Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

PIELONEFRITIS

Disusun oleh
Deah Karina Saputri
Inna Ulfi Hanraini
Lisa Rahmatul Husna
Neti Sartika

Tingkat 1 A
Dosen Pengampu

: Ns, Sumitro Adi Putra, S.Kep., M.Kes.

DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2015/2016

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, dimana atas segala
rahmat dan izin-nya, kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Pielonefritis. Asuhan Keperawatan ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini
terutama kepada bapak Ns, Sumitro Adi Putra, S.Kep., M.Kes. selaku dosen
pembimbing penyusunan asuhan keperawatan ini.
Semoga asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
memerlukan khususnya kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam asuhan
keperawatan ini. Untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran yang
membangun guna keberhasilan penulisan yang akan datang.

Palembang, 29 Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI
ii

Kata Pengantar............. ii
Daftar Isi.. iii
Bab I Pendahuluan... 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah... 2
1.3 Tujuan. 2
Bab II Tinjaun Pustaka.. 3
Bab III Asuhan Keperawatan........................................................................ 19
Bab IV Penutup..30
4.1 Kesimpulan. 30
4.2 Saran... 30
Daftar Pustaka... 31

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Infeksi Traktus Urinarius (UTI) sering terjadi dan menyerang
manusia tanpa memandang usia, terutama perempuan. UTI bertanggung
jawab atas sekitar tujuh juta kunjungan pasien kepada dokter setiap
tahunnya di Amerika Serikat (Stamm,1998). Secara mikro biologi UTI
dinyatakan

ada

jika

terdapat

bakteriuria

bermakna

(ditemukan

mikroorganisme patogen 105 ml pada urin pancaran tengah yang


dikumpulkan pada cara yang benar).
Abnormalitas dapat hanya berkolonisasi bakteri dari urine
(bakteriuria

asimtomatik)

atau

bakteriuria

dapat

disertai

infeksi

simtomatikndari struktur-struktur traktus urinarius/ UTI umumnya dibagi


dalam dua sub kategori besar: UTI bagian bawah (uretritis,sistitis,
prostatitis) dan UTI bagian atas (pielonefritis akut). Sistitis akut (infeksi
vesika urinaria) dan pielonefritis akut ( infeksi pelvis dan interstisium
ginjal) adalah infeksi yang paling berperan dalam menimbulkan morbilitas
tetapi jarang berakhir sebagai gagal ginjal progresif.
Pielonefritis merupakan infeksi piala pada ginjal, tubulus dan
jaringan interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai
kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal
menerima 20% sampai 25% curah jantung, bakteri jarang yang mencapai
ginjal melalui aliran darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang
dari 3%.
Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks ureterivesikal,
dimana katup uretevesikal yang tidak kompeten menyebabkan urine
mengalir balik (refluks) ke dalam ureter. Obstruksi traktus urinarius ( yang
meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi), tumor kandung kemih,
striktur, hiperplasia prostatik benigna, dan batu urinarius merupakan
penyebab yang lain. Pielonefritis dapat akut dan kronis.
1

1.2

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada asuhan keperawatan ini :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

1.2

Bagaimana Definisi dari Pielonefritis?


Bagaimana Efidemologi Pielonefritis?
Bagaimana Gambaran Klinisnya?
Bagaimana Etiologi dari Pielonefritis?
Bagaimana Manifestasi Klinis?
Bagaimana Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik?
Bagaimana Penataksanaan?
Bagaimana Komplikasi dari Pielonefritis?
Tujuan Penulisan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Untuk mengetahui Definisi dari Pielonefritis.


Untuk mengetahui Efidemologi Pielonefritis.
Untuk mengetahui Gambaran Klinis Pielonefritis.
Untuk mengetahui Etiologi dari Pielonefritis.
Untuk mengetahui Manifestasi Klinis pielonefritis.
Untuk mengetahui Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik.
Untuk mengetahui Penataksanaan.
Untuk mengetahui Komplikasi dariPielonefritis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Pielonefritis
2

Pielonefritis akut adalah infeksi atau peradangan pada pielum


dengan manifestasi pembentukan jaringan perut pada ginjal dan dapat
menyebabkan kerusakan pada ginjal, gagal ginjal, pembentukan abses
(misalnya nefrik, perinefrik), sepsis, syok, atau kegagalan multisistem.
Pada umumnya kuman yang menyebabkan infeksi ini berasal dari saluran
kemih bagian bawah yang naik ke ginjal melalui ureter. Kuman itu adalah
Escherechia coli, Proteus, Klebsiella spp, dan kokus gram positif, yaitu
Streptococcus faecalis dan entrerokokus. Kuman Staphylococcus aureus
dapat menyebabkan pielonefritis melaui penularan secara hematogen.
Meskipun ginjal menerima 20% -25% curah jantung, bakteri jarang
mencapai ginjal melalui darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang
dari 3% (Brunner & Suddarth, 2002: 1436).
Inflamasi pelvis ginjal disebut Pielonefritis, penyebab radang
pelvis ginjal yang paling sering adalah kuman yang berasal dari kandung
kemih yang menjalar naik ke pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan
ada yang kronis (Tambayong. 2000).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat
timbul secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E.
Underwood, 2002: 668).
Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks uretero vesikal,
dimana katup uretrovresikal yang tidak kompeten menyebabkan urin
mengalir baik(refluks) ke dalam ureter. Obstruksi traktus urinarius yang
meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi), tumor kandung kemih,
striktur, hyperplasia prostatik benigna, dan batu urinarius merupakan
penyebab yang lain.
Secara umum terdapat dua jenis Pielonefritis yakni:
1. Pielonefritis Akut
Pielonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi
berulang karena terapi yang tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari
infeksi yang berulang terjadi dua minggu setelah terapi selasai. Infeksi
bakteri dari saluran kemih bagian bawah kearah ginjal akan mempengaruhi
fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius bagian atas dikaitkan dengan
selimut antibody bakteri dalam urine. Ginjal biasaya membesar disertai
3

infiltrasi interstisiil sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul


ginjal dan pada taut kortikomedularis dan pada akhirnya akan
menyebabkan atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus.
2. Pyelonefritis Kronis
Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen
akibat inflamasi yang berulang kali dan timbulnya parut dan dapat
menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal
pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi.
Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang
berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang
gawat.
2.2

Epidemologi
Berdasarkan hasil penelitian pielonefritis lebih sering terjadi pada
anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Karena bentuk
uretranya yang lebih pendek dan letaknya berdekatan dengan anus. Studi
epidemiologi menunjukkan adanya bakteriuria yang bermakna pada 1%
sampai 4% gadis pelajar. 5%-10% pada perempuan usia subur, dan sekitar
10% perempuan yang usianya telah melebihi 60 tahun. Pada hampir 90%
kasus, pasien adalah perempuan. Perbandingannya penyakit ini pada
perempuan dan laki-laki adalah 2 : 1.

2.3

Gambaran Klinis
Gambaran klasik dari pielonefritis akut adalah demam tinggi
dengan disertai menggigil, nyeri di daerah perut dan pinggang, disertai
mual dan muntah. Kadang terdapat gejala iritasi pada buli-buli, yaitu
berupa disuri, frekuensi atau urgensi.
Pada pemeriksaan fisis terdapat nyeri pada pinggang dan perut,
suara usus melemah seperti ileus paralitik. Pada pemeriksaan darah
menunjukkan adanya leukositosis disertai peningkatan laju endap darah,
urinalisis terdapat piuria, bakteriuria, dan hematuria. Pada pielonefritis
4

akut yang mengenai kedua sisi ginjal terjadi penurunan faal ginjal; dan
pada kultur urine terdapat bakteriuria.
Pemeriksaan foto polos perut menunjukkan adanya kekaburan dari
bayangan otot psoas dan mungkin terdapat bayangan radio-opak dari batu
saluran kemih. Pada IVU terdapat bayangan ginjal membesar dan terdapat
keterlambatan pada fase nefrogram. Perlu dibuat diagnosis banding dengan
inflamasi pada organ di sekitar ginjal antara lain : pankreatitis,
appendisitis, kolesistitis, divertikulitis, pneumonitis dan inflamasi pada
organ pelvis.
2.4

Etiologi
Penyebab dari pielonefritis, meliputi hal-hal berikut.
1. Uropatogen.
Agen bakteri, meliputi Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, dan
Staphylococcus aureus.
2. Infeksi saluran kemih.
Terutama pada kondisi stasis kemih akibat batu saluran kemih, refluks
vesikoureter dan penurunan immunitas pada proses penuaan,kehamilan
serta peningkatan kadar glukosa dalam urine pada pasien diabetes melitus
dimana akan menyebabkan pertumbuhan bakteri lebih besar.

2.5

Patofisiologi
Invasi bakteri pada parenkim ginjal memberikan manifestasi
peradangan dalam bentuk pielonefritis. Infeksi dipengaruhi oleh faktor
invasi bakteri dan faktor imunologis host. Faktor bakteri seperti
Escherichia coli yang bersifat uropatogenik menempel pada sel epitel, dan
mampu bertahan dari pembersihan aliran urine. Invasi bakteri ini melekat
pada epitel dan memacu respons peradangan pada tubulointerstisial. Faktor
host melakukan proses fagositosis dalam urine secara maksimal pada pH
5

6,5-7,5 dan osmolalitas dari 485 mOsm. Apabila nilai-nilai ini


menyimpang akan mengakibatkan penurunan proses fagositosis secara
signifikan.
Bila

pertahanan

host

terganggu

sehingga

meningkatkan

kemungkinan infeksi. Beberapa faktor yang berperan untuk meningkatkan


kondisi infeksi, meliputi :
1. Obstruksi saluran kemih
2. Refluks vesicoureteral
3. pengosongan kandung kemih tidak lengkap
4. Penggunaan obat spermisida
5. Diabetes melitus
6. Atrofi mukosa vagina
7. Prostatitis
8. Imunodefisiensi (bawaan atau diperoleh)
9. Agen organisme yang mampu menguraikan urea sehingga terjadi
perubahan pH secara signifikan (misalnya : Proteus, E.coli, Klebsiella,
Pseudomonas, Staphylococcus), dan
10. Kehamilan.
Obstruksi

merupakan

faktor

yang

paling

penting

untuk

memudahkan penempelan bakteri di urutelium. Kondisi ini meniadakan


efek pembilasan aliran urine; memungkinkan terjadinya stasis urine,
menyediakan media bakteri untuk berkolonisasi, perubahan aliran darah
intrarenal, dan memengaruhi pengiriman neutrofil.
Pengosongan kandung kemih mungkin tidak lengkap, biasanya
terkait dengan penggunaan obat (misalnya: antikolinergik). Spermisida
nonoxynol-9 menghambat pertumbuhan laktobasilus, yang menghasilkan
peroksida hidrogen. Hubungan seksual yang sering menyebabkan trauma
6

mekanik lokal ke uretra pada kedua pasangan. Diabetes melitus


menghasilkan neuropati kandung kemih otonom, glukosuria, disfungsi
leukosit, microangiopathy, dan nephrosclerosis. Atrofi mukosa vagina pada
wanita postmenopause merupakan predisposisi untuk kolonisasi patogen
saluran urine dan UTI karena pH lebih tinggi (5,5 vs 3,8) dan tidak adanya
laktobasilus. Bakteri

prostatitis

(akut atau kronik) menghasilkan

bakteriuria.
Komplikasi dari obsruksi dengan infeksi termasuk hidronefrosis,
pionefrosis, urosepsis, dan pielonefritis xanthogranulomatous. Proteus
merupakan spesies yang mampu menguraikan urea, namun, E.coli,
Klebsiella, Pseudomonas, dan Staphylococcus dapat menghasilkan urease
sehingga mereka juga terlibat dalam pembentukan kalkulus staghorn.
Kehamilan (hormonal dan perubahan mekanis) merupakan
predisposisi seorang wanita mengalami infeksi saluran kemih. Hidroureter
kehamilan merupakan efek sekunder untuk kedua faktor hormonal dan
mekanik, diwujudkan sebagai dilatasi dari pelvis ginjal dan ureter sehingga
memberikan kesempatan pada bakteri untuk menempel di urotelium.
Uterus yang membesar menggantikan kandung kemih sehingga ikut
mengakibatkan adanya stasis urine.
Respons perubahan patologis pada saluran kemih bagian atas akan
memberikan berbagai masalah keperawatan pada pasien yang mengalami
pielonefritis akut (Gambar 4.1).

(Gambar 4.1)

2.6

Tanda dan Gejala

Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba.


Kemudian dapat disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual,
dan muntah. Pada beberapa kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian
bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi berkemih yang
meningkat.
Dapat terjadi kolik renalis, di mana penderita merasakan nyeri
hebat yang desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena
adanya iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya batu ginjal. Bisa terjadi
pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot
perut berkontraksi kuat.
Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan
lebih sulit untuk dikenali.
a.

Pyelonefritis akut ditandai dengan :


Pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal
Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil,
nausea,

Nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan
fisik.

Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness.

Klien biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa


hari.

Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria


dengan bau yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel
darah putih.

b.

Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronis Terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang,

sehingga kedua ginjal perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala:

Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya


tidak mempunyai gejala yang spesifik.

Adanya keletihan.

Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.

Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis,


proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun.

Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien


mengalami gagal ginjal.

Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.

Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka

pada jaringan.

2.7

Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.

Manifestasi Klinis
Pielonefritis akut :

demam
menggigil
nyeri panggul
nyeri tekan pada sudut kostovetebral (CVA)
lekositosis
adanya bakteri dan sel darah putih pada urin
disuria
biasanya terjadi pembesaran ginjal disertai infiltrasi interstisial selsel inflamasi.

Pielonefritis kronis

tanpa gejala infeksi, kecuali terjadi eksaserbasi.


keletihan
sakit kepala
nafsu makan rendah
poliuria
10

haus yang berlebihan


kehilangan berat badan
infeksi yg menetap menyebabkan jaringan parut di ginjal, disertai
gagal ginjal pada akhirnya,

2.8

Pemeriksaan fisik dan diagnostik


Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik pasien meliputi pemeriksaan
tentang keadaan umum pasien dan pemeriksaan urologi. Seringkali
kelainan-kelainan di bidang urologi memberikan manifestasi penyakit
umum (sistemik), atau tidak jarang pasien-pasien urologi kebetulan
menderita penyakit lain. Semua keadaan di atas mengharuskan kita
sebagai perawat untuk memeriksa keadaan umum pasien secara
menyeluruh. Pada pemeriksaan urologi harus diperhatikan setiap organ
mulai dari pemeriksaan ginjal, buli-buli, genetalia eksternal, dan
pemeriksaan neurologi.
Pemeriksaan ginjal
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya pembesaran
atau pembengkakan pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas
dan mengkaji ada atau tidaknya nyeri tekan. ginjal teraba membesar .
nye
Pemeriksaan Buli-Buli
Pada pemeriksaan buli-buli diperhatikan adanya benjolan/massa
atau jaringan parut bekas irisan/operasi di suprasimfisis.
Pemeriksaan Genetalia Eksterna
Pada inspeksi genetalia eksterna diperhatikan kemungkinan adanya
kelainan pada penis/urethra antara lain : mikropenis, makropenis,
hipospadia, kordae, epispadia, stenosis pada meatus urethra eksterna,
dll.
Pemeriksaan Neurologi
11

Ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya kelainan neurologik


yang mengakibatkan kelainan pada sistem urogenetalia, seperti pada
lesi motor neuron atau lesi saraf perifer yang merupakan penyebab dari
buli-buli neurogen.
a) Inspeksi
a. Dapat dilihat ada atau tidaknya pembesaran pada daerah pinggang
atau abdomen sebelah atas
b. Ekspresi atau mimik wajah meringis
c. Pasien tampak menggigil
d. Pasien tampak memegang area pinggang atau abdomen
e. Pasien tampak tidak bisa menahan BAK
b) Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan secara bimanual yaitu dengan memakai dua
tangan. tangan kiri diletakkan di sudut kosto-vertebra untuk
mengangkat ginjal ke atas sedangkan tangan kanan meraba ginjal
dari depan.
a. Terdapat nyeri pada pinggang dan perut
b. Adanya pembengkakan ginjal (ginjal membesar)
c. Dahi dan kulit tubuh teraba panas
c) Perkusi
Dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut kosto-vertebra
(yaitu sudut yang dibentuk oleh kosta terakhir dengan tulang
vertebra).
a. Terdengar suara tenderness
d) Auskultasi
a. Suara usus melemah seperti ileus paralitik
Permeriksaan Diagnostic dan Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
1. Urinalisis
Merupakan pemeriksaan yang paling sering dikerjakan pada kasuskasus urologi. Pemeriksaan ini meliputi uji :
- Makroskopik dengan menilai warna, bau, dan berat jenis urine
- Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman/PH, protein, dan
gula dalam urine
- Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast (silinder),
atau bentukan lain di dalam urine.
Pada pasien yang menderita pielonefritis saat pemeriksaan urinalisis
ditemukan adanya piuria, bakteriuria (terdapat bakteri di dalam
12

urine), dan hematuria (terkandung sel-sel darah merah di dalam


urine).

2. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin,
leukosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung
trombosit.
Pada pasien dengan pielonefritis, hasil pemeriksaan darah rutinnya
menunjukkan adanya leukositosis (menurunnya jumlah atau kadar
leukosit di dalam darah) disertai peningkatan laju endap darah.
3. Test Faal Ginjal
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan
kadar kreatinin, kadar ureum, atau BUN (blood urea nitrogen), dan
klirens kreatinin. Pemeriksaan BUN, ureum atau kreatinin di dalam
serum merupakan uji faal ginjal yang paling sering dipakai di klinik.
Sayangnya kedua uji ini baru menunjukkan kelainan pada saat ginjal
sudah kehilangan 2/3 dari fungsinya.
Maka daripada itu, pasien pielonefritis baru akan menunjukkan
adanya penurunan faal ginjal bila sudah mengenai kedua sisi ginjal.
4. Kultur Urine
Pemeriksaan ini dilakukan bila ada dugaan infeksi saluran kemih.
Pada pria, urine yang diambil adalah sample urine porsi tengah (mid
stream urine), pada wanita sebaiknya diambil melalui kateterisasi,
sedangkan pada bayi dapat diambil urine dari aspirasi suprapubik
atau melalui alat penampung urine.
Jika didapatkan kuman di dalam urine, dibiakkan di dalam medium
tertentu untuk mencari jenis kuman dan sekaligus sensitifitas kuman
terhadap antibiotika yang diujikan. Pada pasien dengan pielonefritis,
hasil pemeriksaan kultur urinenya terdapat bakteriuria.
b) Pemeriksaan Radiologi (Pencitraan)
1. Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah foto
skrinning untuk pemeriksaan kelainan-kelainan urologi. Pasien
dengan pielonefritis, pada hasil pemeriksaan foto polos abdomen
13

menunjukkan adanya kekaburan dari bayangan otot psoas dan


mungkin terdapat bayangan radio-opak dari batu saluran kemih.
2. Pielografi Intra Vena (PIV)
Pielografi Intra Vena (PIV) atau Intravenous Pyelography (IVP) atau
dikenal dengan Intra Venous Urography atau urografi adalah foto
yang dapat menggambarkan keadaan sistem urinaria melalui bahan
kontras radio-opak. Pencitraan ini dapat menunjukkan adanya
kelainan anatomi dan kelainan fungsi ginjal.
Hasil pemeriksaan PIV pada pasien pielonefritis terdapat bayangan
ginjal membesar dan terdapat keterlambatan pada fase nefrogram.
Adapun pemeriksaan radiologi lainnya yang juga berkaitan dengan
urologi, antara lain :
- Sistografi
Adalah pencitraan buli-buli dengan memakai kontras. Dari
sistogram dapat dikenali adanya tumor atau bekuan darah di
dalam buli-buli. Pemeriksaan ini juga dapat untuk menilai adanya
inkontinensia stress pada wanita dan untuk menilai adanya refluks
vesiko-ureter.
- Uretrografi
Adalah pencitraan urethra dengan memakai bahan kontras.
pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui dan menilai panjang
striktura urethra, trauma urethra, dan tumor urethra atau batu nonopak pada urethra.
- Pielografi Retrograd (RPG)
Adalah pencitraan sistem urinaria bagian atas (dari ginjal hingga
ureter) dengan cara memasukkan kontras radio-opak langsung
melalui kateter ureter yang dimasukkan transurethra.
- Pielografi Antegrad
Adalah pencitraan sistem urinaria bagian atas dengan dengan cara
memasukkan kontras melalui sistem saluran (kaliks) ginjal.
2.9

Penataksanaan

Pielonefritis Akut
Pasien pielonefritis akut beresiko terhadap bakteremia dan
memerlukan terapi antimikrobial yang intensif. Terapi parentral di
berikan selama 24-48 jam sampai pasien afebril. Pada waktu tersebut,
14

agens oral dapat diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis
akan efektif apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mencegah
berkembangbiaknya bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis
akut biasanya lebih lama daripada sistitis.
Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan adalah infeksi
kronik atau kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun
tanpa gejala. Setelah program antimikrobial awal, pasien dipertahankan
untuk terus dibawah penanganan antimikrobial sampai bukti adanya
infeksi tidak terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan
dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil. Kadarnya pada terapi jangka
panjang.

Pielonefritis Kronik
Agens antimikrobial pilihan didasarkan pada identifikasi patogen
melalui kultur urin, nitrofurantion atau kombinasi sulfametoxazole dan
trimethoprim dan digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri.
Fungsi renal yang ketat, terutama jika medikasi potensial toksik.
Pengobatan pielonefritis :

a. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram


negatif. Terapi kausal dimulai dengan kotrimoksazol 2 tablet 2x sehari
atau ampisilin 500 mg 4x sehari selama 5 hari. Setelah diberikan terapi
antibiotik 4 6 minggu, dilakukan pemeriksaan urin ulang untuk
memastikan bahwa infeksi telah berhasil diatasi.
b. Pada penyumbatan,kelainan struktural atau batu,mungkin perlu
dilakukan pembedahan dengan merujuk ke rumah sakit.
c. Apabila pielonefritis kronisnya di sebabkan oleh obstruksi atau refluks,
maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalahmasalah tersebut.
d. Di anjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk
membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita
harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari
kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.

15

Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun


2007:

Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial


seperti trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin
dengan atau tanpa ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro)
selama 14 hari.

Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa
nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat
farmakologi

tambahan

antispasmodic

dan

anticholinergic

seperti

oxybutinin (Ditropan) dan propantheline (Pro-Banthine)

Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan


ginjal secara progresif.

Penatalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith


tahun 2007:

Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.

Monitor Vital Sign.

Melakukan pemeriksaan fisik.

Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien.

Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis.

Memantau input dan output cairan.

Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes).

2.10

Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut
(Patologi Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669):
Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan
darah pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis
16

papila ginjal, terutama pada penderita diabetes melitus atau pada

tempat terjadinya obstruksi.


Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter
yang dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam
pelvis dan sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal

mengalami peregangan akibat adanya pus.


Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan
meluas ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium

akhir (mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik


dan jaringan parut), hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat
infeksi kronik disertai organisme pengurai urea, yang mangakibatkan
terbentuknya batu) (Brunner&Suddarth, 2002: 1437).

2.11

Pencegahan
Untuk membantu perawatan infeksi ginjal, berikut beberapa hal
yang harus dilakukan:
a.

minumlah banyak air (sekitar 2,5 liter ) untuk membantu

pengosongan kandung kemih serta kontaminasi urin.


b.

Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjal

c.

banyak istirahat di tempat tidur

d.

terapi antibiotika
Untuk mencegah terkena infeksi ginjal adalah dengan memastikan

tidak pernah mengalami infeksi saluran kemih, antara lain dengan


memperhatikan cara membersihkan setelah buang air besar, terutama pada
wanita. Senantiasa membersihkan dari depan ke belakang, jangan dari
17

belakang ke depan. Hal tersebut untuk mencegah kontaminasi bakteri dari


feses sewaktu buang air besar agar tidak masuk melalui vagina dan
menyerang uretra. Pada waktu pemasangan kateter harus diperhatikan
kebersihan dan kesterilan alat agar tidak terjadi infeksi.
Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk
pengobatan infeksi ginjal mempunyai khasiat sebagai antiradang,
antiinfeksi, menurunkan panas, dan diuretik (peluruh kemih). Tumbuhan
obat yang dapat digunakan, antara lain :

Kumis kucing (Ortthosiphon aristatus)

Meniran (Phyllanthus urinaria)

Sambiloto (Andrographis paniculata)

Pegagan (Centella asiatica)

Daun Sendok (Plantago major)

Akar alang-alang (Imperata cyllindrica)

Rambut Jagung (Zea mays)

Krokot (Portulaca oleracea)

Jombang (Taraxacum mongolicum)

Rumput mutiara(Hedyotys corymbosa)

18

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1

Pengkajian
Pengkajian anamsesis
Keluhan utama yang sering di dapatkan meliputi keluhan nyeri dan
keluhan iritasi miksi.

Riwayat kesehatan sekarang


Riwayat peningkatan suhu tubuh disertai menggigil biasanya
dikeluhkan beberapa hari sebelum klien meminta pertolongan keluhan
nyeri adalah sebagai berikut.
Provokong accident : penyebab nyeri pada kostovetebra akibat respons
peradangan pada pielum dan parenkim ginjal.
19

Quality / quantity

: kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk.

Region / relatif
: area nyeri pada panggul , nyeri tekan pada sudut
kostoverebral, nyeri di daerah perut dan pinggang.
Scale of pain
berat atau 2-3 (0-4).

: skala nyeri bervariasi pada rentang sedang sampai

Time
timbulnya demam.

: omset nyeri dimulai bersamaan dengan keluhan

Kaji keluhan miksi tentang adanya nyerisaat berkemih , kemih


darah, kemih nanah, dan rasa sangat ingin BAK sehingga akan terasa sakit.
Keadaan ini adalah akibat hiperiritabilitas dan hiperaktivitas saluran kemih
karena inflamasi. Keluhan lainnya secara umum adalah malaise, anoreksia,
mual, dan muntah , serta demam dan menggigil.

Riwayat kesehatan dahulu


Kaji apakah ada riwayat penyakit seperti adanya keluhan obstuksi
pada saluran kemih (yang meningkat kan kerentanan ginjal terhadap
infeksi), tumor kandung kemih, striktur, hiperplasia prostatik banigna, dan
diabetes melitus. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obatobatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat dan
dokumentasikan.

Psikososiokultural
Pengakajian pengetahuan pasien tentang faktor untuk menurunkan
risiko kekambuhan, sumber informasi yang ada, dan rencana perawatan
rumah.
Pengkajian mekanisme koping ya g digunakan klien untuk menilai
merespons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga da masyarakat, serta respons atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun masyarakat.
Adanya keluhan berupa nyeri, prognosispenyakit memberikan manifestasi
yang berbeda pada setiap klien yang mengalamipielonefritis. Oleh karena
itu klien harus menjalani rawat inap, maka apakah keadaan ini memberi
dampak pada status ekonomi klien.hal ini dikarenakan biaya perawatan
dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit.

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien lemah dengan tingkat kesadaran biasanya
comos mentis. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan seperti :
20

suhu tubuh meningkat dapat melebihi 39,4 C, frekuensi denyut nadi


mengalami peningkatan , serta frekuensi meningkat sesuai dengan
peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi. Tekanan darah tidak terjadi
perubahan secara signifikan kecuali adanya penyulit seperti sklerotik arteri
renal yang sering didapatkan adanya peningkatan tekanan darah secara
bermakna, atau pada penurunan fungsi sistemik akan terjadi penurun
sistolik di bawah 90 mmHg yang memerikan indikasi terjadinya syok
sepsis.
B1 (beathing). Bila tidak melibatkan infeksi sistemik, pola napas dan jalan
napas dalm kondisi efektif walau secara frekuensi mengalami peningkatan.
B2 (Blood). Bila tidak melibatkan infeksi sistemik, status kardiovaskular
tidak mangalami perubahan walau secara frekuensi denyut jantung
mengalami peningkatan. Perfusi perifer dalam batas normal, akral hangat,
CRT <3 detik.
B3 (Brain). Pada wajah, biasanya tidak didapatkan adanya perubahan,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, mukosa mulut tidak
mengalami peradangan. Status neurologis tidak mengalami perubahan,
tingkat kesedaran dalam batas normal di mana orientasi (tempat, waktu,
orang) baik.
B4 (Bladder)
Inspeksi

Tidak ada pembesaran pada suprapubis, tidak ada kelainan


pada genitalia eksterna. Didapatkan adanya hematuria,
piuria, dan urgensi. Pada pielonefritis yang mengenai kedua
ginjal sering didapatkan penurunan urine output karena
terjadi penurunan dari fungsi ginjal.

Palpasi

Sering didapatkan distensi kandung kemih. Pada palpasi,


area kostovertebra sering didapatkan adanya perasaan tidak
nyaman dan mungkin didapatkan adanya massa dari
pembesaran ginjal akibat infiltrasi interstisial sel - sel
inflamasi pada palpasi ginjal.

Perkusi

Perkusi pada sudut kostovertebra memberikan stimulus


nyeri lokal disertai suatu penjalaran nyeri ke pinggang dan
perut.

Auskultasi

Tidak didapatkan adanya bruit ginjal.

21

B5 (Bowel). Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia


sehingga sering didapatkan penurunan berat badan terutama pada
pielonefritis kronik. Penurunan peristaltik usus sering didapatkan.
B6 (Bone). Didapatkan malaise dan adanya kelemahan fisik secara umum.

Pengkajian Diagnostik
Laboratorium
Pada pemeriksaan darah menunjukkan adanya leukositosis disertai
peningkatan laju endap darah, urinalisis terdapat piuria, bakteriuria, dan
hematuria. Pada pielonefritis akut yang mengenai kedua sisi ginjal akan
mengakibatkan terjadinya penurunan faal ginjal. Hasil kultur urine
terdapat bakteriuria dan tes sensitivitas dilakukan untuk menentukan
organisme penyebab sehingga dapat ditemukan agens antimikrobial yang
tepat.
Radiografi
Pemeriksaan foto polos abdomen menunjukkan adanya kekaburan
dari bayangan otot polos dan mungkin terdapat bayangan radio-opak dan
batu saluran kemih. Pada PIV terdapat bayangan ginjal membesar dan
terdapat keterlambatan pada fase nefrogram. Perlu dibuat diagnosis
banding dengan inflamasi pada organ di sekitar ginjal antara lain :
pankreatitis, apendisitis, kolesistitis, divertikulitis, pneumonitis, dan
inflamasi pada organ pelvis.
Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ultrasound dapat dilakukan untuk mengetahui lokasi
obstruksi di traktus urinarius; menghilangkan obstuksi adalah penting
untuk menyalamatkan ginjal dari kehancuran.
Pengkajian penatalaksaan medis
Tujuan terapi adalah mencegah terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut,
meliputi hal-hal berikut ini.
1. Pemberian antimikroba yang sesuai dengan hasil uji sensivitas yang
bersifat bakterisidal dan berspektum luas seperti golongan
aminoglikosida yang dikomendasikan dengan aminopenisilin (ampisilin
atau amoksisilin), aminopenisilin dikombinasi dengan asam klavulanat
atau sulbaktum, karboksipenisilin, sefalosporin, atau fluoroquinolone.
22

2. Simtomatik, untuk menurunkan keluhan nyeri dan demam.


3.2

Diagnosis keperawatan
1. Perubahan pemenuhan eliminasi urine b.d respons inflamasi saluran
kemih, iritasi saluran kemih.
2. Nyeri b.d respons inflamasi akibat infeksi pada pielum dan parenkim
ginjal.
3. Hipertermi b.d respons sistemik sekunder dari infeksi pada pielum dan
parenkim ginjal.
4. Risiko kekambuhan infeksi saluran kemih b.d tidak terpajannya
pemenuhan informasi, misiterpretasi, kesalahan sumber informasi, rencana
perawatan rumah.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dari kebutuhan tubuh
b.d intake nutrisi yang tidak adekuat, efek sekunder dari anoreksia, mual,
muntah.
6. Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan perubahan
kesehatan.

3.3

Intervensi keperawatan

Intervensi yang dilakukan bertujuan menurunkan keluhan klien,


menghindari penurunan dari fungsi ginjal, serta menurunkan risiko komplikasi.
Untuk intervensi pada masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan, sedangkan pada masalah keperawatan kecemasan,
intervensi dapat disesuaikan pada masalah yang sama pada pasien
glomerulonefritis akut.

Perubahan eliminasi urine b.d respon inflamasi saluran kemih, iritasi saluran kemih
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam gangguan eliminasi dapat teratasi secara optimal sesuai
kondisi klien.
Kreteria evaluasi:
-

Tidak ada keluhan iritasi dalam melakukan miksi, seperti disuria dan urgensi.
Mampu melakukan miksi setiap 3- 4 jam.
Produksi urine 50cc/jam, urine tidak keruh atau urine yang keluar berwarna kuning
jernih.
23

intervensi

Rasional

Kaji ola berkemih dan catat produksi urine tiap 6 Mengeahui fungsi ginjal.
jam.
Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung Menilai perubahan kandung kemih
kemih.
akibat dari infeksi saluran kemih.
Istirahatkan pasien.

Pada kondisi istirahat, maka ada


kesempatan
jaringan
untuk
memperbaiki diri.

Anjurkan untuk miksi setiap 3-4 jam.

Mempercepat
dan
meningkatkan
pembilasan pada saluran kemih.

Anjurkan klien
2.000cc/hari.

untuk

minum

minimalkan Mambantu mempertahankan fungsi


ginjal.

Kolaborasi:

Diagnostik kultur dan uji sensivitas.


Pemberian antimikroba.

Pemeriksaan kultur dan uji sensivitas


dapat menentukan jenis antimikroba
yang sesuai.
Antimikroba yang bersifat bakterisid
dapat membunuh kuman yang
diberikan
sesuai
dengan
uji
sensitivitas.

Nyeri b.d reaksi inflamasi respons inflamasi akibat infeksi pada pielum dan parenkim
ginjal
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang/ hilang atau teradaptasi.
Kreteria evaluasi:
-

Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0-1
(0-4).
Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Klien tidak gelisah.
Intervensi
Rasional

Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda Pendakatan dengan menggunakan
nyeri nonfarmakologi dan noninvasif.
relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
24

Lakukan manajemen nyeri keperawatan:


Atur posisi fisiologis.
Istirahatkan klien.

Posisi fisiologis akan meningkatkan


asupan O2 ke jaringan yang
mengalami iskemia sekunder dari
inflamasi.

Istirahat akan menurunkan kebutuhan


O2 jaringan perifer sehingga akan
meningkatkan suplai darah ke
Manajemen lingkungan: lingkungan tenang,
jaringan.
kurang cahaya, dan batasi pengunjung.
Lingkungan tenang akan menurunkan
stimulus
nyeri
ekternal
atau
kesensitifan terhadap cahaya dan
menganjurkan klien untuk beristirahat
dan pembatasan pengujung akan
membantu meningkatkan kondisi O2
ruangan yang berada di ruangan.
Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam.
Meningkatkan asupan O2 sehingga
Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
akan menurunkan nyeri sekunder dari
iskemia.
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi
endofin dan enkefalin yang dapat
memblok reseptor nyeri untuk tidak
dikirimkan
ke
konteks
serebri
sehingga menurunkan persepsi nyeri.

Nyeri b.d reaksi inflamasi respons inflamasi akibat infeksi pada pielum dan parenkim
ginjal
Intervensi

Rasional

Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa Istirahat akan merelaksasi semua
nyeri dan berikan posisi yang nyaman, misalkan jaringan sehingga akan meningkatkan
pada saat tidur, bagian belakangnya dipasangan kenyamanan.
bantal kecil.
25

Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab-sebab Pengetahuan yang didapat akan


nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeriakan membantu mengurangi nyerinya dan
berlangsung.
dapat membantu mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.
Observasi tingkat nyeri dan respons motorik klien
30 menit setelah pemberian obat analgetik untuk
mengkaji efektivitasnya, serta 1-2 jam setalah
tindakan perawatan selama 1-2 hari.
Kolaborasi
analgetik.

dengan

dokter

untuk

Pengkajian yang optimal akan


memberikan perawat data yang
objektif untuk mencegah kemungkinan
komplikasi dan melakukan intervensi
yang tepat.

pemberian Analgetik memblok lintasan nyeri


sehingga nyeri akan berkurang.

Hipertermi b.d respons sistemik sekunder dari infeksi pada pielum dan parenkim
ginjal
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam perawatan suhu tubuh menurun.
Kriteria evaluasi:
-

Suhu tubuh normal 36-37 C


Intervensi

Rasional

Monitor suhu tubuh pasien.

Peningkatan suhu tubuh bisa menjadi stimulus


penahanan cairan yang dapat menggangu
kontrol dari sistem saraf pusat.

Penuhi hidrasi cairan tubuh.

Pemenuhan hidrasi cairan tubuh oleh perawat


melalui via oral intravena dengan jumlah total
pemberian cairan 2.500-3.000 ml/hari yang
bertujuan selain sebagai pemeliharaan juga
untuk meningkatkan produksi urine yang juga
memberikan dampak terhadap pengeluaran
suhu tubuh melalui sistem perkemihan.

Beri kompres dingin di kepala dan aksila.

Memberikan respons dingin pada pusat


pengatur panas dan pada pembuluh darah besar.

Pertahankan tirah baring total selama fase Mengurangi peningkatan proses metabolisme
akut.
umum yang memberikan dampak terhadap
peningkatan suhu tubuh secara sistemik.
26

Kolaborasi pemberian terapi: antipiretik Antipiretik


bertujuan
untuk
membantu
dan antimikroba.
menurunkan
suhu
tubuh,
sedangkan
antimikroba dapat mengurangi inflamasi
sekunder dari toksin.

Risiko kekambuhan infeksi saluran kemih b.d tidak terpajannya


pemenuhan informasi, misinterpretasi, kesalahan sumber informasi,
rencana perawatan rumah
Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam informasi kesehatan terpenuhi.
Kriteria evaluasi:
-

Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang


diberikan.
Klien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.
Intervensi
Rasional

Kaji tingkat pengetahuan klien tentang


intervensi
menurunkan
risiko
kekambuhan dan rencana perawatan
rumah.

Cari sumber yang


penerimaan informasi.

Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh


kondisi sosial ekonomi klien. Perawat
menggunakan pendekatan yang sesuai
dengan kondisi individu klien. Dengan
mengetahui
tingkat
pengetahuan
tersebut perawat dapat lebih terarah
dalam memberikan pendidikan yang
sesuai dengan pengetahuan klien secara
efisien dan efektif.

meningkatkan Keluarga terdekat dengan klien perlu


dalam pemenuhan informasi untuk
menurunkan risiko misinterprestasi
terhadap informasi yang diberikan.

Intervensi
mnurunkan
kekambuhan :

risiko
Pengguanaan

kondom

kateter
27

Informasikan untuk menhindari merupakan alternatif pilihan untuk


frekuensi
masuknya
pengguanaan kateter terus-menerus. menurunkan
kateter ke dalam saluran kemih.
Cairan
yang
adekuat
akan
meningkatkan produksi urine yang
Informasikan untuk mengkonsumsi berguna dalam proses pembilasan
cairan minimal 2.500 ml/hari.
kuman di saluran kemih.
Anak-anak dengan ISK berulang akibat
Identifikasi, khususnya pada orang kelainan struktur saluran kemih
tua yang memiliki anak dengan ISK memerlukan evaluasi segera gejala
berulang.
saluran urine dan pengobatan yang
tepat.
Diet TKTP dan cairan yang adekuat
memenuhi peningkatan kebutuhan
metabolik tubuh. Pendidikan kesehatan
tentang hal tersebut meningkatkan
kemandirian klien dalam perawatan
penyakitnya.

Tekankan
pentingnya
mempertahankan asupan nutrisi
yang mengandung protein dan
kalori yng tinggi, serta asupan
cairan yang cukup setiap hari.
Beri informasi tentang menajemen Manajemen nyeri dilakukan untuk
nyeri keperawatan.
peningkatan kontrol nyeri pada klien.
Berikan informasi pada klien yang
akan menjalani perawatan rumah,
meliputi:
Anjurkan pasien untuk istirahat.

Istirahat
sangat
penting
untuk
pemulihan. Kegiatan harus minimal,
pasien tidak boleh kembali bekerja
selama 2 minggu untuk memberikan
waktu untuk infeksi yang akan
dihilangkan dan bagi pasien untuk
memulihkan kekuatan fisik.

Pasien harus minum antibiotik seperti


yang diarahkan dan menyelesaikan
sebagaimana
telah
Informasikan agar pasien meminum pengobatan
ditetapkan.
obat antibiotik sesuai jadwal.
Anjurkan
untuk
mengonsumsi Menghindari dehidrasi sangat penting
bagi fungsi ginjal pasien.
cairan minimal 2.500ml/hari.
28

Informasikan bahwa sangat penting


untuk
kontrol
bila
terdapat
Urine keruh, gejala disuria, urgensi,
perubahan pada eliminasi urine.
dan frekuensi merupakan tanda penting
Anjurkan pasien wanita dalam terjadinya kekambuhan.
mengganti alat kontrasepsi dalam
rahim.
Hindari merokok.

Alat
kontrasepsi
dalam
rahim
merupakan salah satu predisposisi
kekambuhan.

Anjurkan
untuk
semampunya
melakukan manajemen nyeri nonfarmakologik pada saat nyeri
muncul.

Klien yang sebelum pembedahan telah


terbiasa merokok, apabila telah pulang
ke rumah akan mengulangi kebiasaan
ini.

Beberapa agen nyeri farmakologik


biasanya memberikan reaksi negatif
pada gastrointestinal.
Berikan motivasi dan dukungan moral.

Intervensi
untuk
meningkatkan
keinginan klien dalam pelaksanaan
prosedur
pengembalian
fungsi
pancabedah esofagektomi.

Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah mendapatkan intervensi, meliputi hal-hal sebagai
berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Gangguan pemenuhan eliminasi urine teratasi.


Penurunan skala nyeri.
Suhu tubuh dalam rentang normal.
Terpenuhi informasi.
Terpenuhi asupan nutrisi harian tubuh.
Penurunan tingkat kecemasan.

29

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Pielonefritis akut adalah infeksi atau peradangan pada pielum
dengan manifestasi pembentukan jaringan perut pada ginjal dan dapat
menyebabkan kerusakan pada ginjal, gagal ginjal, pembentukan abses
(misalnya nefrik, perinefrik), sepsis, syok, atau kegagalan multisistem.
Pada umumnya kuman yang menyebabkan infeksi ini berasal dari saluran
kemih bagian bawah yang naik ke ginjal melalui ureter. Kuman itu adalah
Escherechia coli, Proteus, Klebsiella spp, dan kokus gram positif, yaitu
Streptococcus faecalis dan entrerokokus. Kuman Staphylococcus aureus
dapat menyebabkan pielonefritis melaui penularan secara hematogen.
Inflamasi pelvis ginjal disebut Pielonefritis, penyebab radang
pelvis ginjal yang paling sering adalah kuman yang berasal dari kandung
kemih yang menjalar naik ke pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan
ada yang kronis (Tambayong. 2000).

3.2

Saran
Dalam memahami Asuhan Keperawatan harus diperhatikan dan
dipahami secara detail dalam melakukan pengkajiannya, untuk itu dengan
30

adanya Askep Pielonefritis ini bisa membantu pembaca dalam mempelajari


penyakit Pielonefritis. Kami menyadari bahwa Askep kami ini masih
banyak kekurangan, untuk itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran
dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif & Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Grace, Pierce A & Neil Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga.
Purnomo, Basuki B. 2014. Dasar-dasar Urologi Edisi Kedua. Jakarta: Sagung
Seto.
Purnomo, Basuki B. 2014. Dasar-dasar Urologi Edisi Ketiga. Jakarta: Sagung
Seto.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43118/4/Chapter%20II.pdf (diunduh
tanggal 23 oktober 2015).
https://nurse87.wordpress.com/2009/11/22/asuhan-keperawatan-pyelonefritis/
(diunduh tanggal 23 oktober 2015).
https://pastakyu.wordpress.com/2010/01/21/asuhan-keperawatan-pylonephritis/
(diunduh tanggal 23 oktober 2015).
https://www.academia.edu/5652520/Askep_pyelonefritis (diunduh tanggal 23
oktober 2015).

31

https://www.academia.edu/6828789/KONSEP_PENYAKIT_PIELONEFRITIS_A
(diunduh tanggal 24 oktober 2015).
http://www.scribd.com/doc/97995639/Askep-Pielonefritis#scribd(diunduh tanggal
24 oktober 2015).

32

Anda mungkin juga menyukai