Anda di halaman 1dari 15

DINAMIKA PSIKOLOGIS PEREMPUAN YANG MELAKUKAN

PERNIKAHAN DI USIA DINI

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Dalam mencapai derajad sarjana S-1 Psikologi

Diajukan Oleh :
BETI CAHYANI
F.100110151

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

DINAMIKA PSIKOLOGIS PEREMPUAN YANG MELAKUKAN


PERNIKAHAN DI USIA DINI

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Dalam mencapai derajad sarjana S-1 Psikologi

Diajukan Oleh :
BETI CAHYANI
F.100110151

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii

iii

iv

DINAMIKA PSIKOLOGIS PEREMPUAN YANG MELAKUKAN


PERNIKAHAN DI USIA DINI

Beti Cahyani
Dr. Nanik Prihartanti, M.Si.
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Beti.Cahyani@gmail.com

Abstraksi. Pernikahan merupakan hal yang sakral, karena berhubungan


dengan suatu pilihan untuk membuat suatu keluarga dengan orang lain sebagai
pasangan hidup. Namun pernikahan itu sendiri merupakan suatu pilihan dari
seseorang berdasarkan pemikiran, pengetahuan, dan pengalaman yang telah
seseorang dapatkan. Baik pengalaman dari orang lain maupun pengalamannya
sendiri yang kemudian ia persepsi dengan evaluasi terhadap pengalaman tersebut.
Seseorang mempunyai pilihan atas pengalaman yang telah ia dapatkan apakah ia
akan menerima atau menolak pengalamannya, misalnya ketika keinginan maupun
keputusan untuk melakukan pernikahan di usia dini merupakan pengalaman yang
ia dapatkan dari orang lain di masa lalu, entah dari orang tuanya mau pun dari
lingkungan yang melakukan demikian. Sehingga secara logika pun terdapat
keterkaitan pada dinamika psikologis terhadap perempuan yang memutuskan
untuk melakukan pernikahan di usia dini.
Informan penelitian ini berjumlah 5 orang dengan jenis kelamin
perempuan, Yang melakukan pernikahan di usia antara 10 hingga 18 tahun dan
tinggal di wilayah Desa Kebowan, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.
Hasil Penelitian ini adalah Aspek Psikologis yang mempengaruhi
perempuan untuk melakukan pernikahan dini antara lain : 1) Masalah ekonomi
dan keluarga, 2) Sikap tergesa-gesa untuk menikah karena ingin segera terlepas
dari orang tua atau keluarga, 3) Kehamilan di luar nikah karena pergaulan bebas,
dan 4) Merasa tidak mampu menerima pelajaran di sekolah.Faktor Eksternal yang
mempengaruhi perempuan untuk melakukan pernikahan di usia dini antara lain :
masalah ketidakutuhan keluarga, masalah ekonomi, pola pergaulan di masyarakat
maupun di lingkungan sekolah, dan kondisi lain yang mendukung. Dalam
kehidupan pernikahan dapat di lihat dari kurangnya kemampuan dalam
pemecahan masalah pada perempuan yang menikah di usia dini di awal kehidupan
pernikahan.
Kata Kunci : Dinamika Psikologis, Pernikahan Usia Dini, Remaja.

remaja juga menjadi faktor penting

PENDAHULUAN
Pernikahan usia dini, bukanlah

bagi keputusan mereka, seperti yang di

permasalahan yang tabu untuk di

nyatakan

oleh

Sanderowitz

bicaakan,

Paxman

(dalam

Sarwono,

tetapi

merupakan

dan
2013)

permasalahan yang telah di kaji sejak

menyatakan bahwa pernikahan muda

lama. Pada umumnya pernikahan usia

sering terjadi karena remaja berfikir

dini disebabkan oleh kehamilan di luar

pendek untuk mengambil keputusan

nikah, dan faktor faktor lain yang

melakukan pernikahan.

mendukung

hal

tersebut.

Pada

Menurut hasil penelitian yang di

masyarakat pedesaan pernikahan dini

lakukan

sering terjadi karena berbagai faktor, di

menyatakan bahwa terdapat beberapa

antaranya faktor ekonomi, keluarga,

faktor yang mempengaruhi pernikahan

sosial, dll. Pihak yang paling rentan

dini yaitu faktor pendidikan, sosial-

sebagai korban dari pernikahan dini

ekonomi dan persepsi, dan di nyatakan

adalah

bahwa

pada

remaja

perempuan.

oleh

faktor

Rafidah

yang

paling

(2009)

utama

Banyak masalah yang terjadi pada

mempengaruhi pernikahan dini adalah

pernikahan yang di lakukan oleh

faktor persepsi dimana persepsi yang

remaja perempuan, tentunya masalah

kurang baik oleh remaja dan orang tua

yang terjadi di rumah tangga karen

yang menimbulkan tingginya tingkat

aketidak

dalam

pernikahan dini. Terutama persepsi

mempersiapkan kehidupan pernikahan.

yang di sebabkan oleh pengalaman

siapan

Pernikahan
bentuk

mereka

usia dini sebagai

individu di lingkunganya sebagai mata

perilaku yang sudah dapat

dikatakan

membudaya

rantai perubahan sikap.

dalam

Pernikahan dini di lakukan yang

bahwa

oleh perempuan yang berada pada proses

batasan individu

dengan meninjau

perkembangan remaja, maka aspek-

kesiapan

kematangan

usia

aspek psikologis pun dapat di pengaruhi

individu berlaku rnenjadi penghalang

dari tiga tugas perkembangan remaja,

bagi

antara

masyarakat.

Maksudnya

dan

seseorang

untuk

tetap

lain

perkembangan

kognitif,

melangsungkan pernikahan (Bruce J.

emosi dan sosial, di antaranya: 1)

2007). Selain itu pikiran pendek pada

Perkembangan Kognitif. Pada remaja

awal, perkembangan otak yang belum

METODE PENELITIAN

matang dapat membuat perasaan atau

Informan Penelitian

emosi mengalahkan akal sehat-alasan


yang

memungkinkan

remaja

Perempuan

untuk

yang

tinggal

di

wilayah Desa Kebowan, Kecamatan

membuat pilihan yang tidak bijaksana

Suruh,

Kabupaten

seperti penyalahgunaan narkoba dan

melakukan Pernikahan di usia antara 10

melakukan aktivitas seksual berisiko

hingga 18 tahun. Informan terdiri dari 5

( Papalia dkk, 2009). 2) Perkembangan

orang.

Emosi. Casmini (2002) mengungkapkan

Alat pengumpul data

tentang Emosionalitas Laki-laki dan


Perempuan,

bahwa

Yang

Pengumpulan data penelitian ini

remaja

menggunakan wawancara ( interview )

merupakan usia kelabilan pada emosinya

dan observasi. Wawancara di lakukan

yang

terkadang

keputusan

untuk

usia

Semarang.

berakibat

kepada

untuk

mengungkap

menikah

dengan

psikologis

yang

aspek-aspek

berpengaruh

pada

tergesa-gesa tanpa melalui pertimbangan

keputusan menikah perempuan tersebut.

yang matang. Remaja, selalu berkhayal

Kemudian observasi dilakukan pada

tentang sesuatu yang enak-enak dan

pada

menyenangkan serta terkadang tidak

informan,

realistis.

perilaku informan saat di lakukan

3)

Perkembangan

Sosial.

lingkungan
pola

tempat

interaksi

tinggal
informan,

Yulianti (2010) menjelaskan bahwa

wawancara, penampilan informan, dll.

