar: Dinas Perkebunan dan Kelompok Tani di Wilayah Tapal Kuda dan Madura
Peserta Tingkat Terampil: Eksportir, Agronom, dan Lembaga Tembakau.
Tujuan: Menghasilkan kader pertembakauan yang mempunyai kompetensi tinggi.

Tobacco
Information
Center

37

Rencana Program Kegiatan 2014


yy

Pendampingan membangun komitmen pengendalian Hama dan penyakit


Terpadu dalam rangka mengamankan sasaran produksi tembakau
yy

Pendampingan peningkatan kualitas mutu tembakau untuk menekan


residu pestisida pada komoditi tembakau

yy

Demplot pengembangan komoditi tembakau jenis Virginia (Bondowoso/


Lumajang)
yy

yy

Demplot benih NO dn VO Kasturi (Jember)

SNI mutu tembakau untuk menghasilkan tembakau berkualitas di pasar


Internasional
yy

Identifikasi senyawa Bio Oil pada beberapa tipe tembakau untuk


biopestisida
yy

Identifikasi senyawa minyak atsiri pada tembakau


yy

yy

Pelatihan kaderisasi mutu tembakau dasar dan terampil desiminasi


pengendalian tar & nikotin pada rokok
yy

yy

Kandungan gizi & antioksidan pada tembakau

Metode sinkronisasi program kegiatan pertembakauan

Workshop fasilitasi komoditi tembakau ekspor Good Manufacturing


Practices (GMP) pada rokok
yy
yy

yy

Desiminasi Pengendalian Residu Pestisida & NTRM

Monitoring & Evaluasi Tar, Nikotin pada rokok dan Residu pada tembakau
Desiminasi SRTP pada tembakau
yy
yy

38

Tobacco
Information
Center

Tobacco Information Center (TIC) Network

Konsensus teknik standar mutu tembakau

Sosialisasi kalibrasi peralatan pada pengusaha tembakau

Persiapan Penambahan Ruang Lingkup


Bimbingan Teknis Persiapan Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro)

Analisis Residu Pestisida

Tobacco
Information
Center

39

Quality Index

Perusahaan sudah seharusnya menjadi agent


of chance bagi petani. Pembinaan pada petani
tidak boleh berefek pada pembinasaan. Petani
tetap mempunyai ruang bebas dalam berdagang,
tetapi perusahaan dan pemerintah berkewajiban
melakukan transfer pengetahuan dan membuat
aturan perdagangannya.
(Jahya Lukas, Direktur Utama PT. GMIT, Jember)

uality Index adalah sebuah sistem yang


diberlakukan oleh perusahaan dalam
pembelian tembakau dari petani. Salah
satu perusahaan tembakau yang menerapkan
sistem Quality Index adalah PT. Gading Mas
Indonesian Tobacco (GMIT) di Jember, berjalan
sejak 4 tahun ini. Sistem ini diharapkan agar ada
kondisi yang lebih menjamin terhadap proses
jual beli tembakau; baik antara petani dengan
perusahaan maupun perusahaan dengan
pembelinya di luar negeri.
Selama ini dalam jual beli tembakau menggunakan
cara yang disebut taksir yaitu membuat
perkiraan kualitas tembakau untuk menentukan
harga yang akan dibayarkan. Cara taksir atau
tafsir sangat bergantung pada satu orang yang
mempunyai keahlian menaksir. Cara taksir oleh
perusahaan membutuhkan waktu sekitar 3 hari,
dan dianggap kurang transparan. Sehingga setiap
panen tembakau, muncul keresahan di kalangan
petani karena tembakaunya ditaksir dan dihargai
secara sepihak oleh perusahaan. Berdasarkan
alasan ini PT. GMIT mengupayakan adanya Quality
Index.
Gambaran sekilas proses pembelian tembakau
berdasarkan Quality Index yang diterapkan oleh
PT.GMIT adalah sebagai berikut. Pada setiap
musim tembakau, perusahaan memberikan
informasi pada petani tentang kualitas tembakau
yang dibutuhkan GMIT, sehingga tembakau petani
sebelum dikirim ke perusahaan terlebih dulu
dipilah-pilah selanjutnya tembakau yang hanya
memenuhi kriteria yang akan dibawa ke gudang
pembelian.

