Anda di halaman 1dari 10

Konsep dalam Arsitektur

Konsep adalah gagasan yang memadukan berbagai unsur ke dalam suatu kesatuan.
Dalam arsitektur, suatu konsep mengemukakan suatu cara khusus bahwa syarat-syarat suatu
rencana, konteks, dan keyakinan dapat digabungkan bersama. Suatu konsep harus
mengandung kelayakan, ia menunjang maksud-maksud dan cita-cita pokok suatu proyek dan
memperhatikan karakteristik-karakteristik dan keterbatasan-keterbatasan yang khas dari
setiap proyek.
Gagasan arsitektur adalah konsep yang telah disederhanakan menjadi soal arsitektonis
formal seperti siang hari, ruang, urutan ruang, integrasi struktur dan bentuk, dan penapakan
(siting) dalam bentuk alam.
Suatu tema adalah suatu pola atau gagasan spesifik yang berulang di seluruh
rancangan suatu proyek.
Gagasan superorganisasi mengacu kepada konfigurasi geometris umum atau hirarki
yang harus diperhatikan oleh bagian-bagian suatu proyek. Suatu gagasan superorganisasi
memungkinkan variasi pola di antara bagian-bagian, hanya selama mereka memperkuat pola
keseluruhan. Tujuan gagasan superorganisasi adalah untuk memberi cukup struktur bagi pola
sedemikian rupa sehingga masing-masing bagian dapat dikembangkan dengan keistimewaankeistimewaannya sendiri dan masih menunjang keseluruhannya.
Parti (skema) dan esquisse (sketsa) adalah produk menurut konsep dan grafik dari
suatu metode pengajaran khusus, metode ini menghendaki agar dapat mengembangkan
kecakapan konseptual sampai suatu tingkat yang tinggi.
Terjemahan harafiah adalah tujuan guna mengembangkan suatu konsep dan diagram
yang dapat menjadi rencana yang disederhanakan untuk proyek yang bersangkutan.
Menurut Barnes: Sebuah bangunan harus memiliki gagasan kuat yang lebih bersifat
arsitektur daripada seni patung atau seni lukis- gagasan yang berhubungan dengan kegiatan
dalam bangunan Bila seorang arsitek bertanya pada arsitek lain: Jenis bangunan apa yang
sedang Anda buat? orang harus segera dapat menarik abstraks, atau diagram, dari gagasan
arsiteknya.

KONSEP DAN RANCANGAN ARSITEKTUR


Perumusan konsep bukanlah merupakan suatu kegiatan yang otomatis. Ia memerlukan
upaya yang terpusat untuk membuat suatu konsep yang secara layak memadukan hal-hal
yang tidak dipersatukan sebelumnya. Perumusan konsep adalah suatu kegiatan yang tidak
biasa bagi kebanyakan orang, dan para mahasiswa arsitektur mengalami banyak kesulitan
untuk menguasainya seperti juga dalam aspek-aspek perancangan yang lain. Tiga masalah
merintangi pengembangan keahlian dalam membuat konsep. Rintangan itu meliputi tentang
masalah komunikasi, kekurangan pengalaman, dan pembangkitan hirarki.
Masalah komunikasi yang paling sulit bukanlah menjelaskan konsep kita kepada
orang lain, melainkan dalam menjelaskan gagasan kita kepada diri sendiri. Masalah lain yang
mempengaruhi perumusan konsep adalah komunikasi grafis. Ironisnya, banyak mahasiswa
yang ragu-ragu membuat sketsa sebagai bagian dari proses mereka dalam mengembangkan
konsep.
Masalah yang kedua, merupakan perluasan dari masalah yang pertama. Karena
banyak bangunan yang dibuat tanpa menggunakan konsep, dan hampir semua kritikus dan
banyak arsitek menghindarkan menulis tentang ini, relatif mudahlah bagi seorang peracang
yang baru mulai untuk menjadi tidak berhasrat pada konsep-konsep dan tidak memahami
peranan yang mereka mainkan dalam perancangan bangunan.
Masalah ketiga, dapat disederhanakan sebagai masalah mengidentifikasi hirarkihirarki yang tepat. Arsitek harus sanggup membuat penilaian yang membedakan. Pemahaman
akan hubungan-hubungan antara gagasan, wawasan, dan konsep dapat membantu
memecahkan ketiga masalah tersebut.
Gagasan adalah pemikiran nyata yang spesifik yang kita miliki sebagai hasil
pemahaman, pengertian, atau pengamatan. Bangunan dan rancangan bangunan terdiri dari
banyak keputusan kecil, dan keahlian harus dikembangkan dalam menimbulkan gagasangagasan dan konsep-konsep yang tanggap terhadap berbagai keragaman persoalan yang
muncul.

