Anda di halaman 1dari 13

GERAKAN 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK)

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Program Gizi


Doesen pengampu

: Nuryanto, S.Gz, M.Gizi

disusun oleh:
Evi Kartini

22030113120008

Nur Rochmah

22030113120068

Annisa Nur Fathin

22030113120024

Destio Dwiyan F

22030113130078

Nurlina Puspadani

22030113120036

Monika Sari

22030113140100

Rosita Rimahardika

22030113120056

Afifah Fitri Nuryanti 22030113140112

Clara Rashinta D

22030113120058

Wanty

Sudirman

22030111140088

22030113130128

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

A. GERAKAN 1000 HARI KEHIDUPAN


Sasaran pembangunan pangan dan gizi adalah menurunkan prevalensi kekurangan
gizi pada balita, termasuk stunting. Beberapa program dan kegiatan pembangunan
nasional telah dilakukan untuk mendukung sasaran tersebut. Gerakan perbaikan gizi
fokus terhadap kelompok 1000 hari pertama kehidupan yang pada tataran global disebut
Scalling Up Nutrition (SUN) dan di Indonesia disebut dengan Gerakan Nasional Sadar
Gizi dalam Rangka Percepatan Perbaikan Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan
(Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan dan disingkat Gerakan 1000 HPK).

SUN

(Scaling Up Nutrition) Movement merupakan upaya global dari berbagai negara dalam
rangka memperkuat komitmen dan rencana aksi percepatan perbaikan gizi, khususnya
penanganan gizi sejak 1.000 hari dari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun. Gerakan
ini merupakan respon negara-negara di dunia terhadap kondisi status gizi di sebagian
besar negara berkembang dan akibat kemajuan yang tidak merata dalam mencapai tujuan
pembangunan.
Seribu hari pertama kehidupan adalah periode seribu hari mulai sejak terjadinya
konsepsi hingga anak berumur 2 tahun. Seribu hari terdiri dari, 270 hari selama
kehamilan dan 730 hari kehidupan pertama sejak bayi dilahirkan. Periode ini disebut
periode emas (golden periode) atau disebut juga sebagai waktu yang kritis, yang jika
tidak dimanfaatkan dengan baik akan terjadi kerusakan yang bersifat permanen.
Gerakan 1000 HPK bukanlah inisiatif, institusi maupun pembiayaan baru melainkan
meningkatkan efektivitas dari inisiatif yang telah ada yaitu meningkatkan koordinasi
termasuk dukungan teknis, advokasi tingkat tinggi, dan kemitraan inovatif, dan
partisipasi untuk meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan masyarakat, dan
pembangunan. Hal ini perlu didukung dengan kepemimpinan nasional dan daerah yang
cukup kuat, meningkatkan partisipasi seluruh pemangku kepentingan, bukan hanya dari
pemerintah tetapi juga dunia usaha, organisasi profesi dan lembaga kemasyarakatan.
Dengan adanya Gerakan Nasional Sadar Gizi Dalam Rangka Percepatan Perbaikan
Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan)
diharapkan semua pemangku kepentingan mempunyai persepsi, komitmen dan langkah
nyata yang terkoordinasi dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran untuk
gerakan 1000 HPK ini di berbagai tingkat administrasi baik di pusat, provinsi, kabupaten
dan kota.
B. PENTINGNYA GERAKAN 1000 HPK
Pada kenyataannya, masalah kegagalan tumbuh kembang anak bukan disebabkan
terutama oleh faktor genetik melainkan karena faktor lingkungan yang dapat diperbaiki

