Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN

PROSES KEHILANGAN ATAU KESEPIAN

OLEH :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

YUSFA AMINATULZIA J
MOHAMAD SECSAR HANAFI
LANI FRIDA MUSPITA
FIRDA YUNIA PURWANTI
RULLI WULANDARI
WANDA NEVY HELNOVITA
LINDA WAHYUNIG P
NURAF IDATULATIFAH

P27820413008
P27820413042
P27820413045
P27820413073
P27820413084
P27820413088
P27820413090
P27820413091

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA


PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS SIDOARJO

2015 - 2016
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
berkat

dan

limpahan

rahmat-Nya,

kami

dapat menyelesaikan sebuah makalah keperawatan gerontik.


Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Proses Kehilangan Atau Kesepian,
yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk
mempelajari keperawatan.
Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang
kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa
terimakasih

dan

semoga

dapa

memberikan

manfaat.

Sidoarjo, 7 Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dasar teori ..............................................................................3
2.1.1 Pengertian Kesepian .................................................................3
2.1.2 Faktor-Faktor Penyebaab Kesepian...........................................3
2.1.3 Fase Kehilangan........................................................................5
2.1.4 Reaksi Kesepian........................................................................6
2 Diagnosa Keperawatan.......................................................................7
3 Rencana Tindakan Keperawatan.........................................................7
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................10
3.2 saran...................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar belakang
Lansia bukan penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan. (Pudjiastuti, 2003)
Individu yang berusia diatas 60 tahun, pada umumnya memiliki tanda-tanda
terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial, ekonomi. Dengan
semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang
kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan peranan-peranan sosialnya menurun. Salah
satu penyebab umum kesepian di usia lanjut adalah kehilangan pasangan hidup. Banyak
orang yang berusia lanjut menyadari bahwa suatu ketika pasangan hidup mereka akan
meninggal, oleh sebab itu mereka telah mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Akan
tetapi, belum banyak yang menyadari tentang masalah yang akan muncul dan siap
menghadapinya atau siap menyesuaikan diri dengan situasi kesepian yang akan terjadi
(Hurlock, 2000).
Kesepian adalah kesadaran pedih bahwa seseorang memiliki hubungan yang dekat
dan berarti dengan orang lain. Kekurangan tadi menimbulkan kekosongan, kesedihan,
pengasingan diri bahkan keputusasaan, perasaan di tolak dalam citra diri yang rendah
karena tidak dapat bergaul atau merasa tersisih dan tidak di sukai. Keadaan psiko-sosial
ini di Indonesia secara umum lebih baik dari pada di negara maju.
Keluarga merupakan tempat berlindung yang paling disukai para lanjut usia,
Dukungan dari keluarga menjadi unsur terpenting dalam membantu individu
menyelesaikan masalah kesepian. Dengan adanya dukungan keluarga, rasa percaya diri
akan bertambah dan motivasi untuk menyelesaikan masalah kesepian yang akan
meningkat (Tamher, 2009). Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antar
anggota keluarga dengan adanya hubungan timbal balik, umpan balik dan keterlibatan
emosional. Selain itu dukungan dari dalam keluarga dapat memberikan kekuatan satu
sama lain dan kemampuan anggota keluaga menciptakan suasan saling memiliki, untuk
memenuhi kebutuhan pada perkembangan keluarga lanjut usia (Friedman, 1998).
Perkembangan keluarga lanjut usia adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem
keluarga, meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggotanya di sepanjang
waktu. Tahap terakhir perkembangan keluarga Pola kehidupan keluarga yang mantap
pada masa dewasa dini, kemudian mulai berubah waktu memasuki usia tengah baya.

Perubahan ini lebih terasakan oleh para pensiunan, atau kematian suami atau istri di masa
usia lanjut. Dalam keluarga, pria dan wanita usia lanjut harus dapat menyesuaikan diri
untuk saling bergantung satu sama lainnya demi terjalinnya suatu bentuk persahabatan
yang akrab. Kurangnya kontak dan pengaruh terhadap anakanaknya, orang usia lanjut
yang tidak menikah sering menghadapi masalah yang lebih serius dalam menyesuaikan
diri. Resiko kedua pada kehidupan keluarga yang hampir umum terjadi dalam
penyesuaian di hari tua adalah kesepian. Meskipun anak yang telah dewasa tinggal
berdekatan,

orang-orang

berusia

lanjut

jarang

berhubungan

dengan

mereka.

