Pemilihan Anestesi
Lokal yang Efektif
Oleh:
drg. Meiske E. Paoki, SpBM
Makassar, 16 September 2011
Riwayat hidup
Painfull dentistry
Bangkitan saraf
Golongan Ester
1. Benzoic acid esters
Peperocaine (Metycaine), Meprylcaine (Oracaine),
Isobucaine (Kincaine)
2. Para-aminobenzoic acid esters
Procaine (Novocaine), Tetracaine (Pentocaine),
Butethamine (Monocaine), Prooxycaine (Ravocaine),
2-Chloroprocaine (Nesacaine), Procaine an
Butethamine (Duocaine), Benzocaine (Hurricaine)
3. Meta-aminobenzoic acid esters
Metabutethamine (Unacaine), Primacaine (Primacaine).
drg. Meiske E. Paoki, SpBM
Golongan Amida
Lidocaine (Xylocaine), Mepivacaine
(Carbocaine), Bupivacaine (Marcaine),
Pyrrocaine (Dynacaine), Prilocaine (Citanest).
lebih poten,
tidak menimbulkan masalah toksisitas yang besar
kurang mennimbulkan reaksi alergi.
Lidocaine 2%
Paling banyak dipakai di bidang kedokteran gigi.
Efek vasodilatasi + vasokonstriktor (adrenalin 1 : 100.000).
Mepivacaine 2% atau 3%
efek vasodilatasi << tanpa vasokonstriktor
cocok untuk penderita yang kontraindikasi terhadap adrenalin
Prilocaine 4%
Potensi lidocaine
Toksisitas <<
Lama kerja >> lidocaine.
Vasokontriktor felypressin 0,03 IU/ml, atau adrenalin
(1:200.000) atau tanpa vasokonstriktor sama sekali
Cocok untuk penderita yang kontraindikasi terhadap adrenalin.
drg. Meiske E. Paoki, SpBM
11
12
13
14
15
16
Vasokonstriktor
Dosis toksik obat dipengaruhi juga oleh
penggunaan vasokontriktor (BB Pasien 60 kg).
Tanpa vasokontriktor :
dosis toksis lidocaine = 3 4 mg/kg BB 200
mg = 10 ml larutan lidocaine 2% = 5 ampul.
Dengan vasokonstriktor:
dosis toksik lidocaine adalah 7 mg/kg BB
400 mg 500 mg = 20 ml 25 ml larutan
lidocaine 2% = 10 - 15 ampul.
drg. Meiske E. Paoki, SpBM
18
Keuntungan Vasokonstriktor
1. lama kerja larutan AL
2. konsentrasi puncak larutan anestesi di dalam
darah sehingga toksisitas obat .
3. volume pemakaian larutan AL
4. kedalaman efek AL
5. efektivitas larutan AL
19
20
21
Atraumatic injection
Aspek teknis
Aspek komunikasi
22
Atraumatic injection
1. Gunakan jarum yang tajam
2. Cek kelancaran aliran larutan anestesi dalam syringe
3. Putuskan apakah perlu untuk menghangatkan cairan anestesi
atau tidak
4. Atur posisi pasien
5. Daerah injeksi diusap dan dikeringkan
6. Usap daerah injeksi dengan antiseptik
7. Usap daerah injeksi dengan anestesi topikal
8. Berkomunikasi dengan pasien
9. Memiliki pijakan tangan yang baik
10. Jaringan disibakkan
11. Jaga agar alat suntik tidak terlihat pasien
drg. Meiske E. Paoki, SpBM
23
Atraumatic injection
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
24
ARMAMENTARIUM
Pada dasarnya peralatan yang dibutuhkan pada
AL meliputi : hypodermic syringe, jarum injeksi
(needle), dan cartridge yang berisi cairan AL.
Disposable syringe
banyak dipakai cukup praktis dan sangat
ideal untuk mencegah infeksi silang (hanya
untuk satu penderita saja).
drg. Meiske E. Paoki, SpBM
25
26
Jarum Injeksi
Panjang jarum disposable
Jarum panjang : 1 1/8 sampai 1 5/8 inch (28,9 sampai 41,5
mm)
Jarum pendek: sampai 1 inch (9,4 sampai 25,5 mm).
27
28
29
Contoh :
PEHACAIN 2 ML
Lidocaine HCl 2%
cum adrenalin 1:80.000
Konsentrasi larutan anestesi Lidocaine 2% = 2
gram/100 ml larutan = 20 mg/ml larutan.
Tiap ml larutan mengandung 20 mg lidocaine HCl. Jadi
1 ampul 2 ml = 40 mg lidocaine HCl.
Konsentrasi vasokonstriktor (adrenalin) 1:80.000 =
terdapat 1 gram adrenalin dalam 80.000 ml larutan
anestesi.
Tiap 1 ml larutan terkandung 1/80.000 gram = 0,0125
mg adrenalin. Jadi 1 ampul 2 ml = 0,025 mg
adrenalin.
drg. Meiske E. Paoki, SpBM
30
31
Field Block
Larutan AL disuntikkan pada atau disekitar cabang saraf
terminal dengan tujuan untuk memblokir semua persarafan
sebelah distal dari tempat injeksi
Efek anestesi meliputi darah yang terbatas (tidak seluas pada
teknik nerve block) contoh : injeksi di sekitar apeks akar gigi
rahang atas.
Lokal infiltrasi
Larutan AL disuntikkan di sekitar ujung-ujung saraf terminal
sehingga efek anestesi hanya terbatas pada tempat difusi cairan
anestesi tepat pada area yang akan dilakukan instrumentasi.
Teknik ini terbatas hanya untuk anestesi jaringan lunak.
drg. Meiske E. Paoki, SpBM
33
Topikal anesthesia
Teknik ini mengoleskan larutan anestesi pada
permukaan mukosa atau kulit bertujuan untuk
meniadakan stimulasi pada ujung-ujung saraf bebas
(free nerve endings).
Dapat digunakan pada tempat yang akan diinjeksi
untuk mengurangi rasa sakit akibat insersi jarum.
34
35
Intraosseous injection
Injeksi dilakukan ke dalam struktur tulang, setelah terlebih
dahulu dibuat suatu jalan masuk dengan bantuan bur.
Interseptal injection
Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik intraosseous,
dimana jarum disuntikkan ke dalam tulang alveolar bagian
interseptal diantara kedua gigi yang akan dianestesi. Teknik ini
biasanya dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan injeksi
intraosseous.
Intraperiodontal injection
Jarum diinjeksikan langsung pada periodontal membran dari
akar gigi yang bersangkutan.
Pappilary Injection
Teknik ini sebenarnya termasuk teknik submukosa yang
dilakukan pada papila interdental yang melekat dengan
periosteum. Teknik ini diindikasikan terutama pada
gingivectomy, yang memerlukan baik efek anestesi maupun efek
hemostatis dari obat anestesi.
drg. Meiske E. Paoki, SpBM
36
37
38
39
40
41
42
Pembelokan Jarum
Pemakaian jarum dengan diameter kecil dapat
menyebabkan defleksi (pembelokan) jarum yang dapat
menyebabkan deposisi cairan anestesi di belakang
tahanan jaringan sehingga menghambat difusi larutan
anestesi ke saraf yang dituju. Contohnya, deposisi
cairan anestesi disebelah medial dari ligamen pterygo
mandibular akibat pembelokan jarum yang terlalu ke
medial pada inferior alveolar nerve block.
drg. Meiske E. Paoki, SpBM
44
45
46
47
48