Sifat-sifat keremajaan ini (seperti, emosi

HASIL

yang tidak stabil, belum mempunyai

PEMBAHASAN

kemampuan

yang

DAN

untuk

Berdasarkan hasil wawancara dan

yang

observasi pada informan, di dapatkan

mempunyai

hasil dari Dinamika Psikologis pada

pemikiran yang matang tentang masa

Perempuan yang Melakukan Pernikahan

depan

di

menyelesaikan
dihadapi,

serta

yang

matang

PENELITIAN

konflik-konflik
belum

baik),

akan

sangat

Usia

Dini,

memengaruhi perkembangan psikososial

sebagai berikut :

anak dalam hal ini kemampuan konflik

1. Kondisi

pun, usia itu berpengaruh.

dengan

Lingkungan

pembahasan

Tempat

Tinggal Pelaku Pernikahan Usia


Dini.

Berdasarkan wawancara yang di


lakukan

kepada

ke

a.)

Informan

Pola

asuh

orang

tua

yang

cenderung permisif. Pada wawancara

terdapat identifikasi khusus pada

yang

kondisi lingkungan. Jika di lihat dari

informan, informan

kondisi keluarga para Informan dapat

untuk mengambil keputusan mereka

di

besar

sendiri. Pendapat Fatimah (2006)

informan hidup dengan keluarga yang

menjelaskan bahwa perkembangan

kurang utuh. Hal tersebut dapat

sosial pada remaja di pengaruhi oleh

dilihat dari beberapa informan yang

beberapa faktor, antara lain

hanya dengan ibu yang merupakan

Keluarga. Sikap orang tua yang

orang

akibat

terlalu membatasi dan mengekang

meninggalnya Ayah, maupun Ayah

pergaulan akan berpengaruh terhadap

yang pergi tanpa kabar, selain itu

perkembangan

terdapat informan yang orang tuanya

anaknya. Sebaliknya, sikap orang tua

merantau dan bercerai sejak informan

yang terlalu memberikan kebebasan

bayi. Juga terdapat informan yang

bergaul menyebabkan perkembangan

orang

sosial anak-anaknya yang cenderung

likah

bahwa

tua

tunggal

tuanya

informan

sebagian

meninggal

kecil.

Dari

sejak
segi

yang

lakukan

dengan

di perbolehkan

sosial

Faktor

bagi

anak-

tidak terkendali.

perkembangan emosi pada remaja,

b.)

Pendapat

melanjutkan

Fatimah

di

(2006)

Tidak

ada

biaya

sekolah

untuk

(tidak

ada

menguraikan bahwa kondisi emosi

inisiatif dari orang tua). Terdapat

pada remaja, antara lain Cinta atau

Informan MA, YDA, dan TN yang

kasih

untuk

mengaku bahwa alasan mereka untuk

memberi dan menerima kasih sayang

segera menikah adalah tidak adanya

dari

Sedangkan

biaya atau tidak mampunya orang tua

seharusnya usia remaja adalah masa

mereka untuk membiayai mereka

dimana remaja dapat berkembang

untuk melanjutkan pendidikan yang

baik dalam suatu keluarga yang utuh

lebih

untuk membantu perkembangannya.

ungkapkan

oleh

dalam

penelitiannya

sayang.

orang

Kebutuhan

lain.

2. Penyebab Utama Pernikahan di

tinggi.

Seperti

yang

Rafidah

di

(2009),
yang

menemukan bahwa terdapat faktor-

Usia Dini

faktor penting yang mempengaruhi

cenderung mengikuti norma yang ada

pernikahan di usia, dan faktor yang

di kelompoknya, dan mementingkan

palin menonjol adalah faktor sosial

kesenangan saja. Hal tersebut di

dan ekonomi.

perjelas dengan pernyataan Casmini

c.)

Inferioritas

untuk

tidak

(2002) yang berpendapat bahwa masa

melanjutkan sekolah ke jenjang yang

remaja

lebih

emosionalitas

tinggi

(kemampuan

anak).

adalah

masa
yang

di

mana

tidak

stabil,

Informan TN memutuskan menikah

sehingga

selain karena ketidak mampuan orang

berakibat kepada keputusan untuk

tua dalam hal ekonomi. Informan juga

menikah dengan tergesa-gesa tanpa

merasa bahwa informan tidak mampu

melalui pertimbangan yang matang.

atau berasa bodoh dalam menangkap

Remaja, selalu berkhayal tentang

pelajaran

sesuatu

di

sekolah,

sehingga

membuat

yang

terkadang

enak-enak

dan

informan tidak melanjutkan sekolah,

menyenangkan serta terkadang tidak

dan memutuskan untuk menikah.

realistis.

d.)

Remaja.

e.) Pengaruh dari keutuhan keluarga.

Aktivitas seksual remaja berhubungan

Permasalahan yang beraneka ragam,

dengan

yang

mulai dari ayah informan MA yang

melampaui batas, Informan NS dan

pergi dengan wanita lain. Ayah dan

LAKD harus putus sekolah dan

ibu informan LAKD yang telah

menikah karena aktivitas seksual pada

meninggal

usia mereka, sehingga mereka hamil

informan tinggal dengan kakek dan

di

nenek yang tidak pernah memberikan

Aktivitas

luar

tersebut

Seksual

perilaku

nikah.
juga

remaja

Kedua

Informan

mengharuskan

bahwa

perhatian kepada informan. Informan

pengaruh dari lingkungan pergaulan

NS yang hidup bersama Ibunya

dengan teman di sekolah sangat kuat

karena ayah informanmeninggal, dan

bagi

akhirnya

mereka.

menyatakan

dan

Dengan

kebiasaan-

ibu

informan

menikah

kebiasaan para remaja yang sedang

dengan laki-laki yang tidak tepat,

mencari jati diri hingga terkadang

sehingga membuat informan trauma

tidak memperhatikan norma sosial,

dan harus hidup berpisah dari ibu

dan kurang berpikir secara rasional,

informan, dan informan YDA yang di

asuh oleh kakek dan neneknya sejak

3. Masalah dan pemecahannya.

kecil, karena orang tua informan

Informan MA, NS, LAKD, YDA,

berpisah dan bekerja di perantauan.

dan TN memiliki masalah mereka

f.)

masing

Keadaan

sosial

lain

yang

masig

dalam

menjalani

mendukung. Hal yang lain yang

kehidupan rumah tangga. MA dengan

mempengaruhi pernikahan di usia

suaminya

dini adalah pengalaman-pengalaman

pekerjaan

tetap

sehingga

informan

di

memunculkan

masalah

ekonomi

keluarga

maupun

masa

lalu

tentang

yang

tidak

memiliki

pergaulan

di

dalam rumah tangganya. NS yang

mau

di

tidak memiliki kemampuan untuk

lingkungan sekolah. Hal tersebut

mengasuh anaknya, anak NS yang

sangat

bagaimana

terus sakit-sakitan, yang akhirnya

informan berpikir segera menikah.

memaksa NS harus berhenti bekerja

Terutama masalah keluarga yang di

untuk mengasuh anaknya dan tentu

alami. Rafidah (2009) dengan hasil

saja

penelitiannya

bahwa

masalah

sangat

tanganya. LAKD dengan usia yang

lingkungan

sekitar

mempengaruhi

persepsi

pun

menyatakan

seseorang

juga

hal

tersebut
ekonomi

dalam

masih

keputusan

masa

anaknya seorang diri, menghadapi

mendatang, dan di nyatakan bahwa

sikap suami yang kurang mengerti

faktor

utama

keadaan keluarganya, sikap suami

dini

yang sering pulang malam dan tidak

yang

di

paling

mempengaruhi

pernikahan

adalah

persepsi

faktor

dimana

mau

berbagi

harus

rumah

berperan penting bagi keputusanseseorang

remaja

memunculkan

mengasuh

tanggung

jawab

persepsi yang kurang baik oleh

dengannya untuk mengasuh anaknya,

remaja

yang

gaji suami yang semakin lama tidak

tingkat

dapat mencukupi kebutuhan rumah

pernikahan dini. Terutama persepsi

tangga, juga ketidakmampuan LAKD

yang di sebabkan oleh pengalaman

dalam

individu di lingkunganya sebagai

pernikahan. YDA yang memiliki

mata rantai perubahan sikap.

masalah dalam hubungannya yang

dan

menimbulkan

orang

tua

tingginya

kurang

mengasuh

harmonis

anak

di

awal

dengankeluarga

suami YDA, hingga sekarang YDA

yang di timbulkan oleh salah satu

harus tinggal di rumah orang tua

pihak misalnya suami. Sehingga hal

suami yang kecil dan terdapat 3

tersebut

kepala keluarga di dalamnya, YDA

terselesaikannya

bermasalah

yang

semakin

dalam

masalah

dengan

mengutamakan

ibu

suami
suami

mewujudkan

tidak

masalah

meningkatkan
tersebut.

dan

intensitas

Berujung

pada

memberi nafkah, padahal kebutuhan

ketidakmampuan

YDA dan anaknya semakin banyak,

menyelesaikan masalah, dimana hal

selain itu sikap suami YDA yang

tersebut merupakan ciri dari keadaan

tidak mau membantu mengasuh anak-

emosi remaja yang tidak stabil. Meski

anak YDA. Dan TN dengan sikap

informan YDA lebih suka bercerita

suami yang masih senang pergi tanpa

dengan keluarga anggota keluarga

pamit atau keluyuran, dan kadang

lain tetap saja hal tersebut tidak bisa

tidak mau bekerja, memaksa TN

memecahkan

harus tinggal di rumah orang tuanya

menyelesaikannya dengan suaminya.

dengan alasan agar anaknya bisa di

Jika hal tersebut terus terjadi maka

asuh oleh ayah dan ibu TN saat TN

sikap

bekerja.

masalah-masalah

Dan

tentunya

dari

diam

untuk

masalah

jika

tersebut

tidak

menjadikan

yang

semakin

keseluruhan informan, masalah yang

menumpuk dan menjadikan residu

sama-sama muncul adalah perbedaan

psikologis. Hal tersebut sering terjadi

pendapat

terutama

yang

sering

menyulut

di

masa

awal-awal

pertengkaran, dan keadaan tersebut

pernikahan.

Yulianti

diperburuk

menjelaskan

bahwa

dengan

ego

masing-

(2010)
Sifat-sifat

masing yang tidak ingin mengalah

keremajaan ini seperti, emosi yang

satu sama lain dan menyelesaikan

tidak

masalah

kemampuan

dengan

baik.

Dalam

stabil,

belum
yang

mempunyai

matang

untuk

menghadapi masalah rumah tangga

menyelesaikan konflik-konflik yang

semua Informan, terdapat cerminan

dihadapi, serta belum mempunyai

sikap diam dan pasif, menerima,

pemikiran yang matang tentang masa

mengabaikan

depan

masalah,

dan

memendam rasa. Terutama masalah

yang

memengaruhi

baik,

akan

sangat

perkembangan

psikososial

anak

kemampuan

dalam

konflikpun,

hal

ini

penting bagi seseorang untuk dapat

usia

itu

menyelesaikan

berpengaruh.

permasalahan-

permasalah yang ada dalam hidupnya.

Selain itu informan NS dan

Dan dapat di lihat dari proses yang

LAKD yang menikah karena aktivitas

terjadi pada para informan yang

seksual

menyebabkan

masih kesulitan dalam mengatasi

kehamilan serta Informan YDA, yang

masalahnya. Di jelaskan pula oleh

harus mengasuh anak di usia mereka

BKKBN (2007) bahwa banyak efek

yang belia. Hal tersebut menjadi

negatif dari pernikahan dini ketika

masalah

mereka.

pasangan menikah belum siap untuk

Ketidak mampuan dalam mengasuh

menghadapi tanggung jawab yang

dan mendidik anak karena kurang

harus

adanya kesiapan mental serta bekal

dewasa.

dalam mendidik anak mereka menjadi

menikah adalah kedua belah pihak

beban bagi mereka dalam menjalani

harus sudah cukup dewasa dan siap

rumah tangga. Sering kali informan

untuk

merasa kurang sabar dalam mengurus

permasalahan di dalam rumah tangga

anak dan memenuhi permintaan anak

baik itu

mereka.

maupun

yang

tersendiri

Sesuai

bagi

dengan

Mangoenprasodjo
menjelaskan

bahwa

pendapat

di emban

seperti orang

Padahal

konsekuensi

menghadapi

permasalahan-

ekonomi,
anak.

pasangan,

Sementara

itu

(2004)

mereka yang melakukan pernikahan

Selain

dini

umumnya

belum

memengaruhi aspek fisik, umur ibu

mampu

juga memengaruhi aspek psikologi

permasalahan secara matang.

anak, ibu usia remaja sebenarnya

cukup

menyelesaikan

Namun dari keseluruhan tersebut,

belum siap untuk menjadi ibu dalam

seiring

waktu

para

arti keterampilan mengasuh anaknya.

informan memiliki harapan

yang

Ibu muda ini lebih menonjolkan sifat

lebih baik di masa mendatang. Karena

keremajaannya

belajar dari masa lalu dan ingin

daripada

sifat

keibuannya.
Oleh

berjalannya

menjalani hidup dengan lebih baik


sebab

itu

kematangan

lagi. Hal yang di inginkan informan

secara psikologis seseorang berperan

tersebut

sangat

sesesuai

dengan

ungkapan Berk (2012) bahwa seiring

mampu

berjalanya

sekolah.

waktu

remaja

akan

menjadi semakin dewasa dan dapat

menerima

pelajaran

di

2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi

menjalankan proses kognitif dengan

perempuan

lebih

pernikahan di usia dini antara lain :

baik

dan

efektif

dari

untuk

melakukan

sebelumnya. Proses-proses kognitif

masalah

tersebut

1)

masalah ekonomi, pola pergaulan di

kontra

masyarakat maupun di lingkungan

antara

lain

mengidentifikasi

pro

adalah
dan

ketidakutuhan

mengenai sikap alternatif, 2) Menilai

sekolah,

kemungkinan-kemungkinan

mendukung.

sebagai

hasil, 3) mengevaluasi pilihan mereka


berdasarkan

pertimbangan

dan

kondisi

keluarga,

lain

yang

3. Dalam kehidupan pernikahan,seorang

apakah

perempuan

yang

melakukan

tujuan mereka terpenuhi, 4) berlajar

pernikahan di usia dini memiliki

dari

harapan

kesalahan

dan

mengambil

yang

tinggi

terhadap

keputusan yang lebih baik di masa

pernikahan,

seperti

perbaikan

depan.

ekonomi, membagi masalah dengan


suami, dll namun merekamengalami

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan

kesulitan-kesulitan setelah menjalanai

pembahasan penelitian maka Dinamika

awal kehidupan pernikahan, misalnya

Psikologis

dalam

Pada

Perempuan

yang

mengatur

rumah

tangga,

Melakukan Pernikahan di Usia Dini

mengasuh anak, mengatur ekonomi,

dapat disimpulkan sebagai berikut:

dan menyelesaikan masalah dalam

1. Aspek

Psikologis

mempengaruhi

perempuan

yang

rumah tangga. Mereka kurang mampu

untuk

dalam menyelesaikan masalah di

melakukan pernikahan dini adalah : 1)

rumah tangga, hal tersebut di picu

Masalah ekonomi dan keluarga, 2)

oleh usia mereka yang tergolong

Sikap tergesa-gesa untuk menikah

remaja sehingga belum mampu untuk

karena ingin segera terlepas dari

mengkomunikasikanmasalah kepada

orang

orang lain dengan baik.

tua

atau

keluarga,

3)

Kehamilan di luar nikah karena

Usia

pergaulan bebas, dan 4) Merasa tidak

berpengaruh

sangat
terhadap

penting

dan

bagaimana

seseorang memutuskan dan menjalani

pengetahuan tentang sex education ,

kehidupan. Ketidak matangan usia pada

agar

seseorang

menghindari

yang

memutuskan

untuk

melakukan pernikahan akan berpengaruh

bagi

para

remaja
resiko

dapat
untuk

melakukan pernikahan di usia dini.

bagi kehidupan pernikahannya. Karena

3.

