PROSES PRODUKSI II
Proses Pembuatan Velg Recing
(Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Proses Produksi II)
Oleh
(1403024)
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengunaan paduan aluminium terus meningkat dari tahun ketahun. Hal ini terlihat dari
urutan pengunaan logam paduan aluminium yang menempati urutan kedua setelah pengunaan
logam besi atau baja, dan di urutan pertama untuk logam non ferro (Smith, 1995). Sekarang ini
kebutuhan aluminium di Indonesia per tahun mencapai 200.000 hingga 300.000 ton dengan
harga US$ 3.305 per ton (Noorsy,2007).
Pemakaian aluminium pada industri otomotif terus meningkat sejak tahun 1980 (Budinski,
2001). Komponen otomotif yang terbuat dari paduan aluminium, antara lain adalah Velg, Piston,
Blok mesin, Kepala silinder, Katup dan sebagainya. Ini berkaitan dengan jumlah kendaraan di
Indonesia tahun 2005 mencapai 38.156.278 buah terdiri dari roda dua 28.556.498 buah dan roda
empat 9.559.780 buah (Kepolisian Republik Indonesia, 2005). Jika hitungan kasar bahwa
penggantian kerusakan velg yang terbuat dari paduan aluminium setiap tahunnya 3-4% dikalikan
jumlah kendaraan, maka jumlah velg 2.255.017 dikalikan 3 ons berat velg rata-rata, ditemukan
jumlah total berat velg yang diganti yaitu 6.765,5 ton. Jika 1 ton aluminium dengan harga US$
3.305 berarti jumlah uang keseluruhan US$ 2.235.849 (Rp 23 Milyar) atau dengan perkataan
lain, bila Indonesia dapat menggunakan velg daur ulang maka dapat menghemat 23 milyar
rupiah.
Velg bekas didaur ulang menjadi velg baru yang kualitasnya diharapkan sama dengan velg
original. Velg merupakan salah satu dari spare part untuk kendaraan bermotor yang sangat vital
dan sering dilakukan pergantian setiap velg sudah rusak. Yang jadi masalah untuk motor
motor tua atau motor klasik untuk mencari spare part yang original, sekarang sudah tidak ada
karena pabrik dari perusahaan motor sudah tidak memproduksi. Maka dari itu perlu dilakukan
reverse engineering untuk pembuatan velg. Proses reverse engineering terdiri dari tiga proses
yaitu CAD (computer aided design), CAE (computer aided engineering) dan CAM (computer
aided manucfaturing) (Vinesh, 2008). Salah satu proses yaitu proses CAE mempelajari
komposisi dan karakteristik material dalam hal ini material velg. Velg terbuat dari paduan
aluminium dan silikon. Paduan ini memiliki daya tahan terhadap korosi, abrasi dan koefisien
pemuaian yang rendah, dan juga mempunyai kekuatan yang tinggi, kesemua sifat tersebut
merupakan sifat yang harus dimiliki oleh material piston (Cole, 1995).
1.2. Tujuan Pemakalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
akan di khususkan poada produk Velg Recing sepeda motor , didasarkan bahwa produk
tersebut menjadi focus utama perusahaan saat ini.
b. Bahan baku Velg
Dalam proses produksi pengecoran velg recing sepeda motor memerlukan bahan
baku Alumunium Alloy. Bahan baku yang digunakan sebagian besar bersal dari Velg recing
bekas mobil yang tentunya berbahan Alumunium maupun alumunium batangan. Bahan
bahan tersebut kemudian akan di cairkan pada tungku menjadi alumunium cair (adonan)
untuk kemudian dilakukan penuangan kembali nsesuai dengan c etakan velg recing yang
ada.
2.3 Peleburan (melting)
Untuk Peleburan paduan aluminium dapat dilakukan pada tanur krus besi cor, tanur krus
dan tanur nyala api. Logam yang dimasukan pada dapur terdiri dari sekrap (remelt) dan
aluminium ingot. Aluminium paduan tuang bentuk ingot didapatkan dari peleburan primer dan
sekunder serta pemurnian. Kebanyakan kontrol analisa didapatkan dari analisis pengisian yang
diketahui, yaitu ketelitian pemisahan tuang ulang dan ingot aluminium baru. Ketika perlu
ditambahkan elemen pada aluminium, untuk logam yang mempunyai titik lebur rendah seperti
seng dan magnesium dapat ditambahkan dalam bentuk elemental. Sekrap dari bermacammacam
logam tidak dapat dicampurkan bersama ingot dan tuang ulang apabila standar ditentukan.
