Oleh :
Kelompok 5
Siti Roslinda Rohman
Amin Ayu Badriyah
Nadifatus Susana
AnySetiyorini
Doma Martapura
Yofa Birrul Walidaini Ramadhani
Atika Putri Ayu
Reni Catur
Istiqomah
Isroah
1. Topik
2. Sasaran
: Ibu-Ibu Kader
Tempat
Waktu
4. Alokasi Waktu
: 60 menit
5. Pemberi Materi
: Mahasiswa
6. Metode
: Diskusi
7. Media
8. Latar Belakang
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 60 menit, ibu-ibu kader dapat memahami caracara pemberantasan sarang nyamuk
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, ibu-ibu kader dapat:
1. Menjelaskan pengertian, penyebab dan tanda gejala DBD
2. Menjelaskan pencegahan DBD (fogging, 3M Plus, pemantauan jentik nyamuk dan
ovitrap)
3. Menjelaskan peran kader jumantik
10. Sub Pokok Bahasan
1.
2.
3.
Waktu
Kegiatan Perawat
5 menit 1. Memberi salam
2. Memperkenalkan
Kegiatan Klien
1. Menjawab
diri
dan
Media
-
jawab
2. Mendengarkan
dan
memperhatikan
3. Menjawab
salam
Metode
Tanya
pertanyaan
30
tentang DBD
Menjelaskan materi:
menit
1.
dan
dan
pengertian DBD
2.
memperhatikan
Booklet
1. Mendengarkan
Diskusi
PPT
2. Mengajukan
penyebab DBD
3.
pertanyaan
pemantauan
jentik
15
Mempraktikkan
menit
ovitrap
pembuatan 1. Mendemonstras
ikan
pembuatan
Diskusi
cara dan
Alat dan
bahan
demonstr ovitrap,
ovitrap
asi
video
dan
Penutup
10
1. Penegasan materi
menit
2. Meminta
1. Menjawab
peserta
menjelaskan
kembali
untuk
materi
pertanyaan
yang
Diskusi
PPT
-
tanya
diberikan jawab
oleh penyuluh
salam
3. Memberikan
pertanyaan
acara
dan
mengucapkan salam
12. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
o Jumlah peserta yang hadir penyuluhan minimal 80%
o Penyuluhan menggunakan booklet yang telah disiapkan
o Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Balai RW 05 Kelurahan Tlogomas
o
Malang
Pengorganisasian dan persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan pada hari
sebelumnya
b. Evaluasi proses
o Penyaji mampu menguasai materi penyuluhan yang diberikan
o Peserta mendengarkan penjelasan dengan baik dan berperan secara aktif dalam
penyuluhan
o Selama penyuluhan berlangsung tidak ada peserta yang meninggalkan tempat
c. Evaluasi hasil
o Terjadi peningkatan nilai dari pretest ke posttest sebesar 50%
13. Materi
(terlampir)
1. Definisi
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai
dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang
dapat menyebabkan kematian (Mansjoer & Suprohaita, 2000). Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF) adalah penyakit demam yang berlangsung akut menyerang baik orang
dewasa maupun anak anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anakanak
berusia di bawah 15 tahun disertai dengan perdarahan dan dapat menimbulkan syok
yang disebabkan virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke
dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty (betina). Sehingga
penularannya melalui gigitan nyamuk Aedesaegypty tersebut (Suharso, 1994).
2. Penyebab
a. Virus Dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue
tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan
dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang
termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang
biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel
sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel sel
Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Suharso, 1994)
b. Vector
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan
salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya
(Mansjoer & Suprohaita; 2000).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya
nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban)
sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam
penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang
terdapat bejana bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun
yang terdapat di luar rumah di lubang lubang pohon di dalam potongan bambu,
dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk
betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada
waktu pagi hari dan senja hari(Suharso, 1994).
c. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia
akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia
masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus
dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang
yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi
ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang
mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat
imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Suharso, 1994)
d. Lingkungan
a) Kepadatan penduduk
Semakin padat penduduk, semakin mudah nyamuk Aedes menularkan virusnya
dari satu orang ke orang lainnya. Pertumbuhan penduduk yang tidak memiliki
pola tertentu dan urbanisasi yang tidak terencana serta tidak terkontrol
merupakan salah satu faktor yang berperan dalam munculnya kembali kejadian
luar biasa penyakit DBD (WHO, 2000).
