Anda di halaman 1dari 10

PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI MEDIA SOSIAL UNTUK KAMPANYE

CALON PEMIMPIN DALAM PEMILIHAN UMUM DI ERA GLOBALISASI

Disusun Oleh
Rismoyo Nahri Filanto

155100200111056

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul Pemanfaatan Internet
Sebagai Media Sosial Untuk Kampanye Calon Pemimpin Dalam Pemilihan Umum Di Era
Globalisasi
Kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang selalu mengirimkan doanya
untuk penulis dan Dosen Mata Kuliah Pendidikan Pancasila, Prof. Dr. Widodo, S.H., M.H.,
yang membimbing dalam pembuatan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangannya. Penulis berharap
tugas ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan pembaca khususnya penulis
pribadi. Terima Kasih.

Malang, Senin, 11 April 2016

Penulis

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Pembahasan ............................................................................................................ 2
C. Kesimpulan .............................................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 7

iii

A. Latar Belakang
Indonesia telah menjadi salah satu negara yang menganut demokrasi sebagai
sistem pemerintahannya di mana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada
suatu negara. Salah satu instrumen terbesar dari sistem demokrasi di Indonesia
adalah adanya proses pemilu. Secara teknis kedaulatan rakyat adalah pemerintahan
eksekutif dipilih secara langsung oleh rakyat dan wakil-wakil rakyat di lembaga
perwakilan rakyat atau parlemen. Perwakilan rakyat bertindak untuk dan atas nama
rakyat, yang secara politik menentukan corak dan cara bekerjanya pemerintahan, serta
tujuan yang hendak dicapai baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Agar
para wakil rakyat tersebut dapat bertindak atas nama rakyat, maka wakil-wakil rakyat
harus ditentukan sendiri oleh rakyat.
Kesadaran akan pentingnya demokrasi bagi warga negara sangat tinggi. Hal ini
dapat dilihat dari peran serta rakyat Indonesia dalam melaksanakan Pemilihan Umum
(Pemilu) baik yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Pada tahun 2005, bangsa Indonesia memulai era baru dalam pesta demokrasi yakni
dengan diadakannya pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara langsung yang
sebelumnya diserahkan kepada DPRD di daerah masing-masing dan diputuskan oleh
Presiden. Mekanisme pemilihan kepemimpinan yang dipilih secara langsung diyakini
lebih baik dibandingkan dengan mekanisme yang tidak langsung (perwakilan), karena
praktek sistem perwakilan dalam pemilihan kepala daerah, cenderung menimbulkan
praktik jual beli suara dan menghasilkan kepemimpinan yang bermasalah.
Faktor lain penyebab terjadinya kepemimpinan yang bermasalah adalah rakyat tidak
mengetahui karakter calon kepala daerah karena informasi atau kampanye yang
diberikan calon kepala daerah kepada rakyat kurang efektif. Kampanye yang dilakukan
oleh calon kepala daerah biasanya berupa pemasangan spanduk, poster, dan baliho
dibeberapa tempat. Namun, dewasa ini kampanye mulai memanfaatkan internet sebagai
media sosial seperti yang dilakukan KPU dengan menggunakan metode ICR (intelligent
character recognition) yaitu pemindaian huruf dan angka di formulir untuk ditafsirkan ke
dalam bentuk huruf dan angka di komputer yang direalisasikan pada blog dalam bentuk
pesan teks, foto ataupun video.
Internet dijadikan media sosial untuk berkampanye dan menjaring massa dalam
pemilu menjadi sebagai salah satu cara bagi partai dan legislator untuk mempromosikan
partai mereka dan mendulang massa sebanyak-banyaknya. Namun, apakah cara
tersebut mempunyai efektifitas dalam memujudkan impian para calon kepala daerah dan
warga negara ?.

B. Pembahasan
Internet sebagai media sosial banyak digunakan dalam hal promosi dari calon
pemimpin. Tokoh politik atau partai politik akan memanfaatkan semua media yang
dianggap mampu meningkatkan calon pemimpin. Internet dimanfaatkan untuk menjaring
pendukung, simpatisan, teman yang berasal dari kalangan masyarakat yang sering
menggunakan Internet. Selain itu penggunaan internet sebagai media sosial dalam hal
promosi mampu mengurangi biaya promosi untuk memenangkan calon pemimpin yang
diusung oleh partai politik.
Internet yang paling sering digunakan oleh tokoh politik di Indonesia adalah situs
jejaring sosial. Situs yang paling populer adalah Facebook, Twitter, Line, Path dan
Instagram. Pada masa kampanye Pilpres Indonesia tahun 2009 salah satu calon Wapres
Prabowo Subianto memanfaatkan Facebook untuk menggalang dukungan bagi dirinya.
Prabowo mendapat banyak friends atau pendukung sehingga sempat memunculkan
masalah karena akun Facebook Prabowo menjadi melebihi kapasitas sehingga
mendapat email notifikasi dari pengelola Facebook. Meskipun media promosi Capres
dan Cawapres pada saat itu tetap didominasi media tradisional seperti iklan di televisi
dan surat kabar, spanduk, pamflet, baliho dan yang lainnya namun ketiga pasang
Capres dan Cawapres yaitu SBY-Boediono, Megawati-Prabowo dan JK-Wiranto juga
mempromosikan dirinya melalui koran online detik.com lewat foto-foto ketiga pasangan
tersebut ditambah gambar bendera partai yang mendukung mereka.
Banyak juga politikus di Indonesia selain memanfaatkan situs jejaring sosial
juga membuat blog pribadi. Dalam blog tersebut mereka mengungkapkan pandangan,
gagasan ataupun kritik mengenai sesuatu hal yang sedang menjadi topik di tengah
masyarakat. Dengan adanya blog tersebut akan membuat sang politikus berkesan lebih
intelek karena dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi internet.
Salah satu blog yang mendapat sorotan beberapa waktu yang lalu adalah
sebuah blog yang bernama nazaruddin78.blogspot.com yang sebenarnya sempat diakui
oleh Nazaruddin sebagai blog miliknya namun tak lama setelah itu blog tersebut sudah
tutup. Dalam blog tersebut Nazaruddin memberikan judul Bertepuk Tanganlah Partai
Lain pada postingan pertamanya tanggal 30 Mei 2011 yang isinya berupa testimoni atau
pembelaan Nazaruddin terhadap berbagai tuduhan yang dialamatkan kepadanya.
Selama 2 hari saja posting pertama di blog tersebut sudah dikunjungi 20.000 orang
(Inggried, 2011).

Dari kesepuluh partai tersebut, seluruhnya telah memiliki situs web resmi yang
digunakan sebagai media berkomunikasi dengan masyarakat. Namun, mayoritas partai
politik tersebut tidak memanfaatkan situs mereka untuk menjaring aspirasi masyarakat.
Hal ini diindikasikan dengan tidak tersedianya forum opini pada hampir semua situs
partai politik tersebut. Kalaupun tersedia, forum ini ternyata tidak dapat diakses.
Sehingga masyarakat pada umumnya tidak mengetahui karakter calon kepala daerah
secara mendetail. Disisi lain, masyarakat mulai gerah dengan sikap pemimpin yang
hanya mengumbar janji tanpa bukti yang menyebabkan tingginya tingkat golput dalam
Pemilu di Indonesia. Berikut adalah prasentase tingkat golput di Indoensia.

Jika pada tingkat nasional tingkat golput tinggi maka hal yang sama juga terjadi
pada tingkat daerah dalam pemilihan calon kepala daerah seperti yang terjadi pada
penyelenggaraan pilkada di kabupaten Purbalingga. Perolehan suara pemilih oleh
pasangan nomor 2, Tasdi-Dyah hayuning Pratiw sebagai pemenang pilkada, masih
kalah bila dibandingkan dengan jumlah suara yang golput. Sehingga perlunya
menggunakan internet atau media sosial sebagai alat kampanye calon pemimpin,
khususnya pada penyelenggaraan pilkada maupun pemilu pada umumnya

Keunggulan penggunaan internet atau media sosial sebagai alat berkampanye


adalah pertama, mampu mengurangi anggaran pilkada. Menurut FITRA (2012), biaya
penyelenggaraan pilkada provinsi Rp 100 M; pilkada kota/kabupaten Rp 25 M. Total
untuk menyelenggarakan seluruh pilkada adalah sekitar Rp 17 triliun. Jika Pilkada
dilakukan secara serentak, anggaran yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan pilkada
sekitar Rp 10 triliun. Menghemat sekitar Rp 7 triliun tanpa mencabut hak pilih warga.
Ditambah lagi dana yang dikeluarkan partai politik untuk mendukung calon pemimpin
pilihannya yang memerlukan dana yang besar jika menggunakan jenis kampanye
tradisional atau menggunakan spanduk, poster, baliho dan media cetak lainnya untuk
memenangkan pilkada. Selain itu penyampaian informasi dengan menggunakan
spanduk, poster, baliho tidak efektif karena ruang penyampaian terbatas sehingga
informasi yang disampaikan terbatas dan merusak keindahan lingkungan. Berbeda
apabila memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk berkampanye yang tidak
membutuhkan biaya yang besar atau gratis. Informasi yang disampaikan mampu
mendetail baik berupa foto, video, pengalaman calon pemimpin dan lain sebagainya
yang mampu mendukung pengenalan dari calon pemimpin sehingga masyarakat lebih
kenal kepada calon pemimpinnya.
Kedua, mampu mendapatkan dukungan yang banyak seperti yang terjadi pada
fenomena Barack Obama berhasil memenangi jabatan Presiden tahun 2008. Dalam
artikel resensi buku berjudul Communicator-in-Chief: How Barack Obama Used New
Media Technology to Win the White House yang ditulis oleh Jarvis (2010) disebutkan
bahwa situs untuk kampanye Obama mengorganisasi lebih dari seratus lima puluh ribu
kegiatan, menciptakan lebih dari tiga puluh lima ribu kelompok, memiliki lebih dari 1,5
juta akun dan mendapatkan lebih dari USD 600 juta dari 3 juta donor. Kampanye
tersebut juga menggunakan YouTube untuk iklan gratis, mengirim alamat iklan tersebut
kepada para pendukung dan meminta kepada pendukung untuk meneruskan iklan
tersebut kepada teman dan keluarga mereka. Akun Facebook Obama mempunyai
3.176.886 pendukung dan lewat situs MySpace Obama mendapat 987.923 orang
teman. Riaz (2010) meyimpulkan bahwa Obama dapat memimpin Amerika Serikat
hanya karena penggunaan teknologi internet sebagai media massa yang ekstensif.
Kelemahan penggunaan internet atau media sosial sebagai alat berkampanye
adalah tidak semua masyarakat di daerah mampu mengakses internet. Seperti di daerah
terpencil yang pengguanaan listrik saja terbatas apalagi penggunaan internet. Oleh
karena itu kampanye dengan memanfaatkan spanduk, baliho, poster dan penyuluhan
langsung oleh tim sukses para calon pemimpin yang membutuhkan biaya yang lebih

besar dibandingkan dengan menggunakan internet tentunya. Selain itu, untuk


penggunaan internet dibutuhkan biaya yang cukup seperti pembelian Handphone
misalnya tidak semua orang mudah membelinya. Namun, dapat memanfaatkan warung
internet (warnet) untuk memperoleh informasi dari internet. Selain itu harga Handphone
yang mampu mengakses internet semakin mengalami penurunan kisaran harga yaitu
antara 200 ribu rupiah sampai 500 ribu rupiah.
Peluang penggunaan internet atau media sosial sebagai alat berkampanye adalah
dimasa yang akan datang penggunaan internet di daerah terpencil mampu terpenuhi
didukung dengan pemberian listrik yang dihasilkan dari teknologi terbarukan seperti
pembangkit listrik tenaga arus laut, panel surya berbasis genting perumahan dan lain
sebagainya sehingga sinyal internet mampu menjangkau daerah terpencil di Indonesia
sehingga mampu meningkatkan minat masyarakat dalam ikut berpartisipasi saat
pemilihan pemimpinnya dan mampu mengurangi tingkat golput. Kemudian pemanfaatan
pohon sebagai bahan dasar pembuatan kertas untuk spanduk, baliho, poster, koran dan
lain sebagainya akan berkurang sehingga lingkungan akan lebih terjaga dengan
berkurangnya penebangan pohon dalam sekala besar untuk keperluan industri kertas.
Ancaman penggunaan internet sebagai alat berkampanye memiliki kelemahan
yaitu tingkat Black Campaign akan meningkat antar kubu calon pemimpin. Hal ini karena
tidak ada penghalang ruang dan waktu dalam menyampaikan pendapat. Namun,
semakin banyaknya isu yang beredar seputar pelaksanaan pemilihan calon pemimpin
membuat masyarakat menjadi lebih kritis dan mampu menanggapi isu dengan lebih bijak
dan pintar. Masyarakat tahu mana yang fakta dan mana yang opini dan apakah
pengalihan isu atau bukan. Selain itu, dengan maraknya penggunaan internet oleh
masyarakat luas maka informasi yang didapatkan juga tidak terbatas. Tidak hanya saat
peyelenggaraan pemilihan calon pemimpin saja melainkan saat hari-hari biasa.
Diketahui bahwa informasi yang diperoleh dari internet sangat luas mencangkup
ponografi, narkoba, kekerasan, mistis dan hal negatif lainnya yang kini marak beredar di
internet yang ditakutkan mampu memberi dampak buruk pada generasi muda seperti
anak di bawah umur. Namun, dengan bertambahnya pengalaman orang tua dalam
mendidik anaknya diharapkan mampu menjaga perkembangan anak baik secara psikis
maupun fisiknya.

C. Kesimpulan
Internet sebagai media sosial untuk promosi atau berkampanye yang dilakukan
partai politik maupun calon pemimpin dalam penyelenggaraan pemilihan umum dapat
diterapkan. Karena mampu mengurangi anggaran pelaksanaan pemilihan umum,
mengurangi biaya kampanye, masyarakat lebih mengetahui secara mendetail mengenai
calon pemimpin dan sampah dari spanduk, baliho, poster akan berkurang. Namun,
terdapat hal yang perlu diperhartikan seperti pemantauan penggunaan internet selepas
penyelenggaraan pemilihan umum. Karena informasi yang didapat dari internet tanpa
batas ruang dan waktu. Diharapkan dengan memanfaatkan internet sebagai alat untuk
berkampanye mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pemilihan
umum sebagai implementasi asas demokrasi sehingga mampu mengurangi angka
golput.

DAFTAR PUSTAKA

FITRA. 2014. Sejumlah Fakta Tentang Pemilihan Kepala Daerah Langsung.


http://www.puskapol.ui.ac.id/wpcontent/uploads/2014/10/LEMBARFAKTA-PILKADA-LANGSUNG.pdf. Senin, 11 April 2016
Inggried, Maria Natalia. 2011. Nazar Diingatkan Tak Sembarang Menulis.
Blog,Kompas.http://nasional.kompas.com/read/2011/06/01/15373
628/Nazar.Diingatkan.Tak.Sembarang.Menulis.Blog.

Senin,

11

April 2016
Jarvis, Sharon E. 2010. Communication-in-Chief: How Barrack Obama Used New
Media Technology to Win the White House. Presidential Studies
Quarterly, Vol. 40 Iss 4.
More

Imanuel.

2012.

Ini

Jenis

kampanye

yang

Menyerang

Lawan.

http://megapolitan.kompas.com/read/2012/05/09/12403053/Ini.Jeni
s.Kampanye.yang.Menyerang.Lawan. Senin, 11 April 2016.
Sosiawan, Edwi Arief, 2008. Kajian Teoritis Komunikasi Virtual: Internet dalam
Prespektif Ilmu Komunikasi. http://edwi.dosen.upnyk.ac.id/Kajian
internet kom.pdf. Senin. 11 April 2016
Widyanto, Eko. 2015. Waduh! Angka Golput Jadi Pemenang Pilkada serentak.
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/pilkada/15/12/29/o04
aab336-waduh-angka-golput-jadi-pemenang-pilkada-serentak.
Senin, 11 pril 2016
Zimmermann, Philipp & Finger, Mathias. 2005. Information and Communication
Technology (ICT) and Local Power Relationships: An Impact
Assessment. Electronic Journal of e-Government

Anda mungkin juga menyukai