Anda di halaman 1dari 19

Pengertian dan Unsur-unsur Pendidikan beserta Landasan dan Asas-asas

Pendidikan
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengentar Pendidikan
Dosen Pengajar :
Nina Pramata Sari, S.Si, M.Pd.
Kelompok : III

Disusun Oleh :
Dendi Septia Halim

A1C1100

Lilis Puri Sukadasih

A1C1100

Heriyadi Al Hifni

A1C1100

Femmy Permata Sari

A1C1100

Nur Oktaviani

A1C110052

Hijriati Noor

A1C1100

M. Iqbal Anshari

A1C1100

Program Studi:
Pendidikan Matematika
Dinas Pendidikan Nasional
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin
2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan
karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Sistem Penulisan Bilangan. Makalah ini penulis buat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Sejarah Matematika.
Atas selesainya penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya atas kesempatan yang telah diberikan
kepada Ibu Dra. Akmil Fuadi Rahman selaku dosen pengajar yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan materi sehingga dapat
disajikan dalam bentuk makalah ini. Penulis juga menghaturkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan karya tulis ini.
Serta tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang
tulisannya telah dikutip sebagai bahan rujukan dalam pembuatan karya tulis ini.
Penulis berharap makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat dan dapat
dijadikan sebagai sarana pengajaran dan motivasi bagi objek dan pembaca
makalah ini, khususnya terhadap kalangan dunia pendidikan.
Penulis menyadari bahwa makalah yang telah dibuat ini sangat jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Atas
perkenan dari semua yang mendukung tersusunnya makalah ini diucapkan
terimakasih.
Banjarmasin, Oktober 2010
Penulis,

DAFTAR ISI

Halaman Sampul..................................................................................................................
Kata Pengantar.....................................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................
1.2 Tujuan......................................................................................................................
1.3 Rumusan Masalah....................................................................................................
1.4 Batasan Masalah......................................................................................................
1.5 Metodologi Penelitian..............................................................................................
1.6 Manfaat....................................................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
2.1

...............................................................................................................................
2.1.1

2.1.2

2.2

...............................................................................................................................
2.2.1
...............................................................................................................
2.2.2
...............................................................................................................
2.2.3
...............................................................................................................
2.2.4
...............................................................................................................

2.2.5
...............................................................................................................
2.2.6
...............................................................................................................
2.3

...............................................................................................................................
2.3.1
...............................................................................................................
2.3.2
...............................................................................................................

BAB III PENUTUP


3.1

Kesimpulan............................................................................................................

3.2

Saran......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Batasan Masalah
1.5 Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode
kepustakaan, yaitu penulis menghimpun data dengan bahan-bahan yang didapat
dari buku-buku serta informasi dari internet untuk dijadikan sebuah panduan
dalam pembuatan makalah.
1.6 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan,
pengetahuan dan pembelajaran tentang pendidikan yang meliputi pengertian,
unsur-unsurnya, beserta landasan dan asas-asasnya.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:
1.

Subjek yang dibimbing (peserta didik).

2.

Orang yang membimbing (pendidik).

3.

Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif).

4.

Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan).

5.

Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan).

6.

Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode).

7.

Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan


pendidikan).

2.1.1

Subjek yang dibimbing (peserta didik).


Siapakah peserta didik itu ?
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern

cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta didik (tanpa


pandang usia) adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin
diakui keberadaannya. Selaku pribadi yang memiliki ciri khas dan
otonom, ia ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus
menerus guna memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai
sepanjang hidupnya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas,
sehingga merupakan insan yang unik.
b. Individu yang sedang berkembang.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi.

d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.


