Kel 4 Kesepian
Kel 4 Kesepian
OLEH :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
YUSFA AMINATULZIA J
MOHAMAD SECSAR HANAFI
LANI FRIDA MUSPITA
FIRDA YUNIA PURWANTI
RULLI WULANDARI
WANDA NEVY HELNOVITA
LINDA WAHYUNIG P
NURAF IDATULATIFAH
P27820413008
P27820413042
P27820413045
P27820413073
P27820413084
P27820413088
P27820413090
P27820413091
2015 - 2016
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
berkat
dan
limpahan
rahmat-Nya,
kami
dan
semoga
dapa
memberikan
manfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dasar teori ..............................................................................3
2.1.1 Pengertian Kesepian .................................................................3
2.1.2 Faktor-Faktor Penyebaab Kesepian...........................................3
2.1.3 Fase Kehilangan........................................................................5
2.1.4 Reaksi Kesepian........................................................................6
2 Diagnosa Keperawatan.......................................................................7
3 Rencana Tindakan Keperawatan.........................................................7
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................10
3.2 saran...................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Lansia bukan penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan. (Pudjiastuti, 2003)
Individu yang berusia diatas 60 tahun, pada umumnya memiliki tanda-tanda
terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial, ekonomi. Dengan
semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang
kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan peranan-peranan sosialnya menurun. Salah
satu penyebab umum kesepian di usia lanjut adalah kehilangan pasangan hidup. Banyak
orang yang berusia lanjut menyadari bahwa suatu ketika pasangan hidup mereka akan
meninggal, oleh sebab itu mereka telah mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Akan
tetapi, belum banyak yang menyadari tentang masalah yang akan muncul dan siap
menghadapinya atau siap menyesuaikan diri dengan situasi kesepian yang akan terjadi
(Hurlock, 2000).
Kesepian adalah kesadaran pedih bahwa seseorang memiliki hubungan yang dekat
dan berarti dengan orang lain. Kekurangan tadi menimbulkan kekosongan, kesedihan,
pengasingan diri bahkan keputusasaan, perasaan di tolak dalam citra diri yang rendah
karena tidak dapat bergaul atau merasa tersisih dan tidak di sukai. Keadaan psiko-sosial
ini di Indonesia secara umum lebih baik dari pada di negara maju.
Keluarga merupakan tempat berlindung yang paling disukai para lanjut usia,
Dukungan dari keluarga menjadi unsur terpenting dalam membantu individu
menyelesaikan masalah kesepian. Dengan adanya dukungan keluarga, rasa percaya diri
akan bertambah dan motivasi untuk menyelesaikan masalah kesepian yang akan
meningkat (Tamher, 2009). Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antar
anggota keluarga dengan adanya hubungan timbal balik, umpan balik dan keterlibatan
emosional. Selain itu dukungan dari dalam keluarga dapat memberikan kekuatan satu
sama lain dan kemampuan anggota keluaga menciptakan suasan saling memiliki, untuk
memenuhi kebutuhan pada perkembangan keluarga lanjut usia (Friedman, 1998).
Perkembangan keluarga lanjut usia adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem
keluarga, meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggotanya di sepanjang
waktu. Tahap terakhir perkembangan keluarga Pola kehidupan keluarga yang mantap
pada masa dewasa dini, kemudian mulai berubah waktu memasuki usia tengah baya.
Perubahan ini lebih terasakan oleh para pensiunan, atau kematian suami atau istri di masa
usia lanjut. Dalam keluarga, pria dan wanita usia lanjut harus dapat menyesuaikan diri
untuk saling bergantung satu sama lainnya demi terjalinnya suatu bentuk persahabatan
yang akrab. Kurangnya kontak dan pengaruh terhadap anakanaknya, orang usia lanjut
yang tidak menikah sering menghadapi masalah yang lebih serius dalam menyesuaikan
diri. Resiko kedua pada kehidupan keluarga yang hampir umum terjadi dalam
penyesuaian di hari tua adalah kesepian. Meskipun anak yang telah dewasa tinggal
berdekatan,
orang-orang
berusia
lanjut
jarang
berhubungan
dengan
mereka.
RumusanMasalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada lansia dengan proses kehilangan atau kesepian?
Tujuan
1 TujuanUmum
Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan proses kehilangan dan
2
kesepian
TujuanKhusus
a Mengetahui pengertian kehilangan dan kesepian
b Mengetahui faktor-faktor penyebab kesepian
c Mengetahui fase kehilangan dan kesepian
d Mengetahui reaksi kesepian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1
1
keseluruhan (Lambert dan Lambert, 1985). Sesuatu yang hilang tersebut dapat
berupa orang yang bermakna, harta milik pribadi, kesehatan, serta pekerjaan.
