Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH RETURN ON ASSETS, RETURN ON EQUITY DAN DEBT TO

EQUITY RATIO TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN


PERBANKAN YANG TELAH TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh:
Feronika Renpoi, SE
Abdon Sitanggang, SE, M.Si, Ak
Abstrak
Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis Pengaruh Return On Assets,
Return On Equity Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Return Saham Pada
Perusahaan Perbankan Yang Telah Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Periode
2010-2011. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari laporan
keuangan tahunan perusahaan perbankan dengan sampel sebanyak 82
perusahaan menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis
yang digunakan analah regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Return On Assets, Return On Equity dan Debt to Equity
Ratio secara simultan berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap Return
Saham pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Return On Assets dan debt to equity ratio secara parsial memiliki pengaruh
negatif tetapi tidak signifikan terhadap return saham pada perusahaan
Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Return On Equity
memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap return saham
pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Kata kunci: Return On Assets, Return On Equity, Debt To Equity Ratio dan
Return Saham
PENDAHULUAN
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, seperti obligasi, saham, reksa dana,
maupun instrumen derivatif lainnya. Pasar modal merupakan sarana
pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain dan sebagai sarana bagi
kegiatan berinvestasi. Dengan demikian pasar modal memfasilitasi berbagai
sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Pasar
Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena
pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu pertama, sebagai sarana bagi
pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan
dana dari masyarakat pemodal. Dana yang diperoleh dari pasar modal
dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan
modal kerja dan lain-lain. Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi
masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham,
obligasi, reksa dana dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat
menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik
keuntungan dan risiko masing-masing instrumen.
Keputusan seorang investor dalam menanamkan investasinya pada satu
perusahaan haruslah benar benar tepat, karena seorang investor tidak
ingin mengalami kerugian dalam menginvestasikan dananya, namun
sebaliknya investor mengharapkan imbalan berupa return atas dana yang
diinvestasikan tersebut sesuai dengan karakter investasi yang dipilih.

Melalui informasi yang tersedia di pasar modal maka investor dapat


melakukan analisis tentang perusahaan mana yang akan menjadi tujuan
investasinya. Salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh para investor
dalam menginvestasikan dananya adalah profitabilitas perusahaan tersebut.
Profitabilitas suatu perusahaan menggambarkan perbandingan antara
aktiva atau modal yang digunakan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas
adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu. Laba dalam hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam mengelola asset yang dimiliki perusahaan.
Investor dapat mengetahui informasi apakah perusahaan mengalami
keuntungan ataupun kerugian pada periode sebelumnya dengan melihat
laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini merupakan hasil dari
proses akuntansi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi
dalam pengambilan keputusan perusahaan, aliran kas, dan informasi
lainnya yang terkait dengan keputusan investasi. Bagi investor, informasi
dari laporan keuangan dapat digunakan sebagai salah satu dasar dalam
pengambilan keputusan, apakah mereka akan membeli, menahan atau
menjual surat berharga yang dimilikinya. Mencari keuntungan dari
pembelian dan penjualan saham adalah tujuan utama dari aktivitas
perdagangan para investor di pasar modal.
Para calon investor sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi selalu
melakukan analisis terhadap faktor - faktor yang mempengaruhi harga
saham. Untuk menghadapi pergerakan harga di bursa saham ada dua
macam pendekatan, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Tujuan
analisis fundamental adalah menentukan apakah nilai saham berada pada
posisi undervalue atau overvalue. Saham dikatakan undervalue bilamana
harga saham di pasar saham lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang
seharusnya, demikian juga sebaliknya.
Dalam analisa fundamental memperkirakan harga saham di masa yang
akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan
hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga
saham. Analisis fundamental berkaitan dengan penilaian kinerja
perusahaan, tentang efektifitas dan efisiensi perusahaan mencapai
sasarannya. Umumnya faktor-faktor fundamental yang diteliti adalah nilai
intrinsik, nilai pasar, return on assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan
Debt to Equity Ratio (DER).
Analisis teknikal menggunakan data pasar yang dipublikasikan yaitu harga
saham, volume perdagangan, indeks harga saham individual maupun
gabungan untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran saham
tertentu maupun pasar secara keseluruhan.
Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat
berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang
belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan.
Return yang diperoleh jika harga saham sekarang lebih tinggi dari harga
saham periode lalu maka terjadi keuntungan modal (capital gain), dan
sebaliknya apabila harga saham sekarang lebih rendah dari harga saham
periode lalu maka terjadi kerugian modal (capital loss).

