SM Junral
SM Junral
Laba Bersi h
x 100
Total A ktiva
Laba Bersi h
x 100
Total Modal
Semakin tinggi ROE maka kinerja perusahaan semakin efektif. Rasio ini juga
digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk
menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa
maupun saham preferen. Peningkatan harga saham perusahaan akan
memberikan keuntungan (return) yang tinggi pula bagi para investor. Hal ini
selanjutnya akan meningkatkan daya tarik investor terhadap perusahaan.
Peningkatan daya tarik ini menjadikan perusahaan tersebut makin diminati
oleh investor, karena tingkat kembalian akan semakin besar. Dengan kata
lain ROE akan berpengaruh terhadap return Saham yang akan diterima oleh
investor.
Dari penelitian sebelumnya Naryoto (2010) dengan judul penelitian
Pengaruh Return On Equity (ROE), Current Ratio (CR), Debt To Equity Ratio
(DER), Total Assets Turn Over (TATO) Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap
Return Saham menyimpulkan bahwa Return On Equity (ROE) terhadap
return saham industri properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia adalah tidak adanya pengaruh Return On Equity terhadap Return
Saham pada perusahaan sektor Properti dan Real Estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
Peneltian Dini (2010) yang berjudul Pengaruh Net Profit Margin (NPM),
Return On Assets (ROA) Dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham
Yang Terdaftar Dalam Indeks Emiten LQ45 Tahun 2008 2010 menyatakan
variabel ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan
LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010 sehingga
mempengaruhi return saham perusahaan.
Penelitian Cerlienia Juwita yang berjudul Pengaruh Variabel ROA, ROE, DER,
EPS dan PER terhadap Return Saham Perusahaan Non Bank LQ45 Periode
2010-2012 menunjukan bahwa ROE berpengaruh signifikan secara individu
(parsial) terhadap return saham. Hal ini membuktikan bahwa variabel ROE
menjadi indikator yang penting bagi investor dalam menganalisis return
saham perusahaan.
Debt to Equity Ratio (DER)
Lyn dan Aileen (2008) menyatakatan rasio hutang menimbang porsi semua
aktiva yang didanai dengan hutang. Rasio hutang jangka panjang terhadap
total kapitalisasi menggambarkan sejauh mana penggunaan hutang jangka
panjang dipakai manajemen untuk mendanai perusahaan secara permanen
(baik hutang jangka panjang maupun ekuitas pemegang saham). Rasio
hutang terhadap ekuitas mengukur risiko struktur modal dalam hal
hubungan antara dana yang dipasok oleh kreditur (hutang) dan investor
(ekuitas). Makin tinggi proporsi hutang, maka makin besar tingkat risiko
ekuitas karena kreditor harus dipenuhi sebelum pemilik dalam hal
kebangkrutan. Adapun rumus DER adalah sebagai berikut :
Total Hutang
x 100
Total Modal
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan salah satu rasio laverage yang
mengukur kontribusi modal sendiri dan hutang jangka panjang dalam
struktur permodalan. DER yang tinggi menunjukkan bahwa partisipasi para
pemilik lebih kecil dari pada partisipasi para kreditur jangka panjang dalam
struktur permodalan di perusahaan. Total debt merupakan total liabilities
(baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang) sedangkan total
shareholders equity merupakan total modal sendiri yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total
pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan. Semakin
tinggi Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan komposisi total hutang
semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak
semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur).
Penelitian - penelitian sebelumnya yang terkait dengan Debt to Equity Ratio
adalah penelitian Cerlienia Juwita yang berjudul Pengaruh Variabel ROA,
ROE, DER, EPS dan PER terhadap Return Saham Perusahaan Non Bank LQ45
Periode 2010 2012 menunjukan bahwa DER tidak berpengaruh signifikan
secara individu (parsial) terhadap return saham. Hal ini membuktikan bahwa
variabel DER tidak menjadi indikator yang penting bagi investor dalam
menganalisis return saham perusahaan.
Prihantini (2010) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai
Tukar, ROA, DER Dan CR Terhadap Return Saham (Studi Kasus Saham
Industri Real Estate And Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2003 2006) menyimpulkan menyatakan bahwa DER berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap return saham.
Penelitian Anik dan Indriana T. L (2010). yang berjudul Pengaruh ROA, EPS,
Current Rasio, Debt to Equity Ratio, dan Inflasi terhadap Retrun Saham
(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode Tahun 2006-2008)
menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham.
Saham
Menurut Mohamad (2006) Saham merupakan tanda bukti memiliki
perusahaan, dimana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham
(shareholder atau stockholder). Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak
dapat dianggap sebagai pemegang saham adalah apabila mereka tercatat
sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang
Saham (DPS). Oleh sebab itu maka saham terbagi atas:
1. Saham Biasa (common stock) adalah jenis saham yang akan
menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan.
Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan, maka pemegang
saham biasa yang menderita terlebih dahulu. Penghitungan indeks
harga saham didasarkan pada harga saham biasa. Hanya pemegang
saham biasa yang mempunyai suara dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS).
2. Saham Preferen (preferred stock) adalah jenis saham yang memiliki
hak terlebih dahulu dalam menerima laba dan memiliki hak laba
kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang
Return Sa h am=
Pt Pt1
Pt1
Dimana :
Pt = harga saham penutupan pada periode ke- t
Pt-1 = harga saham penutupan pada periode ke t-1
Harga Saham
Harga saham di bursa efek akan ditentukan oleh kekuatan permintaan dan
penawaran. Pada saat permintaan saham meningkat, maka harga saham
tersebut akan cenderung meningkat. Sebaliknya, pada saat banyak orang
menjual saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan.
Harga sebuah saham dapat berubah naik turun dalam hitungan yang begitu
cepat. Harga tersebut dapat berubah dalam hitungan menit, bahkan dalam
hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan karena banyaknya pesanan yang
dimasukkan ke system JATS (Jakata Autonomated Trading System). Pada
lantai perdagangan Bursa Efek Indonesia terdapat 400 terminal computer di
mana para floor tracker dapat memasukkan pesanan yang diterimanya dari
nasabah. Pada monitor-monitor yang memantau perdangangan saham,
tertera beberapa istilah harga saham:
1. Previous Price menunjukkan harga pada penutupan hari sebelumnya.
2. Open atau Opening Price menujukkan harga pertama kali pada saat
pembukaan sesi I perdagangan, yaitu jam 09.30 pagi.
3. High atau Higest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham
yang terjadi sepanjang perdangangan pada hari tersebut.
4. Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu
saham yang terjadi sepanjang perdangangan pada hari tersebut.
5. Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham.
6. Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga
yang terjadi.
Close atau Closing Price menunjukkan harga p enutupan suatu saham pada
saat akhir sesi II, yaitu jam 16.00 sore.
Pengaruh ROA, ROE, DER terhadap Return Saham
Harapan investor terhadap tingkat keuntungan dividen untuk masa yang
akan datang. Jika pendapatan atau dividen suatu saham stabil maka harga
saham cenderung stabil. Sebaliknya jika pendapatan atau dividen suatu
saham berflutuasi maka harga saham cenderung akan berfluktuasi.
1. Return On Assets (ROA) dipengaruhi oleh profit margin dan total
aktiva. Untuk menaikan ROA, suatu perusahaan bisa memilih dengan
menaikkan profit margin dan mempertahankan total aktiva. Profit
margin
yang
tinggi
menandakan
kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.
Semakin tinggi laba yang dihasilkan perusahaan akan mengakibatkan
harga saham perusahaan juga akan meningkat sehingga semakin
tinggi pula return saham yang diperoleh.
2. Return On Equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan dalam
memperoleh return bagi investasi yang dilakukan oleh investor
(pemegang saham), sehingga semakin tinggi ROE maka semakin
besar pula return saham yang diperoleh perusahaan.
3. Debt to Equity Ratio (DER) mengukur kemampuan perusahaan dalam
membandingkan total kewajiban dengan total ekuitas yang dimiliki
perusahaan. Semakin kecil rasio ini, maka akan semakin baik bagi
perusahaan, dan investor lebih yakin dan percaya dalam
menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang ada di BEI
yang terdaftar sampai Desember 2011. Teknik penarikan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling yaitu teknik
pengambilan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu yakni : (1)
Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2010 2011 dan (20 Perusahaan perusahaan perbankan tersebut
mempublikasikan laporan keuangannya secara lengkap dan tidak keluar
(delisting) selama periode 2010- 2011.
Berdasarkan kriteria tersebut
diperoleh jumlah sampel (n) sebanyak
Operasionalisasi Variabel
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return Saham (Y), sedangkan
variabel independen dalam penelitian ini adalah Return On Assets (X1),
Return On Equity (X2) dan Debt to Equity Ratio (X3).
1. Variabel Independen
a. Return On Assets. Rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih
yang diperoleh perusahaan apabila diukur dari volume penjualan
atau pun pendapatan. Dengan rumus sebagai berikut :
b.