Penjelasan butir-butir tersebut adalah sebagai berikut:
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga
merupakan insan yang unik.
Anak sejak telah memiliki potensi-potensi yang ingin
dikembangkan dan diaktualisasikan. Untuk mengaktualisasikannya
membutuhkan bantuan dan bimbingan.
b. Individu yang sedang berkembang.
Yang dimaksud perkembangan di sini ialah perubahan yang
terjadi dalam diri peserta didik secara wajar, baik ditujukan kepada
diri sendiri maupun ke arah penyesuaian dengan lingkungan.
Sejak manusia lahir bahkan sejak masih berada dalam kandungan
ia berada dalam proses perkembangan. Proses perkembangan ini
melalui suatu rangkain yang bertingkat-tingkat. Tiap tingkat (fase)
mempunyai sifat-sifat khusus. Tiap fase berbeda dengan fase
lainnya. Anak yang berada pada fase bayi berbeda dengan fase
remaja, dewasa, dan orang tua. Perbedaan-perbedaan ini meliputi
perbedaan minat, kebutuhan, kegemaran, emosi, inteligensi dan
sebagainya. Perbedaan tersebut harus diketahui oleh pendidik
masing-masing tingkat perkembangan tersebut. Atas dasar itu
pendidik dapat mengatur kondisi dan strategi yang relevan dengan
kebutuhan peserta didik.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi.
Dalam proses perkembangannya peserta didik membutuhkan
bantuan dan bimbingan. Bayi yang baru lahir secara badani dan
hayati tidak terlepas dari ibunya, seharusnya setelah ia tumbuh
berkembang menjadi dewasa ia sudah dapat hidup sendiri. Tetapi
kenyataannya

untuk

kebutuhan

hidupnya,

ia

masih

menggantungkan diri sepenuhnya kepada orang dewasa, sepanjang


ia belum dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa pada diri peserta
didik ada dua hal yang menggejala:

Keadaannya yang tidak berdaya menyebabkan ia membutuhkan


bantuan. Hal ini menimbulkan kewajiban orang tua untuk
membantunya.
Adanya kemampuan untuk mengembangkan dirinya, hal ini

membutuhkan

bimbingan.

Orang

tua

berkewajiban

untuk

membimbingnya. Agar bantuan dan bimbingan itu mencapai hasil


maka harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
d.

Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri


Dalam perkembangan peserta didik ia

mempunyai

kemampuan untuk berkembang ke arah kedewasaan. Pada diri anak


ada

kecenderungan

untuk

memerdekakan

diri.

Hal

ini

menimbulkan kewajiban pendidik dan orang tua (si pendidik) untuk


setapak demi setapak memberikan kebebasan dan pada akhirnya
mengundurkan diri. Jadi, pendidik tidak boleh memaksakan agar
peserta didik berbuat menurut pola yang dikehendaki pendidik. Ini
dimaksud

agar

peserta

didik

memperoleh

kesempatan

memerdekakan diri dan bertanggung jawab sesuai dengan


kepribadiannya sendiri. Pada saat ini si anak telah dapat berdiri
sendiri dan bertanggung jawab sendiri.
2.1.2

Orang yang membimbing (pendidik).


Yang dimaksud dengan pendidik ialah orang yang bertanggung

jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik.


Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masayarakat.
Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua,
guru,

pemimpin

program

pembelajaran,

latihan,

dan

masyarakat/organisasi.
Hal yang perlu diperhatikan ialah persoalan kewibawaan.
a.

Apa yang dimaksud dengan kewibawaan?


Pendidik harus memiliki kewibaan (kekuasaan batin mendidik) dan
menghindari penggunaan kekuasaan lahir, yaitu kekuasaan yang

semata-mata

didasarkan

kepada

unsur

wewenang

jabatan.

Kewibawaan justru merupakan sesuatu pancaran batin yang dapat


menimbulkan pada pihak lain sikap untuk mengakui, menerima, dan
menuruti dengan penuh pengertian atas kekuasaan tersebut.
b. Bagaimana kewibaan timbul?
Kewibaan mendidik hanya dimiliki oleh mereka yang sudah dewasa.
Yang dimaksud adalah kedewasaan rohani yang ditopang kedewasaan
jasmani. Kedewasaan jasmani tercapai bila individu telah mencapai
puncak perkembangan jasmani yang optimal; jadi telah mencapai
proporsi yang sudah mantap. Kedawasaan rohani tercapai bila
individu telah memiliki cita-cita hidup dan pandangan hidup yang
tetap. Cita-cita dan pandangan hidup ini dijalinnya kedalam dirinya
dan selanjutnya berusaha untuk direalisir dalam bentuk tingkah laku
dan perbuatan. Sebagai pendidik, realisasi cita-cita dan pandangan
hidupnya itu secara konkret berlangsung melalui aktivitas statusnya
sebagai orang tua maupun sebagai pendidik. Orang dewasa adalah
orang yang mampu mempertanggungjawabkan segenap aktivitas yang
bertalian dengan statusnya. Yang dimaksud dengan bertanggung jawab
adalah ialah kemampuan untuk menyatukan diri dengan norma-norma
hidup dan meragakan dalam hidupnya. Bagi orang yang telah dewasa
bila melanggar norma ia bersedia menerima tuntutan hukum atas
dirinya. Pendidik adalah pendukung norma-norma (pendukung
kewibawaan). Dia mempunyai tugas untuk mentransformasikan
norma-norma atau kewajiban itu kepada peserta didik. Persoalannya
ialah mengapa pendidik (sang dewasa) memiliki kewibawaan di mata
peserta didik. Intinya adalah karena peserta didik membutuhkan
sesuatu (perlindungan, bantuan, bimbingan, dan seterusnya) dari
pendidik, dan pendidik bersedia dengan rela memenuhinya. Sepanjang
antara peserta didik dengan pendidikannya suasana hubungan gayung

bersambut kata berjawab maka selama itu pula terdapat pengakuan


akan adanya kewibawaan pendidik oleh peserta didik.
c. Bagaimana memelihara kewibawaan?
Ibarat cahaya lampu bagaimanapun juga suatu kewibawaan dapat
memudar jika tidak dirawat dan dibina. Ada 3 sendi kewibawaan
yang menurut M. J. Langeveld harus dibina (Langeveld, 1995: 4244) yaitu kepercayaan, kasih sayang dan kemampuan.
Kepercayaan
Pendidik harus percaya bahwa dirinya bisa mendidik dan juga
harus peraya bahwa peserta didik dapat dididik.
Kasih sayang
Kasih sayang mengandung dua makna yakni penyeraan diri
kepada yang disayangi dan pengendalian terhadap yang disayangi.
Pengendalian terhadap yang disayangi dimaksudkan agar peserta
dididik tidak berbuat sesuatu yang merugikan dirinya.
Kemampuan
Kemampuan mendidik dapat dikembangkan melalui beberapa
cara,

antara

lain

pengkajian

terhadap

ilmu

pengetahuan

kependidikan, mengambil manfaat dari pengalaman kerja, dan


lain-lain.
Ada

beberapa

hal

yang

perlu

diperhatikan

dalam

pentransformasian (pengoperan) kewibawaan:


a. Untuk dapat mengikuti kewibawaan maka peserta didik harus
mengerti tentang kewibawaan. Hal ini dapat diperoleh dengan
perantaraan pergaulan dengan pendidik.
b. Pendidik harus menyadari bahwa ia hanyalah sekedar
penghantar kewibawaan dan dirinya bukan kewibawaan itu

sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa tujuan pendidikan ialah


menuruti kewibawaan yang dibawakan oleh pendidikan dan
bukannya menuruti pendidiknya. Dikatakan mendidik adalah
mendidik untuk melepaskannya (pendidik secara berangsurangsur harus melepaskan diri dari ikatannya dengan peserta
didik).
2.1.3

Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif).


Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik

antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan


pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh
melalui proses berkomunikasi intensif dengan memanipulasi isi, metode
alat-alat pendidikan.
2.1.4

Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan).

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,


luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua
fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan
merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.

2.1.5

Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan).

Materi dalam sistem pendidikan persekolahan telah diramu dalam


kurikulum sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini meliputi materi
inti (bersifat nasional, mengandung misi pengendalian dan persatuan
bangsa) dan muatan lokal (mengembangkan kekayaan budaya sesuai
lingkungan).
2.1.6

Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode).

Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan


ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.
Secara khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi

dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang preventif dan
yang kuratif.
1) Yang bersifat preventif, yaitu yang bermaksud mencegah terjadinya
hal-hal yang tidak dikehendaki misalnya larangan, pembatasan,
peringatan bahkan juga hukuman.
2) Yang bersifat kuratif, yaitu yang bermaksud memperbaiki, misalnya
ajakan, contoh, nasihat, dorongan, pemberian kepercayaan, saran,
penjelasan, bahkan juga hukuman.
Memelih dan menggunakan alat pendidikan yang efektif ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:
a) Kesesuainnya dengan tujuan yang ingin dicapai.
b) Kesesuainnya dengan peserta didik.
c) Kesesuainnya dengan peserta didik sebagai si pemakai.
d) Kesesuainnya dengan situasi dan kondisi saat digunakannya alat
tersebut.
2.1.7

Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan


pendidikan).
Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu

keluarga, sekolah dan masyarakat.


a) Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah
kecil orang kerena hubungan semenda dan sedarah. Selain faktorfaktor

iklim

sosial,

faktor-faktor

lain

dalam

keluarha

ikut

mempengaruhi tumbuh kembangnya anak, seperti kebudayaan, tingkat


kemakmuran, keadaan perumahannya, dan sebagainya. Dengan kata
lain, tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan
kondisi keluarganya.
b) Sekolah
Sekolah merupakan sarana yang sengaja dirancang untuk pendidikan.
Karena dengan semakin berkembangnya zaman, keluarga tidak

mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda


terhadap iptek. Oleh karena itu, sekolah seharusnya menjadi pusat
pendidikan untuk menyiapkan manusia Indinesia sebagai individu,
warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia di masa depan.
Sekolah yang demikianlah yang diharapkan mampu melaksanakan
fungsi pendidikan secara optimal, yakni mengembangkan kemampuan
serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia
dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.
c) Masyarakat
Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi,
yakni:
1. Masyarakat

sebagai

penyelenggara

pendidikan,

baik

yang

dilembagakan (jalur sekolah dan jalur luar sekolah) maupun yang


tidak dilembagakan (jalur luar sekolah).
2. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di
masyarakat, baik langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai
peran dan fungsi edukatif.
3. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang
dirancang maupun yang dimanfaatkan. Perlu pula diingat bahwa
manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu berupaya
memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya itu untuk
meningkatkan dirinya.

2.2 Pendidikan Sebagai Sistem


2.2.1 Pengertian Sistem
Beberapa definisi sistem menurut para ahli:

Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau


terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian
yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau
utuh. (Tatang M. Amirin, 1992:10)

Sistem meruapakan himpunan komponen yang saling berkaitan yang


bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. (Tatang Amirin,

1992:10)
Sistem merupakan sehimpunan komponen atau subsistem yang
terorganisasikan dan berkaitan sesuai rencana untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. (Tatang Amirin, 1992:11)
Definisi-definisi tersebut mengandung unsur persamaan yang dapat
dipandang sebagai ciri umum dari sistem, yaitu yang mencakup hal-hal
sebagai berikut:
- Sistem merupakan suatu kesatuan yang berstrukur
- Kesatuan tersebut terdiri dari sejumlah komponen yang saling
-

berpengaruh
Masing-masing komponen mempunyai fungsi tertentu dan secara
bersama-sama melaksanakan fungsi struktur, yaitu mencapai

tujuan sistem.
Dengan demikian sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan
integral dari sejumlah komponen. Komponen-komponen tersebut satu
sama lain saling berpengaruh dengan fungsinya masing-masing,tetapi
secara fungsi komponen-komponen itu terarah pada pencapaian satu
tujuan (yaitu tujuan dari sistem).
2.2.2

Komponen dan Saling Hubungan antara Komponen dalam Sistem


Pendidikan.
Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen.

Komponen tersebut antara lain: Sistem baru merupakan masukan


mentah (raw input) yang akan diproses menjadi tamatan (output), guru
dan tenaga nonguru, administrasi sekolah, kurikulum, anggaran
pendidikan, prasarana dan sarana meruapakan masukan instrumental
(instrumental input), corak budaya dan kondisi ekonomi masyarakat
sekitar, kependudukan, politik dan keamanan negara merupakan faktor
lingkungan atau masukan lingkungan (environmental input) yang secara
langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap berperannya
masukan instrumental dalam pemrosesan masukan mentah.

2.2.3

Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sistem Lain dan Perubahan


Kedudukan dari Sistem
Sistem pendidikan dapat dilihat dalam ruang lingkup makro. Sebagai

subsistem, bidang ekonomi, pendidikan, dan politik masing-masing


sebagai sistem. Pendidikan formal, nonformal, dan informal merupakan
subsistem dari bidang pendidikan sebagai sistem dan seterusnya.
2.2.4 Pemecahan masalah pendidikan secara sistematik.
Cara memandang sistem
Perubahan cara memandang suatu status dari komponen menjadi
sitem ataupun sebaliknya suatu sitem menjadi komponen dari sitem
yang lebih besar, tidak lain daripada perubahan cara memandang ruang
lingkup suatu sitem atau dengan kata lain ruang lingkup suatu

permasalahan.
Masalah berjenjang
Semua masalah tersebut satu sama lain saling berkaitan, dalam
hubungan:
- Sebab-akibat.
- Alternatif masalah
- Latar belakang masalah

Analisis sitem pendidikan


Penggunaan analisis sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk
memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan dengan cara yang
efesien dan efektif. Prinsip utama dari penggunaan analisis sistem ialah:
bahwa kita dipersyaratkan untuk berpikir secara sistematik, artinya
harus memperhitungkan segenap komponen yang terlibat dalam maslah

pendidikan yang akan dipecahkan.