dengan fokus pada masa 1000 HPK. Mengacu pada pentingnya 1000 HPK, PBB telah
meluncurkan gerakan Scaling Up Nutrition (SUN Movement) pada tahun 2010 dan
hingga kini telah diikuti oleh 54 Negara termasuk Indonesia. Gerakan ini dilakukan
sebagai bentuk upaya kolaboratif pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan
penguatan kesadaran dan komitmen yang menjamin akses masyarakat terhadap makanan
yang bergizi.
Sebagai tindak lanjut di level nasional, Pemerintah telah berkomitmen melalui
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 Hari Pertama
Kehidupan (Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan dan disingkat Gerakan 1000 HPK)
sejak tahun 2012 yang diinisiasi oleh Kemenko PMK (d/h Kemenkokesra). Gerakan ini
kemudian diperkuat melalui terbitnya Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. Perpres nomor 42 tahun 2013 ini
mengamanatkan adanya upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui
penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan
terkoordinasi untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat dengan prioritas pada 1000
HPK. Penggalangan gerakan ini pun diamanatkan untuk melibatkan seluruh pemangku
kepentingan termasuk Pemerintah Daerah, ormas/LSM, profesi, akademisi, media massa,
hingga dunia usaha. Gerakan ini dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan, termasuk
kampanye nasional dan daerah; advokasi dan sosialisasi lintas sektor hingga pelatihan
dan kegiatan intervensi.
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam rangka Seribu Hari Pertama
Kehidupan yang sesungguhnya bukan hal baru. Pada era tahun 50-an gerakan perbaikan
gizi ditandai oleh slogan Empat Sehat, Lima Sempurna. Kemudian tahun 90-an, seiring
perkembangan ilmu pengetahuan dan masalah gizi di Indonesia, perbaikan gizi ditandai
dengan kampanye gizi seimbang dan keluarga sadar gizi. Pada era tahun 2012 ini, sejalan
dengan kemajuan IPTEK gizi, masalah gizi yang ada, dan untuk menyempurnakan
perbaikan gizi sebelumnya, maka diperlukan gerakan yang bersifat nasional yang
kemudian diberi nama Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam rangka Seribu
Hari Pertama Kehidupan.
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama
Kehidupan

sangat penting dalam upaya kita menciptakan sumber daya manusia

Indonesia yang sehat, cerdas, dan prduktif. Permasalahan gizi telah lama menjadi
perhatian dunia. Di dalam tujuan pembangunan millennium (MDGs), perbaikan gizi
menjadi salah satu indikator dari tujuan pertama yaitu mengatasi masalah kemiskinan
dan kelaparan. Pada tujuan pertama MDG, terdapat 3 (tiga) indikator keberhasilan, yaitu

peningkatan pendapatan, peningkatan konsumsi energi, dan peningkatan status gizi.


Ketiga indikator ini memiliki keterkaitan yang sangat kuat, perbaikan pendapatan akan
memperbaiki asupan gizi, dan selanjutnya akan memperbaiki status gizi. Selain itu gizi
yang baik akan menjadi dasar yang sangat kuat untuk mencapai MDGs lainnya.
Rumusan perbaikan gizi yang digagas oleh Badan Dunia (PBB) ini telah menimbulkan
perubahan pandangan yang signifikan. Masalah gizi tidak saja dipandang sebagai
masalah kesehatan, tetapi telah menjadi tanggung jawab bersama. Keberhasilan
perbaikan gizi merupakan lanjutan dari keberhasilan bidang penyediaan makanan,
perubahan perilaku dan peningkatan pengetahuan, perbaikan lingkungan dan penyediaan
sarana air bersih, penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan, serta berbagai
faktor determinan lainnya.
C. DAMPAK GANGGUAN GIZI GERAKAN 1000 HPK
Sasaran utama dalam perbaikan gizi 1000 HPK adalah dari periode janin dalam
kandungan sampai periode baduta (bawah dua tahun). Gangguan gizi yang terjadi pada
masa 1000 HPK yang tidak dapat ditangani dengan baik akan mendatangkan dampak
negatif yang luas bagi anak, sampai nanti mencapai kehidupan dewasa. Dampak yang
terjadi dapat berupa gangguan jangka pendek dan jangka panjang.
Di awali dari masa janin dalam kandungan. Gangguan gizi yang terjadi pada janin
diakibatkan oleh kurangnya asupan zat gizi dari ibu. Dalam istilah medis disebut konsep
Developmental Plasticity artinya

adalah janin memiliki sifat plastisitas atau

fleksibilitas pada periode perkembangan dalam kandungan. Janin akan menyesuaikan


diri dengan apa yang terjadi pada ibunya dan apa yang diasup oleh ibunya selama masa
kehamilan. Jika asupan zat ibu kurang maka janin pun akan mengurangi sel-sel
perkembangan tubuhnya. Selain itu Developmental Plasticity akan menyebabkan system
bersifat plastis dan sensitif terhadap lingkungan dan jika zat gizi yang dibutuhkan janin
tidak terpenuhi makan plastisitas dan kapasitas fungsional yang menetap pada janin akan
hilang.
Plastisitas tidak hanya untuk keadaan kekurangan gizi, tetapi juga mencakup semua
kerentanan lingkungan. Termasuk lingkungan dengan keadaan gizi berlebih yang
berhubungan dengan obesitas maternal dan diabetes gestasional.
Setelah janin dalam kandungan yang kekurangan zat gizi, pada masa setelah
kelahiran, bayi pun akan tetap menyesuaikan mekanisme tubuhnya menerima zat gizi
sesuai apa yang terjadi selama masa kehamilan. Oleh karena itu, jika gangguan gizi ini
berlangsung selama masa dibawah dua tahun, akan menyebabkan gangguan gizi kronis
berupa bayi stunting (pendek). Efek jangka pendek yang akan terjadi adalah pada anak

akan terjadi gangguan perkembangan otak. Karena masa baduta adalah masa periode
emas perkembangan otak anak. Selain itu juga akan terjadi gangguan pertumbuhan. Jika
hal tersebut tidak tertangani dengan baik, efek jangka panjang yang akan dihadapi adalah
rendahnya kemampuan kognitif anak dan prestasi pendidikan diakibatkan karena adanya
perkembangan otak yang terganggu. Kemudian gangguan pertumbuhan akan
menyebabkan rendahnya daya tahan tubuh anak dan kemampuan kerja atau produktifitas
yang tidak optimal.
Selain gangguan gizi kronis, gangguan gizi 1000 HPK juga akan menyebabkan
gangguan gizi akut, yaitu berupa kelebihan gizi (kegemukan) dan kekurangan gizi
(kurus). Bayi yang kekurangan zat gizi secara akut akan menyebabkan bayi menjadi
kurus atau wasting. Apabila kekurangan zat gizi ini berlangsung lama maka akan
menyebabkan adanya KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan KEP (Kekurangan Energi
Protein). Bayi akan menjadi bayi yang menderita marasmus dan khwashirkor. Jika
gangguan gizi ini tidak ditangani dengan baik akan berakibat pada kematian bayi karena
mekanisme tubuhnya sudah tidak sanggup untuk mengpertahankan diri dalam keadaan
kelaparan yang berlangsung lama. Karena keadaan tersebut juga mengakibatkan
turunnya kekebalan tubuh sehingga bayi dengan wasting akan sering mengalami
penyakit infeksi. 20% kematian bayi gizi buruk diakibatkan oleh penyakit infeksi
terutama infeksi paru-paru atau pneumonia.
Gangguan kelebihan gizi (kegemukan) pada bayi juga akan mengakibatkan terjadinya
gangguan metabolism dalam tubuh bayi. Seperti diketahui, kelebihan gizi mengakibatkan
terjadinya kegemukan akibat penumpukan lemak dijaringan adiposa. Hal tersebut dapat
mempengaruhi aktifitas metabolisme dalam tubuh, diantaranya terjadi akibat
meningkatnya resitensi insulin. Bayi dengan keadaan kegemukan akan cenderung
menjadi gemuk juga pada masa anak-anak, remaja dan dewasa. Apabila tidak
diperhatikan pola makan dan asupan zat gizinya akan meningkatkan resiko terjadinya
penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, Stroke,
hipertensi, kanker dan disability pada saat lansia.
Mengingat banyaknya gangguan-gangguan yang akan terjadi, maka pengoptimalan
1000 HPK sangat penting. Agar dapat menciptakan generasi yang berkualitas.
D. PEMBERIAN PERHATIAN KHUSUS PEREMPUAN
Perempuan perlu diberikan perhatian khusus karena perempuan sangat memegang
peranan penting pada program 1000 Hari Pertama Kehamilan (HPK). Peranan penting
perempuan dalam 1000 HPK. Perempuan dewasa yang kurang gizi (berat badan kurang
dan postur pendek) berisiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Bayi BBLR berisiko gagal tumbuh selama usia anak, remaja dan pada saat dewasa
berisiko melahirkan generasi kurang gizi selanjutnya. Kehamilan dini dari remaja yang
kurang gizi akan menambah risiko lahirnya bayi dengan BBLR dan remaja tersebut akan
tumbuh menjadi perempuan dewasa dengan berat badan rendah dan postur pendek.
Apabila masalah ini tidak diperbaiki, maka akan terjadi masalah anak pendek
intergenerasi.
Pada kondisi fetal yang undernutrisi akan terjadi suatu fenomena yang disebut sebagai
Developmental Plasticity, yaitu suatu fenomena dimana satu genotipe dapat
meningkatkan status fisiologis dan morfologis dalam rentang yang berbeda, sebagai
respons terhadap kondisi lingkungan yang berbeda selama masa perkembangan. Esensi
dari Developmental plasticity adalah suatu periode kritis saat suatu sistem bersifat plastis
dan sensitif terhadap lingkungannya, diikuti dengan hilangnya plastisitas dan kapasitas
fungsional yang menetap. Sebagian besar organ dan sistem, masa kritisnya terjadi saat
periode di dalam kandungan.
Pada proses pertumbuhan dan perkembangan nya, respons janin terhadap perubahan
gizi ibu (melalui mekanisme developmental plasticity), menyebabkan bayi membutuhkan
lingkungan yang sama dengan saat dalam kandungan. Apabila lingkungan pasca-salin
berbeda (kurang saat dalam kandungan, dan berlebih setelah lahir), maka akan
menyebabkan situasi Mismatch antara apa yg sudah dipersiapkan oleh janin dalam
kandungan (kekurangan) untuk menghadapi situasi pasca-salin (berlebih), sehingga
meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular (PTM).
Pada salah satu penelitian menunjukan bahwa adanya manifestasi interaksi genetik
dan lingkungan dini.(2) Kesehatan dan Penyakit merupakan hasil interaksi antara gen,
keterpaparan terhadap faktor risiko lingkungan dan juga kondisi gizi, metabolik dan
hormonalnya pada priode kritis pada awal kehidupannya. Efek gizi kurang di dalam
kandungan dapat memanjang ke 3 generasi, seperti diindikasikan oleh hubungan antara
ukuran TB nenek dan berat badan lahir bayi yg dilahirkan oleh wanita dalam studi
kohort.
Penelitian yang dilakukan di India, mengemukakan bahwa anak yang gizi nya kurang,
cenderung menjadi dewasa yang pendek, selanjutnya cenderung melahirkan bayi yang
memiliki berat badan lahir rendah, yang berisiko mempunyai prestasi pendidikan yg
rendah yang pada akhirnya mempunyai status ekonomi yang rendah. Stunting pada usia
dini juga dapat memprediksikan kinerja kognitif dan risiko terjadinya Penyakit Jantung
Koroner pada masa dewasa.(3) Memperbaiki gizi pada masa dini (0-36 bulan) dapat

meningkatkan penghasilan secara bermakna dan fungsi kognitif terbaik jika intervensi
dilakukan pada usia pra-sekolah.
Analysis dari penelitian kohort di 5 negara memberikan bukti kuat bahwa gizi yg
cukup di dalam kandungan dan di usia 2 tahun pertama kehidupan sangat kritis untuk
pembangunan

SDM.

Hubungan

antara

hambatan

pertumbuhan

janin,

yang

direpresentasikan oleh BBL nya, dengan risiko yg lebih tinggi untuk terjadinya coronary
heart disease (CHD), stroke, hipertensi dan diabetes tipe 2 semakin meyakinkan.
Hubungan tidak terbatas pada berat badan lahir < 2500 gram. Bukti menunjukkan bahwa
risiko tersebut juga meluas pada bayi yg mempunyai BBL > 2500 gram. Hubungan
tersebut diasumsikan merupakan konsekuensi dari developmental plasticity.
Wanita yang Overweight dapat melahirkan bayi makrosomik (sangat besar) yg
seringkali tidak bisa memproduksi insulin dengan baik, sehingga berisiko mengalami
obesitas dan diabetes type 2. Anak-anak dari ibu obese atau diabetes mempunyai risiko
lebih tinggi menderita diabetes dan komplikasi cardiometabolic lainnya. Fakta mengenai
efek obesitas maternal dan diabetes gestasional sebagai faktor risiko terhadap penyakit
metabolik dan penyakit pembuluh darah jantung di kemudian hari pada bayi yg
dilahirkannya semakin meyakinkan, yang mengindikasikan adanya kelanjutan antargenerasi dari penyakit tersebut.
E. GAMBARAN MASALAH GIZI DI INDONESIA
Bukti Epidemiologis, negara Indonesia merupakan salah satu negara dari 17 negara
yang memiliki beban ganda yang mempunyai 3 masalah gizi yang tinggi pada balita
yaitu stunting (pendek), wasting (kurus) dan overweight (gemuk).
Asesmen terkini yang dilakukan pada tahun 2012 oleh OECD PISA (the Organisation
for Economic Co-operation and Development - Programme for International Student
Assessment), suatu organisasi global bergengsi, terhadap kompetensi 510.000 pelajar usia
15 tahun di 65 negara, termasuk Indonesia, dalam bidang membaca, matematika, dan
science menunjukkan hasil yang rendah. Kompetensi pelajar Indonesia dalam ketiga
bidang tersebut ternyata berada jauh di bawah rata-rata negara-negara OECD yang
keanggotaannya diikuti juga oleh beberapa negara Asia Tenggara yaitu Singapura,
Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Posisi Singapura, Vietnam, Thailand, dan Malaysia
berturut-turut adalah pada urutan ke 2, 17, 50, dan 52. Sedangkan Indonesia berada di
urutan ke 64 dari 65 negara yang mengikuti ajang bergengsi tersebut.
F. INTERVENSI GIZI PADA 1000 HPK
Sesuai dengan Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
Tahun 2013, terdapat dua pola intervensi untuk memutus rantai kekurangan gizi pada 100

HPK, yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Kedua pola intervensi memiliki
kesamaan yaitu sama sama memiliki upaya perbaikan gizi dimaksudkan untuk
mencapai pertumbuhan anak yang optimal. Meski begitu, kedua intervensi ini juga
memiliki pola intervensi yang berbeda. Intervensi gizi spesifik memiliki ciri ciri
sebagai berikut: 1) Upaya yang dilakukan adalah mencegah gangguang gizi secara
langsung; 2) Umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan, 3) Sasaran dalam intervensi
spesifik meliputi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia 0 23 bulan (kelompok 1000
HPK). Sedangkan pada intervensi gizi sensitif, terdapat ciri ciri sebagai berikut: 1)
Upaya mencegah gangguan gizi secara tidak langsung; 2) Berbagai kegiatan
pembangunan, yang pada umumnya bukan dilakukan oleh sektor kesehatan; 3) Memiliki
sasaran masyarakat umum selain kelompok 1000 HPK, dengan melibatkan berbagai
sektor (multisektoral).
1. Intervensi Spesifik
Seperti yang sudah disebutkan, intervensi spesifik merupakan tindakan atau kegiatan
yang dalam perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 HPk, yang pada
umumnya kegiatan ini dilakukan oleh sektor kesehatan. Intervensi spesifik bersifat
jangka pendek, artinya hasil kegiatan dapat dicatat dalam waktu yang relatif pendek.
Berikut jenis jenis intervensi gizi spesifik yang cost efektif menurut Pedoman
Perencanaan Program Gerakan Nasional 1000 HPK Tahun 2013 dan Booklet Aksi
Gizi:
a) Ibu Hamil
Pada kelompok ibu hamil, kegiatan kegiatan intervensi yang dilakukan meliputi:
1) Suplementasi besi minimal 90 tablet dan folat
2) Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil KEK (Kekurangan Energi
Kronis)
3) Penanggulangan kecacingan pada ibu hamil
4) Pemberian kelambu berinsektisida dan pengobatan bagi ibu hamil yang positif
malaria
5) Makan 1 porsi lebih banyak per hari
6) Periksa kehamilan minimal 4 kali
7) Imunisasi TT (Tetanus Toksoid)
b) Kelompok Usia 0 6 Bulan
1) Persalinan ditolong bidan atau dokter
2) Begitu bayi lahir, langsung dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
3) Promosi menyusui ASI Eksklusif 6 bulan (konseling individu dan kelompok)
4) Pemberian 5 imunisasi dasar
5) Memantau tumbuh dan kembang bayi secara rutin
6) Mencegah dan menangani bayi yang sakit secara tepat