Laba Bersi h
x 100
Total Aktiva
Laba Bersi h
x 100
Total Modal
Total Hutang
x 100
Total Modal
Return Sa h am=
Pt Pt1
Pt1
= konstanta
X1
= Return On Assets
X2
= Return On Equity
X3
= Debt To Equity Ratio
b1, b2, b3
= koefisien regresi parsial untuk X1, X2, X3
=
disturbance
error
(faktor
pengganggu/residual)
6.28645
Dari tabel 1 di atas nampak bahwa rata-rata variable ROA sebesar 1,59862.
dengan standar deviasi sebesar 2,073452. Rata-rata variable ROE sebesar
16,4512 dengan standar deviasi sebesar 16,77379. Rata-rata variable DER
sebesar 8,9207 dengan standar deviasi sebesar 11,62. Rata-rata variable
Return Saham sebesar 1,069 dengan standar deviasi sebesar 6,28645.
Pengujian Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2005) salah satu cara untuk mengetahui
adanya
multikolinearitas adalah dengan melakukan uji VIF (Variance Inflation Factor)
yaitu jika VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1
maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas. Berdasarkan
hasil pengolahaan SPSS atas data yang diperoleh, maka dapat dilihat pada
tabel 2 berikut :
Tabel 2
Uji Multikolinearitas
Model
1
Collinearity Statistics
Toleranc
e
VIF
(Constant)
ROA
ROE
DER
.153
.146
.740
Sumber : Hasil Ouput SPSS 22, 2014 (data diolah)
6.516
6.837
1.351
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk masing masing
variabel kurang dari 0.1, hal ini membuktikan bahwa model regresi yang
digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat gejala multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Autokorelasi dalam penelitian ini diuji dengan pengujian Durbin Watson
(DW-test). Hasil regresi dengan = 0.05 dengan sejumlah variabel bebas
(k=3) dan banyaknya data (n=58).
Tabel 3
Uji Autokorelasi
Std. Error of
R
Adjusted R
the
DurbinModel
R
Square
Square
Estimate
Watson
1
.217a
.047
-.006
6.30420
2.124
a. Predictors: (Constant), DER, ROA, ROE
b. Dependent Variable: Return_Saham
Sumber : Hasil Output SPSS 22, 2014 (data diolah)
Berdasarkan tabel 3 di atas, nampak bahwa nilai Durbin-Watson sebesar
2.124 sedangkan tabel DW didapatkan nilai du = 1.69 dan dl = 1.48. Oleh
karena nilai DW = 2.124 lebih besar dari batas atas (du) 1.69 dan kurang
dari 4 1.69 (1.69<2.124<4-1.69), maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas
Untuk menentukan heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
anatara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah yang diprediksi dan
sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah distudentized seperti dalam gambar berikut :
Gambar 4
Grafik Scatterplot
Dari gambar 4 scatterplot, terlihat bahwa titik titik menyebar secara acak
dan tersebar di atas angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastiisitas pada model regresi.
Analisis Regresi Linear Berganda
Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Hasil pengujian secara parsial variable return on asset, return on equity dan
debt to equity ratio terhadap return saham dapat dilihat pada table dibawah
ini.
Tabel 5
Hasil Uji Prsial (Uji-t)
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
1 (Constant)
.483
3.002
ROA
-.702
1.028
-.232
ROE
.155
.130
.414
DER
-.090
.345
-.040
a. Dependent Variable: Return_Saham
Sumber : hasil Output SPSS 22, 2014 (data diolah)
t
.161
-.683
1.191
-.261
Sig.
.873
.498
.239
.795
Dari tabel 5 nampak bawa nilai t hitung variable return on assets -0.683 dan
signifikan pada 0.498, nilai t hitung variable return on equity 1.191 dengan
tingkat signifikansi 0.239, dan nilai t hitung variable debt to equity ratio
-0.261 dengan tingkat signifikansi 0.795, hal ini menunjukkan bahwa
variable retun on asset dan debt to equity ratio secara parsial berpengaruh
negative dan tidak signifikan terhadap return saham, sedangkan return on
equity secara parsial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
retudn saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Hasil pengujian secara simultan variable return on asset, return on equity
dan debt to equity ratio terhadap return saham dapat dilihat pada table
dibawah ini:
Tabel 6
Hasil Uji Simultan (Uji F)
Sum of
Mean
Model
Squares
Df
Square
F
Sig.
1
Regressio
106.495
3
35.498
.893
.451b
n
Residual
2146.117
54
39.743
Total
2252.612
57
a. Dependent Variable: Return_Saham
b. Predictors: (Constant), DER, ROA, ROE
Sumber : Hasil Output SPSS 22, 2014 (data diolah)
Dari Tabel 6 nampak bahwa nilai F hitung adalah 0.893 dengan tingkat
signifikansi 0.451. hal ini menunjukkan bahwa secara simultan tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen yaitu Return
Praktis
Memahami
laporan
Keuangan,