Saling hubungan antarkomponen
Komponen-komponen yang baik menunjang terbentuknya suatu
sistem yang baik. Tetapi komponen yang baik saja belum menjamin
tercapainya tujuan sistem secara optimal, manakala komponen tersebut

tidak berhibungan secra fungsional dengan komponen lain.


Hubungan sistem dengan suprasistem

Dalam ruang lingkup besar terlihat pula sistem yang satu saling
berhubungan dengan sistem yang lain. Hal ini wajar, oleh karena pada
dasarnya setiap sistem itu hanya merupakan satu aspek dari kehidupan.
Sdangkan segenap segi kehidupan itu kita butuhkan, sehingga

semuanya memerlukan pembinaandan pengembangan.


Proses dan Tujuan Sistem Pendidikan
Bagaimana wujud keluaran yang dikehendaki, menjadi tujuan dari
sistem pendidikan. Tujuan ini memberikan arah kepada kegiatan sistem
untuk memproses. Secara operasional tujuan tersebut menentukan isi
dari masing-masing komponen. Sehingga tujuan memuat nilai-nilai
sebagai kaidah hidup yang mulia. Karena itu harus dipertahankan dan
diusahakan pencapaiannya.

2.2.5

Keterkaitan antara pengajaran dan pendidikan


Kesimpulan yang dapat ditarik dari persoalan pengajaran dan

pendidikan adalah:

Pengajaran dan pendidikan dapat dibedakan, tetapi tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Masing-masing saling mengisis.


Pembedaan dilakukan hanya untuk kepentingan analisis agar

masing-masing dapat dipahami lebih baik.


Pendidikan modern lebih cenderung mengutamakan pendidikan,
sebab pendidikan membentuk wadah, sedangkan pengajaran
mengusahakan isinya. Wadah harus menetap meskipun isi bervariasi
dan berubah.

2.2.6

Pendidikan Prajabatan (Preservice Education) dan Pendidikan


dalam Jabatan (Inservice Education) sebagai Sebuah Sistem.
Pendidikan prajabatan berfungsi memberikan bekal secara formal

kepada calon pekerja dalam bidang tertentu dalam periode waktu


tertentu. Sedangkan pendidikan dalam jabatan bermaksud memberikan
bekal tambahan kepada oramgorang yang telah bekerja berupa penataran,
kursus-kursus, dan lain-lain. Dengan kata lain pendidikan prajabatan

hanya memberikan bekal dasar, sedangkan bekal praktis yang siap pakai
diberikan oleh pendidikan dalam jabatan.
2.2.7

Pendidikan Formal, Non-Formal, dan Informal sebagai Sebuah


Sistem.

Pendidikan formal yang sering disebut pendidikan persekolahan,


berupa rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku, misalnya SD,
SMP, SMA, dan PT. Pendidikan nonformal lebih difokuskan pada
pemberian keahlian guna terjun ke masyarakat. Pendidikan informal
adalah suatu fase pendidikan yang berada di samping pendidikan formal
dan nonformal. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, nonformal,
dan informal ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi sulit dipisahpisahkan karena keberhasilan pendidikan dalam arti terwujudnya
keluaran pendidikan yang berupa sumber daya manusia sangat
bergantung kepada sejauh mana ketiga sub-sistem tersebut berperanan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahsan diatas dapat disimpulkan bahwa:
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Bacaan

Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes


Press.

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan.


Jakarta: Rineka Cipta.

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2008. Pengantar Pendidikan.


Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

B. Sumber Internet

http://fatamorghana.wordpress.com

http://www.4shared.com/file/174028042/80246fe/PENGERTIAN_DA
N_UNSUR-UNSUR_PEN.html

www.blogspot.com

www.google.co.id

www.google.com

www.4shared.com

Anda mungkin juga menyukai