Wawasan adalah gagasan yang dianggap tidak penting, namun selalu masih terdapat
kemungkinan bahwa ada suatu dasar kebenaran yang penting yang tersembunyi bahkan
dalam setiap ucapan yang fasih. Dalam arsitektur, suatu konsep yang tepat untuk suatu
proyek mungkin terus-menerus menolak artikulasi, dan mungkin perlu untuk menciptakan
wawasan sebagai suatu langkah dalam merumuskan suatu konsep yang tepak, baik sebagai
suatu teknik kunci dan siasat tekan harga jual rumah maupun sebagai akibat mutlak dari
kekurangan pengalaman dalam perancangan dan perumusan konsep.
Konsep serupa dengan gagasan, dalam arti keduanya merupakan pemikiran spesifik
yang kita miliki sebagai hasil dari suatu pemahaman. Dalam arsitektur, suatu konsep
mengidentifikasi bagaimana berbagai aspek persyaratan untuk suatu bangunan dapat
dipersatukan dalam suatu pemikiran spesifik yang langsung mempengaruhi rancangan dan
konfigurasinya.
Skenario konseptual meluaskan pernyataan konsep, dapat digunakan untuk
mengidentifikasi bagaimana semua gagasan dan persoalan penting yang dapat ditinggalkan
dalam suatu pernyataan konsep yang lebih singkat dapat dipersatukan dalam satu pernyataan
cerita yang panjang. Sekalipun bagian-bagian tiap skenario mungkin telah jelas ditetapkan
dari sejak awal, skenario menggunakan pengertian-pengertian yang diperoleh selama proses
perancangan untuk mempertalikannya bersama.

HIRARKI KONSEP
Suatu pemahaman tenatang hubungan hirarkis antara wawasan, gagasan, konsep, dan
skenario konseptual menjadi landasan untuk mengembangkan suatu proses guna melahirkan
konsep-konsep yang tepat untuk bangunan.
Dalam tahap-tahap awal suatu proyek, gagasan mempunyai kesempatan yang baik
untuk dapat dipahami, terutama bila pikiran terbuka bagi pemikiran pembaharuan, tidak
biasa, dan imajinatif, yang mungkin membantu memecahkan perancangan yang unik atau
sulit dan persyaratan yang bersifat perencanaan. Sehingga kemiripan, kemungkinan interaksi,
dan pengelompokan gagasan menjadi nyata. Pengamatan-pengamatan ini menciptakan dasar
yang memberikan argumen terus-menerus untuk melakukan segala sesuatu.

LIMA JENIS KONSEP


1. Analogi (memperhatikan hal-hal lain)
Analogi adalah sarana yang paling sering digunakan untuk merumuskan konsep.
Analogi mengidentifikasi hubungan harafiah yang mungkin di antara benda-benda.
Sebuah benda diidentifikasi dan mempunyai semua sifat khas yang diinginkan, dan
dengan demikian ia menjadi model untuk proyek yang ada.
2. Metafora (memperhatikan abtraksi-abtraksi)
Metafora, mengidentifikasi hubungan di antara benda-benda. Tetapi hubunganhubungan ini lebih bersifat abstark dibanding nyata. Perumpamaan adalah metafora yang
menggunakan kata-kata seperti atau bagaikan untuk mengungkapan suatu hubungan.
Metafora dan perumpamaan mengidentifikasi pola hubungan sejajar sedangkan analogi
mengidentifikasi hubungan harafiah yang mungkin.
3. Hakikat (memperhatikan di luar kebutuhan-kebutuhan program)
Hakikat menyaring dan memusatkan aspek-aspek persoalan yang lebih rumit menjadi
keterangan-keterangan gamblang yang ringkas. Hakikat mengandung pengertianpengertian ke dalam aspek yang paling penting dan intrinsik dari benda yang dianalisis.
Suatu pernyataan tentang hakikat sesuatu juga dapat merupakan hasil penemuan dan
identifikasi akar-akar suatu pokok persoalan.
4. Konsep programatik (memperhatikan syarat-syarat yang dinyatakan)
Tidak semua konsep menangkap hakikat suatu proyek, tidak pula semua konsep
melambangkan fungsi semua kegiatan dalam suatu bangunan. Konsep dapat
dikembangkan sekitar persoalan-persoalan yang lebih pragmatis yang sering dengan
gamblang diidentifikasi dalam program bangunan.
5. Cita-cita (memperhatikan nilai-nilai umum)