Praktek peluburan yang baik mengharuskan dapur dan logam yang dimasukan dalam keadaan
bersih.
Untuk menghemat waktu peleburan dan mengurangi kehilangan karena oksidasi lebih baik
memotong logam menjadi potongan kecil yang kemudian dipanaskan untuk di jadikan ingot.
Kalau bahan sudah mulai mencair, fluks harus ditaburkan untuk mengurangi oksidasi dan
absorbsi gas. Bentuk oksidasi tergantung Selama pencairan, permukaan harus ditutup fluk dan
cairan diaduk pada jangka waktu tertentu untuk mencegah segresi.
Hidrogen adalah satu-satunya gas yang dapat timbul dalam aluminium dan paduannya.
Persentase timbulnya gas hidrogen lebih banyak terdapat pada aluminium dalam bentuk cair
daripada dalam bentuk padat. Beberapa sumber potensial timbulnya hidrogen pada aluminium
antara lain:
dikarenakan produksi terus menerus dan permintaan pasar yang semakin meningkat. Faktor lain
yang harus diperhatiakn adalah sipat dari cairan Aluminium silicon yang memiliki sipat
penyusutan rendah dan kejernihan yang baik sehingga cetakan tetap menjadi pilihan yang sesuai
dalam proses produksi.
Bahan cetakan dari besi tuang yang telah mendapat perlakuan panas sehingga mengurangi
unsure karbon. Hal tersebut menbuat cetakan menjadi lebih liat dan dapat diproses permesinan.
sistem saluran. Perancangan proses pengecoran velg racing ini menggunakan bahan baku
untuk coran adalah paduan aluminium standart Alcan dengan nomor bahan B135, bahan
baku untuk pola adalah kayu mahoni, bahan baku untuk cetakan adalah pasir kering
dengan bahan pengikat semen serta rangka cetakan dari kayu papan.
Setelah diketahui nilai volume dari coran sebesar 1.527,47 cm3 akhirnya diketahui
pula berat coran sebesar 4,1 kg, waktu penuangan 12 detik, volume tuang 145.522,39
mm3/det. Untuk saluran turun tingginya 274,3 mm, diameternya 15 mm, luas irisannya
176,6 mm2, choke area 62,76 mm2. Untuk saluran masuk luas irisannya 353,25 mm2,
panjangnya 188 mm. Untuk cawan tuang kedalamannya 67,5 mm, panjangnya 150 mm,
lebarnya 60 mm. Untuk saluran penambah diameternya 119,2 mm, tingginya 238,5 mm.
Untuk lubang angin diameternya 5mm, tingginya 238,5 mm, jumlahnya 2 buah. Ukuran
rangka cetakan 930 x 740 x 384 (mm). Proses finishingnya yaitu dengan proses
pembersihan, proses pemesinan dengan pembubutan dan penggerindaan, proses
penghalusan permukaan dan yang terakhir proses pengecatan.
Cetakan velg recing terpasang dalam mesin cetak, dan ada duajenis pemegang mesin
cetakan. Mesin pertama menggunakan sistrem hidrolik secara keseluruahn dan mesin
kedua menggunakan system mekanis dan hidrolis.
Cetakan untuk velg dengan kualifikasi disk atau rem cakram sering dilakukan pada
mesin cor mekanis dan hidrolis namun untuk pengecoran velg dengan kualifikasi velg
tromol menggunakan mesuin cor hidrolis secara keseluruhan (semi otomatis).
4. Proses Penuangan Cairan Alumunium
Setelah cairan sudah siap dengan rentang temperature 700C - 750C maka proses
penuangan cairan alumunium siap untuk dilakukan. Langkah Pelaksanaan penuangan
cairan alumunium ke cetakan adalah :
1. Cetakan yang terdiri dari empat bagian yang ditangkupkan, dengan pusat
penangkupan adalah cetakan bagian bawah, kemudian dua cetakan samping
juga ditangkupkan maka terbentuklah kup. Untuk yang terakhir adalah
penangkapan cetakan bagian atas selaku drag. Dari cetakan yang telah
ditangkupkan terdapat 3 lubang pemasukan yang memiliki fungsi untuk
memasukkan cairan alumunium kedalam cetakan. Sebagai pemasukan utama
berada di samping-samping cetakan dan sebagai pemasukan akhir berada di
drag cetakan atas sekaligus sebagai pusat utama poros dari velg.
