1 dari 11
D E PA RT E M E N P E N D I D I K A N D A N K E B U D AYA A N
11
I.
TRIAKSIAL (TRIAXIAL)
PENDAHULUAN
Dibandingkan dengan percobaan Geser Langsung maupun Kuat Tekan Bebas,
pelaksanaan percobaan Triaksial diketahui lebih rumit, namun diakui sebagai cara
yang paling baik untuk mendapatkan parameter-parameter geser tanah c dan , oleh
karena kondisi tegangan-tegangan dilapangan dapat ditirukan dengan cara
pemberian tegangan sel (3) pada benda uji. Selain itu pada percobaan Triaksial
tersedia pula fasilitas untuk mengukur tekanan air pori dan perubahan volume
selama pelaksanaan pengujian.
Beberapa jenis pengujian yang dapat dilakukan pada percobaan Triaksial antara
lain:
-
Ukuran sel Triaksial yang sesuai dengan diameter benda uji tersedia dalam berbagai
ukuran, namun yang umum digunakan adalah sel untuk benda uji berdiameter
38mm, dengan perbandingan tinggi terhadap diameter (L/d) yang disyaratkan
berkisar antara 2.0 sampai 3,0. Pengujian dengan diameter benda uji yang lebih
besar dapat dilakukan, selama peralatan yang diperlukan tersedia. Sesuai dengan
keperluannya benda uji dapat dibuat dari contoh tanah asli (undisturbed), maupun
buatan (remoulded).
Untuk satu seri percobaan Triaksial, diperlukan minimal 2 (dua) buah benda uji
dengan kadar air dan berat isi yang kurang lebih sama (identik).
Prinsip dasar dari pelaksanaan pengujian yaitu; mula-mula terhadap masing-masing
benda uji diberikan tegangan sel dan ditunggu sampai stabil, selanjutnya berikan
tegangan deviator dimana beban dibaca pada regangan tetap tertentu (strain
controlled), hingga tercapai keruntuhan. Tergantung pada jenis pengujian, selama
pemberian tegangan sel, keran pengaliran dapat dalam keadaan tertutup
(unconsolidated), atau terbuka (consolidated).
TUJUAN PERCOBAAN
2.1
2. 2
Peserta pelatihan dapat menggambarkan lingkaran Mohr, serta dapat menentukan besarnya nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam (), dari contoh tanah
yang diuji.
III.
PERALATAN
3.1
Mesin tekan yang dilengkapi dengan cincin beban dan arloji regangan dengan ketelitian 0.01mm.
IV.
3.2
Sel Triaksial.
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
4.1
4.2
4.3
Untuk benda uji berdiameter 76mm, besar butir maksimum harus <1/6
diameter benda uji.
4.5
b.
Pasang cetakan belah benda uji diatas tabung contoh, keluarkan contoh dengan alat pengeluar contoh sepanjang cetakan
belah, kemudian potong dan ratakan dengan pisau/kawat
tipis.
c.
Ratakan sisi yang lain dengan pisau tipis, kemudian keluarkan dari cetakan.
4.5.2
Siapkan contoh tanah dari bekas benda uji asli atau contoh
tanah lain sejenis.
b.
c.
4.6
da + 2dt + db
[mm]
4
dimana:
Laboratorium Mekanika Tanah Politeknik Negeri Malang
do
da
dt
db
4.7
Pasang karet membran pada benda uji yang telah disiapkan, lakukan secara
hati-hati agar struktur tanah tidak terganggu, gunakan tabung isap dan pompa vakum.
V.
PROSEDUR PERCOBAAN
5.1
Letakkan benda uji pada pusat alas mesin tekan secara vertikal.
5.2
Pasang sel Triaksial serta kencangkan kedua mur, agar pada saat pemberian
tegangan sel, air tidak keluar.
5.3
Beri tegangan sel/keliling (3) pada benda uji pertama sebesar nilai
tegangan total horisontal yang ada pada kedalaman pengambilan contoh
tanah, dengan rumus:
3 = h = Ko x v
dimana:
h
Ko
wet
5.4
Jalankan mesin sampai batang tekan menyentuh cincin beban dan pelat
penutup bagian atas benda uji (ditandai dengan bergeraknya jarum arloji
pada cincin beban).
5.5
Atur arloji regangan dan arloji cincin beban pada posisi nol pembacaan.
5.6
5.7
Catat bacaan arloji cincin beban setiap 1/4menit atau 1/2menit atau menurut
petunjuk instruktur.
5.8.
5.9.
5.10.
Lepaskan sel Triaksial, ambil benda uji amati dan buat sketsa bentuk
keruntuhannya.
5.11.
5.12.
Ganti dengan benda uji yang baru, ulangi langkah 5.1 s/d 5.2.
5.13.
Ulangi langkah 5.3 dengan dengan tegangan keliling sebesar 2 (dua) kali
tegangan keliling yang pertama.
5.14.
VI.
L
x 100%
Lo
dimana:
Lo
VI.2
Ao
[cm 2 ]
1-
Tegangan deviator:
Pi
[kg/cm 2 ]
A
dimana:
i
Pi
beban aksial (terkalibrasi) untuk regangan ke-i, dari masingmasing benda uji [kg]
A
6.2
3i +
dimana:
6.3
fi
3i
OCi =
rumus:
1i 3i
[kg/cm2]
2
ri =
1i - 3i
[kg/cm2]
2
Gambar 12.1
r2
c
r1
3-1
C1 3-2 1-1
C2
1-2
6.4
Nilai kohesi (c) adalah jarak vertikal dari pusat sumbu ke titik
potong garis singgung kedua lingkaran dengan sumbu vertikal
6.5
Gambar sketsa benda uji pada saat runtuh, untuk menentukan jenis
keruntuhannya.
6.6
VII.
REFERENSI
7.1
ASTM D 2580-70
Laboratorium Mekanika Tanah Politeknik Negeri Malang
7.2
AASHTO T234-70
7.3
7.4