PIELONEFRITIS
Disusun oleh
Deah Karina Saputri
Inna Ulfi Hanraini
Lisa Rahmatul Husna
Neti Sartika
Tingkat 1 A
Dosen Pengampu
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, dimana atas segala
rahmat dan izin-nya, kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Pielonefritis. Asuhan Keperawatan ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini
terutama kepada bapak Ns, Sumitro Adi Putra, S.Kep., M.Kes. selaku dosen
pembimbing penyusunan asuhan keperawatan ini.
Semoga asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
memerlukan khususnya kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam asuhan
keperawatan ini. Untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran yang
membangun guna keberhasilan penulisan yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
Kata Pengantar............. ii
Daftar Isi.. iii
Bab I Pendahuluan... 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah... 2
1.3 Tujuan. 2
Bab II Tinjaun Pustaka.. 3
Bab III Asuhan Keperawatan........................................................................ 19
Bab IV Penutup..30
4.1 Kesimpulan. 30
4.2 Saran... 30
Daftar Pustaka... 31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Infeksi Traktus Urinarius (UTI) sering terjadi dan menyerang
manusia tanpa memandang usia, terutama perempuan. UTI bertanggung
jawab atas sekitar tujuh juta kunjungan pasien kepada dokter setiap
tahunnya di Amerika Serikat (Stamm,1998). Secara mikro biologi UTI
dinyatakan
ada
jika
terdapat
bakteriuria
bermakna
(ditemukan
asimtomatik)
atau
bakteriuria
dapat
disertai
infeksi
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada asuhan keperawatan ini :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Pielonefritis
2
Epidemologi
Berdasarkan hasil penelitian pielonefritis lebih sering terjadi pada
anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Karena bentuk
uretranya yang lebih pendek dan letaknya berdekatan dengan anus. Studi
epidemiologi menunjukkan adanya bakteriuria yang bermakna pada 1%
sampai 4% gadis pelajar. 5%-10% pada perempuan usia subur, dan sekitar
10% perempuan yang usianya telah melebihi 60 tahun. Pada hampir 90%
kasus, pasien adalah perempuan. Perbandingannya penyakit ini pada
perempuan dan laki-laki adalah 2 : 1.
2.3
Gambaran Klinis
Gambaran klasik dari pielonefritis akut adalah demam tinggi
dengan disertai menggigil, nyeri di daerah perut dan pinggang, disertai
mual dan muntah. Kadang terdapat gejala iritasi pada buli-buli, yaitu
berupa disuri, frekuensi atau urgensi.
Pada pemeriksaan fisis terdapat nyeri pada pinggang dan perut,
suara usus melemah seperti ileus paralitik. Pada pemeriksaan darah
menunjukkan adanya leukositosis disertai peningkatan laju endap darah,
urinalisis terdapat piuria, bakteriuria, dan hematuria. Pada pielonefritis
4
akut yang mengenai kedua sisi ginjal terjadi penurunan faal ginjal; dan
pada kultur urine terdapat bakteriuria.
Pemeriksaan foto polos perut menunjukkan adanya kekaburan dari
bayangan otot psoas dan mungkin terdapat bayangan radio-opak dari batu
saluran kemih. Pada IVU terdapat bayangan ginjal membesar dan terdapat
keterlambatan pada fase nefrogram. Perlu dibuat diagnosis banding dengan
inflamasi pada organ di sekitar ginjal antara lain : pankreatitis,
appendisitis, kolesistitis, divertikulitis, pneumonitis dan inflamasi pada
organ pelvis.
2.4
Etiologi
Penyebab dari pielonefritis, meliputi hal-hal berikut.
1. Uropatogen.
Agen bakteri, meliputi Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, dan
Staphylococcus aureus.