40

Tobacco
Information
Center

Jahya Lukas

Di gudang pembelian, tembakau yang dibawa


dari petani ditumpuk pada bandang-bandang
(bambu). Setiap 1 bandang tembakau diambil
contoh 10% untuk pemberian kesan kategori
tembakau; kategori wrapper diberi tanda bendera
kuning, binder dengan bendera merah, dan filler
dengan bendera biru. Pemberian kesan kategori
ini merupakan proses pre-sortasi yang dilakukan
oleh minimal 40 orang pekerja berpengalaman.
Hasil dari pre sortasi di catat secara manual dan
masuk dalam system computer perusahaan yang
dipantau oleh pimpinan perusahaan dan Direksi.
Setiap 1 ton tembakau yang melalui pre-sortasi
membutuhkan waktu tidak lebih dari 1 hari,
sehingga dengan melihat hasil pre-sortasi
tersebut, pembayaran bisa langsung dilakukan.
Selama satu tahun musim tembakau harga yang
dipatok oleh perusahaan selalu konsisten sesuai
dengan kualitas tembakau.
Dedikasi PT GMIT terhadap tembakau tidak hanya
ditunjukkan pada pemberlakuan sistem Quality
Index pada pembelian tembakau dari petani, tetapi
GMIT juga mempunyai area penanaman tembakau
yang bertujuan untuk praktek penanaman
tembakau sesuai dengan Good Tobacco
Practices (GTP); termasuk rendah pestida, dan
menghasilkan tembakau yang berkualitas sesuai
kebutuhan pasar. Teks: Elok Mahbub

Kunjungan pada gudang PT. GMIT, wawancara dan pengambilan


gambar dilakukan oleh Elok Mahbub dan Aan Anugrah.

Wisata Agro
Tembakau

Foto: Aan Anugrah

Foto: Aan Anugrah

Wisata Agro

Tembakau adalah berkah alam dari Tuhan pada manusia.


Berkah yang harus disyukuri, dijaga dan dimanfaatkan.
Bukan sesuatu yang harus dimusuhi bahkan dimusnahkan.
Kebijakan dan kecerdasan manusia-lah yang dituntut untuk mengelolanya dengan baik.
Tembakau adalah salah satu pintu kreasi manusia;
karena pertembakauan menjadi sarana jutaan manusia terlibat dalam perekonomian,
karena tembakau memberi pengaruh terhadap sosial budaya masyarakat
karena tembakau pula hingga ada keterlibatan dimensi politik dan hukum
dari tigkat daerah, Negara hingga konteks global.
Tembakau menyentuh nilai-nilai manusiawi;
Memunculkan orang-orang yang mempunyai dedikasi tinggi,
ulet penuh dengan passion yang tidak hanya memandang materi sebagai penguasanya.
Membentuk petani dan buruh yang tangguh.
Menciptakan interaksi horizontal: antar petani-antar buruh-antar perusahaan,
maupun interkasi vertikal yang unik dari waktu ke waktu dengan warnanya sendiri.
Bila ada permasalahan pada pertembakauan selalu seiring dengan adanya harapan.

Tobacco Plantation Tour


Mengajak publik untuk mengenal, memahami, dan menikmati sisi positif dari keberadaan tembakau.
Informasi selengkapnya terdapat pada:
www.tobaccoplantationtour.com

Tobacco
Information
Center

LI-029-IDN / LP-035-IDN

ISO 9001:2008

Gudang penyimpanan tembakau dalam kemasan


PT. Mangli Djaya Raya, Petung - Jember

Anda mungkin juga menyukai