Bagi

Fakultas

Psikologi

Psikologi memandang bahwa pernikahan

mengingat

dini tidaklah sekedar batasan usia pada

dampak buruk secara psikologis

manusia.

awal

pada perempuan yang menikah di

tersebut lebih tepat dikatakan sebagai

usia dini, sehingga dapat menjalin

pernikahan

kerjasama dengan pihak-pihak yang

Karena

pernikahan

dini.

mengkaitkan

Alasan

pada

ini

persoalan

lebih
sisi

berhubungan

perkembangan psikologis.

berbagai

dengan

proses

pernikahan seperti Kantor Urusan


Agama,

B. Saran
Berdasarkan

terdapat

UMS,

hasil

Pengadilan

Agama,

penelitian

dll.Untuk membahas tentang risiko

yang dilakukan, maka saran penelitian

pernikahan dini, sehingga dapat

ini adalah:

menumbuhkan

1.

Meski pernikahan di usia dini dapat

pernikahan dini bukanlah hal yang

di lakukan karena alasan-alasan

dapat dilakukan dengan mudah.

tertentu. Namun akan lebih baik dan


bijaksana

apabila

pernikahan di

4.

bahwa

Bagi peneliti selanjutnya, dapat

melakukan

mengembangkan penelitian dengan

usia yang lebih

menggunakan metode lain, seperti

matang secara fisik maupun psikis.

dengan

Sehingga dapat menjalani kehidupan

kuantitaf

pernikahan

kemungkinan hasil penelitian yang

di

masa-masa

mendatang dengan lebih baik.


2.

kesadaran

Kepada
memberi

Orangtua,

agar

pengawasan

ketika

anak

lebih

bagi

remaja

mendapatkan

DAFTAR PUSTAKA
Berk,

dan

tersebut

menginjak masa remaja. Sangat


penting

untuk

metode

lebih beragam.

pengarahan kepada anak mereka,


terutama

penggunaan

untuk

L.E. (2010). Development


Through the Life Span : Transisi
Menjelang Remaja. Terjemahan
Oleh
Daryanto.
(2012).
Yogyakarta:Penerbit
Pustaka
Pelajar.

BKKBN. (2007). Remaja Menghadapi


Masa Depan. Jakarta:BKKBN.
Bruce, J. (2007). Child Marriage In the
Context Oh The HIV Epidemic.
Brief Journal. Vol. 11, hal 1-4.
Casmini. (2002). Pernikahan Dini
(Perspektif
Psikologi
dan
Agama). Jurnal Aplikasi llmuilmu Agama. Vol. III, hal 45-57
Fatimah,
E.
(2006).
Psikologi
Perkembangan.
Bandung:CV
Pustaka Setia.
Kallat, J.W. dan Shiota, M.N. (2007).
Emotion. Belmont: Thomson
Higher Education, Thomson
Wadsworth.
Papalia, D.E., Olds, S.W. dan Feldman,
R.D.
(2008).
Human
Development:Perkembangan
Manusia. Terjemahan oleh Brian
Marwensdy.
(2009).
Jakarta:Salemba Humanika.
Rafidah. E. (2009). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan dengan Pernikahan
Usia
Dini
Di
Kabupaten
Purworejo Jawa Tengah. Berita
Kedokteran Masyarakat, Vol.25,
No. 2,Hal. 51-58.
Sarwono, S.W. (2013). Psikologi
Remaja.
Jakarta
:
PT.
RajaGrafindo Persada.
Wisnuwardhani, D. dan Mashoedi, S.F.
(2012). Hubungan Interpersonal.
Jakarta:Salemba Humanika.
Yulianti, R. (2010). Dampak yang
Ditimbulkan Akibat Pernikahan
Dini. Pamator, Vol. 3, No. 1, Hal
1-5.

10

Anda mungkin juga menyukai