2. Kemudian cairan dari tungku penuangan cairan yaitu tungku untuk menaikkan
suhu cairan dari 660C menjadi kira-kira 700C sampai 750C diembil dengan
menggunakan canting manual. Dan dilakukan penuangan cairan kedalam
cetakan. Urutan penuangan cairan, didahului dari luabnga pemasukan samping,
setelah beberapa detik kemudian dilakukan penuangan dari lubang tengah.
Dalam proses penuangan secra manual diperlukan keterampilan dan
pengalaman yang cukup karena sering sekali terjadi cacat pada hasil cor
dikarenakan kurangnya ke sesuaian pertemuan carian didalam cetakan dank
arena kurang sinerginya proses penuangan ini. Proses ini memakan waktu
sekitar 9 menit.
3. Selanjunya cairan yang barada dicetakan ditahan sekitar 15 detik, kemudian
dibuka hanya menberikan rongga udara pada coran. Coran yang masih didalam
cetakan didinginkan selama sekitar 3,5 menit sampai 4 menit yang memiliki
fungsi untuk menberi kesempatan penyusutan dari velg yang awalnya memiliki
suhu cair untuk kemudian menjadi padat. Selain itu untuk mendiamkan selama
ke unit pemesinan.
Alur Pengecoran velg Sepeda motor
Bahan baku alumunium alloy
Tungku peleburan bahan baku
Tungku penuangan cairan
pemotongan ini masih diberikan toleransi karena pengerjaan permesinan lain masih
perlu dikerjakan.
Pembubutan Velg
Proses machining banyak didominasi oleh poros bubut. Proses pembubutan
yang dilakukan yaitu :
1. Pembubutan 15
Pada profil velg terdapat bagian sudut 15, profil ini mendapat perlakuan
awal yaitu pembubutan karena nantinya akan dijadikan dasar
pembubutan untuk kesimetrisan bagian lainnya.
2. Pembubutan profil diameter tengah poros.
Setelah pembubutan profil 15, pemesinan berikutnya b erfungsi untuk
menbentuk poros tenga velg. Proses pembubutan ini tetap menggunkan
basic sentrisasi dari permukaan bersudut ban.
3. Pembubutan profil ban
Tahapan pembubutan berikutnya adalah pembub utan profil ban. Bagian
ini mengalami perlakuan finishing dengan pahat tenga setelah proses
pembubutan selesai.
4. Pengerjaan lubang leher atau rumah leher.
Proses ini merupakan proses yang memiliki tingkat kesulitan paling
tinggi, karena kebutuhan ketelitian tinggi dan menggunakan toleransi
internasional karena untuk leher itu sendiri telah memiliki standar
internasional baik ukuran maupun kekerasan permukaannya.
5. Pembubutan tromol dan tempat cakram.
Velg terbagi ats dua komponen tambahan terutama dalam aksesories
kendali atau ren yaitu memakai disk atau rem cakram dan tromol. Untuk
velg yang menggunkan cakram sebagai pelengkap maka poros tengah
akan dibubut dengan mal yang telah ada terutama sesuai denga jenis velg
motor yang diproduksi. Tentang proses pembubutaqn tromol, lubang
tromol yang ada hanya tinggal di bubut hinggga diameter sesuai ukuran
yang beredar di pasaran. Proses pembubutan tromol dan cakram
dilakukan dengan system termal.
6. Pembubutan profil 3.
Bentuk profil yang terakhir dibubut adalah pembubutan bersudut 3. Dan
merupakan tahap akhir proses pembubutan.
b) CNC Boring
1. Pengefresan Velg
Pekerjaan pemesinan dalam proses pembubutan velg sebagian besar dilakukan pada
mesin bubut, namun dalam proses tertentu missal unutk menbersihkan sisa bagian
lubang pembuangan, pembuatan lubang baut pada cakram maka digunakan mesin
freis unutk kesempurnaan hasil, kemudahan dan ketelitian yang diharapkan.
2. Pengeboran
Pengeboran dalam proses machining diutamakan untuk menbantu proses yang
sederhana seperti pengeboran cop. Proses akhir machining sebelum masuk pada unit
finishing adalah pembuatan ulir pada lubang penempat baut cakram.
Setelah pengerjaan kerja bangku maka velg setengah jadi tersebut akan dipilah
menjadi dua dengan ketentuan, untuk hasil coran velg yang baik dan tidak
mengalami cacat cor yang cukuop parah akan di bawa ke unit chrom polish,
sedangkan untuk velg yang mengalami cacat cor yang pada unit kerja bangku tidak
dapat diperbaiki maka akan dibawa ke unit cat oven dengan mendapatkan perlakuan
finishing terlebih dahulu.
b) Pengecatan
Untuk pegecatan terbagi atas dua jenis yaitu chrom polish dan cat oven.
Chrom Polish
Velg yang sudah dipilih dan memenuhi standar untuk chrom polish akan
mengalami beberapa pengerjaan pada unit ini, diantaranya :
Pengampelasan.
Pengamplasan terdiri atas 3 proses :
Pengamplasan kasar dengan menggunakan ampelas dengan tingkat
kekerasan 150.
Pengamplasan halus dengan menggunakan ampelas dengan tingkat
kekerasan 180.
Pengampelasan berikutnya adalah dengan menggunkan oker
dengan bahan perekat lem jenis Anchor Chrystal. Pengampelasan
Peralatan yang digunakan adalah poros putara yang digerakkan dengan motor
listrik. Dan pada poros ini di pasangkan roda pemoles. Pekerjaan polis
dilakukan manual dengan cara mengikis permukaan velg dengan roda pemoles
yang terpasang pada poros yang digerakkan motor listrik dengan putaran 1390
rpm.
Untuk pekerjaan terakhir adalah penempelan merek produk pada velg
yang telah selesai. Velg yang telah selesai dimasukkan ke dalam gudang unit
finishing sebelum di packing dan siap untuk didistribusikan.
c) Cat Oven
Untuk velg yang mengalami cacat cor namun masih dalam standar kualitas dan
setelah penegrjaan pemesinan masih Nampak, maka akan mengalami penanganan
finishing dengan cat oven dengan tahapan sebagai berikut :
1. Penambahan bagian yang kurang, seperti jari yang tidak sempurna
dengan dempul, kemudian velg yang sudah ditambah ini disemprot
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari pembuatan makalah proses pengecoran alumunium tentang pembuatan velg
sepeda motor yang telah dilakukan maka bisa diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari beberapa pengujian yang memiliki sifat mekanik paling optimal pada
komposisi 25% PB + 75 ADC 12 + suhu Penuangan 700C + insert alumunium
cor
2. Insert yang memiliki sifat mekanik paling baik pada alumunium cor karena
memiliki titik lebur mendekati temperatur pemanasan awal
3. Temperatur penuangan semakin rendah, kekerasan semakin meningkat, ikatan
interface semakin rapat.
4. Nilai kekerasan daur ulang velg paling tinggi yaitu 113.2 HVN jika
dibandingkan dengan kekerasan material velg original Daihatsu 139 HVN
masih dibawahnya. Dan dari uji komposisi terdapat perbedaan komposisi
unsure Si 8,7 wt % (velg daur ulang) dan Si 10,7 wt % (velg Daihatsu). Karena
sifat mekanik daur ulang velg masih dibawah standar maka perlu dilakukan
perlakuan panas (Heat treatment).
3.2 Saran
Pengecoran velg pada makalah ini menggunakan metode pengecoran gravitasi,
sehingga masih banyak diperlukan data-data lanjutan untuk mendalami proses
pengecoran sentrifugal, cetak tekan, die casting yang dapat meningkatkan sifat
mekaniknya.
Pada penelitian ini hanya terbatas tiga parameter yaitu komposisi paduan, insert alur
ring dan suhu penuangan, sehingga sifat mekanik masih kurang maksimal.
Material velg bekas banyak impuriti karena kurangnya kebersihan menyebabkan sifat
mekaniknya menurun. Maka penelitian lanjutan pada material velg bekas yang sama
perlu dilakukan pembersihan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
AFS Sand And Core Testing Handbook., 2004.
ASM
International.
All
Rights
Reserved
Aluminum-Silicon
Casting
Alloys:
AtlasMicrofractographs, 2004
ASM Handbook,Volume 1., 2005 Properties and Selection.
ASM Metal Handbook Vol.8 ., 1998
ASM Handbook, Vol. 15., 1998
ASTM Handbook E18 ., 2002.
ASTM Handbook E92., 2004.
Budinski., 2001, Engineering Materials Properties and Selection, PHI New Delhi,pp. 517536.
Begm Akkayan, DDS, PhD, Burcu Sahin, DDS, and Hubert Gaucher, DDS, MScD.,2008, The
Effect of Different Surface Treatments on the Bond Strength of Two Esthetic Post Systems,
B. H. Amstead, Teknologi Mekanik, Terjemahan Sriati Djaprie, Erlangga, Jakarta, 1987.
Bambang Suharno., 2007., Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Reaksi Antarmuka Paduan
Aluminium 7%-Si dan Aluminium 11%Si Dengan Baja cetakan SKD 61. 85-91.