2. Infeksi saluran kemih.
Terutama pada kondisi stasis kemih akibat batu saluran kemih, refluks
vesikoureter dan penurunan immunitas pada proses penuaan,kehamilan
serta peningkatan kadar glukosa dalam urine pada pasien diabetes melitus
dimana akan menyebabkan pertumbuhan bakteri lebih besar.
2.5
Patofisiologi
Invasi bakteri pada parenkim ginjal memberikan manifestasi
peradangan dalam bentuk pielonefritis. Infeksi dipengaruhi oleh faktor
invasi bakteri dan faktor imunologis host. Faktor bakteri seperti
Escherichia coli yang bersifat uropatogenik menempel pada sel epitel, dan
mampu bertahan dari pembersihan aliran urine. Invasi bakteri ini melekat
pada epitel dan memacu respons peradangan pada tubulointerstisial. Faktor
host melakukan proses fagositosis dalam urine secara maksimal pada pH
5
pertahanan
host
terganggu
sehingga
meningkatkan
merupakan
faktor
yang
paling
penting
untuk
prostatitis
bakteriuria.
Komplikasi dari obsruksi dengan infeksi termasuk hidronefrosis,
pionefrosis, urosepsis, dan pielonefritis xanthogranulomatous. Proteus
merupakan spesies yang mampu menguraikan urea, namun, E.coli,
Klebsiella, Pseudomonas, dan Staphylococcus dapat menghasilkan urease
sehingga mereka juga terlibat dalam pembentukan kalkulus staghorn.
Kehamilan (hormonal dan perubahan mekanis) merupakan
predisposisi seorang wanita mengalami infeksi saluran kemih. Hidroureter
kehamilan merupakan efek sekunder untuk kedua faktor hormonal dan
mekanik, diwujudkan sebagai dilatasi dari pelvis ginjal dan ureter sehingga
memberikan kesempatan pada bakteri untuk menempel di urotelium.
Uterus yang membesar menggantikan kandung kemih sehingga ikut
mengakibatkan adanya stasis urine.
Respons perubahan patologis pada saluran kemih bagian atas akan
memberikan berbagai masalah keperawatan pada pasien yang mengalami
pielonefritis akut (Gambar 4.1).
(Gambar 4.1)
2.6
Nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan
fisik.
b.
Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronis Terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang,
Adanya keletihan.
pada jaringan.
2.7
Manifestasi Klinis
Pielonefritis akut :
demam
menggigil
nyeri panggul
nyeri tekan pada sudut kostovetebral (CVA)
lekositosis
adanya bakteri dan sel darah putih pada urin
disuria
biasanya terjadi pembesaran ginjal disertai infiltrasi interstisial selsel inflamasi.
Pielonefritis kronis
2.8
2. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin,
leukosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung
trombosit.
Pada pasien dengan pielonefritis, hasil pemeriksaan darah rutinnya
menunjukkan adanya leukositosis (menurunnya jumlah atau kadar
leukosit di dalam darah) disertai peningkatan laju endap darah.
3. Test Faal Ginjal
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan
kadar kreatinin, kadar ureum, atau BUN (blood urea nitrogen), dan
klirens kreatinin. Pemeriksaan BUN, ureum atau kreatinin di dalam
serum merupakan uji faal ginjal yang paling sering dipakai di klinik.
Sayangnya kedua uji ini baru menunjukkan kelainan pada saat ginjal
sudah kehilangan 2/3 dari fungsinya.
Maka daripada itu, pasien pielonefritis baru akan menunjukkan
adanya penurunan faal ginjal bila sudah mengenai kedua sisi ginjal.
4. Kultur Urine
Pemeriksaan ini dilakukan bila ada dugaan infeksi saluran kemih.
Pada pria, urine yang diambil adalah sample urine porsi tengah (mid
stream urine), pada wanita sebaiknya diambil melalui kateterisasi,
sedangkan pada bayi dapat diambil urine dari aspirasi suprapubik
atau melalui alat penampung urine.