Berbagai penelitian yang terkait dengan penelitian rasio-rasio keuangan


yang digunakan untuk memprediksi return saham dan rasio keuangan
dengan penelitian rasio-rasio keuangan perusahaan telah banyak dilakukan,
diantaranya adalah Anik dan Indriana T.L (2010). Pengaruh Return On
Assets, Earning Per Share, Current Rasio, Debt to Equity Ratio dan inflasi
terhadap Retrun Saham (studi kasus pada perusahaan manufaktur di BEI
periode tahun 2006-2008) dengan kesimplan bahwa secara parsial Return
On Asset, Earning Per Share, dan Inflasi berpengaruh terhadap Return
Saham. Sedangkan Current Ration dan Debt Equity Ratio tidak berpengaruh
terhadap Return Saham. Secara simultan Return On Asset, Earning Per
Share, Current Ratio, Debt Equity Ratio dan Inflasi berpengaruh terhadap
Return Saham.
Berdasarkan uaraian di atas diketahui jika ROA dan ROE menurun
mengakibatkan return saham menjadi menurun dan jika DER meningkat
maka return saham juga menjadi menurun. Pada dasarnya jika ROA dan
ROE meningkat maka return saham juga meningkat apabila DER menurun
maka Return Saham akan meningkat dan begitu sebaliknya. Berdasarkan
diuraikan di atas, maka tertarik penelitian pengaruh Return On Assets
(ROA), Return On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap
return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ? .
KAJIAN TEORITIS
Return On Assets
Menurut Weston dan Copeland (2001) rasio profitabilitas merupakan hasil
akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan. Hasil pengembalian
atas total aktiva mencoba mengukur efektivitas perusahaan dalam
memanfaatkan seluruh sumber dayanya yang kadang-kadang disebut hasil
pengembalian atas investasi. Berdasarkan perhitungan sebelum pajak maka
rasionya adalah laba bersih per total aktiva. Lyn dan Aileen (2008)
menyatakan bahwa Return On Assets atau pengembalian atas total aktiva
menunjukkan jumlah laba yang diperoleh secara relatif terhadap tingkat
investasi dalam total aktiva , untuk menghitung ROA dapat digunakan
rumus :

Return On Assets ( ROA ) =

Laba Bersi h
x 100
Total A ktiva

Semakin tinggi rasio ini berarti perusahaan semakin efektif dalam


memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih. Dengan demikian
bahwa semakin tinggi ROA berarti kinerja perusahaan semakin efektif,
karena tingkat kembalian akan semakin besar. Hal ini selanjutnya akan
meningkatkan daya tarik investor kepada perusahaan. Peningkatan daya
tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor,
karena dapat memberikan keuntungan (return) yang besar bagi investor.
Dengan kata lain ROA akan berpengaruh terhadap return Saham yang akan
diterima oleh investor.
Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas, yaitu rasio
yang menunjukkan seberapa efektifnya perusahaan beroperasi sehingga

menghasilkan keuntungan atau laba perusahaan. Return On Asset (ROA)