Kebersamaan mereka sekarang jauh berkurang di bandingkan dengan kasus hubungan


tiga generasi rumah tangga di waktu lampau (Hurlock, 2000).
2

RumusanMasalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada lansia dengan proses kehilangan atau kesepian?

Tujuan
1 TujuanUmum
Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan proses kehilangan dan
2

kesepian
TujuanKhusus
a Mengetahui pengertian kehilangan dan kesepian
b Mengetahui faktor-faktor penyebab kesepian
c Mengetahui fase kehilangan dan kesepian
d Mengetahui reaksi kesepian

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1
1

Konsep Dasar Teori


Pengertian
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau

keseluruhan (Lambert dan Lambert, 1985). Sesuatu yang hilang tersebut dapat
berupa orang yang bermakna, harta milik pribadi, kesehatan, serta pekerjaan.
Kesepian merupakan suatu perasaan pedih, sunyi, lengang, tidak ramai, hidup
dalam keterasingan karena kehilangan (Prasetya, 2004).
Kesepian adalah sebuah perasaan dimana orang mengalami rasa yang kuat
kehampaan dan kesendirian. Kesepian sering di bandingkan dengan perasaan
kosong, tidak di inginkan dan tidak penting (www.epsikologi.com, 2009).
2.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Kesepian
Menurut Martin and Osborn (1989) faktor penyebab terjadinya kesepian pada
lansia di pengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : faktor psikologis, faktor kebudayaan dan
situasional, serta faktor spiritual.
a Faktor Psikologis
Menurut Mubarok (2006), faktor psikologi yang menyebabkan seperti
perasaan takut. Perasaan itu muncul akibat perubahan-perubahan mental yang
berhubungan dengan perubahan fisik (terutama organ perasa), keadaan kesehatan,
tingkat pendidikan atau pengetahuan serta situasi lingkungan. Dari segi mental
emosional muncul perasaan pesimis, merasa terancam akan timbulnya penyakit
b

sehingga takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi.


Faktor Kebudayaan dan Situasional
Yaitu terjadinya suatu perubahan dalam tatacara hidup dan kultur budaya
dalam keluarga. Perbaikan dibidang kesejahteraan sosial, globalisasi, komunikasi,
informasi, transportasi dan pendidikan menimbulkan pengaruh luar yang mengikis
budaya masyarakat yang selama ini ada terhadap hubungan antar-anggota keluarga
mereka, termasuk yang tergolong lanjut usia.. Anggota keluarga yang berusia lanjut
kurang diperhatikan dan terpaksa hidup sendiri dan dalam kesepian. Selain nilai
budaya, jenis kelamin, tingkatan pendidikan, motivasi juga berperan serta
mempengaruhi kesepian.
1 Jenis Kelamin
Perbedaan gender juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada bentuk adaptasi yang
digunakan. Bagi wanita masalah penyesuaian diri dengan masa menjanda
2

seringkali tersa sulit.


Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan juga merupakan hal terpenting dalam menghadapi masalah,
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman
hidup yang dilaluinya, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah
yang terjadi.

Motivasi
Motivasi

akan

sangat

membantu

individu

dalam

menghadapi

dan

menyelesaikan masalah. Individu yang tidak mempunyai motivasi untuk


menghadapi dan menyelesaikan masalah akan membentuk koping yang
4

destruktif.
Dukungan Keluarga
Keluarga masih merupakan tempat berlindung yang paling disukai para lanjut
usia. Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu
individu menyelesaikan masalah. Sifat dari perubahan sosial yang mengikuti
kehilangan orang yang dicintai tergantung pada jenis hubungan dan definisi
peran sosial dalam suatu hubungan. Selain rasa sakit psikologi mendalam,
seseorang yang berduka harus sering belajar keterampilan dan peran baru untuk
mengelola tugas hidup yang baru, dengan perubahan sosial ini terjadi pada saat
penarikan, kurangnya minat kegiatan, tindakan yang sangat sulit. Sosialisasi
dan pola interaksi juga berubah. Tetapi bagi orang lain yang memiliki
dukungan keluarga yang kuat dan mapan, pola interaksi independent maka
proses perasaan kehilangan atau kesepian akan terjadi lebih cepat, sehingga
seseorang tersebut lebih mudah untuk mengurangi rasa kehilangan dan

kesepian (Lueckenotte, 2000).