Jika didapatkan kuman di dalam urine, dibiakkan di dalam medium
tertentu untuk mencari jenis kuman dan sekaligus sensitifitas kuman
terhadap antibiotika yang diujikan. Pada pasien dengan pielonefritis,
hasil pemeriksaan kultur urinenya terdapat bakteriuria.
b) Pemeriksaan Radiologi (Pencitraan)
1. Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah foto
skrinning untuk pemeriksaan kelainan-kelainan urologi. Pasien
dengan pielonefritis, pada hasil pemeriksaan foto polos abdomen
13
Penataksanaan
Pielonefritis Akut
Pasien pielonefritis akut beresiko terhadap bakteremia dan
memerlukan terapi antimikrobial yang intensif. Terapi parentral di
berikan selama 24-48 jam sampai pasien afebril. Pada waktu tersebut,
14
agens oral dapat diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis
akan efektif apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mencegah
berkembangbiaknya bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis
akut biasanya lebih lama daripada sistitis.
Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan adalah infeksi
kronik atau kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun
tanpa gejala. Setelah program antimikrobial awal, pasien dipertahankan
untuk terus dibawah penanganan antimikrobial sampai bukti adanya
infeksi tidak terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan
dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil. Kadarnya pada terapi jangka
panjang.
Pielonefritis Kronik
Agens antimikrobial pilihan didasarkan pada identifikasi patogen
melalui kultur urin, nitrofurantion atau kombinasi sulfametoxazole dan
trimethoprim dan digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri.
Fungsi renal yang ketat, terutama jika medikasi potensial toksik.
Pengobatan pielonefritis :
15
Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa
nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat
farmakologi
tambahan
antispasmodic
dan
anticholinergic
seperti
2.10
Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut
(Patologi Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669):
Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan
darah pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis
16
2.11
Pencegahan
Untuk membantu perawatan infeksi ginjal, berikut beberapa hal
yang harus dilakukan:
a.
c.
d.
terapi antibiotika
Untuk mencegah terkena infeksi ginjal adalah dengan memastikan
18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
Pengkajian anamsesis
Keluhan utama yang sering di dapatkan meliputi keluhan nyeri dan
keluhan iritasi miksi.
Quality / quantity
Region / relatif
: area nyeri pada panggul , nyeri tekan pada sudut
kostoverebral, nyeri di daerah perut dan pinggang.
Scale of pain
berat atau 2-3 (0-4).
Time
timbulnya demam.
Psikososiokultural
Pengakajian pengetahuan pasien tentang faktor untuk menurunkan
risiko kekambuhan, sumber informasi yang ada, dan rencana perawatan
rumah.
Pengkajian mekanisme koping ya g digunakan klien untuk menilai
merespons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga da masyarakat, serta respons atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun masyarakat.
Adanya keluhan berupa nyeri, prognosispenyakit memberikan manifestasi
yang berbeda pada setiap klien yang mengalamipielonefritis. Oleh karena
itu klien harus menjalani rawat inap, maka apakah keadaan ini memberi
dampak pada status ekonomi klien.hal ini dikarenakan biaya perawatan
dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien lemah dengan tingkat kesadaran biasanya
comos mentis. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan seperti :
20
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
21
Pengkajian Diagnostik
Laboratorium
Pada pemeriksaan darah menunjukkan adanya leukositosis disertai
peningkatan laju endap darah, urinalisis terdapat piuria, bakteriuria, dan
hematuria. Pada pielonefritis akut yang mengenai kedua sisi ginjal akan
mengakibatkan terjadinya penurunan faal ginjal. Hasil kultur urine
terdapat bakteriuria dan tes sensitivitas dilakukan untuk menentukan
organisme penyebab sehingga dapat ditemukan agens antimikrobial yang
tepat.
Radiografi
Pemeriksaan foto polos abdomen menunjukkan adanya kekaburan
dari bayangan otot polos dan mungkin terdapat bayangan radio-opak dan
batu saluran kemih. Pada PIV terdapat bayangan ginjal membesar dan
terdapat keterlambatan pada fase nefrogram. Perlu dibuat diagnosis
banding dengan inflamasi pada organ di sekitar ginjal antara lain :
pankreatitis, apendisitis, kolesistitis, divertikulitis, pneumonitis, dan
inflamasi pada organ pelvis.
Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ultrasound dapat dilakukan untuk mengetahui lokasi
obstruksi di traktus urinarius; menghilangkan obstuksi adalah penting
untuk menyalamatkan ginjal dari kehancuran.
Pengkajian penatalaksaan medis
Tujuan terapi adalah mencegah terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut,
meliputi hal-hal berikut ini.
1. Pemberian antimikroba yang sesuai dengan hasil uji sensivitas yang
bersifat bakterisidal dan berspektum luas seperti golongan
aminoglikosida yang dikomendasikan dengan aminopenisilin (ampisilin
atau amoksisilin), aminopenisilin dikombinasi dengan asam klavulanat
atau sulbaktum, karboksipenisilin, sefalosporin, atau fluoroquinolone.
22
Diagnosis keperawatan
1. Perubahan pemenuhan eliminasi urine b.d respons inflamasi saluran
kemih, iritasi saluran kemih.
2. Nyeri b.d respons inflamasi akibat infeksi pada pielum dan parenkim
ginjal.
3. Hipertermi b.d respons sistemik sekunder dari infeksi pada pielum dan
parenkim ginjal.
4. Risiko kekambuhan infeksi saluran kemih b.d tidak terpajannya
pemenuhan informasi, misiterpretasi, kesalahan sumber informasi, rencana
perawatan rumah.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dari kebutuhan tubuh
b.d intake nutrisi yang tidak adekuat, efek sekunder dari anoreksia, mual,
muntah.
6. Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan perubahan
kesehatan.
3.3
Intervensi keperawatan
Perubahan eliminasi urine b.d respon inflamasi saluran kemih, iritasi saluran kemih
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam gangguan eliminasi dapat teratasi secara optimal sesuai
kondisi klien.
Kreteria evaluasi:
-
Tidak ada keluhan iritasi dalam melakukan miksi, seperti disuria dan urgensi.
Mampu melakukan miksi setiap 3- 4 jam.
Produksi urine 50cc/jam, urine tidak keruh atau urine yang keluar berwarna kuning
jernih.
23
intervensi
Rasional
Kaji ola berkemih dan catat produksi urine tiap 6 Mengeahui fungsi ginjal.
jam.
Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung Menilai perubahan kandung kemih
kemih.
akibat dari infeksi saluran kemih.
Istirahatkan pasien.
Mempercepat
dan
meningkatkan
pembilasan pada saluran kemih.
Anjurkan klien
2.000cc/hari.
untuk
minum
Kolaborasi:
Nyeri b.d reaksi inflamasi respons inflamasi akibat infeksi pada pielum dan parenkim
ginjal
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang/ hilang atau teradaptasi.
Kreteria evaluasi:
-
Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0-1
(0-4).
Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Klien tidak gelisah.
Intervensi
Rasional
Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda Pendakatan dengan menggunakan
nyeri nonfarmakologi dan noninvasif.
relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
24
Nyeri b.d reaksi inflamasi respons inflamasi akibat infeksi pada pielum dan parenkim
ginjal
Intervensi
Rasional
Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa Istirahat akan merelaksasi semua
nyeri dan berikan posisi yang nyaman, misalkan jaringan sehingga akan meningkatkan
pada saat tidur, bagian belakangnya dipasangan kenyamanan.
bantal kecil.
25
dengan
dokter
untuk
Hipertermi b.d respons sistemik sekunder dari infeksi pada pielum dan parenkim
ginjal
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam perawatan suhu tubuh menurun.
Kriteria evaluasi:
-
Rasional
Pertahankan tirah baring total selama fase Mengurangi peningkatan proses metabolisme
akut.
umum yang memberikan dampak terhadap
peningkatan suhu tubuh secara sistemik.
26
Intervensi
mnurunkan
kekambuhan :
risiko
Pengguanaan
kondom
kateter
27
Tekankan
pentingnya
mempertahankan asupan nutrisi
yang mengandung protein dan
kalori yng tinggi, serta asupan
cairan yang cukup setiap hari.
Beri informasi tentang menajemen Manajemen nyeri dilakukan untuk
nyeri keperawatan.
peningkatan kontrol nyeri pada klien.
Berikan informasi pada klien yang
akan menjalani perawatan rumah,
meliputi:
Anjurkan pasien untuk istirahat.
Istirahat
sangat
penting
untuk
pemulihan. Kegiatan harus minimal,
pasien tidak boleh kembali bekerja
selama 2 minggu untuk memberikan
waktu untuk infeksi yang akan
dihilangkan dan bagi pasien untuk
memulihkan kekuatan fisik.
Alat
kontrasepsi
dalam
rahim
merupakan salah satu predisposisi
kekambuhan.
Anjurkan
untuk
semampunya
melakukan manajemen nyeri nonfarmakologik pada saat nyeri
muncul.
Intervensi
untuk
meningkatkan
keinginan klien dalam pelaksanaan
prosedur
pengembalian
fungsi
pancabedah esofagektomi.
Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah mendapatkan intervensi, meliputi hal-hal sebagai
berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
29
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pielonefritis akut adalah infeksi atau peradangan pada pielum
dengan manifestasi pembentukan jaringan perut pada ginjal dan dapat
menyebabkan kerusakan pada ginjal, gagal ginjal, pembentukan abses
(misalnya nefrik, perinefrik), sepsis, syok, atau kegagalan multisistem.
Pada umumnya kuman yang menyebabkan infeksi ini berasal dari saluran
kemih bagian bawah yang naik ke ginjal melalui ureter. Kuman itu adalah
Escherechia coli, Proteus, Klebsiella spp, dan kokus gram positif, yaitu
Streptococcus faecalis dan entrerokokus. Kuman Staphylococcus aureus
dapat menyebabkan pielonefritis melaui penularan secara hematogen.
Inflamasi pelvis ginjal disebut Pielonefritis, penyebab radang
pelvis ginjal yang paling sering adalah kuman yang berasal dari kandung
kemih yang menjalar naik ke pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan
ada yang kronis (Tambayong. 2000).
3.2
Saran
Dalam memahami Asuhan Keperawatan harus diperhatikan dan
dipahami secara detail dalam melakukan pengkajiannya, untuk itu dengan
30
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif & Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Grace, Pierce A & Neil Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga.
Purnomo, Basuki B. 2014. Dasar-dasar Urologi Edisi Kedua. Jakarta: Sagung
Seto.
Purnomo, Basuki B. 2014. Dasar-dasar Urologi Edisi Ketiga. Jakarta: Sagung
Seto.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43118/4/Chapter%20II.pdf (diunduh
tanggal 23 oktober 2015).
https://nurse87.wordpress.com/2009/11/22/asuhan-keperawatan-pyelonefritis/
(diunduh tanggal 23 oktober 2015).
https://pastakyu.wordpress.com/2010/01/21/asuhan-keperawatan-pylonephritis/
(diunduh tanggal 23 oktober 2015).
https://www.academia.edu/5652520/Askep_pyelonefritis (diunduh tanggal 23
oktober 2015).
31
https://www.academia.edu/6828789/KONSEP_PENYAKIT_PIELONEFRITIS_A
(diunduh tanggal 24 oktober 2015).
http://www.scribd.com/doc/97995639/Askep-Pielonefritis#scribd(diunduh tanggal
24 oktober 2015).
32