INDUSTRI PERIKANAN
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DAN PADAT DI INDUSTRI
PENGOLAHAN IKAN FRESH FISH
Oleh:
Zulfikar Ramadhan
Brigitta Laksmi Paramita
Theodora Linggaryati
Yusuf Kalingga Murda
Rinto Felly Hartana
Fitria Meilia
Restu Yulia
Rizky Wana Pradipta
Ulfa Khoirun Nisa
(12273)
(12375)
(12406)
(12415)
(12488)
(12520)
(12531)
(12594)
(12622)
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan hasil laut. Umumnya
hasil laut tersebut dikonsumsi dalam bentuk segar ataupun olahan. Berbagai macam
jenis olahan hasil laut dapat dijumpai di berbagai wilayah di Indonesia, baik
olahan tradisional maupun olahan modern (Rahmania, 2007). Olahan hasil laut
tersebut diperoleh dari proses pengolahan yang tentunya tidak lepas dari sisa
hasil olahan atau limbah.
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis. Upaya pemerintah untuk mengatasi limbah masih sulit dicapai.
Penerapan program zero waste memberikan harapan cerah, namun hingga kini
masih perlu kerja keras untuk mencapai kondisi tersebut. Limbah yang dihasilkan
dari kegiatan perikanan masih cukup tinggi, yaitu sekitar 20-30%. Produksi ikan
telah mencapai 6.5 juta ton pertahun. Hal ini berarti sekitar 2 juta ton terbuang
sebagai limbah (Gintings, 1992).
Alam memiliki kemampuan untuk mengatasi limbah. Berbagai siklus yang
terdapat di alam seperti siklus hidrologi mampu mengatasi limbah. Meningkatnya
konsentrasi limbah yang terlalu cepat akan menyebabkan siklus yang ada
tidak mampu bekerja secara baik. Pada konsentrasi tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan dan bagi kesehatan manusia, sehingga perlu
dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang
ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik
limbah
di industri tersebut.
B.
Tujuan
1.
2.
3.
C.
Manfaat Praktikum
1. Mampu mengetahui jenis-jenis limbah dan pengelolaan limbah di
industri perikanan Fresh Fish
2. Menambah wawasan tentang pengelolaan limbah di industri perikanan
Fresh
Fish , sehingga dapat membandingkan dengan teorinya
dan
pemasaran.
Limbah
sebagai
buangan
industri
perikanan
dikelompokkan menjadi tiga macam berasarkan wujudnya yaitu limbah cair, limbah
padat, dan limbah gas.
Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air limbah adalah air
yang membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal, bisnis, dan industri
yaitu campuran air dan padatan terlarut atau tersuspensi dapat juga merupakan air
buangan dari hasil proses yang dibuang ke dalam lingkungan. Limbah cair yang
dihasikan oleh industri pengolahan ikan mempunyai pH mendekati 7 (netral), yang
disebabkan oleh adanya dekomposisi bahan-bahan yang mengandung protein dan
banyaknya senyawa- senyawa amonia. Kandungan limbah cair industri perikanan
tergantung pada derajat kontaminasi dan juga mutu air yang digunakan untuk
proses (Gonzales
Bau yang timbul dari limbah cair perikanan disebabkan oleh dekomposisi
bahan- bahan organik yang menghasilkan senyawa amina mudah menguap,
diamina dan amoniak. Limbah cair industri perikanan memiliki kandungan
nutrien, minyak, dan lemak yang tinggi sehingga menyebabkan tingginya nilai COD,
terutama berasal dari proses penyiangan usus dan isi perut serta proses pemasakan
(Mendez et a1, 1992 dalam Sari, 2005).
Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur atau
bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Sumber -sumber dari limbah
padat sendiri meliputi seperti pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, limbah
nuklir, pengawetan buah, ikan, atau daging. Menurut Anonim (2014), secara garis
besar limbah padat terdiri dari:
a. Limbah padat yang mudah terbakar
b.
c.
d.