Faktor Spiritual
Kedekatan dengan sang pencipta akan membuat seseorang lebih sehat di
bandingkan yang jauh dengan pencipta-Nya. Dengan tetap terjaga hubungan baik
antara makhluk dan Pencipta-nya, diharapkan adanya keseimbangan sikap realistis
terhadap dunia dan kebutuhan spiritual, sehingga perasaan negatif yang sering
muncul pada lansia seperti kesepian, kecemasan dapat dihindari. Melalui
pengalaman hidup, setiap orang akan berupaya menjadi lebih arif dan akan
mengembangkan dirinya. Untuk itu, berbagai dimensi kehidupan manusia perlu
ditelaah agar dalam mencapai pencerahan atau kesempurnaan hidup (Hardywinoto,
2005).

2.1.3 Fase Kehilangan


Elizabeth Kubler-rose tahun 1969 membagi responkehilangan dalam lima fase,
yaitu: pengingkaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
a. Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percaya atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi

dengan mengatakan Tidak, saya tidak percaya itu terjadi atau itu tidak
mungkin terjadi . Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit
terminal, akan terus mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harus
berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun.
b. Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan
terjadinya kehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang
sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia
menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh
dokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka
merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
c. Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka
ia akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan.
Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata kalau saja kejadian ini bisa
ditunda, maka saya akan sering berdoa . Apabila proses ini oleh keluarga maka
pernyataan yang sering keluar adalah kalau saja yang sakit, bukan anak saya.
d. Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang
sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan,
perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang
ditunjukkan antara lain: menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido
manurun.
e. Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang
selalu berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau
hilang. Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang
obyek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya
akan beralih kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan saya
betul-betul kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis atau apa yang
dapat saya lakukan agar cepat sembuh.

Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan damai,
maka dia akan mengakhiri proses kehilangan

serta mengatasi perasaan

kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka ia
akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan
selanjutnya.
2.1.4 Reaksi Kesepian
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Rubeinstein dan Shaver (dalam
Brehm dkk, 2002) disimpulkan beberapa reaksi terhadap kesepian, yaitu:
a Melakukan kegiatan aktif
Reaksi terhadap kesepian berupa kegiatan-kegiatan aktif dan membangun
terhadap diri sendiri seperti: belajar atau bekerja, menulis, mendengarkan
musik, melakukan olahraga, melakukan hobi, pergi ke bioskop, membaca atau
b

memainkan alat musik, menggunakan internet.


Membuat kontak sosial
Reaksi terhadap kesepian berupa membuat kontak sosial dengan orang lain

seperti: menelepon teman, chatting, dan mengunjungi seseorang.


Melakukan kegiatan pasif
Reaksi terhadap kesepian yang sifatnya pasif seperti: menangis, tidur, duduk,
dan berpikir, tidak melakukan apapun, makan berlebihan, memakan obat

penenang, menonton televisi, mabuk.


Kegiatan selingan yang kurang membangun
Reaksi terhadap kesepian berupa menghabiskan uang dan berbelanja.

Diagnosa Keperawatan
1 Cemas berhubungan dengan kehilangan
2 Resiko Isolasi sosial berhubungan dengan tidak adanya antisipasi proses

kehilangan
3 Harga diri rendah berhubungan riwayat kehilangan
3 Rencana Tindakan Keperawatan
1. Diagnosa

: Cemas berhubungan dengan kehilangan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat menurunkan /


menghilangkan tingkat kecemasan
Kriteria Hasil:
a

Ekspresi klien tampak tenang

Klien mampu mengatasi masalahnya sendiri

Klien mampu menerima kehilangan

Intervensi

1
2

Identifikasi penyebab cemas.


