Anda di halaman 1dari 49

KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK RANSUM

KOMPLIT DENGAN KANDUNGAN PROTEIN BERBEDA PADA


KAMBING MARICA JANTAN

SKRIPSI

Oleh:

BASRI
I 211 09 279

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
1

KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK RANSUM


KOMPLIT DENGAN KANDUNGAN PROTEIN BERBEDA PADA
KAMBING MARICA JANTAN

SKRIPSI

Oleh:

BASRI
I 211 09 279

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama

: Basri

NIM

: I 211 09 279

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:


a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab
Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan
dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan
seperlunya.

Makassar,

Februari 2014

Basri

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi

Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik


Ransum Komplit dengan Kandungan Protein
Berbeda Pada Kambing Marica Jantan

Nama

: Basri

Stambuk

: I 211 09 279

Skripsi ini telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:

Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir, M. Sc

Ir. Muh. Zain Mide, M. S

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Mengetahui:
Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc
Dekan Fakultas Peternakan

Tanggal Lulus :

Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si


Ketua Jurusan

Februari 2014

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji bagi Sang pemilik kesempurnaan dan pemilik
keindahan atas Cinta, Rahmat dan Hidayah-Nya yang senantiasa dititipkan kepada
penulis sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini. Shalawat dan
Salam kepada manusia sempurna, sang revolusioner sejati yang telah menganta
rkita dari lembah jahiliah sampai pada lembah peradaban seperti saa tini.
Ayahanda tercinta Bancong dan Ibunda tercinta Sinar, terimalah tulisan
ini sebagai persembahan bakti dan terimakasih ku atas limpahan kasih sayang,
ketulusan, serta doa yang senantiasa kalian lantunkan dalam setiap hembusan
nafas, kalian telah melahirkan, mendidik dan membesarkan dengan penuh cinta
dan kasih yang begitu ikhlas kepada penulis sampai saat ini. Kepada ketiga adikku
tersayang Nurbaya, Yusuf dan Maulana senyum yang terpancar dari bibir kalian
adalah pelebur duka bagi penulis dalam menyelesaikan tulisan ini, serta keluarga
besar di Enrekang yang telah memberikan motivasi dan dukungan moril kepada
penulis.
Terima kasih tak terhingga kepada bapak Prof. Dr. Ir Asmuddin Natsir,
M. Sc, selaku Pembimbing Utama dan juga sebagai Penasehat Akademik atas
didikan, bimbingan, serta waktu yang telah diluangkan untuk memberikan
petunjuk dan menyumbangkan pikirannya dalam membimbing penulis mulai dari

perencanaan penelitian sampai selesainya skripsi ini. Terimakasih pula


kepadabapak Ir. Muhammad ZainMide, MS, selaku Pembimbing Anggota atas
waktu dan bimbingan yang telah diberikan sampai selesainya skripsi ini.
Terima kasih setinggi-tingginya penulis sampaikan dengan segala
keikhlasan dan kerendahan hati kepada :
Bapak Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc selaku Dekan Fakultas
Peternakan dan juga kepada Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si selaku
Ketua Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Kepada seluruh Dosen dan Staf
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, khususnya Jurusan Nutrisi dan
Makanan Ternak yang telah memberikan sumbangsih ilmu selama penulis
berada di bangku kuliah.
Keluarga besar Colustrum 09dan HUMANIKA-UH serta teman-teman
Penelitian(Adan, Hendra, Nisa, Ita, Ani, RasmidankLina) terima kasih
atas indahnya kebersamaan dan saling kerja sama yang telah kita jalani.
Kepada keluarga besar KKN PPM DIKTI UNHAS 2013 Kecamatan Tanete
Riaja Kabupaten Barru, khususnya Posko Desa Lompo Tengah, cerita dan
sejarah yang telah kita ukir akan menjadi prasasti abadi bagi anak cucu
penulis.
Teman-teman penghuni asrama (Jhon, Andy, Eko, Moyo, Ahmad,
Cimmang, Firqah, Ippang, Ambal, Firma, Sasa, Yunaz) salam sejahtera
atas kebersamaan dan motivasi kepada penulis.

Kepadateman-teman pengurus Himpunan Pelajar Mahasiswa Massenrempulu


sejajaran khususnya Pengurus Pusat (PP-HPMM) Periode 2013-2015,
tetap semangat dan goreskan cerita indah pada tanah kelahiran kita.
Terkhusus kepada FitrianaAkhsanS.Pt yang senantiasa memberikan
motivasi, dorongan dan semangat serta menjadi tempat berbagi suka maupun
dukabagi penulissampaiakhirnyatulisaninimenjadipersembahanuntukmu.
Semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu yang selalu
memberikan doa kepada penulis hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
Penulismenyadaribahwatulisaninimasihjauhdarikesempurnaan,
akantetapiharapanpenulissemogatulisaninidapatmemberikanmanfaat yang sebesarbesarnyabagisemuapihak yang membutuhkan.
Amin Ya Rabbal Alamin.........
AKU ADA KARENA DIRI MU, MAKA JANGAN BIARKAN AKU
TIADA DALAM KEBERADAAN KU
Makassar,

Februari 2014

Basri

Basri (I 211 09 279). Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Ransum
Komplit Dengan Kandungan Protein Berbeda Pada Kambing Marica Jantan.
(Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir, M.Sc sebagai Pembimbing
Utama dan Ir. Muhammad Zain Mide, MS sebagai Pembimbing Anggota).

ABSTRAK
Bentuk ransum serta ketersediaan dan keseimbangan nutrisi dalam ransum,
misalnya pada ransum komplit, akan berpengaruh terhadap pemanfaatan nutrisi
ransum tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan protein
kasar ransum komplit yang dapat mengoptimalkan tingkat kecernaan bahan kering
dan bahan organik ransum komplit pada kambing merica jantan. Penelitian ini
dilaksanakan menurut rancangan acak lengkap terdiri dari empat perlakuan dan
tiga ulangan. Perlakuannya adalah A. Ransum komplit dengan kandungan protein
10.20%, B. 12.59%, C. 15.24%, dan D. 17.54%. sebanyak dua belas ekor
kambing merica jantan ditempatkan pada kandang individu dan secara acak
mendapat salah satu dari empat jenis ransum percobaan. Hasil percobaan
memperlihatkan bahwa rataan daya cerna bahan kering bervariasi antara 62.8 %
(ransum B) sampai 66.5% (ransum D). Rataan daya cerna bahan organik
bervariasi antara 60.7% (ransum B) hingga 65.6% (ransum D). Namun demikian
hasil statistik memperlihatkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh yang
nyata (P>0.05) terhadap daya cerna bahan kering dan bahan organik ransum
komplit. Kesimpulan, meningkatkan kadar protein ransum komplit dari 10%
menjadi 17.5% tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
peningkatan kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum komplit.

Kata Kunci : Kambing Marica, Kecernaan Bahan Kering dan Bahan


Organik, Ransum Komplit

Basri (I 211 09 279). Dry Matter and Organic Matter Digestibility of Complete
Ration Containing Different levels of Cride Protein on Male Merica Goat. (Under
the guidance of Prof.. Dr.. Ir. Asmuddin Natsir, M.Sc as the Main Supervisor
and Ir. Muhammad Zain Mide, MS as a Member Advisor).

ABSTRACT
The form of ration as well as availability and balancing of nutrient contents of the
ration such as in complete ration will affect the utilization of those nutrients by the
animal. The purpose of this experiment was to study the level of protein contents
of complete ration that could optimize digestibility of dry matter and organic
matter of the ration on male marica goat. The experiment was carried out
according to completely randomised design consisted of four treatments and three
replications for each treatment. The treatments were A. Complete ration
containing 10.20% of crude protein, B. Complete ration containing 12.59% of
crude protein, C. Complete ration containing 15.24% of crude protein, D.
Complete ration containing 17.54% of crude protein. Twelve heads of marica
goats were placed into an individual metabolic cage and was randomly fed one of
four rations. The results of the experiment showed that dry matter digestibility
varied between 62.8% (treatment B) and 66.5% (treatment D). While organic
matter digestibility ranged from 60.7% (treatment B) to 65.5% (treatment D).
However, statistical analysis indicated that there was no significant differences
(P>0.05) among the treatments. In conclusion, increasing crude protein content of
complete ration from 10% to 17.5% did not give a significant benefits in terms of
dry matter and organic matter digestibility of complete ration for marica goat.

Keywords: Marica Goat, Dry Matter and Organic Matter Digestibility,


Complete Ration.

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................

HALAMAN PENGAJUAN ...........................................................................

ii

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................

iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................

iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................

ABSTRAK .......................................................................................................

viii

ABSTRACT . ..................................................................................................

ix

DAFTAR ISI .......................................................................................... ........

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

xiv

PENDAHULUAN ..........................................................................................

Latar Belakang ......................................................................................


Rumusan Masalah .................................................................................
Hipotesis ...............................................................................................
Tujuan dan Kegunaan ...........................................................................

1
2
3
3

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................

Gambaran Umum Kambing ..................................................................


Ransum Komplit ...................................................................................
Kebutuhan Protein ................................................................................
Metode Pengukuran Kecernaan pada Ruminansia ...............................
Kecernaan Bahan Kering ......................................................................
Kecernaan Bahan Organik ....................................................................

4
6
8
9
11
12

METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................

14

Waktu dan Tempat ...............................................................................

14

10

Materi Penelitian ..................................................................................


Rancangan Percobaan ..........................................................................
Pelaksanaan Percobaan ........................................................................
Pengambilan Sampel ............................................................................
Analisis Laboratorium ..........................................................................
Parameter yang Diukur .........................................................................
Analisis Statistik ...................................................................................

14
14
15
16
17
17
18

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................

19

PENUTUP .........................................................................................................

21

Kesimpulan ..........................................................................................
Saran ....................................................................................................

21
21

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

22

LAMPIRAN ......................................................................................................

26

RIWAYAT HIDUP

11

DAFTAR TABEL

No.
Halaman
Teks
1. Karakteristik morfologik tubuh kambing Marica ............................. 5
2. Bahan Pakan dan Kandungan Nutrisi Dalam Ransum Komplit ....... 16
3. Rataan Daya Cerna Bahan Kering dan Daya Cerna Bahan Organik
Berdasarkan Perlakuan ..................................................................... 19

12

DAFTAR GAMBAR

No.
Halaman
Teks
1. Kandang Metabolisme ...................................................................... 15

13

DAFTAR LAMPIRAN

No.
Halamn
Teks
1. Data Hasil Analisa Nilai Kecernaan Bahan Kering Ransum Komplit dengan
Kandungan Protein Berbeda pada Kambing Merica Jantan ................ 26
2. Analisa Sidik Ragam Nilai Kecernaan Bahan Kering Ransum Komplit
dengan Kandungan Protein Berbeda pada Kambing Merica Jantan
................26
3. Data Hasil Analisa Nilai Kecernaan Bahan Organik Ransum Komplit
dengan Kandungan Protein Berbeda pada Kambing Merica Jantan ...........29
4. Analisa Sidik Ragam Nilai Kecernaan Bahan Organik Ransum Komplit
dengan Kandungan Protein Berbeda pada Kambing Merica Jantan ................
29

14

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kambing Marica yang terdapat di Propinsi Sulawesi Selatan merupakan
salah satu genotipe kambing asli Indonesia yang menurut laporan FAO sudah
termasuk kategori langka dan hampir punah (endangered). Daerah populasi
kambing Marica dijumpai di sekitar Kabupaten Maros, Kabupaten Jeneponto,
Kabupaten Soppeng dan daerah Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, keragaman karakteristik morfologik
kambing Marica ini hampir mirip dengan kambing Kacang, namun ada perbedaan
yaitu penampilan tubuh Iebih kecil dibanding kacang, telinga berdiri menghadap
samping arah ke depan, tanduk relatif kecil clan pendek . Kambing Marica punya
potensi genetik yang mampu beradaptasi baik di daerah agro-ekosistem lahan
kering, dimana curah hujan sepanjang tahun sangat rendah. Kambing Marica
dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau hanya memakan rumput-rumput
kering di daerah tanah berbatu-batu (Anonim, 2013).
Pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas
ternak. Kondisi pakan (kualitas dan kuantitas) yang tidak mencukupi kebutuhan
menyebabkan produktivitas ternak menjadi rendah yang antara lain ditunjukkan
oleh laju pertumbuhan yang lambat dan bobot badan rendah. Upaya untuk
mencukupi kebutuhan gizi dan memacu pertumbuhan, dapat dilakukan dengan
cara memberi pakan tambahan konsentrat (Ensminger dan Parker, 1986), atau
memberi hijauan leguminosa yang umumnya mengandung protein lebih tinggi
dari pada rumput (Mathius dkk., 1989).

15

Protein adalah salah satu komponen gizi makanan yang diperlukan ternak
untuk pertumbuhan. Laju pertumbuhan ternak yang cepat, akan membutuhkan
protein lebih tinggi di dalam ransumnya (Nutrient Requertmen of Goat, 1981;
Haryanto, 1992). Namun efisiensi penggunaan protein untuk pertumbuhan
jaringan tubuh, dipengaruhi oleh ketersediaan energi (Ensminger dan Parker,
1986).
Pakan komplit merupakan suatu strategi pemberian pakan yang telah lama
diterapkan, khususnya pada industri sapi perah. Penggunaan pakan komplit pada
sapi yang sedang laktasi memang sangat relevan untuk memudahkan pemenuhan
kebutuhan nutrisi (terutama energi) yang sangat tinggi, pada saat yang sama
mampu menyumbang kebutuhan serat yang sangat penting bagi stabilisasi
ekosisitem rumen. Selain itu, pakan komplit juga lebih menjamin meratanya
distribusi asupan harian ransum, agar fluktuasi kondisi ekosistem di dalam rumen
diminimalisir (Ensminger dan Parker, 1986).
Proses pengolahan bahan baku pakan menjadi pakan komplit biasanya
akan berdampak kepada peningkatan densitas nutrisi dalam pakan. Peningkatan
densitas nutrisi ini terutama diakibatkan oleh proses pengolahan (pencacahan atau
penepungan) bahan pakan sumber roughage (Ginting, 2009). Hal inilah yang
melatarbelakangi akan dilaksanakannya penelitian ini.
Rumusan Masalah
Salah satu nutrisi penting bagi ternak adalah protein. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini akan dibuat ransum komplit yang disusun dari berbagai bahan
yang tersedia secara lokal dengan kadar protein yang mempengaruhi kebutuhan

16

dasar dan untuk produksi. Namun demikian, komposisi level protein berbeda pada
ransum komplit untuk kambing marica jantan masih sangat terbatas.
Hipotesis
Diduga dengan pemberian ransum komplit dengan level protein antara 1017 % dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum
pada ternak kambing merica.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui level optimal kandungan
protein kasar ransum komplit untuk mengoptimalkan daya cerna bahan kering
dan bahan organik pada kambing merica.
Kegunaan penelitian ini adalah agar dapat mengetahui kecernaan bahan
kering dan bahan organik ransum komplit pada ternak kambing merica.

17

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Kambing


Kambing merupakan ternak jenis ruminansia kecil. Kambing pertama kali
dijinakkan pada zaman Neolitikum, di daerah Asia bagian Barat. Kambing memiliki
kekerabatan yang sangat dekat dengan domba namun berbeda sifat biologisnya.
Beberapa perbedaan besar antara spesies kambing dan domba, yaitu domba memiliki
stockier bodies yang lebih besar daripada kambing. Kambing memiliki ekor yang
lebih pendek daripada domba, namun memiliki tanduk yang lebih panjang dan ada
yang tumbuh ke atas, ke belakang dan keluar, sedangkan domba melingkar dan
berbentuk spiral. Kambing jantan dewasa memiliki janggut mengelurkan bau yang
khas yang berasal dari kelenjar bandot, namun domba jantan tidak. Tengkorak
domba mempunyai tulang air mata dan dekat kotak matanya terdapat kelenjar
praeorbital. Kambing tidak memiliki kelenjar scent pada bagian muka dan kakinya,
domba memiliki kelenjar tersebut (organ khusus yang menyekresikan substansi
aroma (pheromone) untuk menarik betina). Biasanya kambing lebih aktif daripada
domba dan memiliki sifat dan kebiasaan suka berkelahi dan menangkis, sehingga
dalam hal ini kambing dapat dengan mudah kembali ke alam liar (Devendra dan
Burns, 1994).

Kambing Marica yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan merupakan


salah satu genotipe kambing asli Indonesia yang menurut laporan FAO sudah
termasuk kategori langka dan hampir punah (endargeed). Daerah populasi
kambing Marica dijumpai di sekitar Kabupaten Maros, Kabupaten Jeneponto,
Kabupaten Sopeng dan daerah Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan. Kambing

18

marica punya potensi genetik yang mampu beradaptasi baik di daerah agroekosistem lahan kering, dimana curah hujan sepanjang tahun sangat rendah.
Kambing Marica dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau hanya
memakan rumput-rumput kering di daerah tanah berbatu-batu. Ciri yang paling
khas pada kambing ini adalah telinganya tegak dan relatif kecil pendek dibanding
telinga kambing kacang. Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan lincah dan
agresif (Anonim, 2013).
Jumlah

populasi

kambing

ini

secara

perlahan-lahan

mengalami

pengurangan dan sudah mulai susah dijumpai. Namun pada daerah topografi
tanah perbukitan dan berbatu-batu sekitar pantai, ternak ini nampaknya dapat
beradaptasi sangat baik dengan kondisi rumput yang minim dan kering pada
musim kemarau ( Batubara dkk, 2007 ).
Tabel 1. Karakteristik morfologik tubuh kambing Marica
No

Uraian

Kambing Marica
Betina

Jantan

Bobot/kg

20,26

22,8

Panjang badan/cm

56,4

58,6

Tinggi pundak/cm

55,7

57,6

Tinggi pinggul/cm

50,6

59,7

Lingkar dada/cm

54,4

51,7

Lebar dada/cm

15,9

15,6

19

Dalam dada/cm

27,6

23,2

Panjang Tanduk/cm

7,4

12,1

Panjang telinga/cm

10,3

11,6

10

Lebar telinga/cm

6,1

5,9

11

Type telinga

Tegak

Tegak

12

Panjang ekor/cm

11,6

11,3

13

Lebar ekor/cm

3,9

3,6

( Batubara dkk, 2007 ).


Ransum Komplit

Ransum komplit adalah pakan yang cukup tinggi gizi untuk hewan tertentu
dalam tingkat fisiologis, dibentuk atau dicampur untuk diberikan sebagai satusatunya makanan dan memenuhi kebutuhan hidup pokok atau produksi, atau
keduanya tanpa tambahan bahan atau substansi lain kecuali air (Hartadi dkk.,
1980). Menurut Chuzaemi (2002) ransum komplit merupakan salah satu metode
yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemanfaatan limbah pertanian yaitu
dengan cara mencampurkan limbah pertanian dengan tambahan pakan
(konsentrat) dengan mempertimbangkan kebutuhan nutrisi ternak baik kebutuhan
serat maupun zat makanan lainnya.
Proses pengolahan bahan baku pakan menjadi pakan komplit biasanya
akan berdampak kepada peningkatan densitas nutrisi dalam pakan. Peningkatan
densitas nutrisi ini terutama diakibatkan oleh proses pengolahan (pencacahan atau
penepungan) bahan sumber roughage. Pada ternak kambing densitas nutrisi
merupakan salah satu faktor penting dalam efisiensi penggunaan pakan. Ternak

20

kambing merupakan jenis herbivore yang mengembangkan perilaku selektif


terhadap bahan pakan yang memiliki densitas nutrisi yang tinggi. Hal ini terkait
dengan ukuran yang relative kecil (Hoffman 1988).
Penggunaan sebagian besar bahan pakan inkonvensional ini terutama
dalam mengatasi palatabilitas yang rendah dapat menjadi lebih efisien dengan
menggunakan teknologi pakan komplit. Efisiensi penggunaan pakan komplit pada
ternak ruminansia bahkan semakin meningkat sejalan dengan perkembangan yang
pesat dalam teknologi peralatan atau mesin pengolahan pakan (Ginting 2009).
Syamsu dkk. (2003) memperkirakan bahwa dari produksi beberapa jenis tanaman
pangan saja dapat dihasilkan jerami sekitar 52 juta ton bahan kering per tahun.
Jumlah ini setara dengan kebutuhan sekitar 15 juta satuan ternak. Potensi lain
berasal dari sektor tanaman perkebunan, terutama kelapa sawit dan kakao.
Kisaran taraf protein kasar pakan komplit yang digunakan dalam berbagai
penelitian adalah antara 13-20%, sedangkan kisaran kandungan energi
metabolisme antara 1.800-2.800 kkal/kg BK (Fernandez dkk., 2003; Urge dkk.,
2004; Pi dkk., 2005; Ginting dkk., 2007 dan Madruga dkk.,2008). Kandungan
energi metabolisme pakan komplit yang rendah (1.800-2.800 kkal/kg BK) pada
penelitian Pi dkk, (2005) disebabkan penggunaan jerami padi sebagai roughage
yang memiliki kandungan energi metabolisme relative rendah. Srivastava dan
Sharma (1998) menggunakan Leucaena leucocephala sebagai sumber utama
serat, sedangakan Haque dkk. (2008) menggunakan pakan komplit dengan
campuran Leucaena leucocephala (30%) dan tanaman jagung muda (50%)
sebagai sumber serat. Kedua jenis bahan tersebut memiliki kualitas nutrisi yang

21

tergolong baik, sehingga dengan rasio roughage/konsentrat yang tinggi masih


mampu memenuhi kebutuhan kambing.
Menurut Sarwono (2002) jenis pakan kambing ada dua macam, yaitu pakan
pokok yang terdiri dari hijauan (rumput, legum, dan limbah pertanian) dan penguat
(suplemen, konsentrat, dan pakan tambahan). Untuk ternak ruminansia termasuk

kambing, terdapat empat kategori pakan yang memiliki potensi sebagai sumber
pakan yaitu 1) tanaman pakan ternak(rumput alam maupun rumput introduksi,
leguminosa herba dan tanaman pohon multi guna); 2) hasil sisa/samping tanaman
pangan; 3) hasil samping industri-agro; dan 4) bahan pakan non-konvensional
yang belum umum digunakan namun memiliki potensi sebagai pakan.
Salah satu rumput yang di gunakan adalah rumput gajah, Rumput Gajah
segar dengan kandungan air dan serat kasar yang tinggi (81,50% dan 33,10%),
akan membatasi kemampuan ternak dalam mengkonsumsi ransum. Hal ini
dikarenakan kapasitas tampung rumen terbatas dan rate of passage rendah,
menyebabkan konsumsi bahan kering termasuk zat-zat gizi lain menjadi rendah
(Mcdonald., dkk, 1988). Dengan pemberian pakan tambahan konsentrat,
diharapkan dapat mencukupi kebutuhan konsumsi bahan kering dan zat-zat gizi
lain yang diperlukan untuk pertumbuhan ternak.

Kebutuhan Protein
Protein adalah salah satu komponen gizi makanan yang diperlukan ternak
untuk pertumbuhan. Laju pertumbuhan ternak yang cepat, akan membutuhkan
lebih tinggi di dalam ransumnya (Nutrient Requertmen of Goat, 1981; Haryanto,

22

1992). Namun efisiensi penggunaan protein untuk pertumbuhan jaringan tubuh,


dipengaruhi oleh ketersediaan energi (Ensminger dan Parker,1986).
Brody (1945) dan Kleiber (1961) membuktikan bahwa energi yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok secara alometris berbanding
lurus dengan bobot badan pangkat 0,75. Sementara itu, Dement dan Van Soest
(1983) menunjukan bahwa kapasitas organ pencernaan merupakan fungsi bobot
badan pangkat 1,00-1,09. Kedua hubungan alometris ini secara implisit
menjelaskan bahwa rasio kapasitas organ pencernaan dengan kebutuhan energi
akan lebih rendah pada ternak dengan ukuran bobot tubuh lebih kecil
dibandingkan dengan ternak besar. Dengan kata lain, efisiensi pencernaan pada
ternak dengan ukuran tubuh kecil lebih inferior dibandingkan dengan yang lebih
besar. Prinsip ini telah menjadi dasar anggapan bahwa ruminansia kecil termasuk
kambing kurang mampu memanfaatkan bahan pakan dengankarakter serat dan
keambaan (bulkiness) tinggi, seperti jerami.

Metode Pengukuran Kecernaan pada Ruminansia


a. Metode in vitro
Metode in vitro adalah suatu metode pendugaan kecernaan secara tidak
langsung yang dilakukan di laboratorium dengan meniru proses yang terjadi di
dalam saluran pencernaan ruminansia. Keuntungan metode in vitro adalah waktu
lebih singkat dan biaya lebih murah apabila dibandingkan metode in vivo,
pengaruh terhadap ternak sedikit serta dapat dikerjakan dengan menggunakan
banyak sampel pakan sekaligus. Metode in vitro bersama dengan analisis kimia
saling menunjang dalam membuat evaluasi pakan hijauan (Pell dkk, 1993).

23

Metode in vitro dikembangkan untuk memperkirakan kecernaan dan


tingkat degradasi pakan dalam rumen, dan mempelajari berbagai respon
perubahan kondisi rumen. Metode ini biasa digunakan untuk evaluasi pakan,
meneliti mekanisme fermentasi mikroba dan untuk mempelajari aksi terhadap
faktor antinurisi, aditif dan suplemen pakan (Lopez, 2005).
b. Metode in sacco
Metode in sacco merupakan metode pendugaan kecernaan untuk evaluasi
bahan pakan yang dapat didegradasi di dalam rumen. Metode ini cukup sederhana
dan memiliki beberapa keunggulan yaitu: dapat mengevaluasi bahan pakan lebih
dari satu dalam waktu yang bersamaan serta dapat mempertahankan pH rumen
dan populasi mikrobia dibanding in vitro. Pakan yang diuji diinkubasikan secara
langsung pada lingkungan rumen ( Soejono,1990)
c. Metode in vivo
Kecernaan In vivo merupakan suatu cara penentuan kecernaan nutrient
menggunakan hewan percobaan dengan analisis nutrient pakan dan feses (Tillman
dkk. 1991). Anggorodi (2004) menambahkan pengukuran kecernaan atau nilai
cerna suatu bahan merupakan usaha untuk menentukan jumlah nutrient dari suatu
bahan yang didegradasi dan diserap dalam saluran pencernaan. Daya cerna
merupakan persentse nutrient yang diserap dalam saluran pencernaan yang
hasilnya akan diketahui dengan melihat selisih antara jumlah nutrient yang
dikonsumsi dengan jumlah nutrient yang dikeluarkan dalam feses.
Tipe evaluasi pakan In vivo merupakan metode penentuan kecernaan
pakan menggunakan hewan percobaan dengan analisis pakan dan feses.

24

Pencernaan ruminansia terjadi secara mekanis, fermentative, dan hidrolisis (Mc


Donald dkk.2002). Dengan metode Invivo dapat diketahui pencernaan bahan
pakan yang terjadi di dalam seluruh saluran pencernaan ternak, sehingga nilai
kecernaan pakan yang diperoleh mendekati nilai sebenarnya. Koefisien cerna
yang ditentukan secara In vivo biasanya 1% sampai 2 % lebih rendah dari pada
nilai kecernaan yang diperoleh secara In vitro (Tillman dkk.,1991).
Kecernaan Bahan Kering
Sutardi (1979), menyatakan bahwa kecernaan bahan kering dipengaruhi
oleh kandungan protein pakan, karena setiap sumber protein memiliki kelarutan
dan ketahanan degradasi yang berbeda-beda. Kecernaan bahan organik merupakan
faktor penting yang dapat menentukan nilai pakan. Setiap jenis ternak ruminansia
memiliki mikroba rumen dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam
mendegradasi ransum, sehingga mengakibatkan perbedaan kecernaan.
Kecernaan adalah selisih anatara zat makanan yang dikonsumsi dengan
yang dieksresikan dalam feses dan dianggap terserap dalam saluran cerna. Jadi
kecernaan merupakan pencerminan dari jumlah nutrisi dalam bahan pakan yang
dapat dimanfaatkan oleh ternak. Tinggi rendahnya kecernaan bahan pakan
memberi arti seberapa besar bahan pakan itu mengandung zat-zat makanan dalam
bentuk yang dapat dicerna dalam saluran pencernaan (Ismail, 2011).
Kecernaan pakan dapat didefinisikan dengan cara menghitung bagian zat
makanan yang tidak dikeluarkan melalui feses dengan asumsi zat makanan
tersebut telah diserap oleh ternak. Kecernaan pakan biasanya dinyatakan dalam
persen berdasarkan bahan kering. Faktor-faktor yangmempengaruhi kecernaan

25

antara lain komposisi bahan pakan, perbandingan komposisi antara bahan pakan
satu dengan bahan pakan lainnya, perlakuan pakan, suplementasi enzim dalam
pakan, ternak dan taraf pemberian pakan (McDonald dkk., 2002).
Daya cerna juga merupakan presentasi nutrien yang diserap dalam saluran
pencernaan yang hasilnya akan diketahui dengan melihat selisih antara jumlah
nutrisi yang dimakan dan jumlah nutrien yang dikeluarkan dalam feses
(Anggorodi, 1984).
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna bahan pakan adalah suhu,
laju perjalanan melalui alat pencernaan, bentuk fisik dari pakan, komposisi
ransum dan pengaruh perbandingan dengan zat lainnya (Anggorodi, 1979),
komposisi kimia bahan, daya cerna semu protein kasar, penyiapan pakan
(pemotongan, penggilingan,pemasakan, dan lain-lain), jenis ternak, umur ternak,
dan jumlah ransum (Tillman dkk., 1991).
Kecernaan Bahan Organik
Bahan organik merupakan bahan kering yang telah dikurangi abu,
komponen bahan kering bila difermentasi di dalam rumen akan menghasilkan
asam lemak terbang yang merupakan sumber energi bagi ternak. Nilai kecernaan
bahan organik (KBO) didapatkan melalui selisih kandungan bahan organik (BO)
awal sebelum inkubasi dan setelah inkubasi, proporsional terhadap kandungan BO
sebelum inkubasi tersebut (Blmmel dkk., 1997).
Kecernaan bahan organik dalam saluran pencernaan ternak meliputi
kecernaan zat-zat makanan berupa komponen bahan organik seperti karbohidrat,
protein, lemak, dan vitamin. Bahan-bahan organik yang terdapat dalam pakan

26

tersedia dalam bentuk tidak larut, oleh karena itu diperlukan adanya proses
pemecahan zat-zat tersebut menjadi zat-zat yang mudah larut. Faktor yang
mempengaruhi kecernaan bahan organik adalah kandungan serat kasar dan
mineral dari bahan pakan. Kecernaan bahan organik erat kaitannya dengan
kecernaan bahan kering, karena sebagian dari bahan kering terdiri dari bahan
organik (Ismail, 2011).

27

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2013. Penelitian
dibagi dalam dua tahap, yakni aplikasi formulasi pakan komplit pada ternak
kambing yang dilaksanakan di Animal Center Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin Makassar dan uji laboratotium dari semua sampel yang dilakukan di
Laboratorium Kimia Makanan Fakultas Peternakan UNHAS.
Materi Penelitian
Alat-alat

yang digunakan dalam penelitian

ini

adalah

kandang

metabolisme, timbangan, parang, pengaduk, oven, tabung, ember dan baskom.


Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 ekor kambing
marica jantan dengan kisaran umur kurang lebih satu tahun dengan rataan berat
badan 11,2 kg, air, tepung rumput gajah, dedak padi, bungkil kelapa, jagung
giling, tepung ikan, tepung cangkang kepiting, tumpi jagung,garam, urea dan
multi mineral mix.
Rancangan Percobaan
Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Steel
and Torrie, 1980). Terdiri dari 4 perlakuan 3 ulangan untuk setiap ransum
perlakuan. Perlakuannya adalah :
R1

Ransum komplit dengan kandungan protein 10,20 %

R2

Ransum komplit dengan kandungan Protein 12,59 %

R3

Ransum komplit dengan kandungan Protein 15,24 %

R4

Ransum komplit dengan kandungan Protein 17,54 %

28

Pelaksanaan Percobaan
Ternak kambing di tempatkan pada kandang individu berukuran 1,5 m
0,6 m, dengan ketinggian dari lantai kurang lebih 0,9 m. Kandang individu
tersebut dilengkapi dengan tempat pakan dan minum yang terpisah. Demikian
pula kandang tersebut didesain sedemikian rupa sehingga feses dan urin dapat di
pisahkan.

Gambar 1. Kandang Metabolisme


Setiap ekor ternak mendapat salah satu dari empat ransum komplit yang
digunakan. Ransum yang diberikan berkisar 3 % dari bobot badan dalam bentuk
bahan kering. Ransum diberikan setiap hari pada pukul 08.00, namun sebelumnya,
ransum sisa (jika ada) dari pemberian sebelumnya dipisahkan dari tempat pakan.
Ransum komplit yang digunakan disususn sedemikian rupa sehingga mengandung
protein yang berbeda. Air minum untuk ternak disediakan setiap saat.
Penelitian dilaksanakan selama 30 hari, 25 hari untuk periode pembiasaan
dan 5 hari untuk koleksi sampel. Komposisi bahan pakan dalam ransum komplit
adalah sebagai berikut:

29

Tabel 2. Bahan Pakan dan Kandungan Nutrisi Dalam Ransum Komplit


Jumlah Bahan (%)
No.
Bahan Pakan
R1
R2
R3
1
Dedak
10
10
10

R4
10

Bungkil Kelapa

7,5

7,5

7,5

7,5

Tumpi jagung

9,25

8,0

6,25

3,0

Jagung Giling

10

10

10

10

Tepung Rumput Gajah

60

60

60

60

Garam

Mineral Mix

Tepung Cangkang Kepiting

Tepung Ikan

0,5

1,50

4,5

10

Urea

0,25

1,0

1,75

2,0

No.

Bahan Pakan

Perlakuan
R2
R3
12,59
15,24

R4
17,54

Protein (%)

R1
10,20

ADF

54,4

53,6

52,5

50,5

NDF

28,1

27,8

27,4

26,6

*Hasil Perhitungan
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan 5 hari terakhir dari periode percobaan.
Jumlah feses yang terkumpul selama 5 hari di timbang untuk mengetahui beratnya
lau disampel (10 %). Sampel feses yang terkumpul selama 5 hari selanjutnya
dicampur secara homogen lalu dilakukan subsampling sampel sebanyak 10% dari
total sampel untuk analisis kandungan bahan kering dan bahan organik.

30

Pada periode ini, juga dilakukan sampling terhadap pakan komplit yang
diberikan pada ternak. Sampel selama periode koleksi dikumpulkan dan
disubsampel untuk analisis bahan kering dan bahan organik.
Analisis Laboratorium
Sampel feses dan pakan yang diperoleh pada periode sampling diovenkan
pada suhu 650 C selama 48 jam. Selanjutnya digiling halus untuk analisis
kandungan bahan kering dan bahan organik. Penentuan bahan kering dan bahan
organik sampel feses dan pakan ditetapkan mengikuti prosedur dari AOAC(2000).
Parameter yang diukur
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah Kecernaan Bahan
Kering (KCBK) dan Bahan Organik (KCBO) ternak kambing merica terhadap
ransum komplit dengan kandungan protein berbeda.
Kecernaan dihitung berdasarkan rumus :
BK yang dikonsumsi BK feses
Kecernaan BK = -------------------------------------------x 100%
BK yang dikonsumsi
BO yang dikonsumsi BO feses
Kecernaan BO = ------------------------------------------ x 100%
BO yang dikonsumsi
Keterangan : BK = Bahan kering
BO= Bahan organik

31

Analisis Statistik
Data hasil percobaan akan dianalisis dengan analisis ragam menurut
Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan model matematika ( Steel and Torrie,
1980 ).
Yijk =

+ i + ijk

Keterangan :
Yjk = hasil pengamatan
= rata-rata umum
= pengaruh perlakuan ke- i (1,2,3,4)
ijk = galat percobaan

32

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rataan daya cerna bahan kering dan daya cerna bahan organik pada kambing
marica dapat dilihat pada Tabel 3 :
Tabel 3 : Rataan Daya Cerna Bahan Kering dan Daya Cerna Bahan Organik Berdasarkan
Perlakuan.
Perlakuan
Pengukuran

Ulangan

Signifikan
R1

R2

R3

R4

62,8

60,6

67,3

66,0

tn

Daya cerna bahan

62,3

61,7

65,4

61,5

tn

kering (%)

67,7

66,0

66,3

72,0

tn

64,3

62,8

66,3

66,5

tn

60,2

57,9

66,7

71,0

tn

Daya cerna bahan

60,1

59,3

63,3

60,6

tn

organik (%)

66,3

65,0

64,9

65,2

tn

62,2

60,7

65,0

65,6

tn

Rata-rata

Rata-rata
tn = tidak nyata ( P > 0,05)

Rataan kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum adalah masing-masing
64,9% dan 63,4%.

Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa perlakuan ransum

komplit dengan kandungan protein berbeda tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05)
terhadap tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum pada ternak kambing
marica jantan. Rataan kecernaan bahan kering bervariasi antara 62,8% (Perlakuan B)
hingga 66,5% (Perlakuan D). Begitu pula dengan ragam tingkat kecernaan bahan organik
ransum, bervarisi antara 60,7% (Perlakuan B) hingga 65,6% (Perlakuan D).

33

Tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum percobaan tidak
menunjukkan adanya perbedaan.

Artinya bahwa peningkatan level protein ransum

komplit dari 10 % menjadi 17,5 %

tidak memberikan pengaruh signifikan dalam

meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum. Hal ini memberi
gambaran bahwa dari sisi kecukupan protein, ransum dengan kandungan protein 10%
sudah cukup memadai. Tidak hanya perbedaan daya cerna antar perlakuan kemungkinan
disebabkan oleh karena kandungan protein ransum berada diatas kebutuhan minimal
protein ransum ternak ruminansia 7,5% (Arora, 1995).
Menurut McDonald dkk (2002), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kecernaan, yaitu komposisi bahan pakan, perbandingan komposisi antara bahan pakan
satu dengan bahan pakan lainnya, perlakuan pakan, suplementasi enzim dalam pakan,
ternak dan taraf pemberian pakan. Nilai Kecernaan BO yang relatif sama antar perlakuan
selain disebabkan oleh komponen BO dan BETN juga diduga disebabkan oleh kandungan
SK pakan perlakuan yang relatif sama. Hal ini diduga karena mikrobia tidak mampu
untuk mencerna komponen SK yang terkandung dalam pakan secara optimal. Kandungan
SK dalam pakan akan menyebabkan rendahnya nilai degradasi, karena SK yang berupa
selulosa dan hemiselulosa sering berikatan dengan lignin dan akan sulit untuk dipecah
oleh enzim pencernaan (Tillman dkk, 1998). Nilai Kecernaan BO yang relatif sama selain
dipengaruhi komponen BO pakan perlakuan juga dipengaruhi oleh kandungan NDF
pakan yang relatif sama. NDF (dinding sel) pada tanaman akan mempengaruhi kecernaan
karena kurang dapat dicerna, kesamaan faktor pembatas memungkinan kecernaan pakan
relatif sama.

34

PENUTUP

Kesimpulan
Peningkatan kandungan protein ransum komplit dari 10% hingga 17,5%
tidak memberikan manfaat yang signifikan dalam hal meningkatkan daya cerna
bahan kering dan bahan organik ransum komplit pada kambing marica jantan.
Saran
Perlu penelitian dengan kurung waktu yang cukup (beberapa bulan) untuk
mengevaluasi penggunaan ransum komplit dengan kadar protein berbeda terhadap
kinerja produksi kambing marica.

35

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta.


--------------. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia. Jakarta.
--------------. 2004. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Anonim, 2013. Tujuh Plasma Nutfah Kambing Lokal Indonesia.
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/inovasi/kl070405.pdf.
Diakses
di
Makassar 13 Maret 2013.
Aoac. 2000. Association of Official Analytical Chemists, Official Methods of
Analysis. 15 ed. Washington. DC., USA.
Arora, S.P. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Cetakan kedua. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta
Batubara, A, B. Tiesnamurti, F.A. Pamungkas, M. Doloksaribu dan E. Sihite.
2007. Koleksi ex-situ dan karaktersiasi Plasma Nutfah Kambing. Laporan
akhir RPTP. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih.
Blmmel, M., H. Steingass dan K. Becker.1997.The relationship between in vitro
gas production,in vitro microbial biomass yield and15N incorporated and
its implication for theprediction of voluntary feed intake of roughages.Br.
J. Nutr. 77: 911-921
Brody, S. 1945. Bioenergetics and Growth. Reinhold Publishing Co. New York
Chuzaemi, S. 2002. Arah dan Sasaran Penelitian Nutrisi Sapi Potong Di
Indonesia. Makalah Dalam WorkshopSapi Potong. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan Bogor dan Loka Penelitian Sapi
Potong,Malang 11-12 April 2002.
Demment, M.W. and. P.j. Van soest. 1983. Body Size,Digestive Capacity and
Feeding Strategies of Herbivores.Winrock International Livestock
Researchand Training Centre. Petit Jean Mountain, Morrilton,AR USA.
Devendra, C dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. ITB dan
Universitas Udayana, Bandung

36

Ensminger, M.E. dan R.O. Parker. 1986. Sheep and Goat Science. The Interstate
Printers & Publishers. INC,Danvile Illinois. p. 235-253.
Fernandez, C., P. Sanchez-Seiquer and A. Sanchez. 2003. Use of total mixed
ration with three sources of protein as an alternative feeding for dairy
goats on Southeast of Spain. Pakistan J. Nut. 2:18-24.
Ginting, S.P., L.P. Batubara, A. Tarigan, R. Krisnan dan Junjungan. 2007..
Komposisi kimiawi, konsumsi dan kecernaan kulit buah dan biji markisa
(Passiflora edulis) yang diberikan kepada kambing. Pros. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 4 5 Agustus
2007. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 396 401.
Ginting, S.P.. 2009. Prospek Penggunaan Pakan Komplit Pada Ternak Kambing.
Wartazoa vol. 19 no. 2 th. 2009
Haryanto, B. 1992. Pakan domba dan kambing. Pros. Domba dan Kambing untuk
Kesejahteraan Masyarakat.ISPI dan HPDKI Cabang Bogor, Bogor. hal.
26-33.
Haque, N., S. Toppo, M.L. Saraswat and M.y. Khan. 2008. Effect of feeding
Leucaena leucocephala leaves and twigs on energy utilization by goats.
Anim. Feed Sci. and Technol. 142: 330-338.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A.D.Tillman. 1980. Tabel Komposisi Pakan
untuk Indonesia. Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta.
Hoffman, R.R. 1988. Anatomy of gastro-imestinal tract. In:The Ruminant Animal
Digestive Physiology and Nutrition. Church, D.C. (Ed). Prentice Hall,
Englewcod Cliffs, New Jersey. Pp. 14-43.
Ismail, R., 2011. Kecernaan In Vitro, http://rismanismail2.wordpress.com/
2011/05/22/nilai-kecernaan-part-4/#more-310. [Rabu, 13 Februari 2013].
Lopez, S. 2005. In vitro and In situ techniques for estimating digestibility. Dalam
J. Dijkstra, J. M. Forbes, and J. France (Eds). Quantitative Aspect of
Ruminant Digestion and Metabolism. 2nd Edition. ISBN 0-85199-8143.
CABI Publishing, London
Madruga, m.s., t.s. Torres, f.f. Carvalho, r.c.Queiroga, n. Narain, d. Garutti, m.a.
Souzaneto, c.w. Mattos and r.g. Costa. 2008. Meatquality of Moxoto and
Caninde goats as affected bytwo levels of feeding. Meat Sci. 80: 1019
1023.

37

Mathius, I.W. A. Djajanegara,M. Rangkuti, S.B. Siregar, Suhardono danW.K.


Sejati (Eds.). 1989. Jenis dan nilai gizi hijauanmakanan domba dan
kambing di pedesaaan JawaBarat. Pros. Pertemuan Ilmiah Ruminansia.
Jilid 2:Ruminansia Kecil. Hlm. 71-77. Pusat Penelitian danPengembangan
Peternakan, Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. Bogor.
McDonald, P., R. Edwards, J. Greenhalgh, and C. Morgan. 2002. Animal
Nutrition. 6th Edition. Longman Scientific & Technical, New York.
-------------. 1988. Animal Nutrition. 4th Ed.Longman Scientific & Technical,
New York.
NRC. 1981. Nutrient Requirements of Goats : Angora, Dairy, and Meat Goats in
Temperate and Tropical Countries. Nutrient Requirements of Domestic
Animals. No. 15. National Academy Sci., Washington. D.C..
Pell, A.NND.J.R. Cherney and J.S. Jones. 1993. Technical note: Forage InVitro
Dry Matter Digestibility as influenced by Fibre Source in TheDonor Cow
Diet. J. Animal Sci 71.
Pi, z.k., y.m. Wu and j.x. Liu. 2005. Effect ogf pretreatment and pelletization on
nutritive value of rice srawbased total mixed ration, and growth
performance and meat quality of growing Boer goats fed on TMR. Small
Rumin. Res. 56: 81-88.
Steel, r.g.d. And j.h. Torrie. 1980. Principles and Procedures of Statistics. A
Biometrical Approach. 2ndEd. McGraw-Hill Book Company, New York.
Sarwono B. 2002. Beternak Kambing Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya
Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratotium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Srivastava, S.N.L. and K. Sharma. 1998. Response of goats to pelleted diets
containing different proportions of sun-dried Leucaena leucocephala.
Small Rumin. Res. 28: 139- 148.
Sutardi, T. 1979. Ketahanan protein bahan makanan terhadap degradasi mikroba
rumen dan manfaatnya bagi peningkatan produktivitas ternak. Prosiding
Seminar Penelitian dan Penunjang Peternakan. LPP Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Syamsu, J.A., L.A. Sofyan, K. Mudikdjo dan E.G. Said. 2003. Daya dukung
limbah pertanian sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Indonesia.
Wartazoa 13: 30-37.

38

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo,S. Prawirokusumo dan S.


Lendosoekodjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Kedua
Peternakan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
--------------- 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Urge, M., R.C. Merkel, T. sahlu, G. Animut and A.L. Goetsch. 2004. Growth
performances by Alpone, Angora. Boer and sapnish wether goats
consuming 50 or 75 % concentrate diets. Small Rumin. Res. 55 : 149-158.
Van Soest, P.J. dan C.J. Sniffen, Arora P.S., 1983. Nitrogen Fraction in NDF,
Proc Dist, Feed conf.

39

Lampiran 1. Data Hasil Analisa Nilai Kecernaan Bahan Kering Ransum


Komplit dengan Kandungan Protein Berbeda pada Kambing
Merica Jantan

Ulangan
Perlakuan

Total

Rata-rata

67,7

192,8

64,26667

61,7

66,0

188,3

62,76667

67,3

65,4

66,3

199

66,33333

66,0

61,5

72,0

199,5

66,5

62,8

62,3

60,6

C
D
Total

779,6

Lampiran 2. Analisa Sidik Ragam Nilai Kecernaan Bahan Kering Ransum


Komplit dengan Kandungan Protein Berbeda pada Kambing
Merica Jantan

F-tabel
Sumber Keragaman

DB

JK

KT

Perlakuan

28,64667

9,548889

Galat

91,4

11,425

Total

11

120,0467

F-hit

0,835789

5%

1%

4,07

7,59

40

Derajat Bebas (DB)


DB Perlakuan

: Perlakuan 1

:41

=3

DB Galat

: Perlakuan x ( Ulangan 1)

: 4 x (3-1)

=8

DB Total

: Perlakuan x Ulangan 1

: 4 x 3-1

= 11

Faktor Koreksi (FK)


( t=1 Yij)2

( 779,6)2

FK = ------------------ = ------------ = 50648


rxt

12

Jumlah Kuadrat (JK)


JK Perlakuan
Yi2 + ......... + Yj2
JK P = ---------------------- - FK
r
(192,8)2 + .........+ (199,5)2
JK P = ------------------------------- - 50648
3
JK P = 28,6467

JK Total
JK T = Yij2 - FK
i.j

JK T
= (62,8)2 + (62,3)2 + ............. + (72,0)2 - 50648
JK T = 50768,1 50648
41

JK T = 120,047

JK Galat
JK G = JK T JK P
JK G = 120,047- 28,6467
JK G = 91,4

Kuadrat Tengah (KT)


KT Perlakuan
JK P

28,6467

KT P = ----------

= ------------

DB P

JK G

91,4

= 9,54889

KT Galat

KT G = ----------

= ---------------

DB G

= 11,425

F. Hitung
KT P
F. Hitung

= -----------KT G
9,54889
= --------------11,425

42

= 0,83579
Lampiran 3. Data Hasil Analisa Nilai Kecernaan Bahan Organik Ransum
Komplit dengan Kandungan Protein Berbeda pada Kambing
Merica Jantan

Ulangan
Perlakuan

Total

Rata-rata

60,2

60,1

66,3

186,6

62,2

57,9

59,3

65,0

182,2

60,7333

66,7

63,3

64,9

194,9

64,9667

65,2

60,6

71,0

196,8

65,6

Total

760,5

Lampiran 4. Analisa Sidik Ragam Nilai Kecernaan Bahan Organik Ransum


Komplit dengan Kandungan Protein Berbeda pada Kambing
Merica Jantan

F-tabel
Sumber Keragaman

DB

JK

KT

Perlakuan

47,5292

15,8431

Galat

113,613

14,2017

Total

11

161,143

F-hit

1,11558

5%

1%

4,07

7,59

43

Derajat Bebas (DB)


DB Perlakuan

: Perlakuan 1

:41

=3

DB Galat

: Perlakuan x ( Ulangan 1)

: 4 x (3-1)

=8

DB Total

: Perlakuan x Ulangan 1

: 4 x 3-1

= 11

Faktor Koreksi (FK)


( t=1 Yij)2

( 760,5)2

FK = ------------------ = ------------ = 48196,7


rxt

12

Jumlah Kuadrat (JK)


JK Perlakuan
Yi2 + ......... + Yj2
JK P = ---------------------- - FK
r
(186,6)2 + .........+ (196,8)2
JK P = ------------------------------- - 48196,7
3
JK P = 47,5292
JK Total
JK T = Yij2 - FK
i.j

JK T = (60,2)2 + (60,1)2 + ............. + (71,0)2 - 48196,7


JK T = 48357,8 48196,7
JK T = 161,143

44

JK Galat
JK G = JK T JK P
JK G = 161,143- 47,5292
JK G = 113,613

Kuadrat Tengah (KT)


KT Perlakuan
JK P

47,5292

KT P = ----------

= ------------

DB P

= 15,8431

KT Galat
JK G

113,613

KT G = ----------

= ---------------

DB G

= 14,2017

F. Hitung
KT P
F. Hitung

= -----------KT G
15,8431
= --------------14,2017
= 1,11558

45

DOKUMENTASI PENELITIAN

46

47

RIWAYAT HIDUP
Basri. Lahir pada tanggal 27 September 1991. Anak sulung
dari empat bersaudara. Putra dari pasangan Bancong dan
Sinar. Menyelesaikan pendidikan formal mulai dari SDN 158
Mundan Kab. Enrekang (1997-2003), SMP Neg. 7 Alla Kab.
Enrekang pada tahun (2003-2006), SMA Muhammadiyah
Kalosi Kab. Enrekang pada tahun (2006-2009). Melalui jalur Seleksi Nasional
Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN) tahun 2009 diterima sebagai mahasiswa
program Strata 1 (S-1) pada Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas
Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Selama menjadi mahasiswa
penulis aktif sebagai asisten pada mata kuliah Tatalaksana Padang Pengembalaan
Tropika (2013). Penulis juga aktif sebagai pengurus organisasi Internal maupun
Eksternal Kampus, diantaranya :
1.

Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas


Hasanuddin (HUMANIKA-UNHAS) periode 2010-2011 dan periode
2011-2012.

2. Senat Mahasiswa Fakultas Peternakan ( SEMA FAPET-UH) periode


2010-2011 dan periode 2011-2012.
3. Himpunan mahasiswa Islam Komisariat Peternakan (HmI Komisariat
Peternakan) 1434/1435 H.
4. Himpunan Pelajar Mahasiswa Massenrempulu Komisariat Unhas (HPMM
KOM.UNHAS) periode 2010-2011 dan periode 2011-2012.

48

5. Himpunan Pelajar Mahasiswa Massenrempulu Cabang Masalle (HPMM


CAB.MASALLE) periode 2010-2011 dan periode 2011-2012.
6. Pengurus Pusat Himpunan Pelajar Mahasiswa Massenrempulu (PP
HPMM) periode 2013-2015.

49

Anda mungkin juga menyukai