Gas
Adanya gas N 2, O2, dan CO 2 pada air buangan berasal dari udara yang larut ke
dalam air dan gas H2S, NH 3, dan CH 4 yang berasal dari proses dekomposisi
air buangan. Oksigen di dalam air buangan dapat diketahui dengan mengukur
DO (Dissolved Oxygen). Jumlah oksigen yang ada di dalam air sering
digunakan untuk menentukan banyaknya/besarnya pencemaran organik
dalam larutan, semakin rendah DO suatu larutan semakin tinggi kandungan
zat organiknya.
e.
Kandungan Bakteriologis
Bakteri golongan Coli terdapat normal di dalam usus dan tinja manusia.
Sumber bakteri patogen dalam air beras al dari tinja manusia yang
sakit. Analis is bakteri patogen yang terdapat dalam air buangan cukup
sulit, sehingga digunakan parameter mikrobiologis perkiraan terdekat jumlah
golongan coliform (MPN/ Most Probably Number) dalam sepuluh mililiter
buangan serta perkiraan terdekat jumlah golongan coliform tinja dalam
seratus mililiter air buangan.
f.
pH (Derajat Keasaman)
Pengukuran pH berkaitan dengan proses pengolahan biologis karena pH yang
kecil akan menyulitkan, disamping akan mengganggu kehidupan dalam
air jika dibuang ke perairan terbuka.
g.
Suhu
Suhu air buangan umumnya tidak banyak berbeda dengan suhu udara
tetapi lebih tinggi daripada suhu air minum. Suhu dapat mempengaruhi
kehidupan dalam air.
dan TS
b.
d.
coagulation
and
sedimentation, filtration,
carbon
serta thickening
namun
yang
Bebas dari sisa sisa tulang, mata ikan dan benda asing, warna
Serbuk netral
netral
Serbuk netral
Pembuatan kitosan
Kitin
Serbuk netral
ikan, sedangkan pada avertebrata kolagen terdapat pada dinding sel (Baily and
Light, 1989). Molekul kolagen tersusun dari kira-kira dua puluh asam amino
yang memiliki bentuk agak berbeda bergantung pada sumber bahan bakunya.
Asam amino glisin, prolin dan hidroksiprolin merupakan asam amino utama
kolagen. Asam -asam amino aromatik dan sulfur terdapat dalam jumlah
yang sedikit. Hidroksiprolin merupakan salah satu asam amino pembatas
dalam berbagai protein (Chaplin, 2005).
Gelatin adalah derivat protein dari serat kolagen yang ada pada kulit, tulang,
dan tulang rawan. Susunan asam aminonya hampir mirip dengan kolagen, dimana
glisin sebagai asam amino utama dan merupakan 2/3 dari seluruh asam amino
yang menyusunnya, 1/3 asam amino yang tersisa diisi oleh prolin dan
hidroksiprolin (Chaplin, 2005).
Pada prinsipnya proses pembuatan gelatin dapat dibagi menjadi dua
macam,yaitu proses asam dan proses basa. Perbedaan kedua proses ini terletak
pada proses perendamannya. Berdasarkan kekuatan ikatan kovalen silang protein
dan jenis bahanyang diekstrak, maka penerapan jenis asam maupun basa organik
dan metodeekstraksi lainnya seperti lama hidrolisis, pH dan suhu akan berbedabeda (Gilsenan,et.al, 2000)
4. Kulit Tersamak
Salah satu limbah yang dih asilkan dari pengolahan fillet ini ialah kulit
ikan. Kulit ikan dibeberapa daerah belum dimanfaatkan dengan optimal padahal
melalui proses penyamakan, kulit ikan ini mempunyai potensi yang besar.
Kulit hasil penyamakan digunakan sebagai bahan baku kerajinan seperti sepatu,
tas, dompet, ikat
pinggang,
dan jaket.
penyamakan kulit, kulit ikan yang semula dianggap sebagai limbah yang kurang
termanfaatkan dan tidak mempunyai nilai jual, saat ini justru berpeluang menjadi
bahan baku industri kerajinan yang sangat potensial.
