Disusun Oleh :
Asri Putri Triningrum Djaen
10 / 298894 / KU / 13831
Kelompok 14306
Latar Belakang
1,2,3
dari
keganasan
prostat.
Kecurigaan
suatu
keganasan
pada
Anatomi Prostat
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak
di sebelah inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior. Prostat
berbentuk seperti pyramid terbalik dan merupakan organ kelenjar
fibromuskuler yang mengelilingi uretra pars prostatica. Bila mengalami
pembesaran organ ini menekan uretra pars prostatika dan menyebabkan
terhambatnya aliran urin keluar dari buli-buli. Prostat merupakan kelenjar
aksesori terbesar pada pria; tebalnya 2 cm dan panjangnya 3 cm
dengan lebarnya 4 cm, dan berat 20 gram.
a. Lobus medius
b. Lobus lateralis (2 lobus)
c. Lobus anterior
d. Lobus posterior
Pada kelenjar prostat juga dibagi dalam 5 zona :
fibromuskular.
sepertiga
kelenjar
prostat.
b. Zona Perifer
Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa
kelenjar
prostat.
Zona
ini
rentan
terhadap
inflamasi
dan
Fisiologi Prostat
Sekret kelenjar prostat adalah cairan seperti susu yang bersamasama sekret dari vesikula seminalis merupakan komponen utama dari
cairan semen. Semen berisi sejumlah asam sitrat sehingga pH nya agak
asam (6,5). Selain itu dapat ditemukan enzim yang bekerja sebagai
fibrinolisin yang kuat, fosfatase asam, enzim-enzim lain dan lipid. Sekret
prostat dikeluarkan selama ejakulasi melalui kontraksi otot polos. kelenjar
prostat
juga
menghasilkan
cairan
dan
plasma
seminalis,
dengan
perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan vesikula seminalis 4680% pada waktu ejakulasi.
Definisi
Hiperplasia prostat jinak (BPH), juga dikenal sebagai hipertrofi
prostat jinak, adalah diagnosis histologis yang ditandai oleh proliferasi
elemen seluler prostat. Obstruksi kandung kemih sekunder karena BPH
dapat menyebabkan retensi urin, insufisiensi ginjal, infeksi saluran kemih
berulang, hematuria gross, dan batu kandung kemih.
5
Etiologi
Hingga sekarang, penyebab BPH masih belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat
kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses
penuaan. Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya
hiperplasia prostat:4
1. Teori dihidrotestosteron
Pertumbuhan
kelenjar
prostat
sangat
tergantung
pada
hormon
reseptor
androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat
menjadi lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak
terjadi dibandingkan dengan prostat normal.
2. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
Pada usia yang makin tua, kadar testosteron makin menurun,
sedangkan kadar estrogen
relatif
tetap, sehingga
perbandingan
Interaksi stroma-epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan selsel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma
melalui
suatu
mendapatkan
mediator
stimulasi
(growth
dari
DHT
factor).
dan
Setelah
estradiol,
sel
stroma
sel-sel
stroma
kematian
sel
karena
setelah
dilakukan
kastrasi,
terjadi
Patofisiologi
Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional,
sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer.
Pertumbuhan kelenjar ini sangat bergantung pada hormon testosteron,
yang di dalam sel- sel kelenjar prostat hormon akan dirubah menjadi
metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5
reduktase. Dihidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu mRNA di dalam sel- sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth
factor yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat. 4
Pembesaran
prostat
menyebabkan
penyempitan
lumen
uretra
Manifestasi
a. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS)
Obstruksi
Iritasi
Hesistansi
Frekuensi
Nokturi
Intermitensi
Urgensi
Disuria
Distensi abdomen
Timbulnya gejala LUTS merupakan manifestasi kompensasi otot bulibuli untuk mengeluarkan urine. Pada suatu saat, otot buli-buli mengalami
kepayahan (fatigue) sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang
diwujudkan dalam bentuk retensi urin akut.
Timbulnya dekompensasi buli-buli ini didahului oleh factor pencetus
antara lain :
1) Volume buli-buli tiba-tiba penuh (cuaca dingin, konsumsi obatobatan yang mengandung diuretikum, minum tertalu banyak)
2) Massa prostat tiba-tiba membesar (setelah melakukan aktivitas
seksual/ infeksi prostat)
9
yang
diambil
berdasarkan
skor
American
Urological
pada
penyakit
hernia/ hemoroid
sering
mengikuti
Pemeriksaan Fisik
Buli-buli yang terisi penuh dan teraba massa kistus di daerah supra
simfisis akibat retensi urine. Kadang-kadang didapatkan urine yang selalu
menetes yang merupakan pertanda dari inkontinensia paradoksa.
1) Pemeriksaan colok dubur / digital rectal examination
( DRE )
Merupakan
pemeriksaan
yang
sangat
penting,
DRE
dapat
11
mengukur
urin
yang
masih
dapat
keluar
dengan
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Sedimen urin
13
14
daerah
yang
abnormal
tampak
memang
tumor,
c. Sistoskopi
Dalam pemeriksaan ini, disisipkan sebuah tabung kecil melalui
pembukaan urethra di dalam penis. Prosedur ini dilakukan
setelah solusi numbs bagian dalam penis sehingga sensasi
semua hilang. Tabung, disebut sebuah cystoscope , berisi
lensa dan sistem cahaya yang membantu dokter melihat bagian
dalam uretra dan kandung kemih. Tes ini memungkinkan dokter
untuk menentukan ukuran kelenjar dan mengidentifikasi lokasi
dan derajat obstruksi.
15
Gambaran
sonografi
benigna
hyperplasia
prostat
USG
transabdominal
mampu
pula
mendeteksi
adanya
16
Residual urin :
Jumlah sisa urin setelah miksi, dengan cara melakukan
kateterisasi/USG setelah miksi
Pancaran urin/flow rate :
Dengan menghitung jumlah urine dibagi dengan lamanya miksi
berlangsung (ml/detik) atau dengan alat uroflometri yang
menyajikan gambaran grafik pancaran urin. Aliran yang
berkurang sering pada BPH. Pada aliran urin yang lemah, aliran
urinnya kurang dari 15mL/s dan terdapat peningkatan residu
urin. Post-void residual
17
aliran
urin
atas
dewasa
muda
yang
Komplikasi
Hiperplasia Prostat
18
Buli-buli:
Refluks VU
Hidroureter
Selula
Hidronefrosis
Divertikel buli-buli
Gagal ginjal
Hidronefrosis
Hidroureter
Hipertofi otot detrusor
Benigna prostat hiperplasi
Penatalaksanaan
Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalami tindakan
medik. Kadang-kadang mereka yang mengeluh LUTS ringan dapat
sembuh sendiri tanpa mendapatkan terapi apapun atau hanya dengan
nasehat saja. Namun adapula yang membutuhkan terapi medikamentosa
atau tindakan medik yang lain karena keluhannya semakin parah.
Tujuan terapi hyperplasia prostat adalah (1) memperbaiki keluhan
miksi, (2) meningkatkan kualitas hidup, (3) mengurangi obstruksi
intravesika, (4) mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal,
(5) mengurangi volume residu urine setelah miksi dan (6) mencegah
progrefitas penyakit. Hal ini dapat dicegah dengan medikamentosa,
pembedahan atau tindakan endourologi yang kurang invasif.
Observasi
Watchful
waiting
Medikamento
sa
Penghambat
adrener
gik
Penghambat
Operasi
Prostatektomi
terbuka
Endourologi
Invasive minimal
TUMT
TUBD
Stent uretra
19
redukte
se
Fisioterapi
Hormonal
1. TURP
2. TUIP
3. TULP
Elektovaporas
i
TUNA
Indeks gejala
AUA
Gejala ringan
gejala
(IPSS<7)
Gejala sedang
Tes diagnostic
Uroflow
Residu urin postvoid
Pilihan terapi
Terapi non-invasif
Watchful waiting
a. Watchful waiting
Terapi medis
Terapi invasif
Tes diagnostic
Pressure flow
Uretrosistoskopi
USG prostat
Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS
Terapi minimal invasif
Operasi
dibawah 7, yaitu keluhan ringan yang tidak mengganggu aktivitas
sehari-hari. Pasien tidak mendapat terapi namun hanya diberi
penjelasan mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat memperburuk
keluhannya, misalnya (1) jangan mengkonsumsi kopi atau alcohol
20
uroflometri.