Bila arsitek tidak memiliki cita-cita untuk acuan dan menggunakannya dalam
konseptualisasi dan mengembangkan rancangan-rancangan mereka, tugas mereka akan
lebih sulit.
Wawasan, gagasan, konsep, dan skenario merupakan suatu rangkaian kesatuan
kontinum yang dapat menjadi dasar penting bagi arsitektur. Pencaharian akan konsep yang
tepat dan penerapannya dapat membantu menciptakan arsitektur yang baik.

Perbedaan Konsep Perancangan Metafora & Analogi


A. Konsep Metafora
Konsep metafora adalah type konsep perancangan yang mengungkapkan atau
mengidentifikasikan hubungan diantara benda-benda yang lebih bersifat abstrak dari yang
sebenarnya (nyata). Bentuk-bentuk yang nyata tersebut diolah dan dipadukan dengan
imajinasi perancang.
B. Konsep Analogi
Konsep analogi adalah type konsep perancangan yang mengidentifikasikan hubungan
harafiah (menyamakan yang mungkin diantara benda-benda). Konsep analogi ini mengambil
bentuk yang sudah ada yang memiliki seluruh karakteristik yang diinginkan untuk diterapkan
sebagai rancangan. Jenis-jenis analogi yang sering digunakan sebagai konsep perancangan
yaitu:
1. analogi matematis, mengambil ukuran-ukuran bilangan termasuk bentuk dasar untuk
menjadi dasar rancangan
2. analogi biologis, menurut pencetus konsep ini bahwa membangun adalah prose biologis
dan bukan proses estetis. Analogi biologis ini dibedakan menjadi dua bagian yaitu organic
dan biomorfik.
Analogi organic adalah analogi yang memusatkn perhatian pada hubungan antara bangunan
dan ronanya. Karakter arsitektur organic menurut Frank Llyod Wright yaitu:
berkembang dari dalam ke luar, selaras dengan kondisi keberadaannya, tdak dapat
diterapkan begitu saja.
Konstruksi terjadi dalam sifat bahan. Misalnya, Kaca dipergunakan sebagai kaca, batu
dipergunakan sebagai batu, kayu dipergunakan sebagai kayu, dll.
Unsure-unsur suatu bangunan adalah terpadu. Kata organic menunjuk pada kesatuan.
Menggambarkan waktu, tempat dan tujuan.
3. analogi romantic, cirri pokoknya yaitu bersifat mengemban dalam mendatangkan atau
melancarkan tanggapan emosional dalam diri pengamat dengan cara membangkitkan
kenangan pengamat, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
dengan memberikan gambaran yang berlebihan yang bisa menyentuh sense atau indera
perasa.
Dengan mengacu pada pemanfaatan potensi alam baik secara alamiah maupun secara
rekayasa (dikembangkan)
Contohnya yaitu: peniruan tempat-tempat yang eksotis, monumental,primitive, tradisional,
asosiasi masa kanak-kanak, dll.

4. analogi linguistic, berdasarkan architectural Linguage bahwa bangunan dianggap


