Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKENARIO A BLOK 25
Anggota
(04011181320094)
(04011381320050)
Devia Amalia
(04011181320068)
Hery Akbar
(04011181320086)
M. Arvin Arliando
(04011281320014)
(04011181320080)
Muhammad Ihsan
(04011381320068)
Muhammad Rusdi
(04011381320064)
M. Wasistha Adriantama
(04011181320050)
(04011381320072)
Sarayati Khairunisah
(04011181320024)
Theofilus Aswadi
(04011281320024)
(04011181320114)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya
laporan tutorial Skenario A Blok 25 ini dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran PBL di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan atau
kelemahan. Oleh karena itu, sumbangan pemikiran dan masukan dari semua pihak sangat
kami harapkan agar di lain kesempatan laporan tutorial ini akan menjadi lebih baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Nyimas, SpKFR, selaku tutor kelompok
B3 yang telah membimbing kami semua dalam pelaksanaan tutorial kali ini. Selain itu, kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya
laporan tutorial ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran
selanjutnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Kelompok B3
ii
KEGIATAN DISKUSI
Tutor
Moderator
: Muhammad Ihsan
Sekretaris
Presentan
: M Arvin Arliando
Pelaksanaan
Pada saat ingin berbicara terlebih dahulu mengacungkan tangan, lalu setelah diberi izin
moderator baru bicara
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
KEGIATAN DISKUSI..............................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
SKENARIO A BLOK 25 TAHUN 2016....................................................................................5
I.
Klarifikasi Istilah.................................................................................................................6
iv
Berat badan 6,4 kg, panjang badan 70 cm, lingkar kepala 38 cm.
Tidak ada gambaran disformik. Anak sadar, kontak mata baik, mau melihat tapi tidak
mau tersenyum kepada pemeriksa. Menoleh ketika dipanggil namanya dengan keras.
reflex babinsky (+). Tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki.
Ketika anak diangkat dalam posisi horizontal keempat ekstremitas terlihat kaku, pada
I.
Klarifikasi Istilah
Tabel 1. Klarifikasi Istilah
No. Istilah
1.
Broncopneumionia
2.
Refleks Babinsky
Definisi
Peradangan paru yang berawal pada bronkiolus terminalis.
Refleks jari-jari kaki yang abnormal apabila setelah usia 12
3.
18 bulan.
Adalah suatu respon tiba-tiba pada bayi yang baru lahr yang
Refleks Moro
KPSP
usia 6 bulan.
Penilaian perkembangan
anak
dalam
sektor
Meningitis
APGAR
II.
Identifikasi Masalah
1. Fariz, anak laki-laki, usia 10 bulan, dibawa ke RSMH karena belum tengkurap.
Fariz baru bisa memiring-miringkan badannya pada usia 6 bulan. Sampai saat
ini belum bisa makan bubur, sehingga masih diberi susu formula. Fariz juga
belum bisa makan biskuit sendiri. Fariz belum bisa mengoceh dan meraih
benda. (MAIN PROBLEM)
2. Fariz adalah anak pertama dari ibu usia 36 tahun. Lahir spontan dengan bidan pada
kehamilan 37 minggu dengan berat badan waktu lahir 2400 g, score APGAR di menit
pertama: 6 dan menit kelima: 8. Ketuban pecah 20 jam sebelum lahir berwarna hijau
dan kental. Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali.
Kemudian 2 jam setelah kahir Fariz mengalami sesak napas dan dirawat di NICU
selama 2 hari dan dibangsal selama 3 minggu dengan diagnosa broncopneumonia dan
meningitis.
3. Pemriksaan Fisik:
Berat badan 6,4 kg, panjang badan 70 cm, lingkar kepala 38 cm
Tidak ada gambaran disformik. Anak sadar, kontak mata baik, mau melihat tapi
tidak mau tersenyum kepada pemeriksa. Menoleh ketika dipanggil namanya
lengan dan tungkai 3, lengan dan tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, reflex
tendon meningkat, reflex babinsky (+). Tidak ada kelainan anatomi pada kedua
Tinggi
1. Rerata panjang saat
hari pertama
kehidupan: 5-10 %
berat lahir.
2. Kembali ke berat
lahir pada usia 7-10
hari.
Dua kali berat lahir
pada usia 4-5 bulan.
Tiga kali berat lahir
pada usia 1 tahun.
Empat kli berat lahir
pada usia 2 tahun.
3. Berat rerata
3,5 kg pada saat lahir
10 kg saat usia 10
tahun.
2. Pada usia 3 tahun,
rerata tinggi anak
adalah 3 kaki.
3. Pada usia 4 tahun,
rerata tinggi anak
adalah 100cm (dua
kali panjang lahir).
Lingkar Kepala
1. Rerata lingkar
kepala adalah 35 cm
saat lahir (13,5 inci).
2. Lingkar kepala
meningkat
1cm/bulan dalm satu
tahun pertama
(2cm/bulan selama 3
bulan pertama,
kemudian
.menurun); 10 cm
selama sisa hidup
yang ada.
tahun
20 kg saat usia 5
tahun
30 kg saat usia 10
tahun
7
4. Penambahan berat
badan setiap hari
20-30 gram pada 3-4
bulan pertama
15-20 gram pada sisa
tahun pertama
5. Rerata penambahan
berat badan tiap tahun
: 2,3 kg antara usia 2
tahun dan pubertas
Tabel 2. Fase Pertumbuhan Normal
Usia
Motorik kasar
Motorik
Personal-
Halus &
Sosial
Bahasa
Adaptif
2 Minggu
- Kepala
-Megenal
-Waspada
bergeser ke
wajah
terhadap bunyi
kanan dan ke
2 bulan
4 bulan
bel
kiri
-Mengangkat
-Mengikuti
-Tersenyum
-Cooing,
bahu saat
benda
sebagai
mencari
tengkurap
melewati
-Mengangkat
garis tengah
menggunakan
-Mencari
mata
-Tertawa dan
tangan
objek
-Tengkurap
-Raking
-Tidak dijumpai:
grasp
headlag jika
ditarik dari
-Melihat
tangan
-Mulai
menangis
bermain
dengan
mainan
posisi tidur
6 bulan
terlentang
-Duduk sendiri
-Bisa
Memindahka
memberi
n objek dari
makan diri
-Mengoceh
tangan ke
sendiri
-Memegang
tangan
9 bulan
12 bulan
botol
-Bisa
-Bilang dada,
melambai bye
mama, tapi
bye
-Mulai belajar
-Mulai pincer
berdiri
-Dapat duduk
grasp
Mempertemu
sendiri
kan dua
tidak spesifik
-Mengucapkan
balok
-Berjalan
-Bangkit dan
berdiri
Memasukkan
- Minum dari
-Bilang mama
balok dalam
gelas
- Menirukan
dan papa
lain
cangkir
spesifik
gerakan orang -Mengucapkan
lainnya
AS Makana
n
I
Lumat
Frekuensi
3x makanan lumat + ASI
Makana Makana
n
n
Lembik Keluarg
Pemberian
MP-ASI
Jumlah setiap kali makan
Secara bertahap ditingkatkan sampai
2/3 mangkuk ukuran 250 ml tiap
9 12
3x makanan lembik + 2x
kali makan
mangkuk ukuran 250 ml
12 24
Berikan ASI dari kedua payudara, berikan ASI dari satu payudara
sampai kosong kemudian pindah ke payudara lainnya (Depkes RI,
2005).
Waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi dan frekuensinya tidak
perlu dijadwal (diberikan pagi, siang dan malam hari).
2) Makanan Bayi Umur 6 9 Bulan
Hal-hal yang harus diperhatikan:
a) Pemberian ASI diteruskan.
b) Bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI berbentuk lumat halus
karena bayi sudah memiliki refleks mengunyah. Contoh MP-ASI
berbentuk halus antara lain bubur susu, biskuit yang ditambah air
atau susu, pisang dan pepaya
pertama kali satu jenis MP-ASI dan berikan sedikit demi sedikit
mulai dengan jumlah 1 2 sendok makan, 1 2 kali sehari.
Berikan untuk beberapa hari secara tetap, kemudian baru diberikan
jenis MP-ASI yang lain.
c) Perlu diingat tiap kali berikan ASI lebih dulu baru MP-ASI, agar
ASI dimanfaatkan seoptimal mungkin.
d) Memperkenalkan makanan baru pada bayi, jangan dipaksa. Kalau
bayi sulit menerima, ulangi pemberiannya pada waktu bayi lapar,
sedikit demi sedikit dengan sabar, sampai bayi terbiasa dengan rasa
makanan tersebut.
3) Makanan Bayi Umur 9 12 Bulan
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a) Pemberian ASI diteruskan.
b) Bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lembek yaitu berupa
nasi tim/ saring bubur saring dengan frekuensi dua kali sehari.
c) Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah
sedikit demi sedikit dengan sumber zat lemak, yaitu santan atau
minyak kelapa/ margarin. Bahkan makanan ini dapat menambah
kalori bayi, disamping memberikan rasa enak juga mempertinggi
penyerapan vitamin A dan zat gizi lain yang larut dalam lemak.
Nasi tim bayi harus diatur secara berangsur. Lambat laun
mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga.
d) Berikan makanan selingan 1 kali sehari. Dipilih makanan yang
bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang hijau, buah dan lain-lain.
Diusahakan agar makanan selingan dibuat sendiri agar kebersihan
terjamin.
10
Umur 0 6bulan
ASI Sekehendak
Umur 6 7bulan
Jam 06.00 : ASI (sekehendak)
09.00 : Buah / Sari buah
12.00 : ASI
15.00 : Buah / Sari buah
18.00 : ASI
21.00 :ASI dst
Umur 7 8bulan
Jam 06.00 : ASI (sekehendak)
09.00 : Buah / Sari buah
12.00 : Bubur Susu
15.00 : Buah / Sari buah
18.00 : ASI
21.00 :ASI dst
Umur 8 9 bulan
Jam 06.00 : ASI
09.00 : Buah / Sari buah
12.00 : Bubur Susu
15.00 : Biskuit
18.00 : Tim Saring
21.00 :ASI dst
Umur 9 10bulan
Jam 06.00 : ASI
08.00 : Bubur Susu
10.00 : Buah / Sari buah
13.00 : Tim Saring
15.00 : Biskuit
18.00 : Tim Saring
21.00 :ASI dst
Umur 11 12 bulan
Jam 06.00 : ASI
08.00 : Nasi Tim
10.00 : Buah / Sari buah
13.00 : NasiTim
15.00 : Biskuit
18.00 : NasiTim
21.00 :ASI dst
Tabel 6. Frekuensi dan Jumlah pemberian MP-ASI
c. Apa makna klinis dan penyebab belum tengkurap, baru bisa memiringmiringkan badannya pada usia 6 bulan, belum bisa makan bubur?
KPD infeksi cairan ketuban terhirup bayi bronkopneumonia
bakteri menyebar melalui hematogen ke selaput otak meningitis
infeksi meluas ke serebrum kerusakan sel otak (oligodendrosit, dll)
11
oromotor
e. Apa Disfungsi
makna klinis
dan penyebab belum bisa mengoceh dan meraih benda
pada kasus?
Belum bisa mengoceh dan meraih benda tidak normal
Kesulitan makan
(gangguan menelan)
Belum bisa makan bubur
12
Karena pada usia ini, anak sudah dapat mengatakan kata yang jelas, seperti
memanggil mama atau papa sertamengambil benda baru, melihat-lihat,
memberikan tangan ke tangan, memukul, meletakkan. Hal ini menunjukkan
bahwa mengalami gangguan tumbuh kembang yang disebabkan oleh
Cerebral Palsy.
f. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada anak?
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Factor Genetic
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuhkembang anak. Melalui instruksi genetic yang terkandung
didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan. Potensi genetic yang bermutu hendaknya dapat
berinteraksi dengan lingkungan secara
Factor Lingkungan
- Lingkungan Prenatal
Yang termasuk factor lingkungan prenatal adalah gizi ibu saat
hamil,
13
b. Factor Fisik
Yang termasuk didalamnya adalah cuaca (musim, keadaan
geografis), keadaan rumah, sanitasi, radiasi.
c. Factor Psikososial
Yang
termasuk
didalamnya
adalah
stimulasi,
cinta
dan
kemampuannya
dan
keelastisannya
dalam
menerima
kehamilan. Usia untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara
umur 20-35 tahun.