Jika
keluhan
miksi
bertambah
jelek
daripada
terapi
medikamentosa
adalah
berusaha
untuk
(1)
subtipe alfa-1 reseptor termasuk 1a, 1b, dan 1c. Dari jumlah
tersebut, reseptor alpha-1a paling khusus terkonsentrasi di leher
21
yang
lebih
tua,
sering
lebih
murah,
alpha-blocker
22
menyebabkan
penurunan
besar
dalam
konsentrasi
DHT
ereksi,
gangguan
ejakulasi.
selama
bulan.
Dengan
demikian,
kita
harus
membandingkan efektivitas
disebut
terapi
microwave
transurethral
(TUMT),
kematian
sehingga
sel,
dengan
penurunan
kontraksi
volume
jaringan
prostat.
jarum
ablasi
frekuensi
prostat
tinggi
(TUNA)
gelombang
melibatkan
radio
untuk
khusus
dengan
jarum
yang
digunakan
untuk
memberikan energi.
TUNA
dapat
dilakukan
dengan
anestesi
lokal,
yang
perawatan
microwave,
perawatan
Radiofrequency
24
penggunaannya.
Pengobatan
Radiofrequency
komplikasi
ejakulasi
retrograde
dan
impotensi
dibandingkan TURP.
d. Bedah
1) Operasi transurethral.7
TURP dianggap sebagai standar kriteria untuk menghilangkan
BOO sekunder untuk BPH. Indikasi untuk melanjutkan dengan
intervensi bedah meliputi AUR, Sulit berkemih, kencing berdarah
berulang,
Infeksi
saluran
kemih,
Insufisiensi
ginjalobstruksi
sekunder
Indikasi lain untuk intervensi bedah meliputi kegagalan terapi
medis, keinginan untuk mengakhiri terapi medis, dan kendala
keuangan yang terkait dengan terapi medis. Namun, TURP
membawa risiko morbiditas (18%) dan risiko kematian (0,23%).
TURP dilakukan dengan anestesi regional atau umum dan
melibatkan penempatan selubung bekerja di uretra melalui
perangkat genggam dengan loop kawat yang terpasang. alat
potong yang menggunakan listrik dijalankan melalui loop sehingga
25
biasanya
menempel
pada
kamera
video
untuk
TURP
sering
berhasil,
ia
memiliki
beberapa
signifikan
dapat
terjadi,
mungkin
mengakibatkan
Pasien
biasanya
dipantau
semalam
dan
dipulangkan
pembuluh
darah
yang
dipotong
terbuka,
dengan
Pasca bedah
lanjut
Inkontinensi
Dinsfungsi ereksi
Ejakulasi
retrograde
Striktur uretra
(a)
(b)
(c)
Gambar 14. (a) alat TURP, (b) cara melakukan TURP, (c) uretra
prostatika pasca TURP
27
2) Open surgery.
nekrosis
yang
beku,
dengan
kontraksi
jaringan
berikutnya.
Laser juga telah digunakan untuk langsung menguap, atau
mencair, yang lebih efektif daripada laser yang koagulasi.
Penguapan photoselective prostat menghasilkan sinar yang tidak
langsung bersentuhan dengan prostat; melainkan memberikan
energi panas ke prostat yang mengakibatkan kerusakan / ablasi
jaringan prostat.
Potassium-Titanyl-fosfat (KTP) dan holmium laser digunakan
untuk memotong dan / atau enukleasi prostat, mirip dengan teknik
TURP. Transurethral penguapan / ablasi dengan KTP atau holmium
28
dilakukan
dalam
pengaturan
rawat
jalan.
Waktu
ini
telah
cukup
berguna
pada
pasien
yang
9,10
laser
10,11
biasanya
menghasilkan
penurunan
mengelupaskan;
dengan
demikian,
pasien
mungkin
29
Watchfull waiting
Kontrol setelah 6 bulan, kemudian setiap tahun untuk
mengetahui apakah terdapat perbaikan klinis
Pembedahan
Paling lambat 6 minggu pasca operasi untuk mengetahui
kemungkinan penyulit.
KESIMPULAN
Hiperplasia kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang
bermakna pada populasi pria lanjut usia. Dengan bertambah usia, ukuran
kelenjar
dapat
bertambah
karena
terjadi
hiperplasia
jaringan
Gejala
dari
pembesaran
prostat
ini
terdiri
dari
gejala
DAFTAR PUSTAKA
1. Kozar Rosemary A, Moore Frederick A. Schwartzs Principles of
Surgery 8th Edition. Singapore: The McGraw-Hill Companies, Inc;
2005
31
observations
on
long-term
outcomes.
Urol.
Oct
32