juga merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat profitabilitas suatu
perusahaan. Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengetahui besarnya
laba bersih yang dapat diperoleh dari operasional perusahaan dengan
menggunakan seluruh kekayaannya. Tinggi rendahnya Return On Assets
(ROA) tergantung pada pengelolaan asset perusahaan oleh manajemen
yang menggambarkan efisiensi dari operasional perusahaan. Semakin tinggi
Return On Asset (ROA) semakin efisien operasional perusahaan dan
sebaliknya, rendahnya Return On Asset (ROA) dapat disebabkan oleh
banyaknya asset perusahaan yang menganggur, investasi dalam
persediaan yang terlalu banyak.
Dalam penelitian Rinati (2011) menunjukkan hasil ada pengaruh yang
signifikan antara return on assets terhadap harga saham. Peningkatan daya
tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor,
karena tingkat pengembalian (return) akan semakin besar. Hal ini juga akan
berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di Pasar Modal
juga akan semakin meningkat karena permintaan saham di pasar melebihi
penawaran. Keputusan yang harus diambil oleh pemilik perusahaan yaitu
pemilik perusahaan harus meningkatkan laba dengan cara pendayagunaan
asset semaksimal mungkin supaya ROA meningkat.
Dari penelitian Dini (2010) menunjukkanbahwa variabel ROA tidak
mempunyai pengaruh terhadap Harga Saham sehingga return saham tidak
dipengaruhi ROA. Karena pola perilaku harga saham menentukan pola
return yang diterima dari saham tersebut.
Prihantini menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan para
pemegang saham akan memperoleh
keuntungan dari deviden yang
diterima semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya deviden yang
akan diterima oleh para pemegang saham, merupakan daya tarik bagi para
investor dan atau calon investor untuk menanamkan dananya ke
perusahaan tersebut. Dengan semakin besarnya daya tarik tersebut maka
banyak investor yang menginginkan saham perusahaan tersebut.
Jika permintaan atas saham suatu perusahaan semakin banyak maka harga
sahamnya akan meningkat. Dengan meningkatnya harga saham maka
return yang diperoleh investor dari saham tersebut juga meningkat. Hal ini
disebabkan karena return merupakan selisih antara harga saham periode
saat ini dengan harga saham sebelumnya.
Return On Equity (ROE)
Lyn dan Aileen (2008)
menyatakan bahwa Return on Equity atau
pengembalian atas ekuitas mengukur pengembalian atas pemegang saham
biasa; rasio ini juga dikalkulasi sebagai pengembalian atas ekuitas saham
biasa jikalau sebuah perusahaan memiliki saham preferen yang beredar.
Angka ROE yang semakin tinggi memberikan indikasi bagi pemegang saham
bahwa tingkat pengembalian investasi makin tinggi. Menurut Lestari dan
Sugiharto (2007) angka ROE dapat dikatakan baik apabila lebih besar dari
12%. Adapun rumus ROE adalah sebagai berikut :

ReturnOn Equity ( ROE )=

Laba Bersi h
x 100
Total Modal

Semakin tinggi ROE maka kinerja perusahaan semakin efektif. Rasio ini juga
digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk
menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa
maupun saham preferen. Peningkatan harga saham perusahaan akan
memberikan keuntungan (return) yang tinggi pula bagi para investor. Hal ini
selanjutnya akan meningkatkan daya tarik investor terhadap perusahaan.
Peningkatan daya tarik ini menjadikan perusahaan tersebut makin diminati
oleh investor, karena tingkat kembalian akan semakin besar. Dengan kata
lain ROE akan berpengaruh terhadap return Saham yang akan diterima oleh
investor.
Dari penelitian sebelumnya Naryoto (2010) dengan judul penelitian
Pengaruh Return On Equity (ROE), Current Ratio (CR), Debt To Equity Ratio
(DER), Total Assets Turn Over (TATO) Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap
Return Saham menyimpulkan bahwa Return On Equity (ROE) terhadap
return saham industri properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia adalah tidak adanya pengaruh Return On Equity terhadap Return
Saham pada perusahaan sektor Properti dan Real Estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
Peneltian Dini (2010) yang berjudul Pengaruh Net Profit Margin (NPM),
Return On Assets (ROA) Dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham
Yang Terdaftar Dalam Indeks Emiten LQ45 Tahun 2008 2010 menyatakan
variabel ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan
LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010 sehingga
mempengaruhi return saham perusahaan.
Penelitian Cerlienia Juwita yang berjudul Pengaruh Variabel ROA, ROE, DER,
EPS dan PER terhadap Return Saham Perusahaan Non Bank LQ45 Periode
2010-2012 menunjukan bahwa ROE berpengaruh signifikan secara individu
(parsial) terhadap return saham. Hal ini membuktikan bahwa variabel ROE
menjadi indikator yang penting bagi investor dalam menganalisis return
saham perusahaan.
Debt to Equity Ratio (DER)
Lyn dan Aileen (2008) menyatakatan rasio hutang menimbang porsi semua
aktiva yang didanai dengan hutang. Rasio hutang jangka panjang terhadap
total kapitalisasi menggambarkan sejauh mana penggunaan hutang jangka
panjang dipakai manajemen untuk mendanai perusahaan secara permanen
(baik hutang jangka panjang maupun ekuitas pemegang saham). Rasio
hutang terhadap ekuitas mengukur risiko struktur modal dalam hal
hubungan antara dana yang dipasok oleh kreditur (hutang) dan investor
(ekuitas). Makin tinggi proporsi hutang, maka makin besar tingkat risiko
ekuitas karena kreditor harus dipenuhi sebelum pemilik dalam hal
kebangkrutan. Adapun rumus DER adalah sebagai berikut :

Debt Equity Ratio ( DER ) =

Total Hutang
x 100
Total Modal

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan salah satu rasio laverage yang
mengukur kontribusi modal sendiri dan hutang jangka panjang dalam
struktur permodalan. DER yang tinggi menunjukkan bahwa partisipasi para
pemilik lebih kecil dari pada partisipasi para kreditur jangka panjang dalam
struktur permodalan di perusahaan. Total debt merupakan total liabilities
(baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang) sedangkan total
shareholders equity merupakan total modal sendiri yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total
pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan. Semakin
tinggi Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan komposisi total hutang
semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak
semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur).
Penelitian - penelitian sebelumnya yang terkait dengan Debt to Equity Ratio
adalah penelitian Cerlienia Juwita yang berjudul Pengaruh Variabel ROA,
ROE, DER, EPS dan PER terhadap Return Saham Perusahaan Non Bank LQ45
Periode 2010 2012 menunjukan bahwa DER tidak berpengaruh signifikan
secara individu (parsial) terhadap return saham. Hal ini membuktikan bahwa
variabel DER tidak menjadi indikator yang penting bagi investor dalam
menganalisis return saham perusahaan.
Prihantini (2010) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai
Tukar, ROA, DER Dan CR Terhadap Return Saham (Studi Kasus Saham
Industri Real Estate And Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2003 2006) menyimpulkan menyatakan bahwa DER berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap return saham.
Penelitian Anik dan Indriana T. L (2010). yang berjudul Pengaruh ROA, EPS,
Current Rasio, Debt to Equity Ratio, dan Inflasi terhadap Retrun Saham
(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode Tahun 2006-2008)
menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham.
Saham
Menurut Mohamad (2006) Saham merupakan tanda bukti memiliki
perusahaan, dimana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham
(shareholder atau stockholder). Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak
dapat dianggap sebagai pemegang saham adalah apabila mereka tercatat
sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang
Saham (DPS). Oleh sebab itu maka saham terbagi atas:
1. Saham Biasa (common stock) adalah jenis saham yang akan
menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan.
Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan, maka pemegang
saham biasa yang menderita terlebih dahulu. Penghitungan indeks
harga saham didasarkan pada harga saham biasa. Hanya pemegang
saham biasa yang mempunyai suara dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS).
2. Saham Preferen (preferred stock) adalah jenis saham yang memiliki
hak terlebih dahulu dalam menerima laba dan memiliki hak laba
kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang

tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi


akan dibayar pada tahun mengalami keuntungan, sehingga saham
preferen akan menerima laba dua kali. Hak istimewa ini diberikan
kepada pemegang saham preferen karena merekalah yang akan
memasok dana ke perusahaan sewaktu mengalami kesulitan
keuangan.
Menurut Brigham (2001) saham dapat didefenisikan sebagi surat berharga
sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun intitusi dalam
suatu perusahan. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan
bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat
berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar
penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Artinya, jika
seseorang membeli saham suatu perusahaan, berarti dia telah menyertakan
modal ke dalam perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli.
Dalam kegiatan perdagangan di bursa efek, saham yang diperjualbelikan di
pasar modal ini berbeda jenis tingkatannya, perbedaan ini tersusun
berdasarkan nilai jaminan yang diberikan oleh saham tersebut.
Saham yang diperdagangkan di bursa ada dua jenis yaitu saham biasa
(common stock) dan saham preferen (prefered stock). Saham biasa
(common stock) adalah saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi
yang paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas kekayaan
perusahaan apabila perusahan tersebut dilikuidasi. Sedangkan saham
preferen (prefered stock) adalah saham yang memiliki karakteristik
gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan
pendapatan yang tetap, tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti
yang dikehendaki investor. Dari kedua jenis saham tersebut, saham biasa
yang paling banyak diperdagangkan di pasar modal.
Return Saham
Menurut Jogiyanto dalam Dyah Ayu (2003), Return saham merupakan hasil
yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi (realized
return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi (realized
return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung
berdasarkan data histori. Return realisasi penting karena digunakan sebagai
salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return histori ini juga berguna
sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di
masa mendatang.
Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor
dimasa yang akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya
sudah terjadi, return ekspektasi bersifat belum terjadi namun diharapkan
akan terjadi. Return merupakan salah satu dasar yang digunakan oleh
investor dalam mengambil keputusan investasi karena return merupakan
tujuan utama seseorang berinvestasi. Dengan adanya return, diharapkan
seseorang akan termotivasi untuk berinvestasi. Return juga merupakan
imbalan yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada investor atas
keberaniannya menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Return
total sering disebut return saham, yaitu perubahan kemakmuran dari
perubahan harga saham dan perubahan pendapatan dari dividen yang
diterima. Perubahan kemakmuran ini menunjukkan tambahan kekayaan
sebelumnya.

Return abnormal menjadi indikator untuk mengukur efisiensi suatu pasar


modal. Apabila harga suatu instrument investasi telah mencerminkan
seluruh informasi yang ada maka return ekspektasi atas suatu harga saham
relatif akan sama dengan return realisasinya. Pada pasar modal yang telah
efisien, seorang investor tidak akan dapat memperoleh abnormal return
secara berlebihan atau secara terus menerus. Hal ini tentu saja berlaku
dengan asumsi seluruh pelaku pasar bertindak rasional atas informasi yang
diperoleh.
Pemegang saham dalam investasinya dapat memperoleh return yang
ditawarkan suatu saham dalam bentuk capital gain dan dividen. Capital
gain merupakan selisih harga saham sekarang relatif lebih tinggi dari harga
saham periode yang lalu. Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang
dibagikan kepada pemegang saham. Biasanya tidak seluruh keuntungan
perusahaan dibagikan kepada pemegang saham, tetapi terdapat bagian
yang ditanam kembali. Biasanya dividen yang diterima ditentukan dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan tersebut. Namun yang
perlu diperhatikan adalah bahwa perusahaan tidak selalu membagikan
dividen kepada para pemegang saham tetapi bergantung pada kondisi
perusahaan itu sendiri. Ini berarti bahwa jika perusahaan mengalami
kerugian tentu saja deviden tidak akan dibagikan pada tahun berjalan
tersebut. Deviden yang dibagikan dapat berupa deviden tunai maupun
dividen saham.
Return yang digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi (realized
return) yang merupakan capital gain/capital loss yaitu selisih antara harga
saham periode saat ini (Pt) dengan harga saham pada periode sebelumnya
(Pt-1). Secara matematis actual return dapat diformulasikan sebagai berikut:

Return Sa h am=

Pt Pt1
Pt1

Dimana :
Pt = harga saham penutupan pada periode ke- t
Pt-1 = harga saham penutupan pada periode ke t-1
Harga Saham
Harga saham di bursa efek akan ditentukan oleh kekuatan permintaan dan
penawaran. Pada saat permintaan saham meningkat, maka harga saham
tersebut akan cenderung meningkat. Sebaliknya, pada saat banyak orang
menjual saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan.
Harga sebuah saham dapat berubah naik turun dalam hitungan yang begitu
cepat. Harga tersebut dapat berubah dalam hitungan menit, bahkan dalam
hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan karena banyaknya pesanan yang
dimasukkan ke system JATS (Jakata Autonomated Trading System). Pada
lantai perdagangan Bursa Efek Indonesia terdapat 400 terminal computer di
mana para floor tracker dapat memasukkan pesanan yang diterimanya dari
nasabah. Pada monitor-monitor yang memantau perdangangan saham,
tertera beberapa istilah harga saham:
1. Previous Price menunjukkan harga pada penutupan hari sebelumnya.

2. Open atau Opening Price menujukkan harga pertama kali pada saat
pembukaan sesi I perdagangan, yaitu jam 09.30 pagi.
3. High atau Higest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham
yang terjadi sepanjang perdangangan pada hari tersebut.
4. Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu
saham yang terjadi sepanjang perdangangan pada hari tersebut.
5. Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham.
6. Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga
yang terjadi.
Close atau Closing Price menunjukkan harga p enutupan suatu saham pada
saat akhir sesi II, yaitu jam 16.00 sore.
Pengaruh ROA, ROE, DER terhadap Return Saham
Harapan investor terhadap tingkat keuntungan dividen untuk masa yang
akan datang. Jika pendapatan atau dividen suatu saham stabil maka harga
saham cenderung stabil. Sebaliknya jika pendapatan atau dividen suatu
saham berflutuasi maka harga saham cenderung akan berfluktuasi.
1. Return On Assets (ROA) dipengaruhi oleh profit margin dan total
aktiva. Untuk menaikan ROA, suatu perusahaan bisa memilih dengan
menaikkan profit margin dan mempertahankan total aktiva. Profit
margin
yang
tinggi
menandakan
kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.
Semakin tinggi laba yang dihasilkan perusahaan akan mengakibatkan
harga saham perusahaan juga akan meningkat sehingga semakin
tinggi pula return saham yang diperoleh.
2. Return On Equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan dalam
memperoleh return bagi investasi yang dilakukan oleh investor
(pemegang saham), sehingga semakin tinggi ROE maka semakin
besar pula return saham yang diperoleh perusahaan.
3. Debt to Equity Ratio (DER) mengukur kemampuan perusahaan dalam
membandingkan total kewajiban dengan total ekuitas yang dimiliki
perusahaan. Semakin kecil rasio ini, maka akan semakin baik bagi
perusahaan, dan investor lebih yakin dan percaya dalam
menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang ada di BEI
yang terdaftar sampai Desember 2011. Teknik penarikan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling yaitu teknik
pengambilan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu yakni : (1)
Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2010 2011 dan (20 Perusahaan perusahaan perbankan tersebut
mempublikasikan laporan keuangannya secara lengkap dan tidak keluar
(delisting) selama periode 2010- 2011.
Berdasarkan kriteria tersebut
diperoleh jumlah sampel (n) sebanyak
Operasionalisasi Variabel