b) Sanitasi lingkungan
Kondisi sanitasi lingkungan berperan besar dalam perkembangbiakan nyamuk
Aedes, terutama apabila terdapat banyak kontainer penampungan air hujan
yang berserakan dan terlindung dari sinar matahari, apalagi berdekatan dengan
rumah penduduk (Soegijanto, 2004).
c) Keberadaan kontainer
Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes,
karena semakin banyak kontainer akan semakin banyak tempat perindukan dan
akan semakin padat populasi nyamuk Aedes. Semakin padat populasi nyamuk
Aedes, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD dengan waktu
penyebaran lebih cepat sehingga jumlah kasus penyakit DBD cepat meningkat
yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya KLB penyakit DBD.
d) Tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap
Benda yang bergantungan, seperti pakaian
Semak semak atau tumbuhan, terutama ditempat gelap dan lembab
Penampungan air
3. Tanda dan Gejala Demam Berdarah
Nadi cepat dan lemah, bisa sampai tidak teraba, kulit dingin dan gelisah
Mual muntah
4. Pencegahan DBD
a. Fogging / Penyemprotan
Dengan pestisida fosfat organic penghambat kolinesterase
Dapat membunuh hanya nyamuk dewasa, jentik masih tetap hidup.
Fogging tidak bisa membrantas nyamuk Ae.aegypti secara tuntas. Foging hanya
bermanfaat apabila didahului dengan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
Selain itu fogingg hanya bermanfaat apabila dilakukan dengan konsentrasi obat
yang tepat.
Hanya bermanfaat apabila dilakukan dalam suatu wilayah dengan radius 100
meter, suhu udara dan kecepatan angin yang tepat.
Dapat menimbulkan kekebalan terhadap turunan lanjutan dari jenis nyamuk
Ae.aegypti
Pecemaran udara bisa membahayakan kesehatan bagi manusia dan hewan.
Bisa menimbulkan keracunan pada manusia, dengan gejala :
Sakit kepala, pusing, tremor, pupil
mengecil, penglihatan kabur / gelap,
kejang, muntah, kejang perut, diare, sesak nafas, berkeringat
Keluar lender dari hidung, bahkan bisa blocking jantung
Prosedur Foging untuk RT dan RW
1. Ada penderita yang sudah ditanyakan positif DBD oleh puskesmas/ dokter/
layanan kesehatan/ RS
2. Jumantik melacak jentik radius 100 meter dari rumah penderita (sekitar 20
rumah) dan didapati 5 % positif jentik dari 20 rumah yang diperiksa
3. Membuat surat permohonan pengasapan atau foging ditujukan ke Dinas
Kesehatan kota malang melalui puskesmas dengan melampirkan identitas
penderita
4. Selama menunggu tindak lanjut dari dinas kesehatan kota malang maka PSN
harus tetap dijalankan.
SURVEY
JENTIK
LAPOR
JUMANTIK/ RT/ RW
PELACAKAN
KELURAHAN
FOGING
LAPOR
PUSKESMAS
LAPOR
NB: Kasus DBD harus segera dilaporkan ke Puskesmas, setelah penderita dinyatakan
positif DBD oleh Rumah Sakit atau Layanan Kesehatan lainnya
Menguras tempat bak mandi, tendon, gentong, vas bunga, tempat minum
burung, tanaman air minimal 1 minggu sekali. Selain menguras maka perlu
dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk.
PLUS
a. Memelihara ikan pemakan jentik ditempat-tempat penampungan air
d. Ovitrap
Pengertian Ovitrap
Ovitrap (singkatan dari oviposition trap) adalah perangkat untuk
mendeteksi kehadiran Ae aegypti dan Ae albopictus pada keadaan densitas
populasi yang rendah dan survey larva dalam skala luas tidak produktif (misalnya
BI < 5), sebaik pada keadaan normal (WHO, 2005). Secara khusus, ovitrap
digunakan untuk mendeteksi infestasi nyamuk ke area baru yang sebelumnya
telah dieliminasi. Ovitrap standar berupa gelas kecil bermulut lebar dicat hitam
bagian luarnya dan dilengkapi dengan bilah kayu atau bambu (pedel) yang
dijepitkan vertikal pada dinding dalam. Gelas diisi air setengahnya hingga
bagian dan ditempatkan di dalam dan di luar rumah yang diduga menjadi habitat
nyamuk Aedes aegypti(Polson et al. 2002). Ovitrap memberikan hasil setiap
minggu, namun temuan baru dapat memberikan hasil tiap 24 jam. Pedel
diperiksa untuk menemukan dan menghitung jumlah telur yang terperangkap.
Telur ditetaskan untuk menentukan spesies nyamuk Aedesaegypti.Persentase
ovitrap yang positif menginformasikan tingkat paparan nyamuk Aedes spp.
Jumlah telur digunakan untuk estimasi populasi nyamuk betina dewasa (Morato
et al. 2005).
Ovitrap memiliki beberapa bagian, antara lain : media ovitrap, kasa
penutup, ovistrip dan atraktan. Berbagai penelitian modifikasi ovitrap telah
dilakukan.
1. Media Ovitrap
Salah satu tempat perkembangbiakan nyamuk berupa kaleng bekas.
[6] Sebuah penelitian mengenai kaleng bekas telah dilakukan dan hasilnya
penggunaan Lethal Ovitrap (LO) dari kaleng bekas memiliki dampak positif
dapat
menurunkan
indeks-indeks
jentik
secara
signifikan.
Hal
ini
2007).
Air rendaman biji jinten
Air rendaman biji jinten dibuat dari satu kilogram biji jinten
dihancurkan dan direndam dalam satu liter air selama 7 hari. Selanjutnya,
air rendaman disaring agar bersih kemudian satu liter air rendaman biji
Juru Pemantau
Jentik (Jumantik)
Monitoring
kinerja melalui
Pemantauan
Jentik Berkala
(PJB)
Dari bagan diatas menunjukkan Jumantik yang telah direkrut dibimbing dan
dimonitor oleh petugas kesehatan lingkungan/pengelola program yang ditunjuk oleh
Kepala Puskesmas. Selanjutnya kepala Puskesmas bertanggungjawab kepada
Dinas Kesehatan (Kemenkes RI, 2012).
Tatakerja/Koordinasi di Lapangan
Tatakerja/koordinasi jumantik di lapangan adalah sebagai berikut :
1. Tatakerja jumantik mengacu pada petunjuk teknis pemberantasan sarang
nyamuk penular DBD dan ketentuan-ketentuan lainnya yang brelaku di wilayah
setempat
2. Jumantik dapat berperan dalam kegiatan pencegahan dan pemberantasan
penyakit lainnya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masalah/penyakit yang
ada di wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2012).
Kriteria Jumantik
Kader juru pemantau jentik direkrut dari masyarakat sesuai dengan tujuan berfungsi
sebagai penggerak masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk. Adapun
criteria yang dimaksud adalah(Kemenkes RI, 2012) :
a. Pendidikan : minimal SMU atau sederajat
b. Berasal dari desa/kelurahan yang bersangkutan
c. Belum/tidak mempunyai pekerjaan tetap
d. Mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab
e. Mampu menjadi motivator bagi masyarakat di tempat tinggalnya
f.
Sudarmaja, I.M. and S.J. Mardihusodo, Pemilihan Tempat Bertelur Nyamuk Aedes
aegypti pada Air Limbah Rumah Tangga di Laboratorium. Jurnal Veteriner
2009. 10 No. 4 : 205-207.
Suharso D (1994). Pedoman Diagnosis danTerapi. F.K. UniversitasAirlangga. Surabaya.
Sumarmo.1998., Demam Berdarah Pada Anak,Penerbit Universitas Indonesia.Jakarta.
Suroso dan Torry Chrishantoro. 2004.Arti Diagnostik dan Sifat Imunologik PadaInfeksi
Dengue,Thesis.Yogyakarta
WHO, Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue. 2004,
Jakarta: EGC
WHO. 2000. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue.
Terjermahan dari WHO Regional Publication SEARO No.29 : Prevention Control of
Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta : Depkes RI.