sebagai alat untuk menyampaikan informasi kepada pengamat dengan berbagai cara atau
model, diantaranya yaitu:
model tata bahasa (gramatikal/sintaksis), yaitu penyusunan elemen-elemen seperti pada
kalimat sehingga seolah-olah berbicara. Dengan demikian, pengamat akan cepat dan mudah
memahami serta menafsirkan maksud dari rancangan bangunan tersebut.
model ekspresionis, yaitu dengan membuat bentuk-bentuk bangunan sebagai media yang
mencerminkan sifat atau karakter perancangnya. Misalnya bangunan dapat memberikan
ulasan tentang keadaan, lokasi, tentang masalah pemisahan ruang luar dan ruang dalam,
tentang orang-orang yang menggunakannya, dll.
model semiotic, yaitu dengan pemberian tanda untuk bisa memberikan informasi yang
dimaksud.
5. analogi mekanik, yaitu bahwa bangunan dianggap sebagai mesin yang digunakan sebagai
tempt beraktivitas bagi penghuninya.
6. analogi pemecahan masalah, yaitu bahwa arsitektur sebagai pertimbangan sesuai dengan
penalaran yang bersifat logis, sistematis dan rasional daripada inspiratif. Cirri pemecahan
masalah dalam perancangan memperlihatkan prosedur yang seksama dan terpadu. Agar
dianggap rasional, prosedurnya harus memuat sedikitnya tiga tahapan, yaitu
analisis, yang merupakan pengkajian data dan permasalahan
sintetis, yang mengkaitkan atu memproses seluruh data yang ada
evaluasi, melakukan tahap pencapaian hasil
7. analogi adhoics, merupakan analogi khusus atau special untuk tujuan tertentu. Selain itu,
analogi adhoic ini merupakan tanggapan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang penting dan
mendesak dengan menggunakan informasi-informasi yang langsung. Tidak ada pedoman
baku dari luar untuk mengukur rancangan tersebut.
8. analogi bahasa pola, merupakan hubungan antara perilaku dan lingkungan yang dapat
dilihat dari segi unit atau bagian-bagian yang ditampilkan bersama. Seringkali merupakan
cerminan dari kebudayaan yang merupakan kesepakatan-kesepakatan untuk berperilaku.
9. analogi dramaturgi (irama), yaitu bahwa kegiatan manusia sering dinyatakan sebagai
teater, lingkungan buatan dianggap sebagai pentas panggung dan orang-orangnya dianggap
sebagai pelaku dengan peran masing-masing. Konsep analogi dramaturgi ini dapat
mempergunakan dua cara, yaitu dari sudut pandng actor (pelaku/penghuni bangunan) dan
dari sudut pandang dramawan (perancang/arsitek).
(dari berbagai sumber)

Analogi dalam bahasa Indonesia ialah kias (arab:qasa:mengukur, membandingkan).


Berbicara tentang analogi adalah berbicara tentang dua hal yang berlainan, yang satu dengan
yang lain. Dalam mengadakan perbandingan orang mencari kesamaan dan perbedaan di
antara hal-hal yang diperbandingkan. Kalau lembu dibandingkan dengan kerbau, maka
kedua-duanya adalah binatang, akan tetapi yang satu berbeda dengan yang lain mengenai
besarnya, warnanya, dan sebagainya. Kalau dalam perbandingan itu orang hanya
memperhatikan persamaannya saja, tanpa melihat perbedaannya maka timbullah analogi,
persamaan dua hal yang berbeda.
Analogi disamping fungsi utamanya sebagai cara berargumentasi, sering benar dipakai dalam
bentuk non argument yaitu penjelas atau dapat dimanfaatkan sebagai penjelasan atau sebagai

dasar penalaran. Sebagai penjelasan bisaanay disebut perumpamaan atau persamaan.