Menurut Anonim (2005), proses penyamakan kulit pada dasarnya adalah
kegiatan mengubah kulit mentah yang bersifat labil yaitu bahan yang
cepat membusuk menjadi kulit tersamak (leather) yang sangat stabil untuk jangka
waktu tidak terbatas dan mempunyai daya jual yang sangat signifikan. Menurut
Purwanti (2010), produk utama yang berasal dari kulit ikan pari tersamak ialah
produk kulit yang memanfaatkan bagian mutiara terbesar dari kulit pari,
sedangkan produk
turunan ialah produk yang berasal dari kulit pari tersamak sisa proses
pembuatan produk kulit utama yang masih dapat dimanfaatkan kembali.
Hasil
Berikut bagan alir proses penanganan limbah cair di industri perikanan Fresh
fish .
Limbah cari sisa pencucian ikan atau sisa rebusan ikan dibuang ke wastafel
Limbah cair di sumur resapan secara tidak langsung meresap ke dalam tanah
Estimasi anggaran biaya untuk limbah padat di industri ini tidak dicantumkan. Nilai
tambah limbah padat dari industri ini, yaitu sebagai pakan ternak (bebek dan
kucing) dan tepung ikan non food grade. Pakan ternak bebek tersebut diperoleh dari
jeroan dan kulit ikan yang dibuang, sedangkan pakan kucing dari sisa-sisa daging
merah. Pecahan daging ikannya dikumpulkan dan dijual dengan harga Rp
30.000,00/kg. Produk tepung ikan non food grade dijual dengan harga Rp
6.000,00/kg yang terbuat dari tulang ikan, harga tulang ikan jika dijual seharga Rp
500,00/kg.
B.
Pembahasan
biaya
menjadi
mahal
karena
memerlukan
bahan
kimia
(Tjokrokusumo, 1995).
c. Pengolahan Biologi
Pengolahan air limbah secara biologis, antara lain bertujuan untuk
menghilangkan bahan organik, anorganik, amoniak, dan posfat dengan
bantuan mikroorganisme. Penggunaan saringan atau filter telah dikenal luas
guna menangani air untuk keperluan industri dan rumah tangga, cara
ini juga dapat diterapkan untuk pengolahan air limbah yaitu dengan
memakai berbagai jenis media filter seperti pasir dan antrasit. Pada
penggunaan sistem saringan anaerobik, media filter ditempatkan dalam
suatu bak atau
tangki dan air limbah yang akan disaring dilalukan dari arah bawah ke atas
(Laksmi dan Rahayu, 1993).
Industri ini menghasilkan limbah cair yang berasal dari sisa pencucian
ikan dan sisa rebusan ikan. Industri pengolahan ikan ini tidak memiliki
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Limbah cair yang dihasilkan hanya
dibuang ke tempat pembuangan limbah cair. Tempat pembuangan ini sudah
memiliki saringan yang berfungsi untuk mencegah limbah padat masuk ke
dalamnya. Tempat pembuangan ini berbentuk seperti wastafel yang memiliki
saluran menuju tempat penampungan limbah. Penampungan limbah berada di
bawah tanah yang berupa sumur resapan. Limbah cair dalam sumur resapan ini
secara tidak langsung meresap ke tanah dan mengalir ke sawah yang berada di
samping industri.
Jika dibandingkan dengan teknik
pengolahan
limbah cair
secara
teori, pengolahan limbah cair di industri ini masih belum sesuai teori karena
limbah cair hanya disalurkan ke sumur resapan tanpa ada pengolahan khusus
seperti yang ada pada teori. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
pengolahan limbah cair pada industri F resh Fish ini masih minim.
2. Pengelolaan Limbah Padat
Menurut Zubair (2012) mengenai pengolahan sampah organik, sampah
organik
dapat
dimanfaatkan
secara
langsung,
tanpa
melalui
proses
tertentu, untuk pakan ternak khususnya sapi. Sampah organik juga dapat
diproses untuk berbagai keperluan diantaranya adalah pakan ternak dan
kompos.
a.
b.
Kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh
populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang
hangat, lembab,
dan
aerobik
atau
pengomposan adalah
proses
penguraian
biologis, khususnya
yang
secara
dimana
anaerob.
bahan
Sementara
organik
oleh
itu,
mengalami
mikroba-mikroba
semua
kertas,
kotoran/limbah
peternakan,
limbah-limbah
Perebusan
Presto
Penggilingan dengan mesin penggiling
Tepung tulang ikan
Jeroan dan kulit dimanfaatkan sebagai pakan bebek. Bebek yang diberi
pakan jeroan ikan menghasilkan telur yang berukuran lebih besar dari
telur bebek lainnya yang dapat dilihat pada Gambar 9.
Fish , yaitu
limbah cair (sisa pencucian ikan dan sisa rebusan ikan) dan
limbah padat
c.
dibandingkan
padat di industri ini sudah sesuai dengan teori karena adanya pemanfaatan
limbahnya sebagai pakan ternak dan tepung ikan non food grade.
B. Saran
a.
b.
Sebaiknnya juga dilakukan pengolahan limbah tulang ikan secara Food Grade
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. Dan Liviawaty, E.
Kanisius, Yogyakarta.
Anon im. 2005. Laporan Teknologi Pembuatan Sepatu dan Barang Kulit Ikan (Kakap
dan
Kerapu). Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastic. Yogyakarta.
Anonim,
2013.
Cara
Membuat
Kompos.
http://www.alamtani.co m/cara-
, London.
Tarsito. Bandung.
New York.
Elfauziah , R.2003. Pemisahan kalsium dari tulang kepala ikan patin (Pangasius sp.) [Skripi].
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor.
Fahmi, R. 1997. Isolasi dan Transformasi Kitin Menjadi Kitosan. Jurnal Kimia Andalas, 3, 1,
61-68.
Gintings, P erdana. 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Ed isi 1.
Pustaka Sinar Harapan . Jakarta.
Hargono, dkk. 2007. Pembuatan Kitosan dari Kulit Udang Untuk Mengadsorbsi Logam
Tembaga (Cu
2+
perikanan dengan lumpur aktif. [skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
endral
[skripsi].
di Tpa
Tamanggapa Kota Makassar. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unhas . Makasar.
LAMPIRAN
PRODUK INDUSTRI FRESH FISH DAN PENGOLAHAN LIMBAHNYA
Gambar 3. Risol
HASIL DISKUSI
Presenter : Kelompok 3
Judul
: Rani Artanti
Diskusi
A.
Diskusi Wajib
Pertanyaan:
1.
Bhatara (Kelompok 4)
Dampak
limbah cair
mengalir ke sawah
Mirna (Kelompok 2
baku? Jawaban:
1.
2.
tidak mencemari air tanah karena pasti sumur digali dengan kedalaman tertentu
5. Brigitta menjawab Agung : Standar pengolahan limbah sudah terpapar pada teori.
Pengolahan limbah cair pada industri Fresh Fish belum memenuhi
standar sedangkan pengolahan limbah padatnya sudah sesuai.
B. Diskusi Bebas
(Tidak Ada)
C. Tambahan dari Asisten
1.
Mas Fadli (saran) : Font lebih diperhatikan, jangan terlalu kecil. Bahasa
yang digunakan saat presentasi harus baku. Isi sudah bagus namun tinpusnya
terlalu banyak sehingga pembahasannya kurang.
2.
Mbak Diani (saran): Isi sudah bagus namun penulisan diperbaiki, jangan
terlalu menjorok. Sebaiknya gambar diberi pengantar.
3.
Mbak Syifa
Lingga
Ketiga
fitoremediasi karena
agar tidak berbahaya bagi tanaman dan penyerapan terhadap limbah maksimal
2.
Ulfa
masih banyak dan diserap oleh tanaman. Kedua aerob karena menggunakan
oksigen sehingga bakteri lebih leluasa dalam menguraikan limbah. Ketiga
anaerob karena beban limbah sudah cenderung berkurang.
3.
Zulfikar
pada limbah. Kedua anaerob karena dapat meminimalisisr zat organik. Ketiga
aerob karena zat berbahaya sudah berkurang.
4. Mbak Syifa: Pertama fitoremediasi karena zat organik dapat diserap oleh
tumbuhan. Kedua anaerob karena dalam kondisi tertutup dan tanpa cahaya
bakteri dapat merombak dalam jumlah besar. Ketiga aerob karena zat organik
tinggal sedikit dan aerasi digunakan untuk memaksimalkan kerja bakteri. Yang di
bawah semakin jernih.