Rasional : Dengan mengetahui penyebab cemas maka akan lebih mudah dalam
mengatasi cemas.
Kembangkan hubungan saling percaya dengan pasien. Perlihatkan empati dan
perhatian. Jujur dan tepati semua janji.
Rasional: Rasa percaya merupakan dasar unutk suatu kebutuhan yang terapeutik.
Perlihatkan sikap menerima dan membolehkan pasien untuk mengekspresikan
perasaannya secara terbuka.
Rasional: Sikap menerima menunjukkan kepada pasien bahwa anda yakin bahwa
ia merupakan seseorang pribadi yang bermakna. Rasa percaya meningkat.
Dorong pasien untuk mengekspresikan rasa marah. Jangan menjadi defensif jika
permulaan ekspresi kemarahan dipindahkan kepada perawat atau terapis. Bantu
pasien untuk mengeksplorasikan perasaan marah sehingga pasien dapat
mengungkapkan secara langsung kepada objek atau orang/pribadi yang
dimaksud.
Rasional: Pengungkapan secara verbal perasaan dalam suatu lingkungan yang
tidak mengancam dapat membantu pasien sampai kepada hubungan dengan
persoalan-persoalan yang belum terpecahkan.
Bantu pasien untuk mengeluarkan kemarahan yang terpendam dengan
berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas motorik kasar (mis, joging, bola voli,dll)
Rasional: Latihan fisik memberikan suatu metode yang aman dan efektif untuk
mengeluarkan kemarahan yang terpendam.
Ajarkan tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku yang
berhubungan dengan setiap tahap. Bantu pasien untuk mengerti bahwa perasaan
seperti rasa bersalah dan marah terhadap konsep kehilangan adalah perasaan yang
wajar dan dapat diterima selama proses berduka.
Rasional: Pengetahuan tentang perasaan-perasaan yang wajar yang berhubungan
dengan berduka yang normal dapat menolong mengurangi beberapa perasaan
bersalah menyebabkan timbulnya respon-respon ini.

2. Diagnosa : Gangguan Resiko Isolasi sosial berhubungan dengan tidak adanya


antisipasi proses kehilangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat berinteraksi dengan
orang lain.
Kriteria Hasil :
a

Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan jujur dan terbuka

Klien mampu mengontrol tingkah laku

Klien menunjukkan perbaikan komunikasi dengan orang lain


Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien
Rasional : Rasa percaya merupakan dasar unutk suatu kebutuhan yang terapeutik
2. Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan pikiran dan perasaannya

Rasional : Motivasi dapat meningkatkan keterbukaan klien


3. Beri dukungan, support dan pujian setelah klien mampu berinteraksi dengan
orang lain
Rasional : Pujian meningkatkan motivasi klien untuk berinteraksi dengan
orang lain
4. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang terdekat,
tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
Rasional : Lansia tidak merasa sendiri
5. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas diwaktu senggang
Rasional : Mengisi waktu luang yang kosong dengan bermanfaat
6. Anjurkan keluarga untuk selalu mendukung klien
Rasional : Dukungan keluarga sangat penting bagi klien
3

Diagnosa: Harga diri rendah berhubungan riwayat kehilangan


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Klien tidak mengalami harga diri
rendah
Kriteria hasil:
1 Klien dapat mengungkapkan perasaannya
2 Klien dapat lebih percaya diri terhadap lingkungan
Intervensi:
1 Bantu klien mengungkapkan perasaan dan pikirannya
Rasional: Klien mampu mengungkapkan kondisi kehilangan
2 Bantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah
Rasional: Identifikasi masalah dapat mempermudah adanya penyelesaian
masalah
3 Identifikasi dukungan yang positif dengan mengaitkan terhadap kenyataan
Rasional: Dukungan positif dari orang lain dapat membangkitkan rasa percaya
diri klien

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Lambert dan Lambert, 1985). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah
dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah
mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam
bentuk yang berbeda.
Kesepian merupakan suatu perasaan pedih, sunyi, lengang, tidak ramai, hidup
dalam keterasingan karena kehilangan (Prasetya, 2004). Kesepian adalah sebuah
perasaan dimana orang mengalami rasa yang kuat kehampaan dan kesendirian.
3.2 Saran

Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran untuk perilaku


berduka,mengenali perilaku berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan
dalam bentuk empati.

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferri dan Makfudli.2009.Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik


Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika.
Markonah H Hadi dan Pranaka Kris.2009.Buku Ajar Boedhi.Darmoja Geriatri (Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut edisi 4.Jakarta: FKUI.
Mubarak, Iqbal Wahid.2006.Buku Ajar Keperawatan Komunitas2.Jakarta:Sagung Seto.
Noorkasiani dan S, Tamher.2009.Kesehatan Usia Lanjut dengan pendekatan Asuhan
Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika.
Nugroho, Wahjudi.2000. Keperawatan Gerontik.Jakarta:EGC.
Suseno, Tutu April A.2005.Buku Ajar Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan,
Kematian, dan Berduka dan Proses Keperawatan.Jakarta:Sagung Seto
Stockslenger, Jaime L.2007.Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi 2. Jakarta:EGC.

Stanley, Mickey anad Gauntlett P.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.


Jakarta:EGC.
Watson, Roger.2003.Perawatan Pada Lansia. Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai