TRIRATNA
Disusun oleh:
LIFIA
03031381520057
TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknik
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................i
PENDAHULUAN..............................................................................................................ii
TRIRATNA.........................................................................................................................1
1. Buddha.........................................................................................................................2
2. Dharma........................................................................................................................4
3. Sangha..........................................................................................................................6
PENUTUP...........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................9
PENDAHULUAN
Ajaran Buddha dapat dibayangkan seperti suatu bangunan dengan pondasi, lantailantai, anak tangga-anak tangga, dan langit-langitnya. Seperti bangunan lainnya, ajaran
juga memiliki pintu, dan untuk memasukinya, kita harus masuk melalui pintu ini. Pintu
masuk ke ajaran Buddha adalah pergi berlindung kepada Tiga Permatayakni, kepada
Buddha sebagai guru yang tercerahkan penuh, kepada Dharma sebagai kebenaran yang
diajarkan oleh-Nya, dan Sangha sebagai komunitas siswa-Nya yang mulia. Dari zaman
dulu hingga kini, pergi berlindung berfungsi sebagai jalan masuk menuju lingkup ajaran
Buddha, memberikan akses ke seluruh ajaran Buddha dari kisah yang paling sederhana
sampai yang paling tinggi. Semua yang memeluk ajaran Buddha melakukan hal ini dengan
melewati pintu pengambilan perlindungan, sementara mereka yang telah masuk ke
dalamnya, secara teratur memantapkan keyakinan mereka dengan mengucapkan ayat Tiga
Perlindungan berikut ini:
Buddha sara a gacchmi
Saya pergi berlindung kepada Buddha;
Dhamma sara a gacchmi
Saya pergi berlindung kepada Dharma;
Sagha sara a gacchmi
Saya pergi berlindung kepada Sangha.
Dalam makalah ini, akan dijelaskan lebih lanjut mengenai Triratna atau Tiga Permata
yang menjadi landasan pokok orang yang memeluk ajaran Buddha.
ii
TRIRATNA
Dari sudut pandang Buddhis, terdapat Tiga Perlindungan, yang secara bersamaan
menyediakan proteksi lengkap dari bahaya dan tekanan. Ketiganya adalah Buddha,
Dharma, dan Sangha. Ketiganya bukan perlindungan yang terpisah-pisah dan berdiri
sendiri; melainkan bagian-bagian yang saling berkaitan dari sebuah perlindungan tunggal
yang terbagi tiga berdasarkan pengelompokan sifat dan fungsi masing-masing.
Buddha muncul lebih dulu sebab Beliau adalah seorang manusia. Karena kita adalah
manusia, secara alami kita akan mencari manusia lain untuk panduan, inspirasi, dan
arahan. Ketika yang menjadi taruhan adalah pembebasan mutlak, yang kita cari pertama
kali adalah seseorang yang dirinya sendiri telah mencapai pembebasan penuh dari
marabahaya dan dapat memandu kita menuju keadaan keselamatan yang sama. Ini adalah
Buddha, Yang Tercerahkan, yang pertama dalam tiga serangkai itu dengan alasan bahwa
Beliau adalah orang yang menemukan, mencapai, dan mengumumkan keadaan
perlindungan. Di tempat kedua, kita membutukan keadaan perlindungan itu sendiri,
keadaan yang melampaui rasa takut dan bahaya; kemudian kita memerlukan sebuah jalan
yang mengantar kepada tujuan ini; dan juga kita membutukan serangkaian petunjuk yang
memandu kita di sepanjang jalan tersebut. Ini adalah Dharma, yang akan kita lihat nanti
memiliki fungsi tiga ruas ini. Lantas, di tempat ketiga, kita memerlukan orang-orang yang
mulai seperti diri kitasebagai orang biasa yang diliputi masalahdan dengan mengikuti
jalan yang diajarkan oleh sang pemandu telah mencapai keadaan selamat yang melampaui
rasa takut dan bahaya. Ini adalah Sangha, komunitas para spiritualis yang telah memasuki
jalan, mewujudkan tujuan, dan kini dapat mengajarkab jalan tersebut kepada yang lain.
Di antara tiga serangkai itu, setiap bagian bekerja selaras dengan dua lainnya untuk
menyediakan cara-cara pembebasan yang efektif. Buddha berperan sebagai indikator
perlindungan. Beliau bukanlah juru selamat yang dapat menganugerahkan keselamatan
melalui utusan orang-orangnya. Keselamatan atau pembebasan tergantung pada kita, pada
kegigihan dan ketekunan kita sendiri dalam menjalani ajaran tersebut. Buddha terutama
adalah seorang guru, seorang pembabar jalan, yang menunjukkan jalan yang harus kita
tapaki sendiri dengan kekuatan dan kecerdasan kita. Dharma adalah perlindungan yang
sesungguhnya. Sebagai tujuan ajaran, Dharma adalah keadaan aman yang bebas dari
bahaya; sebagai jalan, Dharma adalah jalan untuk tiba pada tujuan tersebut; dan sebagai
ajaran lisan, Dharma adalah sekumpulan petunjuk yang menggambarkan cara menjalani
jalan tersebut. Tetapi untuk menggunakan cara-cara tersebut secara efektif sesuai dengan
kondisi kita, kita membutuhkan bantuan dari pihak lain yang mengenal jalan tersebut.
Mereka yang mengenal jalan tersebut. Mereka yang mengenal jalan tersebut terhimpun
dalam Sangha, para penolong dalam menemukan perlindungan, kesatuan kawan-kawan
spiritual yang dapat membimbing kita sendiri menuju pencapaian jalan tersebut.
1. Buddha
Berasal dari bahasa Sansekerta budh berarti menjadi sadar, kesadaran
sepenuhnya; bijaksana, dikenal, diketahui, mengamati, mematuhi. (Arthur Antony
Macdonell, Practical Sanskrit Dictionary, Oxford University Press, London, 1965).
Tegasnya, Buddha berarti seorang yang telah mencapai Penerangan atau Pencerahan
Sempurna dan Sadar akan Kebenaran Kosmos serta Alam Semesta. Hyang Buddha
adalah seorang yang telah mencapai Penerangan Luhur, cakap dan bijak menuaikan
karya-karya kebijakan dan memperoleh Kebijaksanaan Kebenaran mengenai Nirvana
serta mengumumkan doktrin sejati tentang kebebasan atau keselamatan atau
keselamatan kepada dunia semesta sebelum parinirvana. Hyang Buddha berdasarkan
sejarah bernama Shakyamuni, pendiri agama Buddha. Hyang Buddha yang
berdasarkan yang berdasarkan waktu kosmik ada banyak sekali dimulai dari
Dipankara Buddha.
Buddha sebagai perlindungan dapat dianggap sebagai yang pertama. Pada satu
tataran, kata Buddha mengacu pada sosok tertentuseorang bernama Siddhata
Gotama yang tinggal di India pada abad ke-6 SM. Ketika kita mengambil
perlindungan kepada orang ini, karena Beliau adalah guru Dharma dan pendiri historis
ajaran Buddha. Akan tetapi, dalam pergi berlindung kepada Beliau, kita tidak
mengambil perlindungan kepada-Nya semata-mata kepada wujud kasat-Nya. Kita
mengandalkan-Nya sebagai Buddha, Yang Tercerahkan, dan ini memiliki makna yang
melampaui batasan-batasan yang dapat diberikan oleh fakta empiris dan historis. Apa
yang membuat Buddha mampu berfungsi sebagai perlindungan adalah realisasi Beliau
akan pencapaian adiduniawi. Pencapaian ini merupakan keadaan Kebuddhaan atau
Pencerahan Sempurna, suatu tataran yang telah direalisasi lagi pada masa mendatang.
Mereka yang merealisasi tataran ini adalah para Buddha. Ketika kita mengambil
perlindungan kepada Buddha, kita mengandalkan Beliau sebagai perlindungan karena
kumpulan naskah dan dalam kitab-kitab komentar serta karya-karya ulasan lain.
Ketiga kumpulan tersebut adalah Viaya Piaka,
Sua Piaka,
dan Abhidhamma
Piaka.
Viaya Piaka
menghimpun semua aturan dan kebijaksanaan monastik yang
pemahaman filosofis yang akurat, yang menelaah realita ke dalam unsur-unsur dasar
penyusunnya dan menunjukkan bagaimana unsur-unsur ini terkunci bersama dalam
suatu jaringan hubungan yang terkondisi.
Dharma yang disampaikan secara lisan termuat di dalam naskah-naskah dan
komentar-komentar yang berfungsi sebagai sarana menuju ke tingkat pengertian yang
lebih dalam yang dikomunikasikan melalui kata-kata dan ungkapannya. Ini adalah
Dharma pencapaian aktual (adhigama), yang meliputi Jalan (Magga) dan Buah
(Phala). Tujuan tersebut adalah ujung akhir ajaran, Nirwana, berhentinya penderitaan
secara menyeluruh, keadaan tak terkondisi yang melampaui lingkaran fenomena fana
yang membentuk sasra. Tujuan ini dicapai dengan jalan khusus, serangkaian
praktik yang membawa pada pencapaiannya, yaitu Jalan Mulia Berfaktor Delapan:
Pandangan Benar, Pikiran Benar, Perkataan Benar, Perbuatan Benar, Penghidupan
Benar, Pengupayaan Benar, Penyadaran Benar, dan Pemusatan Benar. Jalan tersebut
terbagi dalam dua tahap, jalan duniawi dan jalan adiduniawi. Jalan duniawi adalah
jalan terapan yang dibangun ketika faktor-faktornya dikembangkan dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam jangka waktu praktik yang intensif. Jalan adiduniawi adalah
suatu keadaan kesadaran-bijak yang muncul ketika semua kondisi prasyarat untuk
realisasi matang sepenuhnya, biasanya pada puncak praktik intensif. Jalan ini
sebenarnya mewakili suatu pengalaman pencerahan, memiliki fungsi ganda:
perwujudan Nirwana dan penghancuran kotoran batin.
Jalan adiduniawi itu hanya datang dalam penembusan sesaat yang mana, ketika
hal itu terjadi, berdampak transformasi sangat besar dalam struktur pikiran.
Penembusan ini berjumlah empat disebut Empat Jalan. Keempat penebusan itu dibagi
berdasarkan kemampuan mereka memotong secara berturut-turut belenggubelenggu halus yang menyebabkan sasra. Jalan pertama, penembusan awal
menuju pencerahan, adalah Jalan Yang Memasuki Arus (Sopaiagga), yang
menyingkirkan belenggu pandangan keakuan, keraguan, dan kemelekatan pada ritual
dan upacara yang salah. Yang kedua, disebut Jalan Yang Sekali Kembali
(Sakadgmimagga), tidak memotong belenggu namun melemahkan akar-akar dasar
mereka. Yang ketiga, Jalan Yang Tak Kembali (Agmimagga), menyingkirkan
belenggu nafsu indrawi dan niat buruk. Yang keempat, Jalan Yang Suci
(Arahaamagga), membasmi lima belenggu yang tersisanafsu untuk berada di alam
bentuk dan alam tanpa-bentuk, kesombongan, kegelisahan, dan kekelirutahuan. Setiap
momen Jalan segera diikuti oleh momen pengalaman adiduniawi lainnya yang disebut
Buah (Phala), yang datang dalam empat tahapan sesuai dengan Empat Jalan tersebut.
Pencapaian Buah menandai kenikmatan pembebasan dari kotoran batin yang
dipengaruhi oleh momen Jalan yang mendahuluinya. Ini adalah keadaan terlepas atau
pengalaman pembebasan, yang datang ketika belenggu-belenggu dipatahkan.
Dharma adalah perlindungan yang sesungguhnya. Ajaran lisan pada hakikatnya
adalah sebuah peta, suatu susunan petunjuk dan pedoman. Karena kita harus
mengandalkan petunjuk-petunjuk ini untuk mewujudkan tujuan, ajaran tersebut
berperan sebagai perlindungan sesungguhnya, tetapi dalam cara-cara turunannya.
Dengan demikian kita dapat menyebutnya perlindungan yang sesungguhnya, tetapi tak
langsung. Jalan duniawi adalah langsung, karena harua dipraktikkan, tetapi karena
jalan ini pada dasarnya berperan sebagai persiapan bagi jalan adiduniawi, fungsinya
hanyalah sebagai pembekalan; jadi ini adalah perlindungan sesungguhnya dan
langsung, tetapi bersifat sementara. Jalan adiduniawi membawa pada Nirwana, dan
begitu dicapai mengarah kepada tujuan tanpa bisa jatuh kembali; sehingga dapat
disebut sebagai perlindungan yang sesungguhnya, langsung, dan luhur. Namun
demikian, bahkan jalan adiduniawi pun adalah fenomena terkondisi yang masih
memiliki corak ketidakkekalan yang lazim bagi segala fenomena yang terkondisi.
Terlebih lagi, sebagai sarana untuk mencapai tujuan akhir, jalan tersebut hanya
memiliki nilai piranti, bukan nilai hakiki. Sehingga statusnya sebagai sebuah
perlindungan tidaklah mutlak. Status mutlak sebagain perlindungan hanya dimiliki
sendirian oleh tujuan tersebut, keadaan tak terkondisi yang dinamakan Nirwana, yang
di antara seluruh Tiga Perlindungan satu-satunya yang dapat dianggap sebagai
perlindungan yang sesungguhnya, langsung, luhur, dan mutlak. Inilah peristirahatan
akhir, pulau kedamaian, suaka yang menawarkan pernaungan abadi dari rasa takut dan
marabahaya kehidupan sasra.
3. Sangha
Pada percakapan sehari-hari atau duniawi, Sangha berarti Bhikkhu-Sangha,
persamuan para bhikkhu. Sangha di sini berarti adalah suatu lembaga yang diatur oleh
peraturan-peraturan yang
untuk kandidat mana pun yang memenuhi standar syarat. Yang diperlukan untuk
memasuki Sangha adalah mengambil penahbisan menurut tatacara yang digariskan
dalam Viaya, sistem disiplin monastik.
Di samping perilaku umumnya, persamuan bhikkhu mengemban peran sangat
penting dalam melestarikan dan meneruskan ajaran Buddha. Dalam suatu silsilah tak
terputus selama lebih dari dua ribu lima ratus tahun yang lalu, persamuan monastik ini
telah berperan sebagai penjaga Dharma. Model kehidupan Sangha membuatnya
memungkinkan untuk memegang fungsi ini. Ajaran Buddha memiliki dua aspek
karakter: sebuah jalan praktik yang membawa pada pembebasan dari penderitaan, dan
juga sekumpulan doktrin unik dalam naskah-naskah yang menjabarkan rincian jalan
ini. Sangha mengemban tanggung jawab untuk memelihara kedua aspek ajaran
Buddha tersebut. Para anggotanya memikul beban pelanjutan tradisi praktik itu dengan
maksud menunjukkan bahwa tujuan tersebut dapat diwujudkan dan pembebasan dapat
dicapai. Mereka juga menjalani tugas melestarikan ajaran, memastikan bahwa naskahnaskah diajarkan dan diteruskan ke generasi berikutnya bebas dari penyimpanagan dan
kesalahtafsiran.
Karena alasan-alasan inilah lembaga Sangha sangatlah vital bagi kesinambungan
ajaran Buddha. Akan tetapi, persamuan bhikkhu itu sendiri bukanlah Sangha yang
pada tujuan. Ini meliputi tujuh jenis Ariya pertama, yang secara bersama disebut
pengikut latihan atau pelajar (sekha) sebab mereka masih dalam proses berlatih.
Kelompok kedua terdiri dari para Arahaa, yang telah menuntaskan praktik dan
secara penuh mewujudkan tujuan. Mereka disebut pasca-pelajar (asekha) sebab
mereka tidak lagi menyisakan latihan lebih lanjut.
Baik yang masih belajar maupun para Arahaa telah langsung memahami
sendiri pentingnya hakikat ajaran Buddha. Ajaran tersebut telah berakar dalam diri
mereka, dan sejauh masih ada tugas yang masih perlu dilakukan, mereka tidak lagi
tergantung pada pihak lain untuk menyempurnakannya. Berkat penguasaan batin ini,
pribadi-pribadi ini memiliki kualifikasi yang diperlukan untuk memandu makhluk lain
menuju tujuan tersebut. Oleh karena itulah, Sangha Ariya, komunitas para suci, dapat
berfungsi sebagai perlindungan.
_________________________
* Meskipun Sangha Ariya bisa termasuk umat perumah tangga, kata Sangha tidak pernah
digunakan dalam tradisi Buddhis Theravda untuk meliputi segenap praktisi ajaran. Dalam
pemakaian biasa, kata tersebut berarti persamuan bhikkhu. Perluasan lain di luar makna ini
cenderung dianggap tidak berdasar.
PENUTUP
Pintu masuk ke ajaran Buddha adalah pergi berlindung kepada Tiga Permatayakni,
kepada Buddha sebagai guru yang tercerahkan penuh, kepada Dharma sebagai kebenaran
yang diajarkan oleh-Nya, dan Sangha sebagai komunitas siswa-Nya yang mulia. Di antara
tiga serangkai itu, setiap bagian bekerja selaras dengan dua lainnya untuk menyediakan
cara-cara pembebasan yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Bodhi, Bhikkhu. 2008. Aku Berlidug Aku Berekad. Palembang: Serlingpa Dharmakirti.
Sudharma, Budiman. 2007. Buku Pedoma Uma Buddha Edisi Ke-5 (Revisi).
bukudharma.com/ebook/buku%20pedoman%20umat%20buddha.pdf, diunduh pada
5 September 2015 pukul 16.25 WIB. Jakarta Utara: Forum Komunikasi Umat
Buddhis (FKUB) dan Yayasan Avalokitesvara.