Mundiri mengatakan analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses
penalaran dari suatu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan
bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi pada fenomena yang lain
Menurut poespopprodjo analogi adalah suatu perbandingan yang dipakai untuk mencoba
membuat suatu idea dapat di percaya atau guna membuat suatu konsep yang sulit menjadi
jelas
Begitu pula menurut poedjawijatna analogi menunjuk sesuatu yang sama tetapi dalam
kesamaan itu ada perbedaan pula
Dari defenisi-definisi di atas sudah jelas bahwa yang di maksud dengan analogi adalah suatu
proses penalaran dengan menggunakan perbandingan dua hal yang berbeda dengan cara
melihat persamaan dari dua hal yang di perbandingkan tersebut sehingga dapat digunakan
untuk memperjelas suatu konsep.
Analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari satu
fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi
pada fenomena yang pertama akan terjadi pada fenomena yang lain; Demikian pengertian
analogi jika kita hendak memformulasikan dalam suatu batasan. Dengan demikian dalam
setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsur yaitu: peristiwa pokok yang
menjadi dasar analogi, persamaan principal yang menjadi pengikat dan ketiga fenomena yang
hendak kita analogikan.
A. Analogi Palsu
Penggunaan analogi dengan baik dan benar akan sangat berguna. Ilmu berkembang berkat
pemakaian analogi secara baik dan benar.
Namun demikian, banyak pula orang memakai analogi palsu dalam penalaran atau
argumentasinya. Analogi palsu adalah suatu bentuk perbandingan yang mencoba membuat
suatu idea atau gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan idea atau
gagasan lain yang sesungguhnya tidak mempunyai hubungan dengan idea atau gagasan yang
pertama tadi. Misalnya apabila seorang menyamakan kepala Negara dengan kepala manusia
dipotong maka akan matilah manusia tersebut begitu pula apabila kepala Negara di bunuh,
maka Negara itu akan hancur. Jelas contoh tersebut suatu analogi palsu. Perhatikan beberapa
analogi palsu berikut ini:
1. Membuat istri bahagia adalah seperti membuat anjing kesayangan bahagia. Belai
kepalanya sesering mungkin, dan beri makanan yang baik sebanyak mungkin
2. Hidup ini laksana orang mampir ke warung; begitu kebutuhannya tercukupi, ia pergi
meninggalkannya.
3. Masuk universitas adalah seperti menerima pekerjaan. Tugasmu adalah membuat senang si
pemberi pekerjaan
4. ABRI laksana tiang bendera. Apapun juga bendera yang dikibarkan, ABRI harus tunduk,
tidak melawan
5. Sudin berumur 13 tahun, petang hari boleh ikut pergi nonton bioskop; sedangkan Ika, umur
8 tahu, harus tinggal di rumah. jika kak Sudin boleh ikut, kenapa saya tidak boleh? rengek
si Ika.
B. Macam-macam analogi
Disini analogi dibagi menjadi dua macam yaitu analogi induktif dan analogi deklaratif.
1. Analogi Induktif
Analogi Induktif adalah analogi yang disusun berdasarkan persamaan principal (mendasar)
yang ada pada kedua fenomena, kemudian dicari kesimpulan bahwa apa yang ada pada
fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Bentuk argument ini sebagaimana

generalisasi tidak pernah menghasilkan kebenaran yang mutlak.


Contohnya: Tina adalah seorang tamatan fakultas ekonomi oxford university, ia telah
memberikan prestasi yang luar bisaa pada perusahaan tempat ia bekerja dengan cara
mengajukan usulan mengenai pemecahan kesulitan yang di hadapi perusahaannya. Pada
waktu penerimaan pegawai baru, directur perusahaan langsung menerima rina karena rina
tamatan yang sama dengan tina, maka pasti ia akan memiliki kecerdasan dan kualitas yang
lebih atau sekurang-kurangnya sama dengan tina.
Pada dasarnya analogi induktif adalah suatu cara menyimpulkan yang menolong kita
memanfaatkan pengalaman, kita berangkat dari suatu barang yang khusus, yang kita ketahui,
menuju barang yang serupa dalam hal pokok. Tetapi juga terdapat kekeliruan besar, yakni
dalam memperbandingkan bisa jadi tidak memperhatikan adanya beberapa perbedaan yang
penting, sehingga dalam praktek hasilnya berbeda dengan hasil yang dicapai melalui proses
pemikiran tersebut.
Guna menguji sah tidaknya persamaan dan kesimpulan semacam itu, pertama-tama harus kita
singkirkan hal-hal sekadar bersifat menjelaskan dan memilih hal-hal yang memang
merupakan dasar pemikiran. Bilamana yang terdapat hanya persamaan yang dangkal atau
sekedar persamaan kebetulan yang terdapat di antara keduanya, dan apabila perbandingan
mereka sekedar untuk maksud menjelaskan maka kita tidak dapat membuat suatu
kesimpulan
2. Analogi Deklaratif
Analogi Deklaratif disebut juga analogi penjelas yang merupakan metode untuk menjelaskan
atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah
dikenal.
Contoh: ilmu pengetahuan itu dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana rumah itu dibangun
oleh batu-batu tetapi tidak semua kumpulan pengetahuan itu ilmu, sebagaimana tidak semua
tumpukan batu itu adalah rumah.
C. Cara menilai analogi
Sebagaimana generalisasi keterpercayaannya tergantung kepada terpenuhi tidaknya alat-alat
ukur yang kita ketahui , maka demikian pula analogi untuk mengukur derajat
keterpercayaannya sebuah analogi dapat diketahui dengan alat sebagai berikut
1. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar pula taraf
keterpercayaannya. Apabila saya mengirim baju kepada tukang penatu dan ternyata hasilnya
tidak memuaskan maka atas dasar analogi saya bisa menyarankan kepada teman saya untuk
tidak mengirim pakaian ketukang penatu tadi. Analogi ini menjadi lebih kuat lagi setelah
ternyata C,D,E,F dan G juga mengalami hal yang serupa
2. Sedikit banyak aspek-aspek yang menjadi dasar analogi. Contohnya: tentang sepatu yang
telah kita beli pada sebuah toko. Bahwa sepatu yang baru kita beli tentu awet dan akan terasa
enak di pakai karena sepatu yang dulu dibeli di toko ini juga awet dan enak dipakai. Analogi
ini menjadi lebih kuat lagi misalnya di perhitungkan juga persamaan harga, merek, dan
bahannya.
3. Sifat dari analogi yang kita buat. Apabila kita mempunyai mobil dan satu liter bahan
bakarnya dapat menempuh 10 km, kemudian kita menyimpulkan bahwa mobil B yang sama
dengan mobil kita akan bisa menempuh jarak 10 km setiap satu liternya, maka analogi
demikian cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat lagi jika kita mengatakan bahwa mobil B
akan menempuh 8 km setiap satu liter bahan bakarnya dan menjadi lemah jika kita
mengatakan bahwa mobil B akan dapat menempuh 15 km setiap liter bahan bakarnya. Jadi
semakin rendah taksiran yang kita analogikan semakin kuat analogi itu.
4. Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang
dianalogikan. Semakin banyak pertimbangan atas unsur-unsurnya yang berbeda semakin kuat
keterpercayaan analoginya. Konklusi yang kita ambil bahwa ari adalah pendatang baru di

universitas X akan menjadi sarjana ulung karena beberapa tamatan dari universitas tersebut
juga merupakan sarjana ulung. Analogi ini menjadi lebih kuat jika kita mempertimbangkan
juga perbedaan yang ada pada para lulusan sebelumnya.
5. Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan. Bila tidak relevan sudah barang tentu
analoginya tidak kuat dan bahkan bisa gagal. Bila kita menyimpulkan bahwa mobil yang baru
kita beli setiap liter bahan bakarnya akan enempuh jarak 15 km berdasarkan analogi mobil B
yang sama modelnya serta jumlah candela dan tahun produksinya sama dengan mobil yang
kita beli ternyata dapat menempuh jarak 15 km setiap liter bahan bakarnya maka analogi
serupa adalah analogi yang tidak relevan.
D. Analogi yang menyimpang
Meskipun analogi merupakan corak penalaran yang popular namun tidak semua penalaran
analogi merupakan analogi induktif yang benar. Ada masalah yang tidak memenuhi syarat
atau tidak bisa diterima meskipun sepintas sulit bagi kita menunjukkan kekeliruannya.
Kekeliruan ini terjadi karena membuat persamaan yang tidak tepat.
1. Kekeliruan pertama adalah kekeliruan pada analogi induktif.
Contoh: saya heran mengapa orang takut berpergian dengan pesawat terbang karena sering
terjadi kecelakaan pesawat terbang dan tidak sedikit meminta korban. Bila demikian
sebaiknya orang jangan tidur ditempat tidur karena hamper semua manusia menemui ajalnya
di tempat tidur
Disini naik pesawat ditakuti karena sering menimbulkan petaka yang menyenbabkan maut.
Sedang orang tidur karena jarang sekali atau boleh dikatakan tidak pernah ada orang
menemui ajalnya karena kecelakaann tempat tidur melainkan karena penyakit yang di
idapnya. Jadi orang menyamakan dua hal yang berbeda.
2. Kekeliruan kedua adalah pada analogi deklaratif
Contoh: Negara kita sudah banyak berhutang. Dengan pembangunan lima tahun kita harus
menumpuk utang terus-menerus dari tahun ketahun. Pembangunan lima tahun ini memaksa
rakyat dan bangsa Indonesia seperti naik perahu yang sarat yang semakin tahun semakin sarat
(dengan utang) dan akhirnya tenggelam. Saudara-saudara tidak ingin tenggelam dan mati
bukan? Karena itulah kita lebih baik tiodak naik kapal sarat itu. Kita tidak perlu
melaksanakan pemabngunan itu..
Disini seorang tidak setuju dengan pembangunan lima tahun yang sedang dilaksanakan
dengan analogi yang pincang. Memang Negara kita perlu melakukan pinjaman untuk
membangun. Pinjaman itu digunakan seproduktif mungkin sehingga dapat meningkatkan
devisa Negara. Dengan demikian penghasilan perkepala akan meningkat di banding
sebelumnya. Demikian seterusnya dari tahun ke tahun sehingga peningkatan kesejahteraan
rakyat akan tercapai. Pembicara disini hanya menekankan segi utangnya saja, tidak
memperhitungkan segi-segi positif dari kebijaksanaan menempuh pinjaman.
Analogi menyimpang model kedua ini amat banyak digunakan dalam perdebatan maupun
dalam propaganda untuk menjatuhkan pendapat lawan maupun mempertahankan kepentingan
sendiri. Karena sifatnya seperti benar analogi ini sangat efektif pengaruhnya terhadap
pendengar.
E. Analisis kritis
Defenisi analogi adalah suatu proses penalaran dengan menggunakan perbandingan dua hal
yang berbeda dengan cara melihat persamaan dari dua hal yang di perbandingkan tersebut
sehingga dapat digunakan untuk memperjelas suatu konsep
Namun demikian, banyak pula orang memakai analogi yang ngawur dalam penalaran atau
argumentasinya. Analogi ngawur adalah suatu bentuk perbandingan yang mencoba membuat
suatu idea atau gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan idea atau
gagasan lain yang sesungguhnya tidak mempunyai hubungan dengan idea atau gagasan yang
pertama tadi. Misalnya apabila seorang menyamakan kepala Negara dengan kepala manusia

