Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
: Filtrasi
PEMBIMBING
: Emma Hermawati
Disusun oleh:
Rd. A. Feby Lailani B.
131411023
Sahara Tulaini
131411025
131411026
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi makhluk hidup. Air yang digunakan
harus memenuhi syarat dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Secara kualitas, air harus
tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan; yang dapat ditinjau dari aspek fisika,
kimia, dan biologi. Adanya perkembangan industri dan pemukiman dapat mengancam
kualitas air bersih, sehingga diperlukan upaya perbaikan baik secara sederhana maupun
modern. Pengolahan air merupakan salah satu upaya untuk memperoleh air bersih untuk
kebutuhan rumah tangga, instansi pendidikan maupun untuk kebutuhan industri.
Dalam memenuhi kebutuhan produksi suatu industri yang semakin bertambah dan
berkembang pesat diperlukan suatu sistem yang dapat menunjang kebutuhan produksi
tersebut. Salah satu proses yang biasanya dilakukan dalam suatu industri yaitu proses
pemurnian atau pemisahan dalam pengolahan untuk menghasilkan suatu produk. Pengolahan
air dengan pemurnian atau pemisahan tersebut dapat dilakukan secara fisika, kimia dan
biologi, ketiga proses tersebut saling berkesinambungan untuk memperoleh kualitas air yang
memenuhi standar. Pada praktikum ini dilakukan proses pengolahan air bersih secara fisika,
yaitu proses filtrasi.
Pengolahan air secara fisika merupakan salah satu tahap dari pengolahan air dengan
tujuan dapat mengurangi zat padat yang terkandung dalam air. Maksud dari zat padat
tersebut ialah zat padat terlarut, tersuspensi atau koloid, sehingga dapat dicapai kualitas air
yang memenuhi syarat kualitas air secara fisika. Secara umum, proses filtrasi adalah proses
yang digunakan pada pengolahan air bersih untuk memisahkan bahan pengotor (partikulat)
yang terdapat dalam air dengan menggunakan filter.
1.2 Tujuan
Dari percobaan yang telah dilakukan, diharapakan mahasiswa dapat:
1
2
3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
memisahkan bahan pengotor (partikulat) yang terdapat dalam air. Pada prosesnya air merembes
dan melewati media filter sehingga akan terakumulasi pada permukaan filter dan terkumpul
sepanjang kedalaman media yang dilewatinya. Filter juga mempunyai kemampuan untuk
memisahkan partikulat semua ukuran termasuk didalamnya algae, virus, dan koloid-koloid tanah.
Pada filtrasi dengan media berbutir, terdapat mekanisme filtrasi sebagai berikut:
Penyaringan secara mekanis (mechanical straining)
Sedimentasi
Adsorpsi atau gaya elektrokinetik
Koagulasi dalam filter bed
Aktivitas biologis
2
Medium Filter
Apabila air olahan mempunyai padatan dengan ukuran seragam, saringan yang digunakan
adalah single medium. Sebaiknya bila ukuran padatan beragam, digunakan saring dual medium
atau three medium. Penyaringan air olahan yang mengandung padatan beragam dari ukuran besar
sampai kecil/halus. Penyaringan dilakukan dengan cara membuat saringan bertingkat, yaitu
saringan kasar, saringan sedang sampai saringan halus.(Ira,2012)
Untuk merancang system penyaringan ini perlu penelitian terlebih dahulu terhadap beberapa
faktor sebagai berikut:
1. Jenis limbah padat (terapung atau tenggelam)
2. Ukuran padatan: ukuran yang terkecil dan ukuran yang terbesar
3. Perbandingan ukuran kotoran padatan besar dan kecil
4. Debit air olahan yang akan diolah
Bentuk dan jenis saringan bermacam-macam. Penyaringan bahan padatan kasar
menggunakan saringan berukuran 5 -20 mm, sedangkan padatan yang halus (hiperfiltrasi) dapat
menggunakan saringan yang lebih halus lagi. Saringan ini diusahakan mudah diangkat dan
dibersihkan.
Bahan untuk penyaringan kasar dapat terbuat dari logam tahan karat seperti stainless steel,
kawat tembaga, batu kerikil, btu bara, karbon aktif. Penyaringan untuk padatan yang halus dapat
menggunakan kain polyester atau pasir.
Jenis saringan yang biasa digunakan adalah saringan bergetar, barscreen racks, dan bak
penyaringan saringan pasir lambat. Jenis saringan yang banyak digunakan adalahsaringan bak
pasir dan batuan. Saringan pasir menggunakan batu kerikil dan pasir. Pasir yang baik untuk
penyaringan adalah pasir kuasa.
Jenis saringan menurut konstruksinya dibedakan menjadi saringan miring, saringan
pembawa, saringan sentrifugal dan drum berputar. Kecepatan penyaringan dikelompokan
menjadi tiga:
Single medium: saringan untuk menyaring air yang mengandung padatan dengan ukuran
seragam
Dual medium: saringan untuk menyaring air limbah yang didominasi oleh dua ukuran padat
Three medium: saringan untuk menyaring air limbah yang mengandung 3 ukuran padatan
Gambarnya seperti berikut ini:
saling berkaitan yang akan mempengaruhi pula kualitas air hasil filtrasi, efisiensinya, dan
sebagainya. Faktorfaktor tersebut adalah debit filtrasi, kedalaman media, ukuran dan material,
konsentrasi kekeruhan, tinggi muka air, kehilangan tekanan, dan temperatur.(Bagus,2013)
1 Debit Filtrasi
Debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya filter secara efisien. Sehingga
proses filtrasi tidak dapat terjadi dengan sempurna, akibat adanya aliran air yang terlalu cepat
dalam melewati rongga diantara butiran media pasir. Hal ini menyebabkan berkurangnya
waktu kontak antara permukaan butiran media penyaring dengan air yang akan disaring.
Kecepatan aliran yang terlalu tinggi saat melewati rongga antar butiran menyebabkan
partikelpartikel yang terlalu halus yang tersaring akan lolos.
2
Konsentrasi Kekeruhan
Konsentrasi kekeruhan sangat mempengaruhi efisiensi dari filtrasi. Konsentrasi kekeruhan air
baku yang sangat tinggi akan menyebabkan tersumbatnya lubang pori dari media atau akan
terjadi clogging. Sehingga dalam melakukan filtrasi sering dibatasi seberapa besar konsentrasi
kekeruhan dari air baku (konsentrasi air influen) yang boleh masuk. Jika konsentrasi
kekeruhan yang terlalu tinggi, harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu, seperti misalnya
dilakukan proses koagulasi flokulasi dan sedimentasi.
Temperatur
Adanya perubahan suhu atau temperatur dari air yang akan difiltrasi, menyebabkan massa
jenis (density), viskositas absolut, dan viskositas kinematis dari air akan mengalami
perubahan. Selain itu juga akan mempengaruhi daya tarik menarik diantara partikel halus
penyebab kekeruhan, sehingga terjadi perbedaan dalam ukuran besar partikel yang akan
disaring. Akibat ini juga akan mempengaruhi daya adsorpsi. Akibat dari keduanya ini, akan
mempengaruhi terhadap efisiensi daya saring filter.
Menurut Griswidia (2008) yang dikutip dari jurnal Penentuan Setting Level Optimal Media
Penjernih Air Terhadap Tingkat Kekeruhan dan Kandungan Fe dengan Metode Full Factorial
22 dan Principal Component Analysis oleh Sudarmono (2010), temperatur berpengaruh
terhadap kekentalan, aktifitas biologi, dan reaksi kimia.
Pengaruh Temperatur terhadap Kekentalan
Jika temperatur air semakin tinggi, maka kekentalan air akan semakin rendah sehingga
gaya gesek air akan lebih cepat melalui celah tersebut dengan demikian akan
disaring. Sebaliknya lubang pori yang terlalu halus akan meningkatkan kemampuan
menyaring partikel dan juga dapat menyebabkan clogging (penyumbatan lubang pori oleh
partikel halus yang tertahan) terlalu cepat.
5
Uji Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik, kekeruhan
juga dapat mewakili warna. Sedang dari segi estetika kekeruhan air dihubungkan dengan
kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan dan warna air tergantung pada warna air
yang memasuki badan air.(Sudarmono,2010)
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya
yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan
oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan
pasir halus), maupun bahan anorganik dan organic yang berupa plankton dan mikro organism
lain. Kekeruhan dinyatakan dalam satuan turbiditas, yang setara dengan 1mg/liter SiO2.
Peralatan yang pertama kali digunakan untuk mengukur turbiditas atau kekeruhan adalah
Jackson Candler Turbidimeter, yang dikalibrasi dengan menggunakan silika. Kemudian, Jackson
Candler Turbidimeter dijadikan sebagai alat baku atau standar bagi pengukuran kekeruhan. Satu
Unit turbiditas Jackson Candler Turbidimeter dinyatakan dengan satuan 1 JTU. Pengukuran
kekeruhan dengan menggunakan Jackson Candler Turbidimeter bersifat visual, yaitu
membandingkan air sampel dengan standar. Selain dengan menggunakan Jackson Candler
Turbidimeter, kekeruhan sering diukur dengan metode Nephelometric. Pada metode ini,
sumbercahaya dilewatkan pada sampel dan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh bahan-bahan
penyebab kekeruhan diukur dengan menggunakan suspensi polimer formazin sebagai larutan
standar. Satuan kekeruhan yang diukur dengan menggunakan metode Nephelometric adalah
NTU (Nephelometric Tubidity Unit). Satuan JTU dan NTU sebenarnya tidak dapat saling
mengkonversi, akan tetapi Sawyer dan MC Carty (1978) mengemukakan bahwa 40 NTU setara
dengan 40 JTU.
Kekeruhan dihilangkan melalui pembubuhan sejenis bahan kimia dengan sifat-sifat tertentu
yang disebut flokulan. Umumnya flokulan tersebut adalah tawas, namun dapat pula garam Fe
(III), atau salah satu polielektrolit organis. Selain pembubuhan flokulan diperlukan pengadukan
sampai flok-flok terbentuk. Flok-flok ini mengumpulkan partikelpartikel kecil dan koloid
tersebut (bertumbukan) dan akhirnya bersama-sama mengendap. Kekeruhan dipengaruhi oleh:
Benda-benda halus yang disuspensikan seperti lumpur dan sebagainya.
Adanya jasad-jasad renik (plankton)
Warna Air(Ainur dkk,
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
3.1.1. Alat
Alat yang dibutuhkan untuk praktikum ialah sebagai berikut.
No
Nama Alat
Jumlah
1 Unit kolom filter
1 set
2 Turbidimeter
1 set
3 Gelas ukur 1000 ml
1 buah
4 Stopwatch
1 buah
5 Beker glass 250 ml
1 buah
6 Batang pengaduk
1 buah
7 Beker plastik berukuran 2 liter
2 buah
8 Beker plastik berukuran 5 liter
2 buah
9 Botol plastik untuk sampling
20 buah
10 Neraca
1 set
Alat filtrasi berupa kolom filter berisi media filter pasir kwarsa yang berfungsi menyaring
atau memindahkan bahan tersuspensi dalam air sedangkan alat turbidimeter berfungsi
mengukur nilai kekeruhan air yang memiliki satuan NTU (Nephelometry Turbidity Unit).
3.1.2. Bahan
Bahan yang dibutuhkan untuk praktikum ialah sebagai berikut.
1. Air keruh artifisial sebagai umpan dengan bahan kapur CaCO3, bentonite dan zeolite;
2. Tisu untuk membersihkan tabung uji kekeruhan.
3.2.
Prosedur Kerja
Menambahkan bahan kapur, zeolite, atau bentonit dalam jumlah tertentu ke dalam tangka beris
Menutup valve pada aliran bawah dan mengalirkan air baku dari tangki atas masuk ke
dalam kolom filter
Membuka valve pada aliran bawah saat permukaan air di atas media filter telah
mencapai head atau ketinggian tertentu, dimulai dengan aliran laju kecil
Memvariasikan laju alir air baku dengan menggunakan 6 variasi nilai yang berbeda
yaitu dengan cara mengatur valve pada 6 posisi yang berbeda, berurutan dari laju kecil
ke laju besar
Mengukur besar laju alir operasi filtrasi untuk setiap posisi valve, menunggu 5-10
menit setelah pengukuran laju alir
Melakukan sampling terhadap efluen operasi filtrasi untuk diuji nilai kekeruhannya.
Melakukan percobaan yang sama dari tahap 1 s/d 3 dengan air baku berbeda
Mengatur knop sesuai dengan prediksi tingkat kekeruhan sampel. Mengatur knop pada
angka 20 untuk sampel dengan tingkat kekeruhan rendah dan pada angka 200 untuk
sampel dengan tingkat kekeruhan tinggi
Mengamati dan mencatat pembacaan alat turbidimeter sebagai nilai dengan satuan
NTU
Apabila sampel mempunyai nilai kekeruhan > 200 NTU, maka sampel harus
diencerkan dengan air demineral
3.3
Skema Alat
Keterangan:
a
b
c
d
3.4
NTU
NTU
Suspensi
(
;
gr/l)
Laju Alir
(
Influen
m/jam)
Kekeruhan
Kekeruhan
Influen
(NTU)
Efluen
(NTU)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Run 2:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Daftar Pustaka
Ainur, Rohmah dkk. 2013.Pengenalan Alat Analisa Tingkat Kekeruhan Air Dengan
Turbidimeter.Jakarta