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return Saham (Y), sedangkan
variabel independen dalam penelitian ini adalah Return On Assets (X1),
Return On Equity (X2) dan Debt to Equity Ratio (X3).
1. Variabel Independen
a. Return On Assets. Rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih
yang diperoleh perusahaan apabila diukur dari volume penjualan
atau pun pendapatan. Dengan rumus sebagai berikut :

Return On Assets ( ROA ) =

b.

Laba Bersi h
x 100
Total Aktiva

Return On Equity. Rasio yang menunjukkan berapa persen laba


yang dihasilkan perusahaan yang diukur dari modal pemilik. Dengan
rumus sebagai berikut :

Return On Equity ( ROE )=

Laba Bersi h
x 100
Total Modal

c. Debt to Equity Ratio. Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan


dalam membandingkan total kewajiban dengan total ekuitas yang
dimiliki perusahaan dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan
kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi
seluruh kewajibannya. Dengan rumus sebagai berikut :

Debt Equity Ratio ( DER ) =

Total Hutang
x 100
Total Modal

2. Variable Dependen. Variabel dependen adalah variabel terikat. Dalam


penelitian ini, variabel dependennya adalah return Saham. Return
Saham adalah keuntungan yang diterima dari investasi saham selama
periode pengamatan. Dengan rumus sebagai berikut :

Return Sa h am=

Pt Pt1
Pt1

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
dokumentasi yang diakses dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu
www.idx.co.id. Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh melalui laporan keuangan yang dipublikasika di Bursa Efek melalui
website www.idx.co.id dan yahoo finance.
Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis regresi linear berganda dengan rumus sebagai berikut:
Y = + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 +
Dimana:
Y
= Return Saham

= konstanta
X1
= Return On Assets
X2
= Return On Equity
X3
= Debt To Equity Ratio
b1, b2, b3
= koefisien regresi parsial untuk X1, X2, X3

=
disturbance
error
(faktor
pengganggu/residual)

Dalam penelitian ini dilakuakn dengan dua pengujian sebagai berikut :


1. Uji t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Return On Assets,
Return On Equity dan Debt to Equity Ratio secara parsial terhadap
Return Saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia untuk
periode 2010 2011.
2. Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh dari Return On Assets, Return On
Equity dan Debt to Equity Ratio secara simultan terhadap Return Saham
perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2010
2011.
Pengujian Asumsi Klasik
Untuk menentukan ketepatan model regresi dilakukan pengujian atas
beberapa asumsi klasik yang mendasari model regresi sebagai berikut :Uji
Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Autokorelasi dan Uji Heteroskedastisitas

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Uji Statistik Deskriptif
Pengujian deskriptif ini untuk menguji seberapa besar nilai mean, standar
deviasi, nilai minimum, maksimum, median, skweness, dan kurtosis.
Tabel 1
Minimu Maximu
Std.
N
m
m
Sum
Mean
Deviation
ROA
58
4.450
92.720 1.59862
2.073452
10.660
ROE
58
-64.85
64.65
954.17 16.4512
16.77379
DER
58
3.03
15.62
517.40
8.9207
2.81658
Return_Saha
58
-.36
48.00
64.20
1.1069
m
Valid N
58
(listwise)
Sumber : Hasil penelitian SPSS 22, 2014 (data diolah)