Kesepian merupakan suatu perasaan pedih, sunyi, lengang, tidak ramai, hidup
dalam keterasingan karena kehilangan (Prasetya, 2004).
Kesepian adalah sebuah perasaan dimana orang mengalami rasa yang kuat
kehampaan dan kesendirian. Kesepian sering di bandingkan dengan perasaan
kosong, tidak di inginkan dan tidak penting (www.epsikologi.com, 2009).
2.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Kesepian
Menurut Martin and Osborn (1989) faktor penyebab terjadinya kesepian pada
lansia di pengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : faktor psikologis, faktor kebudayaan dan
situasional, serta faktor spiritual.
a Faktor Psikologis
Menurut Mubarok (2006), faktor psikologi yang menyebabkan seperti
perasaan takut. Perasaan itu muncul akibat perubahan-perubahan mental yang
berhubungan dengan perubahan fisik (terutama organ perasa), keadaan kesehatan,
tingkat pendidikan atau pengetahuan serta situasi lingkungan. Dari segi mental
emosional muncul perasaan pesimis, merasa terancam akan timbulnya penyakit
b
Motivasi
Motivasi
akan
sangat
membantu
individu
dalam
menghadapi
dan
destruktif.
Dukungan Keluarga
Keluarga masih merupakan tempat berlindung yang paling disukai para lanjut
usia. Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu
individu menyelesaikan masalah. Sifat dari perubahan sosial yang mengikuti
kehilangan orang yang dicintai tergantung pada jenis hubungan dan definisi
peran sosial dalam suatu hubungan. Selain rasa sakit psikologi mendalam,
seseorang yang berduka harus sering belajar keterampilan dan peran baru untuk
mengelola tugas hidup yang baru, dengan perubahan sosial ini terjadi pada saat
penarikan, kurangnya minat kegiatan, tindakan yang sangat sulit. Sosialisasi
dan pola interaksi juga berubah. Tetapi bagi orang lain yang memiliki
dukungan keluarga yang kuat dan mapan, pola interaksi independent maka
proses perasaan kehilangan atau kesepian akan terjadi lebih cepat, sehingga
seseorang tersebut lebih mudah untuk mengurangi rasa kehilangan dan
dengan mengatakan Tidak, saya tidak percaya itu terjadi atau itu tidak
mungkin terjadi . Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit
terminal, akan terus mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harus
berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun.
b. Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan
terjadinya kehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang
sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia
menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh
dokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka
merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
c. Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka
ia akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan.
Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata kalau saja kejadian ini bisa
ditunda, maka saya akan sering berdoa . Apabila proses ini oleh keluarga maka
pernyataan yang sering keluar adalah kalau saja yang sakit, bukan anak saya.
d. Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang
sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan,
perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang
ditunjukkan antara lain: menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido
manurun.
e. Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang
selalu berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau
hilang. Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang
obyek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya
akan beralih kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan saya
betul-betul kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis atau apa yang
dapat saya lakukan agar cepat sembuh.
Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan damai,
maka dia akan mengakhiri proses kehilangan
kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka ia
akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan
selanjutnya.
2.1.4 Reaksi Kesepian
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Rubeinstein dan Shaver (dalam
Brehm dkk, 2002) disimpulkan beberapa reaksi terhadap kesepian, yaitu:
a Melakukan kegiatan aktif
Reaksi terhadap kesepian berupa kegiatan-kegiatan aktif dan membangun
terhadap diri sendiri seperti: belajar atau bekerja, menulis, mendengarkan
musik, melakukan olahraga, melakukan hobi, pergi ke bioskop, membaca atau
b
Diagnosa Keperawatan
1 Cemas berhubungan dengan kehilangan
2 Resiko Isolasi sosial berhubungan dengan tidak adanya antisipasi proses
kehilangan
3 Harga diri rendah berhubungan riwayat kehilangan
3 Rencana Tindakan Keperawatan
1. Diagnosa
Intervensi
1
2
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Lambert dan Lambert, 1985). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah
dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah
mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam
bentuk yang berbeda.
Kesepian merupakan suatu perasaan pedih, sunyi, lengang, tidak ramai, hidup
dalam keterasingan karena kehilangan (Prasetya, 2004). Kesepian adalah sebuah
perasaan dimana orang mengalami rasa yang kuat kehampaan dan kesendirian.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA