Di susun oleh :
Nama
: Yustara
NIM
Jurusan
: S 1 Teknik Elektro
Latar Belakang
Banyak bahan mineral atau bijih logam ditemukan di alam dalam bentuk oksida
logam, oksida logam juga memiliki tempat yang penting pada banyak aplikasi.
Berdasarkan kegunaannya, bahan mineral dibagi ke dalam dua kelas besar, yaitu
bahan structural dan fungsional. Untuk bahan structural sifat yang diutamakan
adalah sifat mekanik bahan, seperti Modulus Young dan Modulus Elastisitas.
Sementara itu, untuk bahan fungsional, sifat yang terpenting adalah sifat listrik
magnetic katalitik dan optik bahan. Kegunaan oksida logam laninnya adalah
sebagai semikonduktor untuk industri elektronik , katalis dalam industri
petrokimia, dan keramik dibidang kesehatan dan rekayasa. Keramik merupakan
salah satu bahan mineral yang terdapat di bumi dan memiliki banyak kegunaan
dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya keramik merupakan salah satu
kerajinan, dimana keramik memiliki harga jual yang cukup tinggi pada jaman
dulu dan hingga saat ini keramik juga masih merupakan suatu kerjinan yang
masih digemari oleh orang banyak. Tapi seiring dengan berjalannya waktu
keramik pun mengalami berbagai perkembangan. Keramik yang dulu merupakan
suatu kerajinan semata kini telah digunakan sebagai bahan isolasi dalam bidang
industri.
Sejarah
Keramik merupakan suatu kerajinan yang sejak dulu sudah digemari oleh
masyarakat. Keramik adalah kerajinan yang terbuat dari tanah liat. Dimana akar
kata keramik, yaitu keramos, berasal dari istilah bahasa Yunani, tepatnya nama
sebuah daerah di Athena. Kota Keramos dijadikan istilah karena di sekitar daerah
tersebut terdapat tempat tinggal para perajin tanah liat. Keramik sebenarnya tidak
hanya terbuat dari tanah liat. Beberapa bahan lain untuk membuat keramik adalah
sebagai berikut.
1. Bahan-bahan pembentuk gelas atau bahan-bahan pengikat, seperti silika,
oksida borat, oksida fosfor, dan oksida arsen.
Sifat Kelistrikan
Sifat Mekanik
Adapun sifat mekanik dari keramik yaitu kuat, keras, dan juga
tahan terhadap korosi. Selain itu juga, keramik memiliki titik leleh yang
tinggi.
Densitas
Densitas merupakan suatu ukuran massa per unit volume dan
dinyatakan dalam gram per centimeter kubik (g/ cm
2
inch kuadrat (lb/ ). Pengukuran densitas yang dilakukan adalah jenis
densitas
ruah
(bulk
density)
berdasarkan
metode
Archimedes
dengan
pb
3
densitas air (1g/ cm ),
mb
pair
merupakan
mk
mkw
mk
(g).
Kuat Patah (Bending Strength)
Pengukuran kekuatan patah dilakukan dengan pengujian Triple
Point Bending Strength dan menggunakan alat uji Universal Testing
Machine (UTM). Nilai kekuatan patah dihitung dengan persamaan sebagai
berikut
dengan
besarnya beban sampai patah (N), L merupakan jarak antara dua tumpuan
(m), b merupakan lebar benda uji (m), dan d merupakan tinggi benda uji
(m).
Resistivitas
Resistivitas adalah besarnya tegangan yang diberikan terhadap luas
penampang suatu bahan tertentu dibagi besarnya arus yang mengalir dan
panjang bahan tersebut
dan untuk isolator listrik tegangan tinggi maka resistivitasnya harus lebih
besar dari 10
14
cm.
Sifat Optik
Bila cahaya mengenai suatu obyek cahaya dapat ditransmisikan,
diabsorbsi, ataudipantulkan. Bahan bervariasi dalam kemampuan untuk
mentransmisikan cahaya, dan biasanya dideskripsikan sebagai transparan,
translusen, atau opaque. Material yang transparan, seperti gelas, mentransmisikan
cahaya dengan difus, seperti gelas terfrosted, disebut bahan translusen. Batuan
yang opaque tidak mentransmisikan cahaya.
Dua mekanisme penting interaksi cahaya dengan partikel dalam padatan
adalah polarisasi elektronik dan transisi elektron antar tingkat energi. Polarisasi
adalah distorsi awan elektron atom oleh medan listrik dari cahaya. Sebagai akibat
polarisasi, sebagian energi dikonversikan menjadi deformasi elastik (fonon), dan
selanjutnya panas.
Seperti dalam atom elektron-elektron dalam bahan berada dalam tingkattingkat energi tertentu. Absorbsi energi menghasilkan perpindahan elektron dari
tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Ketika elektron kembali ke keadaan dasar
disertai dengan pemancaran radiasi elektromagnetik.
Dalam padatan elektron yang energinya tertinggi ada dalam orbital-orbital
dalam pita valensi dan orbital-orbital yang tidak terisi biasanya dalam pita
konduksi. Gap antara pita valensi dan pita konduksi disebut gap energi.
Range energi cahaya tampak 1,8 sampai 3,1 eV. Bahan dengan gap energi
di daerah ini akan mengabsorbsi energi yang berhubungan. Bahan itu akan tampak
transparan danberwarna. Contohnya, gap energi CdS sekitar 2,4 eV dan
mengabsorbsi komponen cahaya biru dan violet dari sinar tampak. Tampak bahan
tersebut berwarna kuning-oranye.
Bahan dengan gap energi kurang dari 1,8 eV akan opaque, sebab semua
cahaya tampak akan diabsorbsi. Material dengan gap energi lebih besar 3,1 eV
tidak akan menyerap range sinar tampak dan akan tampak transparan dan tak
berwarna. Cahaya yang diemisikan dari transisi elektron dalam padatan disebut
luminesensi. Bila terjadi dalam selang waktu yang pendek disebut flouresensi, bila
didalam selang waktu yang lebih panjang disebut fosforisensi. Cahaya yang
ditransmisikan dari satu medium ke medium lain, misalnya dari gelas ke air akan
Tahanan Isolator
Apabila isolator memikul tegangan searah, maka arus akan mengalir
melalui permukaan dan bagian dalam isolator. Arus yang melalui permukaan
disebut arus permukaan. Sedangkan hambatan yang dialami arus ini disebut
tahanan permukaan. Arus yang melalui bagian dalam isolator disebut arus volume
dan hambatan yang dialami arus tersebut disebut tahanan volume. Besarnya
tahanan volume dipengaruhi oleh bahan isolator yang digunakan. Sedangkan
besarnya tahanan permukaan dipengaruhi oleh kondisi dari permukaan isolator.
Jumlah arus volume dan arus permukaan disebut arus bocor.
Jika tegangan yang dipikul isolator adalah tegangan AC, maka selain
kedua jenis arus tersebut, pada isolator juga mengalir arus kapasitif. Arus kapasitif
terjadi karena adanya kapasitansi yang dibentuk isolator dengan elektroda. Pada
Gambar 2.4 ditunjukkan arus permukaan, arus volume dan arus kapasitif yang
mengalir pada suatu isolator.
Menurut Gambar 2.5, arus bocor yang mengalir melalui suatu isolator adalah :
IB = IP + IC + IV
2.1
IB = IP + IC
2.2
Dengan demikian, tahanan ekivalen isolator menjadi seperti pada Gambar 2.6
gambar terdapat pembangkit, tahanan kawat penghantar per gawang (R), reaktansi
kawat penghantar per gawang (X), tiang distribusi, isolator dan beban.
Gambar 2.7 Representatif dari Saluran Distribusi pada Keadaan Tanpa Beban
Apabila arus bocor pada isolator diabaikan, maka rangkaian ekivalen dari saluran
distribusi hantaran udara adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8. Bila
dioperasikan pada keadaan tidak berbeban, maka tidak ada rugi-rugi daya pada
saluran distribusi hantaran udara.
Gambar 2.8 Rangkaian Ekivalen Tanpa Arus Bocor pada Keadaan Tanpa Beban
Gambar 2.9 Rangkaian Ekivalen Tanpa Arus Bocor pada Keadaan Berbeban
P = I2 . ( R1 + R2 + R3 + .. + Rn )
2.4
Jika arus bocor pada isolator diperhitungkan, maka rangkaian ekivalen saluran
distribusi hantaran udara adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Rangkaian Ekivalen Saluran Distribusi Hantaran Udara dengan Arus
Bocor pada Keadaan Tanpa Beban
Pada keadaan tidak berbeban, ada rugirugi daya hantaran udara sebesar :
2.5
Sebagai pendekatan, rangkaian ekivalen saluran distribusi hantaran udara dapat
dibuat dalam rangkaian T-nominal, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.11.
Jika tahanan permukaan setiap isolator dianggap sama, jumlah isolator per tiang
per fasa adalah satu unit, dan jumlah tiang adalah n , maka
2.6
Pada saat keadaan tanpa beban, arus akan mengalir melalui permukaan isolator,
sehingga rugi-rugi total pada saluran distribusi hantaran udara adalah :
2.7
Pada keadaan berbeban, rangkaian ekivalen saluran distribusi hantaran udara
adalah seperti pada Gambar 2.12.
2.8
Dengan membandingkan 2.4 dan 2.8 dapat disimpulkan bahwa rugi-rugi daya
pada saluran distribusi hantaran udara semakin besar jika ada arus bocor pada
permukaan isolator. Dengan perkataan lain, arus bocor pada permukaan isolator
memperbesar rugi-rugi daya pada saluran distribusi hantaran udara.
Keadaan cuaca akan mempengaruhi kinerja dari isolator yang terpasang pada
saluran udara. Keadaan udara yang lembab, hujan gerimis dan adanya kabut juga
berpengaruh penting terhadap kinerja isolator. Udara di sekitar isolator
mengandung polutan. Polutan tersebut dapat berupa debu, asap-asap kendaraan
maupun garam. Polutan akan menempel pada permukaan isolator. Banyaknya
polutan yang menempel pada suatu isolator berbeda-beda bobotnya, bergantung
pada bobot polutan udara di sekitar tempat isolator tersebut. Polutan ini kemudian
membentuk suatu lapisan yang disebut lapisan kontaminan. Pada musim hujan,
akan terjadi proses pembasahan kontaminan secara alami. Apabila isolator dikenai
hujan deras, maka lapisan kontaminan pada isolator akan tercuci bersih.
Sebaliknya, jika hujan yang terjadi berupa hujan rintik- rintik atau kondisi udara
pada sekitar isolator lembab, maka lapisan kontaminan akan menyerap uap air
dari udara basah. Lapisan kontaminan yang basah ini membuat konduktivitas
lapisan kontaminan semakin besar sehingga tahanan permukaan isolator semakin
kecil, akibatnya, arus permukaan semakin tinggi dan menyebabkan rugi-rugi daya
pada permukaan isolator bertambah. Dengan demikian rugi-rugi saluran distribusi
hantaran udara juga bertambah besar.
FENOMENA FLASHOVER AKIBAT ARUS BOCOR PADA ISOLATOR
KERAMIK
Lingkungan tropis ditandai dengan kelembaban tinggi, curah hujan tinggi, radiasi
sinar matahari tinggi dan frekuensi petir cukup tinggi dibandingkan dengan iklim
lain. Misalnya, wilayah dataran rendah memiliki kisaran temperatur 30 35 C
dan kelembaban 50 80 % sedangkan wilayah dataran tinggi memiliki kisaran
temperatur 20 25 C dan kelembaban 70 98 %. (Yandri Kahar, 1998). Material
lainnya seperti keramik memiliki kelebihan diantaranya adalah kekuatan mekanik
yang lebih baik dan tidak mudah mengalami degradasi. Namun, material ini
bersifat hidrofilik, memiliki massa jenis yang tinggi dan mudah pecah.
dapat
Untuk lebih jelasnya, skema fenomena pita kering (dry band) pada isolator yang
terkena polusi dapat dilihat dalam gambar berikut :
(a) Isolator yang Memiliki Permukaan dengan Kekotoran dan Kebasahan yang
Homogen
(c) Pengeringan Membentuk Pita Kering Akibat Kerapatan Arus yang Relatif Lebih
Besar
Gambar 5. Mekanisme terbentuknya Pita Kering
Hasil Pengukuran
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan, didapatkan karakteristik arus bocor
pada isolator keramik sebagai berikut :
Kelembaban 70 80 %
Kelembaban 85 98 %
Gambar 7. Karakteristik Arus Bocor dengan Kondisi Bersih di Kamar Kabut
Garam (Konduktivitas 6 mS/cm)
Sudut Kontak
Pengukuran sudut kontak pertama dilakukan sebelum pengukuran arus bocor.
Pengukuran sudut kontak kedua dilakukan setelah pengukuran arus bocor pada
berbagai
kondisi kelembababan dan temperatur. Dengan demikian, dapat dianalisis
hidrofobisitas isolator keramik setelah dialiri arus bocor. Berdasarkan pengukuran
yang telah dilakukan, didapatkan data sudut kontak pada isolator keramik sbb
Tabel 1. Sudut Kontak Isolator Keramik
KARAKTERISTIK
BAHAN
BAKU
KAOLIN
UNTUK
BAHAN
lainnya. Komposisi mineral yang termasuk ke dalam kaolin antara lain kaolinit,
nakrit dan halloysit (mineral utama, Al2(OH)4SiO5 2 H2O) mempunyai
kandungan air yang lebih besar. Untuk endapan yang ekonomis tidak ditemukan
mineral seperti nakrit dan dikrit.*3). Berdasarkan fungsinya kaolin memberikan
sifat plastis sehingga bahan baku isolator dapat dan mudah dibentuk sebelum
dibakar. Bersama ball clay apabila digunakan bersama-sama maka akan
meningkatkan keplastisan massa (campuran) yang akan mempermudah dibentuk
dan memperkuat kekuatan kering dari produk isolator. Penggunaan kaolin untuk
bahan baku isolator keramik porselen maka diperlukan beberapa spesifikasi antara
lain :
1.
2.
3.
4.
5.
dan HP (Hilang Pijar), kemudian mineral ikutan (pengotor) antara lain : (Fe2O3,
Ti O2, CaO dan SO3).Persyaratan atau standar bahan galian kaolin sebagai bahan
baku badan keramik halus seperti pada SNI.0578 89 A. Sebagai bahan baku
isolator keramik halus FCO porselen sampai sekarang persyaratan kualitas bahan
isolator tegangan menengah sampai tinggi seperti kaolin masih belum ada yang
standar nasional maupun internasional. Ada beberapa negara yang telah
mengeluarkan standar bahan baku untuk isolator keramik halus misalnya Jepang
(NGK) dan India. Karena standar di Indonesia untuk bahan baku kaolin masih
belum ada maka untuk badan isolator keramik porselen pada saat ini diasumsikan
pada kategori jenis keramik halus seperti pada SNI. Persyaratan mutu Kaolin
untuk pembuatan keramik halus yang berdasarkan SNI dan standar kemurnian
bahan mentah kaolin berdasarkan BGS (British Geological Survey) seperti pada
tabel. Adapun bahan mentah kaolin yang digunakan untuk penelitian ini berasal
dari pulau Belitung dan Jawa Timur. Bahan baku penelitian ini didapatkan dari
pasaran dan sering digunakan oleh industri keramik yang khususnya berada di
Jawa Timur.
METODE
UJI BAHAN BAKU
Kaolin yang akan digunakan perlu diketahui beberapa klasifikasi diantaranya :
Distribusi dan ukuran butir, derajat keputihan kaolin (brightness), warna bakar,
kadar air, susut bakar dan kering. Untuk mengetahui kualitas kaolin yang akan
digunakan maka harus melakukan :
1. Uji bahan (mineral ikutan) atau pengotor (Fe2O3, TiO2, CaO dan SO3)
yang sering dijumpai. Kadar pengotor ini sering dipakai sebagai indikator
apakah bahan baku dapat digunakan sebagai bahan keramik halus seperti
pada SNI.0578 89 A.
2. Uji komposisi mineral dengan metode difraksi sinar x (SNI.0578-89-A).
3. Uji kimia bahan baku seperti : SiO2, Al2O3, MgO, CaO, K2O, Na2O,
Fe2O3 dan TiO2), berdasarkan SNI. 0449-89-A.
4. Uji ukuran dan distribusi butiran dengan pengayakan dan pengendapan
sesuai SNI. 0258- 89-A dan SNI. 0578-89-A.
5. Uji keplastisan dengan Pfeferkorn (SNI.0923- 89-A) dan Atterberg
(SNI.1323-89-A).
6. Uji susut kering dan bakar berdasarkan SNI.0255-89-A.
7. Uji bakar pada suhu 1.400 C(PS 14), data pengamatan hasil bakar antara
lain : warna, homogenitas dan kepadatan.
Tabel 1. Syarat Bahan Baku Kaolin Sebagai Bahan Baku Keramik Halus Menurut
SNI.
No
Komposisi
Kimia ( % )
Bahan Baku
Kaolin
SNI.0578-89-A
Bahan Baku
Kaolin
Standar BGS,
Inggris
Fe2O3
0,4
0,65
TiO2
0,3
0,02
CaO
0,8
0,07
SO3
0,3
Mineral
Kaolinite
Komposisi
Mineral
80 %
Besar Butir (
3
m )
80 %
80 %
90 %
Derajat
4
Keputihan
( brightness,
%)
Secara umum sampel dari kaolin 1 telah memenuhi standar SNI kecuali
kadar Fe2O3 akan tetapi telah memenuhi syarat standar BGS. Untuk
kaolin 2 hanya unsur CaO yang
menunjukkan sifat
kuarsa. Prosentase berat kaolinit dari hasil uji berkisar dari 80 % sampai
91 % maka berdasarkan standar BGS (British Geological Survey) yang
menghendaki sekitar 85 % maka sampel kaolin 2 yang kurang belum
memenuhi persayaratan mineralogis dari BGS yang berarti sampel kaolin
tidak cukup murni. Untuk jumlah ukuran butir _ 2 m untuk kaolin 1 dan 2
berkisar antara (32 40 )% yang berarti belum memenuhi standar SNI
maupun BGS. Agar bahan baku kaolin ini memenuhi persyaratan standar
sebagai bahan baku untuk keramik halus porselen jumlah ukuran butir _ 2
m perlu ditingkatkan dengan melakukan pengolahan bahan baku.
elektron
ke
pita
konduksi,
sehingga
dalam
keramik,
menginduksi polarisasi dan akan terjadi medan listrik, jadi bahan tersebut
mengubah tekanan mekanis menjadi tegangan listrik.
Bahan piezoelektrik digunakan untuk tranduser, yang ditemui pada
mikrofon, dan sebagainya.
Dalam bahan keramik, muatan listrik dapat juga dihantarkan oleh ion-ion.
Sifat ini dapat diubah-ubah dengan merubah komposisi, dan merupakan dasar
banyak aplikasi komersial, dari sensor zat kimia sampai generator daya listrik
skala besar. Salah satu teknologi yang paling prominen adalah sel bahan bakar.
Kemampuan penghantaran ion didasarkan kemampuan keramik tertentu untuk
memungkinkan anion oksigen bergerak, sementara pada waktu yang sama tetap
berupa isolator. Zirkonia, ZrO2, yang distabilkan dengan kalsia (CaO), adalah
contoh padatan ionik.
Ring isolator
Isolator cerobong
Pipa Cylone
Isolator RM1
Isolator tumpu
Isolator tarik
Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/doc/34480391/BAHAN-ISOLASI-KERAMIK
http://journal.uad.ac.id/index.php/TELKOMNIKA/article/download/580/389
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=14&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwj
azbaGuorKAhUQcY4KHYKhCSYQFghfMA0&url=http%3A%2F
%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream
%2F123456789%2F34514%2F4%2FChapter
%2520II.pdf&usg=AFQjCNHvbYIc0Fd1Uy3xoo1qBJWwMsZeBw&bvm=bv.11
0151844,d.c2E
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=19&ved=0ahUKEwjMvZW3vorKAh
XKQI4KHeb6BJM4ChAWCGIwCA&url=http%3A%2F
%2Fdownload.portalgaruda.org%2Farticle.php%3Farticle%3D118827%26val
%3D5447&usg=AFQjCNGX0XIGAD80KBAJrAhbBNOmjuiz5g&bvm=bv.1101
51844,d.c2E&cad=rja
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=15&ved=0ahUKEwjMvZW3vorKAh
XKQI4KHeb6BJM4ChAWCEYwBA&url=http%3A%2F%2Fejurnal.bppt.go.id
%2Findex.php%2Fjsti%2Farticle%2FviewFile
%2F752%2F696&usg=AFQjCNGsHJAUSlZBSt2ROyMUM6LJTQing&bvm=bv.110151844,d.c2E&cad=rja
http://instrumentasidanfisika.blogspot.co.id/2011/11/sifat-listrik-pada-bahankeramik.html
http://isolatorlistrik.blogspot.co.id/2013/01/produk-isolator-keramik.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Isolator_listrik
http://bilangapax.blogspot.co.id/2011/02/keramik.html