c) Kelompok Usia 7 23 Bulan


1) Promosi menyusui, meneruskan pemberian ASI sampai usia 2 tahun
2) Konseling Informasi Edukasi (KIE) perubahan perilaku untuk perbaikan MP
ASI, memulai pemberian MP ASI pada usia 7 bulan.
3) Suplementasi Zink
4) Zink untuk manajemen diare
5) Pemberian kapsul vitamin A dua kali setahun pada bulan Februari dan Agustus
dan pemberian tabur gizi
6) Pemberian obat cacing
7) Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
8) Fortifikasi besi
9) Pemberian kelambu berinsektisida dan malaria
10) Memantau tumbuh dan kembang bayi secara rutin
11) Mencegah dan menangani bayi yang sakit secara tepat
2. Intervensi Sensitif
Sama seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, intervensi sensitif merupakah kegiatan
pembengunan yang dilakukan di luar sektor kesehatan. Sasaran dari kegiatan ini adalah
masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun, apabila dilakukan
perencanaan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik, dampaknya akan
sensitif terhadap keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK.
Dampak kombinasi dari kegiatan spesifik dan sensitif bersifat sustainable dan jangka
panjang. Intervensi sensitif ini meliputi:
1) Penyediaan air bersih dan sanitasi (penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS))
2) Ketahanan pangan dan gizi
3) Keluarga Berencana
4) Jaminan Kesehatan Masyarakat
5) Jaminan Persalinan Dasar
6) Fortifikasi Pangan
7) Pendidikan gizi masyarakat
8) Intervensi untuk remaja perempuan
9) Pengentasan Kemiskinan/ penyedian lapangan kerja
10) Kesetaraan gender
11) Stimulasi psikososial bagi bayi dan anak
12) Perbaikan infrastruktur (perbaikan akses masyarakat: jalan, pasar)
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana kegiatan kegiatan, yaitu
sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)

Pendataan
Pengadaan
Pelatihan
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)

5) Pemantauan
6) Bimbingan teknis (supervisi)
7) Regulasi
3. Kegiatan Utama Tiap Pemangku Kepentingan
Selain kegiatan yang terkandung dalam intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi
sensitif, dalam rangka meningkatkan kemitraan dan pencapaian target tujuan Gerakan
1000 HPK, harus disusun rencana kegiatan utama dari tiap pemangku kepentingan.
Kegiatan utama untuk setiap pemangku kepentingan akan dijelaskan seperti berikut:
a. Pemerintah
Kegiatan utama pemerintah yang memiliki peran sebagai inisiator, fasilitator, dan
motivator meliputi kegiatan dari proses inisiasi dasar dasar Gerakan 1000 HPK
seperti dasar hukum, dokumen pendukung hingga pelaksanaan dan evaluasi
Gerakan 1000 HPK. Berikut contoh rencana kegiatan pemerintah:
1) Menetapkan Perpres Gerakan 1000 HPK (jangka pendek)
2) Sosialisasi Gerakan HPK tingkat nasional dan daerah (jangka pendek)
3) Mobilisasi sumber dana dalam APBN dan APBD (jangka panjang)
4) Melakukan monitoring evaluasi pencapaian tujuan dan sasaran pelaksanaan
kegiatan (jangka panjang)
5) dls.
b. Mitra Pembangunan
Kegiatan utama mitra pembangunan yang meliputi kegiatan dari proses inisiasi
dasar dasar Gerakan 1000 HPK seperti dasar hukum, dokumen pendukung
hingga pelaksanaan dan evaluasi Gerakan 1000 HPK. Berikut contoh rencana
kegiatan mitra pembangunan:
1) Memperkuat dan memperluas jaringan antarmitra pembangunan, untuk
mendukung Gerakan 1000 HPK (jangka pendek)
2) Mendukung gizi sebagai isu prioritas nasional dan daerah (jangka pendek)
3) Bekerjasama dengan pemerintah untuk mengembangkan rencana pembiayaan
Gerakan 1000 HPK (jangka pendek)
4) Meningkatkan skala dan kualitas bantuan kepada pemerintah (jangka
panjang)
5) dls.
c. Lembaga Sosial Kemasyarakatan
Kegiatan utama Lembaga Sosial Kemasyarakatan yang meliputi kegiatan dari
proses inisiasi dasar dasar Gerakan 1000 HPK seperti dasar hukum, dokumen

pendukung hingga pelaksanaan dan evaluasi Gerakan 1000 HPK. Berikut contoh
rencana kegiatan Lembaga Sosial Kemasyarakatan:
1) Memperkuat

keterkaitan

antara

LSK

dengan

pemerintah

dengan

menggunakan mekanisme yang berlaku (jangka pendek)


2) Melakukan mobilisasi dalam rangka meningkatkan demand masyarakat
(jangka pendek)
3) Melakukan evaluasi dan penelitian yang mengaitkan antara gizi dengan
gender, ketenagakerjaan, pertanian, pangan, kesehatan, kemiskinan, jaminan
sosial, dan pendidikan (jangka panjang)
4) Advokasi kepada pemerintah untuk mobilisasi sumberdana yang lebih besar
untuk menangani kekurangan gizi (jangka panjang)
5) dls.
d. Dunia Usaha
Kegiatan utama Dunia Usaha yang meliputi kegiatan dari proses inisiasi dasar
dasar Gerakan 1000 HPK seperti dasar hukum, dokumen pendukung hingga
pelaksanaan dan evaluasi Gerakan 1000 HPK. Berikut contoh rencana kegiatan
Dunia Usaha:
1) Memfasilitasi keterlibatan dunia usaha dalam Gerakan 1000 HPK (jangka
pendek)
2) Bekerja secara nyata untuk mendukung strategi Gerakan 1000 HPK (jangka
pendek)
3) Bekerja secara nyata untuk mendukung Gerakan 1000 HPK Nasional (jangka
panjang)
4) dls.
e. Mitra Pembangunan (Organisasi PBB)
Kegiatan utama Mitra Pembangunan (Organisasi PBB) yang meliputi kegiatan dari
proses inisiasi dasar dasar Gerakan 1000 HPK seperti dasar hukum, dokumen
pendukung hingga pelaksanaan dan evaluasi Gerakan 1000 HPK. Berikut contoh
rencana kegiatan Mitra Pembangunan (Organisasi PBB):
1) Membangun jaringan dan memperluas kerjasama UN System diluar 4
organisasi utama (UNICEF, WFP, FAO dan WHO) (jangka pendek)
2) Bekerjasama dengan pemerintah dan mitra pembangunan untuk mendukung
rencana pembiayaan Gerakan 1000 HPK (jangka pendek)

3) Melakukan sinergitas agenda kegiatan nasional dan global dalam rangka


menyelaraskan dan menghindari duplikasi kegiatan (jangka panjang)
4) Bantuan teknis dan experties untuk memperkuat Gerakan 1000 HPK (jangka
panjang)
5) dls.

DAFTAR PUSTAKA
1. Indonesia

D.

PELATIHAN

GERAKAN

DUTA 1000

HARI

PERTAMA

KEHIDUPAN. 2015;2013.
2. Menjadi L, Harapan S. Penentu Ribuan Hari Berikutnya.
3. Pengantar K. PEDOMAN PERENCANAAN PROGRAM. 2012;
4. Second Report on the World Nutrition Situation. In: WHO 2009. 1st ed. Geneva: UN
Standing Committe on Nutrition; 1992.
5. Eriksson JG. The Windows of Opportunity: Pre-pregnancy to 24 Months of Age. In:
Barker, DJOP, RL Bergmann, PL Ogra. Vol 61. Nestle Nutrition Workshop Series
Pediatric Program; 2008.
6. L C. The Lancet Series and Indian Perspective. Indian Pediatr. 2008;45.
7. Hanson MA. Early Life Meeting Forum. Jakarta; 2011.
8. Goldfrey, KM, Lillycrop, KA, Burdge, GH, et al. Epigenetic Mechanism and the
Mismatch Concept of the Developmental Origins of Health and Disease. Pediatr Res.
2007;61(5).
9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar. 2013;306.
10. Menjadi L, Harapan S. Penentu Ribuan Hari Berikutnya.
11. Tim Penyusun. Pedoman perencanaan program gerakan nasional percepatan
perbaikan gizi dalam rangka seribu hari pertama kehidupan (Gerakan 1000 HPK).
2013;

Anda mungkin juga menyukai