6.28645

Dari tabel 1 di atas nampak bahwa rata-rata variable ROA sebesar 1,59862.
dengan standar deviasi sebesar 2,073452. Rata-rata variable ROE sebesar
16,4512 dengan standar deviasi sebesar 16,77379. Rata-rata variable DER
sebesar 8,9207 dengan standar deviasi sebesar 11,62. Rata-rata variable
Return Saham sebesar 1,069 dengan standar deviasi sebesar 6,28645.
Pengujian Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2005) salah satu cara untuk mengetahui
adanya
multikolinearitas adalah dengan melakukan uji VIF (Variance Inflation Factor)
yaitu jika VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1
maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas. Berdasarkan
hasil pengolahaan SPSS atas data yang diperoleh, maka dapat dilihat pada
tabel 2 berikut :
Tabel 2
Uji Multikolinearitas

Model
1

Collinearity Statistics
Toleranc
e
VIF
(Constant)
ROA
ROE
DER

.153
.146
.740
Sumber : Hasil Ouput SPSS 22, 2014 (data diolah)

6.516
6.837
1.351

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk masing masing
variabel kurang dari 0.1, hal ini membuktikan bahwa model regresi yang
digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat gejala multikolinearitas.

Uji Autokorelasi
Autokorelasi dalam penelitian ini diuji dengan pengujian Durbin Watson
(DW-test). Hasil regresi dengan = 0.05 dengan sejumlah variabel bebas
(k=3) dan banyaknya data (n=58).
Tabel 3
Uji Autokorelasi
Std. Error of
R
Adjusted R
the
DurbinModel
R
Square
Square
Estimate
Watson
1
.217a
.047
-.006
6.30420
2.124
a. Predictors: (Constant), DER, ROA, ROE
b. Dependent Variable: Return_Saham
Sumber : Hasil Output SPSS 22, 2014 (data diolah)
Berdasarkan tabel 3 di atas, nampak bahwa nilai Durbin-Watson sebesar
2.124 sedangkan tabel DW didapatkan nilai du = 1.69 dan dl = 1.48. Oleh
karena nilai DW = 2.124 lebih besar dari batas atas (du) 1.69 dan kurang
dari 4 1.69 (1.69<2.124<4-1.69), maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas
Untuk menentukan heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
anatara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah yang diprediksi dan
sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah distudentized seperti dalam gambar berikut :
Gambar 4
Grafik Scatterplot

Sumber : Hasil Output SPSS 22, 2014 (data diolah)

Dari gambar 4 scatterplot, terlihat bahwa titik titik menyebar secara acak
dan tersebar di atas angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastiisitas pada model regresi.
Analisis Regresi Linear Berganda
Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Hasil pengujian secara parsial variable return on asset, return on equity dan
debt to equity ratio terhadap return saham dapat dilihat pada table dibawah
ini.
Tabel 5
Hasil Uji Prsial (Uji-t)
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
1 (Constant)
.483
3.002
ROA
-.702
1.028
-.232
ROE
.155
.130
.414
DER
-.090
.345
-.040
a. Dependent Variable: Return_Saham
Sumber : hasil Output SPSS 22, 2014 (data diolah)

t
.161
-.683
1.191
-.261

Sig.
.873
.498
.239
.795

Dari tabel 5 nampak bawa nilai t hitung variable return on assets -0.683 dan
signifikan pada 0.498, nilai t hitung variable return on equity 1.191 dengan
tingkat signifikansi 0.239, dan nilai t hitung variable debt to equity ratio
-0.261 dengan tingkat signifikansi 0.795, hal ini menunjukkan bahwa
variable retun on asset dan debt to equity ratio secara parsial berpengaruh
negative dan tidak signifikan terhadap return saham, sedangkan return on
equity secara parsial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
retudn saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Hasil pengujian secara simultan variable return on asset, return on equity
dan debt to equity ratio terhadap return saham dapat dilihat pada table
dibawah ini:
Tabel 6
Hasil Uji Simultan (Uji F)
Sum of
Mean
Model
Squares
Df
Square
F
Sig.
1
Regressio
106.495
3
35.498
.893
.451b
n
Residual
2146.117
54
39.743
Total
2252.612
57
a. Dependent Variable: Return_Saham
b. Predictors: (Constant), DER, ROA, ROE
Sumber : Hasil Output SPSS 22, 2014 (data diolah)
Dari Tabel 6 nampak bahwa nilai F hitung adalah 0.893 dengan tingkat
signifikansi 0.451. hal ini menunjukkan bahwa secara simultan tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen yaitu Return