Meriksa kehamilan ke bidan 3 kali. ANC (Antenatal Care) disarankan
minimal 4 kali selama kehamilan. Hal ini berguna untuk deteksi dini
kelainan yang terjadi agar tidak membahayakan ibu dan bayi. ANC dapat
14
kolagen.
Membran
ini
mempertahankan
cairan
amnion,
kental
artinya
terdapat
mekoneum
dan
terjadinya
infeksi.
Nilai 0
Warna kulit
Nilai 1
Nilai 2
seluruhnya
biru
normal merah
muda,
normal merah
muda, tidak
kaki kebiruan
ada sianosis
Akronim
Appearance
(akrosianosis)
Denyut jantung
tidak ada
<100 kali/menit
>100 kali/menit
Pulse
15
Respons refleks
tidak ada
meringis/menangis
meringis/bersin/
Grimace
respons
lemah ketika
terhadap
distimulasi
saluran napas
sedikit gerakan
bergerak aktif
Activity
menangis kuat,
Respiration
teratur
pernapasan baik
stimulasi
Tonus otot
lemah/tidak
ada
Pernapasan
tidak ada
dan teratur
Tabel 7. Skor APGAR
Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran
dan dapat diulangi jika skor masih rendah.
Jumlah sko
Interpretasi
Catatan
r
7-10
Bayi normal
4-6
Agak rendah
0-3
penyebab
terjadinya
chorioamnionitis
pada
kasus
ini.
penyebab
infeksi.
17
bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi
bedah otak.
Invasi kuman-kuman ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi
radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) dan sistem
ventrikulus. Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang
mengalami hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran
sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian
terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan
histiosit dan dalam minggu kedua selsel plasma. Eksudat yang terbentuk
terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit polimorfonuklear
dan fibrin sedangkan di lapisaan dalam terdapat makrofag. Proses radang
selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat
menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi
neuronneuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrinopurulen menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan
oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih dibandingkan Meningitis yang
disebabkan oleh bakteri.
Beberapa bukti memperlihatkan bahwa inflamasi terlibat dalam
patogenesis cedera otak iskemik. Reaksi inflamasi dicetuskan oleh iskemik
pada sistem susunan saraf pusat (SSP) yang terdiri dari peningkatan jumlah
leukosit, termasuk sel polimorfonuklear (PMN) yang diikuti oleh monosit,
aktivasi mikroglia, dan membutuhkan ekspresi molekul adhesi spesifik dan
faktor kemotaktik.
Penelitian terbaru memperlihatkan bahwa IL-1 dan TNF-, kedua
sitokin ini dapat merangsang reaksi inflamasi di SSP. IL-6 merupakan suatu
sitokin pleiotropic yang mempengaruhi reaksi proinflamasi dan anti
inflamasi, produksinya ditingkatkan oleh sitokin lain, termasuk IL-1 dan
TNF-.15 Yoon dkk mendapati hubungan yang kuat antara beberapa sitokin
(IL-6, IL-1, IL-8, TNF-) di cairan amnion dengan palsi serebral pada satu
studi kohort bayi sampai dengan berusia 3 tahun.
TNF- dan IL-6 dilepaskan dari sel T, makrofag, mikroglia, dan
astrosit, yang merupakan faktor penting untuk regulasi tidak hanya untuk
maturasi dan pertumbuhan sel tetapi juga dalam hal respons terhadap cedera
dan fungsi proteksi intraneural. Infeksi/inflamasi dapat menyebabkan
deregulasi pelepasan sitokin dari sel-sel CNS dan menginfiltrasi sel- sel
18
kegiatan.
a. Apa interpretasi da mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan fisik poin 1
dan 2?
Pemeriksaan
Normal
Interpretasi
19
0 - -1
3)
IBW = 8,5 kg
Severely underweight
(cerebral palsy
Gangguan otot-otot
oromotor gangguan
asupan gizi kurang
TB = 70 cm (kurva 0 -
2 - -1
gizi)
Normal
-1)
Lingkar kepala = 38 cm
Mikrosefali
< -2sd
cerebral
palsy
Gangguan
oromotor
otot-otot
gangguan
otak
gangguan
mikrosefali
Normal
(tidak
dismorfik
Anak sadar
Mau melihat tapi tidak
Ada
Tidak
ada
ada
ketika
namanya
dengan keras
Tidak terdapat gerakan
gangguan
pendengaran
-
Normal
Kasus
Normal
Dapat mengangkat dan Sudah
menahan
Refleks moro
beberapa detik
+
kepala menstabilkan
Interpretasi
dapat Keterlambatan
perkembangan
kepala, berjalan
motorik
Hingga usia 4-5 Menandakan adanya
bulan
defek neurologis
20
Refleks
Hingga
usia
menggenggam
bulan
defek
(cerebral palsy)
Cukup kuat untuk
tungkai
Lengan dan tungkai +
mengatasi gravitasi
Menandakan adanya
kaku
dan
susah
ditekuk
Refleks tendon
defek
neurologis
neurologis
(cerebral palsy)
Adanya lesi pada
Meningkat
UMN
Defek
posisi vertical
menyilang
Kelainan
anatomi -
(CP)
Normal
neurologis
Gambar 1. Abnormal
Gambar 2. Normal
Mekanisme Abnormal
Pada Cerebral Palsy terjadi kerusakan pada pusat motorik dan
menyebabkan terganggunya fungsi gerak yang normal. Pada kerusakan
korteks serebri terjadi kontraksi otot yang terus menerus dimana
disebabkan oleh karena tidak terdapatnya inhibisi langsung pada
lengkung refleks. Sedangkan kerusakan pada level midbrain dan batang
otak
akan
mengakibatkan
gangguan
fungsi
refleks
untuk
a. Refleks MORO
Refleks MORO timbul akibat dari rangsangan yang mendadak. Caranya:
Bayi dibaringkan terlentang, kemudian diposisikan setengah duduk dan
disanggah oleh kedua telapak tangan pemeriksa, secara tiba-tiba tapi hatihati kepala bayi dijatuhkan 30 45o (merubah posisi badan anak secara
mendadak). Refleks MORO juga dapat ditimbulkan dengan menimbulkan
suara keras secara mendadak ataupun dengan menepuk tempat tidur bayi
secara mendadak. Refleks MORO dikatakan positif bila terjadi abduksiesktensi keempat ekstremitas dan pengembangan jari-jari, kecuali pada
22
falangs distal jari telunjuk dan ibu jari yang dalam keadaan fleksi.
Gerakan itu segera diikuti oleh adduksi-fleksi ke-empat ekstremitas.
Refleks MORO asimetri menunjukkan adanya gangguan sistem
neuromuskular, antara lain pleksus brakhialis. Apabila asimetri terjadi
pada tangan dan kaki kita harus mencurigai adanya HEMIPARESIS.
Selain itu juga perlu dipertimbangkan bahwa nyeri yang hebat
akibatfraktur klavikula atau humerus juga dapat memberikan hasil refleks
MORO asimetri. Sedangkan refleks MORO menurun dapat ditemukan
pada bayi dengan fungsi SSP yang tertekan misalnya pada bayi yang
mengalami hipoksia, perdarahan intrakranial dan laserasi jaringan otak
akibat
trauma
persalinan,
juga
pada
bayi
hipotoni,
hipertoni
menghilang usia 9 bulan dan pada usia 10 bulan sudah menghilang sama
sekali.
d. Refleks SNOUT
Caranya: Dilakukan perkusi pada daerah bibir atas. Refleks SNOUT
dikatakan positif apabila didapatkan respon berupa bibir atas dan bawah
menyengir atau kontraksi otot-otot di sekitar bibir dan di bawah hidung.
Refleks SNOUT ini dijumpai sejak lahir dan menghilang setelah usia 3
bulan. Refleks SNOUT yang menetap pada anak besar menunjukkan
adanya regresi SSP.
e. Refleks TONIC NECK
Caranya: Bayi atau anak ditidurkan dalam posisi supinasi, kemudian
kepalanya diarahkan menoleh ke salah satu sisi. Refleks TONIC NECK
dikatakan positif apabila lengan dan tungkaiyang dihadapi/sesisi menjadi
hipertoni
dan
ekstensi,
sedangkan
lengan
dan
tungkai
sisi
24
Caranya: Seperti pada refleks berjalan, kemudian bagian dorsal kaki bayi
disentuhkan pada tepi meja periksa. Respon dikatakan positif bila bayi
meletakkan kakinya pada meja periksa.
Respon yang negatif dijumpai pada bayi dengan paralise ekstremitas
bawah.
h. Refleks Terjun (PARACHUTE)
Caranya: Bayi dipegang pada daerah thorak dengan kedua tangan
pemeriksa dan kemudian diposisikan seolah-olah akan terjun menuju
meja periksa dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki. Refleks terjun
dikatakan positif apabila kedua lengan bayi diluruskan dan jari-jari kedua
tangannya dikembangkan seolah-olah hendak mendarat di atas meja
periksa dengan kedua tangannya. Refleks terjun tidak dipengaruhi oleh
kemampuan visual, karena pada bayi buta dengan fungsi motorik normal
akan memberikan hasil yang positif. Refleks terjun mulai tampak pada
usia 8 9 bulan dan menetap. Refleks terjun negatif dijumpai pada bayi
tetraplegi atau SSP yang tertekan.
e. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik (neurologis) pada kasus?
Pemeriksaan Refleks
1. Tahap Gerak Refleks Telapak Tangan (palmar grasp reflex) Tahapan
gerak refleks telapak tangan merupakan salah satu dari seluruh refleks
bayi yang paling dikenal dan merupakan salah satu yang paling awal
muncul pada usia balita. Gerak refleks ini merupakan respons yang
ditampilkan terhadap rangsangan yang halus pada telapak tangannya.
Apabila telapak tangan dirangsang dengan apa saja, maka keempat jari
tangan secara spontan akan menutup, meskipun ibu jari tidak
memberikan respons terhadap rangsangan ini. Namun gerak refleks
tangan ini menjadi ciri khas dari perkembangan motorik yang
diperlihatkan anak balita. Jadi pada tahapan ini anak balita sudah
memiliki kemampuan menggunakan telapak tangannya sebagai alat
komunikasi dengan ibunya, seperti yang tampak pada gambar di bawah
ini.
2. Tahap Gerak Refleks Menghisap (sucking reflex) Tahapan gerak refleks
menghisap dilakukan oleh bibir yang mendapat rangsangan, misalnya
sentuhan susu ibu. Rangsangan ini sebenarnya menimbulkan dua respons
25
Ciri-ciri
Tes Diagnostik
Tidak ada onset neonatal; Pengukuran
asam
diplegia
spastik
demensia
progresif; menunjukkan
konsentrasi
peningkatan
arginin
dramatis;
gangguan untuk
koreoatetosis;
amino
melihat
adanya
urin
asam
ceroidlipofuscinosis
kemunduran
(Vogt-Spielmeyer
disease)
ekstrapiramidal
progresif
variant
metachromatic
penglihatan)
of Penurunan
performa
leukodystrophy
lambat
Sindroma
Lesch- Gangguan metabolisme purin Pemeriksaan enzim hipoxantinNyhan
X-linked;
oranye
pada
urin;
retardasi mental
Ataksia; neuropati; retinitis Mutasi titik DNA mitokondrial
Gangguan
mitokondrial
pigmentosa
Penyakit
Niemann- Gangguan
Pick tipe C
gerakan
tremor
Pelizaeus- Klasifikasi
Merzbacher
ekstrapiramidal;
linked;
progresif
nistagmus
lambat;
pendular;
koreoatetosis;
Sindroma Rett
X-
mikrosefali;
kuadriparesis spastik
Terutama pada perempuan; Diagnosis klinis
gejala autistik; koreoatetosis;
spastisitas
progresif;
terus
seperti
atau
mencuci
30
dan
perlahan.
Gerakan
abnormal
ini
mengenai
lidah,menyebabkan
anak
tampak
menyeringai
dan
selalu
periode
peningkatan stress dan hilang pada saat tidur. Penderita juga mengalami
masalah koordinasi gerakan otot bicara (disartria). CP atetoid terjadi pada
10-20% penderita CP.
3. CP Ataksid
Jarang dijumpai,mengenai
keseimbangan
dan
persepsi
dalam.
3. Ataksia
Ialah gangguan koordinasi kerusakan terletak di serebulum, terdapat kirakira 5% dari kasus cerebral palsy.
4. Gangguan Pendengaran
Terdapat pada 5-10% anak dengan cerebral palsy gangguan berupa
kelainan neurogen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit
menangkap kata-kata.
5. Gangguan Bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental. Gerakan
yang terjadi dengan sendirinya dibibir dan dilidah menyebabkan sukar
mengontrol otot-otot sehingga sulit membentuk kata-kata dan sering
tampak anak berliur.
6. Gangguan Mata
Biasanya berupa strabismus convergen dan kelainan refraksi, asfiksia
berat, dapat terjadi katarak, hamper 25% penderita celebral palsy
menderita kelainan mata.
Gejala biasanya timbul sebelum anak berumur 2 tahun dan pada kasus yang
berat, bisa muncul pada saat anak berumur 3 bulan. Gejalanya bervariasi,
mulai dari kejanggalan yang tidak tampak nyata sampai kekakuan yang
berat, yang menyebabkan bentuk lengan dan tungkai sehingga anak harus
memakai kursi roda.
Gejala lain yang juga bisa ditemukan pada CP :
Kecerdasan dibawah normal.
Keterbelakangan mental.
Kejang/epilepsy ( trauma pada tipe spastic ).
Gangguan menghisap atau makan.
Pernafasan yang tidak teratur.
Gangguan perkembangan kemampuan motorik (misalnya menggapai
35
pascakelahiran
Mielinasi - Lahir sampai bertahun-tahun pascakelahiran
Penelitian kohort telah menunjukkan peningkatan risiko pada anak yang
36
mengimbangi
kecepatan
tumbuh
tulang.
Kontraktur
dapat
Sebagai contoh, anak yang tidak dapat berbicara atau menulis tetapi dapat
membuat
gerakan
dengan
kepala
mungkin
dapat
belajar
untuk
Diazepam
Obat ini bekerja sebagai relaksan umum otak dan tubuh. Pada anak usia
<6 bulan tidak direkomendasikan, sedangkan pada anak usia >6 bulan
diberikan dengan dosis 0,12 0,8 mg/KgBB/hari per oral dibagi dalam 6
40
menentukan semua otot yang terkena pada satu waktu jika memungkinkan
atau jika lebih dari satu produser pembedahan tidak dapat dihindarkan,
mereka dapat mencopba untuk menjadwalkan operasi yang terkait secara
bersama-sama.
Teknik kedua pembedahan, yang dikenal dengan selektif dorsal root
rhizotomy, ditujukan untuk menurunkan spastisitas pada otot tungkai dengan
menurunkan jumlah stimulasi yang mencapai otot tungkai melalui saraf.
Dalam prosedur tersebut, dokter berupaya melokalisir dan memilih untuk
memotong saraf yang terlalu dominan yang mengontrol otot tungkai.
walaupun disini terdapat kontroversi dalam pelaksanaannya (Hays RM,
1997; McLaughin JF, 1998).
Teknik pembedahan eksperimental meliputi stimulasi kronik cerebellar
dan stereotaxic thalamotomy. Pada stimulasi kronik cerebelar, elektroda
ditanam pada permukaan cerebelum yang merupakan bagian otak yang
bertanggung jawab dalam koordinasi gerakan, dan digunakan untuk
menstimulasi saraf-saraf cerebellar, dengan harapan bahwa teknik tersebut
dapat menurunkan spastisitas dan memperbaiki fungsi motorik, hasil dari
prosedur invasif tersebut masih belum jelas. Beberapa penelitan melaporkan
perbaikan spastisitas dan fungsi, sedang lainnya melaporkan hasil sebaliknya
(Pape et al, 1993).
Stereotaxic thalamotomy meliputi memotong bagian thalamus, yang
merupakan bagian yang melayani penyaluran pesan dari otot dan organ
sensoris. Hal ini efektif hanya untuk menurunkan tremor hemiparesis.
l. Apa prognosis pada kasus?
Prognosis tergantung dari gejala motoriknya. Makin berat gejala motoriknya,
makin buruk prognosisnya.
m. Apa komplikasi pada kasus?
1.
Retardasi mental
2.
Masalah pendengaran
3.
Epilepsi
4.
Malnutrisi
5.
Gagal tumbuh
6.
Isolasi sosial
7.
Osteoporosis
42
8.
Dysphagia
43
V.
Sintesis Masalah
kepala adalah 35
lahir
2. Kembali ke berat lahir pada usia 7-10
75 cm pada anak
hari
Dua kali berat lahir pada usia 4-5 bulan
Tiga kali berat lahir pada usia 1 tahun
Empat kli berat lahir pada usia 2 tahun
3. Berat rerata
3,5 kg pada saat lahir
10 kg saat usia 10 tahun
20 kg saat usia 5 tahun
30 kg saat usia 10 tahun
4. Penambahan berat badan setiap hari
20-30 gram pada 3-4 bulan pertama
15-20 gram pada sisa tahun pertama
5. Rerata penambahan berat badan tiap
usia 1 tahun
inci)
2. Pada usia 3 tahun, 2. Lingkar
rerata tinggi anak
meningkat
adalah 3 kaki
3. Pada usia 4 tahun,
1cm/bulan
kepala
dalm
44
Motorik kasar
2 Minggu
- Kepala bergeser
Bahasa
adaptif
2 bulan
-Waspada
ke kanan dan ke
terhadap
kiri
-Mengangkat bahu -Mengikuti benda -Tersenyum
bel
-Cooing, mencari
saat tengkurap
4 bulan
-Megenal wajah
melewati
-Mengangkat
tangan
-Tengkurap
-Tidak dijumpai:
garis sebagai
bunyi
bentuk sumber
tengah
respon
-Mencari objek
-Raking grasp
mata
-Melihat tangan
-Tertawa
-Mulai
bermain
menangis
dengan mainan
-Memindahkan
-Bisa
suara
menggunakan
dan
9 bulan
terlentang
-Duduk sendiri
memberi -Mengoceh
-Mulai
berdiri
-Dapat
grasp
duduk -Mempertemukan
sendiri
dua balok
bye bye
dada,
12 bulan
-Berjalan
-Bangkit
berdiri
-Memasukkan
dan
balok
cangkir
kata
yang
lainnya
V.1.1 Perkembangan Kognitif Fase Sensorimotor (Piaget)
Selama fase sensorimotor bayi, terdapat tiga peristiwa yang terjadi selama fase ini
yang melibatkan antara lain; (1) perpisahan yaitu bayi belajar memisahkan dirinya sendiri
dari benda lain di dalam lingkungan, (2) penerimaan konsep keberadaan objek atau
penyadaran bahwa benda yang tidak lagi ada dalam area penglihatan sesungguhnya masih
ada. Misalnya ketika bayi mampu mendapatkan benda yang diperhatikannya telah
45
keterampilan
intelektual
dan
keterampilan
motorik
sehingga
memperlihatkan pola teratur dalam pola eliminasi urine dan feces di Usia 8 bulan (Wong,
2008)
V.1.3 Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik bayi dibedakan menjadi 2 bagian yaitu motorik kasar dan
motorik halus. Dimana motorik kasar terdiri dari, kepala tidak terjuntai ketika ditarik
keposisi duduk dan dapat menyeimbangkan kepala dengan baik, punggung kurang
membulat, lengkung hanya di daerah lumbal, mampu duduk tegak bila ditegakkan, mampu
menaikan kepala dan dada dari permukaan sampai sudut 90 derajat, melakukan posisi
simetris yang dominan seperti berguling dari posisi telentang ke miring. Begitu juga ketika
duduk bayi mampu mempertahankan kepala tetap tegak dan kuat, duduk dengan lebih
lama ketika punggung disangga dengan baik.Ketika posisi prone, bayi mengambil posisi
simetris dengan lengan ekstensi, berguling dari posisi telungkup ke telentang, dapat
mengangkat dada dan abdomen atas dari permukaan serta menahan berat badan pada satu
tangan.Selain itu ketika supine, bayi memasukkan kakinya ke mulut dan bayi mengangkat
kepala dari permukaan secara spontan. Duduk di kursi tinggi dengan punggung lurus,
ketika dipegang dalam posisi berdiri bayi menahan hampir semua berat badannya dan
tidak lagi memperhatikan tangannya. Duduk condong kedepan pada kedua tangan, ketika
dipegang pada posisi berdiri, bayi berusaha melonjak dengan aktif. Di usia 8 bulan bayi
duduk mantap tanpa ditopang dan menahan berat badan pada kedus tungkai serta
menyesuaikan postur tubuh untuk mencapai seluruh benda. Motorik halus bayi meliputi
menginspeksi dan memainkan tangan, menarik pakaian dan selimut ke wajah untuk
bermain, mencoba meraih benda dengan tangan namun terlalu jauh, bermain dengan
kerincingan dan jari kaki, dapat membawa benda kemulut. Bayi mampu menggenggam
benda dengan telapak tangan secara sadar, memegangi satu kubus sambil memperhatikan
kubus lainnya. Meraih kembali benda yang terjatuh, menggenggam kaki dan menariknya
ke mulut, memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya, memegang dua kubus
lebih lama dan membantingnya ke atas meja. Di usia 8 bulan bayi sudah melakukan
genggaman dengan cubitan menggunakan jari telunjuk, jari ke empat dan kelima,
mempertahankan dua kubus dengan memperhatikan kubus ketiga, membawa benda
dengan menarik pada tali dan berusaha untuk tetap meraih mainan yang diluar jangkauan
(Wong, 2008)
V.1.4 Perkembangan Bahasa
47
48
ini
sekarang
disebut
juga
sebagai
Growth
Deficiency
49
Dalam buku Lange Current Pediatric Diagnosis& Treatment (2005) tercantum 3 pola
Growth deficiency sebagai berikut:
a. Tipe I. Berat badan lebih tertekan daripada tinggi badan, lingkaran kepala tidak
terganggu pertumbuhannya.
b. Tipe II. Ditandai oleh tubuh kecil yang proporsional, lingkaran kepala dalam batas
normal.
c. Tipe III. Ditandai oleh ketiga parameter (tinggi, berat dan lingkaran kepala) di
bawah normal
Tipe ini berkaitan dengan Susunan Syaraf Pusat yang abnormal, defek
pada khromosom, dan gangguan perinatal.
perkembangan
anak
meliputi
identifikasi
dini
masalah-masalah
normal,
atau
berbakat
(pada
gifted
children),
pada
test
pemilihan
51
sekolah/pendidikan yang tepat (placement test). atau semacam fit and proper test pada
orang dewasa. Dikatakan terdapat penyimpangan perkembangan apabila kemampuan anak
tidak sesuai dengan tolok ukur (milestones) anak normal. Dalam survai diperoleh dari
informasi kepedulian orang tua terhadap perkembangan dan perilaku anaknya.
Kategori kepedulian orang tua dalam deteksi penyimpangan perkembangan anak:
a. Emosi dan perilaku
b. Berbicara dan berbahasa
c. Ketrampilan sosial dan menolong diri sendiri
d. Motorik kasar
e. Motorik halus
f. Membandingkan dengan lingkungan
g. Masalah anak yang orang tuanya tidak mengeluh
V.2.3 Tatalaksana Penyimpangan Tumbuh kembang
Anamnesa
Keluhan orang tua dan riwayat tumbuh kembang (lisan dan tertulis/ kuesioner
skrining perkembangan anak)
Pemeriksaan
-
Observasi dan pemeriksaan (bentuk muka, tubuh, tindak tanduk anak, hubungan
anak dengan orang tuanya/pengasuhnya, sikap anak terhadap pemeriksa).
Pengukuran anthropometri:
o Rutin: Tinggi badan, berat badan, lingkaran kepala, lingkaran lengan.
o Atas indikasi: Lingkaran dada, panjang lengan (armspan), panjang tungkai,
tebal kulit (skinfold).
Penilaian pertumbuhan
Plot pada kurva pertumbuhan yang sesuai dengan standard yang dipakai:
-
Penilaian maturitas
-
Penilaian perkembangan:
-
Skrining dengan instrumen Denver II, Munchen, Bayley , Stanford Binnet atau
lainnya.
Klasifikasi/Diagnosis Kerja:
Setelah dilakukan skrining kemudian perlu ditetapkan apakah anak termasuk kategori
Normal atau menyimpang (terlambat atau terlalu cepat dibandingkan dengan
standard/milestones)
Rujukan:
-
Gejala utama dari cerebral palsy (CP) adalah gangguan pada motorik kasar dan halus
berupa kelumpuhan dan kekakuan otot. Pada anak dengan CP ringan akan terlihat sebagai
gerakan yang kikuk, lamban, gemetar, dan gangguan keseimbangan. Sedangkan pada anak
dengan CP berat berupa hambatan yang bermakna dalam melakukan aktifitas motorik
sehari-hari, misalnya ketidakmampuan anak untuk duduk, berdiri, apalagi berlari.
V.3.3 Penyebab Cerebral Palsy
Sebanyak 75% disebabkan gangguan pada saat kehamilan atau pranatal, misalnya
gangguan perkembangan otak dan infeksi toksoplasma, rubela, CMV, cacar air, atau
herpes. Penyebab lainnya yaitu sebesar 10-15% adalah gangguan saat persalinan sampai
usia bayi 1 bulan atau perinatal, misalnya bayi lahir prematur, kurang oksigen, infeksi
otak, kejang, atau tidak disuntik vitamin K saat lahir sehingga terjadi perdarahan pada
otak. Cerebral Palsy juga dapat disebabkan pasca natal (10%), misalnya trauma kepala,
infeksi otak, atau perdarahan otak.
V.3.4 Klasifikasi Cerebral Palsy
Cerebral
Palsy
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan
beberapa
kategori.
Berdasarkan tipenya:
54
Diskinetik, yaitu CP dengan gerak di luar kontrol, misalnya distonia (postur abnormal,
tubuh seperti terpuntir) dan atetoid (gerak kaki, tangan, lengan, mulut yang di luar
kontrol)
Tipe campuran
Gambar 3. GMFCS
Berdasarkan bagian tubuh yang terkena
55
Hemiplegia yaitu hanya mengenai satu sisi tubuh atau separuh tubuh.
Kuadraplegia yaitu mengenai keempat anggota tubuh, baik tungkai atas (tangan) dan
tungkai bawah (kaki)
Diplegia yaitu mengenai keempat anggota badan tapi tungkai bawah lebih berat
Pada anak dengan CP saja hanya mengalami gangguan motorik kasar dan halus.
Namun pada sebagian anak CP ada problem yang menyertai CP tersebut yang disebut
komorbiditas. Ada atau tidaknya komorbiditas tersebut tergantung dari luas atau lokasi
dari kerusakan otak. Contoh komorbiditas misalnya epilepsi (45-50%), disabilitas
intelektual (52-60%), keterlambatan bicara/bahasa (38%), gangguan penglihatan (28%),
gangguan pendengaran (12%), dan masalah belajar atau perilaku.
V.3.6 Komplikasi CP
Ada pula komplikasi dari CP atau problem yang disebabkan oleh CP tersebut:
Mudah terjadi trauma, misalnya mudah jatuh saat berlari atau olahraga pada
anak dengan CP ringan.
Problem pernapasan. Anak CP yang lebih sering pada posisi tidur akan sulit
untuk batuk atau mengeluarkan lendir. Manusia dapat batuk jika posisinya
tegak (duduk atau berdiri). Pilek, batuk, dan demam pada anak CP sebaiknya
ditangani segera agar tidak berlanjut lebih parah dan beresiko terkena
pneumonia (radang paru-paru). Problem pernapasan ini bisa teratasi dengan
rutin menjemur anak setiap pagi, kamar tidurnya tidak boleh lembab, dan
diinhalasi jika perlu.
Problem kekakuan otot dan sendi, dapat menyebabkan gangguan tidur dan
nyeri.
Konstipasi dan sulit buang air besar , dapat menyebabkan gelisah dan sulit
tidur. Gangguan ini tergantung aktifitas anak. Jika anak pasif akan cenderung
sulit untuk mengedan.
Tata laksana pada cerebral palsy melibatkan berbagai profesi seperti dokter anak,
neurologi anak, rehabilitasi medis, mata, THT, bedah, terapis, psikolog, guru, dan lainlain.
Rehabilitasi Medis
Terapi Bedah
Alat-alat bantu
57
Epilepsi, diberikan obat anti epilepsi sampai 2-3 tahun bebas kejang.
Masalah belajar/perilaku, dilakukan terapi perilaku, sekolah khusus, dan obatobatan jika perlu.
0 5 tahun
WH0 2006
Untuk status gizi lebih dan obesitas lihat
>5-18 tahun
Penentuan status gizi menggunakan cut off Z score WHO 2006 untuk usia 0-5 tahun
dan persentase berat badan ideal sesuai kriteria Waterlow untuk anak di atas 5 tahun.
Tabel 17. Penentuan status gizi menurut kriteria Waterlow, WHO 2006, dan CDC
2000
Status gizi
Obesitas
Overweight
Normal
Gizi kurang
Gizi buruk
BB/TB
(%
>120
median)
>110
> 90
70-90
< 70
IMT
BB/TB WHO
CDC
> +3 2006
> P95
2000
> +2 hingga +3 SD P85 p95
+2 SD hingga -2
<
-2 SD hingga -3
SD
< - 3 SD
59
IMT
Alasan
yang
0 2 tahun
WH0 2006
> 2 18 tahun
CDC 2000
sindrom refeeding.
60
b. Obesitas:
Target pemberian kalori adalah
BB-ideal x RDA menurut usia
tinggi.
menjadi esensial, sehingga dibutuhkan sediaan protein yang bisa berbeda antara bayi dan
anak.
V.4.1.5 Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi meliputi pemantauan terhadap akseptabilitas atau
penerimaan makanan, dan toleransi (reaksi simpang makanan). Reaksi simpang yang
dapat terjadi pada pemberian enteral antara lain adalah mual/muntah, konstipasi dan
diare. Pada pemberian parenteral dapat terjadi reaksi infeksi, metabolic dan mekanis.
Selainitu, diperlukan pemantauan efektivitas berupa monitoring pertumbuhan. Pada
pasien rawat inap evaluasi dan monitoring dilakukan setiap hari, dengan membedakan
antara pemberian jalur oral/enteral dan parenteral. Pada pasien rawat jalan evaluasi
dilakukan sesuai kebutuhan.
V.4.2 Jenis Makanan Bayi
V.4.2.1 Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar mamae wanita melalui proses
laktasi. ASI juga mengandung sejumlah zat penolak bibit penyakit antara lain laktoferin,
immunoglobulin, dan zat lainnya yang melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi.
Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan
cairan/ makanan. Pemberian ASI secara eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu
setidaknya selama 6 bulan. ASI dapat diberikan sampai berusia 2 tahun (Moehyi, 2008).
62
memperhatikan selera terhadap makanan, bentuk dan porsi disesuaikan dengan daya
terima, toleransi, dan keadaan faali anak, serta memperhatikan sanitasi/ higiene (Pudjiadi,
2005).
Penelitian yang dilakukan di daerah pedesaan Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa
Tengah, dimana praktek-praktek pemberian makan pada bayi sebelum usia 1 bulan
mencapai 32,4% dan 66,7% jenis makanan yang diberikan adalah pisang (Widodo, 2003).
Dari hasil penelitian Sulastri (2004) di Kecamatan Medan Marelan mengenai pemberian
MP-ASI dimana 80 responden terdapat 2,5% pemberian MP-ASI baik dan 97,5% dengan
pemberian MP-ASI yang tidak baik.
Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Aritonang (2008) di Kelurahan PB
Selayang Medan menunjukkan bahwa tidak ada satu orang pun ibu yang memberi MPASI setelah bayi usia lebih dari 6 bulan. Sebagian besar bayi sudah mendapat MP-ASI
pada usia 1-3 bulan bahkan ada yang sudah memberi MP-ASI begitu lahir.
Tujuan memberikan makanan pendamping ASI adalah melengkapi zat gizi yang
kurang terdapat dalam ASI/ susu formula, mengembangkan kemampuan bayi untuk
menerima bermacam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa, mengembangkan
kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan, dan melakukan adaptasi terhadap
makanan yang mengandung kalor energi yang tinggi (Persagi, 1992).
V.4.3 Kebutuhan Zat Gizi Pada Bayi
Setiap bayi memerlukan nutrisi yang baik dan seimbang. Artinya, setiap bayi
memerlukan nutrisi dengan menu seimbang dan porsi yang tepat, tidak berlebihan dan
disesuaikan dengan kebutuhan tubuhnya. Jika pemberian nutrisi pada bayi kurang baik
dari segi kualitas maupun kuantitasnya maka pertumbuhan dan perkembangannya akan
berjalan lambat. Sebaliknya, jika pemberian nutrisi melebihi kapasitas yang dibutuhkan
akan menyebabkan kegemukan yang mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan
bayi menjadi terganggu.
Energi atau kalori sangat berpengaruh terhadap laju pembelahan sel dan
pembentukkan struktur organ-organ tubuh. Apabila energi berkurang maka proses
pembelahan sel akan terganggu dapat mengakibatkan organ-organ tubuh dan otak bayi
mempunyai sel-sel yang lebih sedikit dari pada pertumbuhan normal.
Protein sebagai zat pembangun sangat diperlukan bayi untuk pembuatan sel- sel baru
dan merupakan unsur pembentukkan berbagai struktur organ tubuh (Asydhad, 2006).
64
VI.
Kerangka Konsep
Fariz, anak laki-laki 10
bulan
Riwayat lahir dengan
KPD
Chorioamnionitis
Resiko aspirasi cairan
amnion
Bronkopneumoni
a
Hipoksia
Menyebar hematogen ke
otak
Meningitis
Adanya reaksi
radang
Kerusakan:
-sel-sel otak
-oligodendrosit
(CEREBRAL
PALSY)
Blok jalur auditori
dari batang otak
lobus temporal
Perlambatan proses
mielinisasi &
kerusakan korteks
presentralis
Gangguan
pendengaran
Gangguan inhibisi
sentral ke n.
Kranialis motorik
refleks tendon
Disfungsi oromotor
Gangguan
menelan
Gangguan bicara
Belum bisa
mengoceh
Gangguan nutrisi
Severely
underweight
mikrosefal
i
Gangguan perkembangan
otak
65
Kesimpulan
Fariz laki-laki 10 bulan, mengalami tumbuh kembang yang terhambat, gizi buruk,
mikrocefali akibat cerebral palsy tipe spastic quadriplegia.
66
DAFTAR PUSTAKA
Albright AL. intrathecal Baclofen in Cerebral Palsy Movement Disorders. J Child
Darto Saharso. CEREBRAL PALSY DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA Kelompok studi
neuro-developmental Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unair RSU Dr. Soetomo
Surabaya. http://old.pediatrik.com/pkb/061022021726-bvxh131.pdf. 29-03-2016
Depkes. 2013. Makanan Sehat Untuk Bayi. From: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/
diunduh pada 29 Maret 2016.
Fitriadi. Cerebral Palsy. From: http://eprints.undip.ac.id/ diunduh pada 29 Maret 2016.
Gunarwati, S., S. Y. Patria, M. Julia. Risk factors of cerebral palsy in the perinatal period.
Paediatr Indones 48;3, 2008: 175-179
Handryastuti, S.. Cerebral Palsy. Divisi Neurologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUIRSCM, 2014
Hendy, Soetjiningsih. Palsi Serebral. dalam Soetjiningsih, I. G. N. G. Ranuh (Eds.). Tumbuh
Kembang Anak, ed. 2. Jakarta: EGC, 2013: 527-57
IDAI. 2013. Asuhan Nutrisi Pediatrik. From: http://www.idai.or.id/wp-content/uploads
diunduh pada 29 Maret 2016
Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti B.Narendra.2008. PENYIMPANGAN TUMBUH
KEMBANG ANAK Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Bagian Ilmu Kesehatan
Anak,
FK
Unair
RSU
Dr.
Soetomo
Surabaya.
http://old.pediatrik.com/pkb/061022022956-57x6138.pdf. 29-03-2016
Lely, O. A. A., Soetjiningsih. Aspek Kognitif dan Psikososial pada Anak dengan Palsi
Serebral. Sari Pediatri 2;2, 2000: 109-112
Michigan Cerebral Palsy Attorneys. 2010 2012. Cerebral Palsy from Neonatal Sepsis and
Meningitis
http://www.michigancerebralpalsyattorneys.com/about-cerebral-
D..
Cerebral
Palsy:
Diagnosis
dan
Tatalaksana.
Kelompok
Studi
67
Saharso, Darto, dkk. 2005. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS PADA BAYI DAN ANAK
http://old.pediatrik.com/cd_dan_buku/061023-kxcv149-cd_dan_buku.pdf
(Diakses
Global
di
Rumah
Sakit
Cipto
Mangunkusumo
Jakarta
68