dipotong maka akan matilah manusia tersebut begitu pula apabila kepala Negara di bunuh,
maka Negara itu akan hancur. Jelas contoh tersebut suatu analogi ngawur karena Dengan
adanya sedikit pembahasan makalah ini maka diharapkan agar orang-orang yang memakai
analogi ngawur itu bisa mengetahui arti analogi sebenarnya dan bisa menggunakan analogi
dengan baik dan benar karena kita manusia yang berakal dan harus memanfaatkannya agar
kita menjadi orang yang cakap pikir. Penggunaan analogi dengan baik dan benar akan sangat
berguna. Ilmu berkembang berkat pemakaian analogi secara baik dan benar.
PENUTUP
Kesimpulan
a. Analogi dalam bahasa Indonesia ialah kias (arab:qasa:mengukur, membandingkan).
Berbicara tentang analogi adalah berbicara tentang dua hal yang berlainan, Mundiri
mengatakan analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari
suatu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis.
b. Analogi ada beberapa macam diantaranya:
1. analogi induktif
analogi induktif adalah analogi yang sdisusun berdasarkan persamaan principal yang ada
pada kedua fenomena, kemudian dicari kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena
pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Bentuk argument ini sebagaimana generalisasi
tidak pernah menghasilkan kebenaran yang mutlak
2. analogi deklaratif
analogi deklaratif disebut juga analogi penjelas yang merupakan m,etode untuk menjelaskan
atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samara, dengan sesuatu yang sudah
dikenal
c. Cara menilai analogi
1. sedikit banyak peristiwa sejenis yang dianalogikan
2. sedikit banyak aspek-aspek yang menjadi dasar analogi
3. sifat analogi yang kita buat
4. mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang
dianalogikan
5. relevan dan tidaknya masalah yang di analogikan
d. Analogi yang menyimpang
Meskipun analogi merupakan corak penalaran yang popular namun tidak semua penalaran
analogi benar. Ada masalah yang tidak memenuhi syarat atau tidak bisa diterima meskipun
sepintas sulit bagi kita menunjukkan kekeliruannya.
1. Kekeliruan pertama adalah kekeliruan pada analogi induktif
2. Kekeliruan kedua adalah pada analogi deklaratif

Anda mungkin juga menyukai