On Assets, Return On Equity dan Debt to Equity Ratio terhadap variabel


dependen yaitu Return Saham. Nilai koefisien determinasi (R Square)
sebesar 0.047 yang berarti variasi variabel Return On Assets, Return On
Equity dan Debt to Equity Ratio mampu menjelaskan variasi variabel Return
Saham adalah sebesar 4,7% dan sisanya 95,3% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Pembahasan
Pengaruh Return On Assets Terhadap Return Saham
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 6 menunjukkan bahwa t-hitung
variabel ROA (X1) -0.683 dengan tingkat signifikansi 0.498. Dengan
demikian dapat diambil kesimpulan bahwa secara parsial variabel
independen Return On Assets mempunyai pengaruh negatif tetapi tidak
signifikan terhadap Return Saham. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
independen yaitu Return On Assets secara
parsial tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham pada Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 2011.
Pengaruh Return On Equity Terhadap Return Saham
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 6 menunjukkan bahwa t-hitung
variabel ROE (X2) 1.191 dengan tingkat signifikansi 0.239. Dengan demikian
dapat diambil kesimpulan bahwa secara parsial variabel independen Return
On Equity mempunyai pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
Return Saham. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu
Return On Equity secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2010 2011.
Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Return Saham
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 6 menunjukkan bahwa t-hitung
variabel DER (X3) -0.261 dengan tingkat signifikansi 0.795. Dengan
demikian dapat diambil kesimpulan bahwa secara parsial variabel
independen Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh negatif tetapi tidak
signifikan terhadap Return Saham. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
independen yaitu Debt to Equity Ratio secara parsial tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham pada Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 2011.
Pengaruh Return On Assets, Return On Equity dan Debt to Equity
Ratio Terhadap Return Saham
Berdasarkan tabel 6 di atas menunjukkan bahwa nilai F-hitung adalah 0.893
dengan signifikansi 0.451. Sedangkan F-tabel dengan tingkat kepercayaan
95% ( = 0.05) adalah 2.76. Dengan demikian simultan tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel independen yaitu Return On
Assets, Return On Equity dan Debt to Equity Ratio terhadap variabel
dependen yaitu Return Saham.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Return On Assets, Return On Equity dan Debt to Equity Ratio secara
simultan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Return Saham
pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2010-2011..
2. Return On Assets dan Debt to Equity Ratio secara parsial memiliki pengaruh
negatif tetapi tidak signifikan terhadap return saham pada perusahaan
Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2011.
3. Return On Equity memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
return saham pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2010-2011.
Saran
1. Untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya lebih memperpanjang periode
pengamatan dalam penelitiannya agar diperoleh data yang valid dan lebih
lengkap terkait dengan masalah penelitian ini.
2.
Untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya menambahkan jumlah variabel
menjadi lebih banyak dengan demikian diharapkan akan memberikan
kontribusi informasi yang lebih baik dan akurat untuk penelitian di masa
yang akan datang.
3. Untuk para investor yang ingin melihat tingkat pengembalian sebuah
perusahaan jika hanya mempertimbangkan nilai rasio rasio yang ada
kurang memadai oleh sebab itu para investor perlu memperhatikan aspek
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anik, Widani dan Dian Indriana T,L, 2010, Pengaruh ROA, EPS, Current Ratio,
DER, dan Inflasi terhadap Return Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan
Manufaktur di BEI Periode 2006-2008). Universitas Diponegoro
Semarang
Arikunto, Suharsini, 2010, Prosedur Penelitian, Edisi VII, Jakarta, Rineka Cipta
Brigham, Eguene F and Joel F. Houston, 2001, Manajemen Keuangan, Edisi VIII,
Jakarta: Eralangga
Bursa Efek Indonesia: www.idx.co.id dan www.finance.yahoo.com
Darsono, Ashari,2005, Pedoman
Yogyakarta: Andi

Praktis

Memahami

laporan

Keuangan,

Fahmi, Irham, 2012, Manajemen Investasi, Jakarta:Salemba Empat.


Ghozali, Ima, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,
Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Samsul, Mohamad, 2006, Pasa Modal dan Manajemen Portofolio, Jakarta:
Erlangga
Savitri, Dyah Ayu, 2012, Analisis Pengaruh ROA, NPM, EPS dan PER Terhadap
Retun Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Food
and Beverage Periode 2007-2010) Universitas Diponegoro Semarang
Wulandari, Vicky, 2012, Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio,
Earning Dan Inventory Turnover Terhadap Return Saham Perusahaan

Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode


2007-2011. Universitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai