2. Tuba Eustachius
Merupakan saluran yang menghubungkan cavum tympani dan nasofaring. Panjangnya
pada dewasa kurang lebih 37-40 mm dan pada anak dibawah umur 9 bulan kurang lebih 17,5
mm. Dari muara tuba pada cavum tympani menuju ke muara tuba di nasofaring, tuba ini
berjalan ke arah inferomedial sehingga ada perbedaan level antara muara pada cavum
tympani dan muara pada nasofaring (sekitar 15 mm).
Anatomi tuba eustachius ini dibagi menjadi 2 bagian : pars osseus dan pars cartilaginea.
Pertemuan antara pars osseus dan pars cartilaginea merupakan daerah yang paling sempit
yang dinamakan isthmus.
Pars osseus bermuara pada dinding anterior cavum tympani, bagian ini merupakan
bagian yang selalu terbuka dan merupakan 1/3 dari panjang tuba.
Pars cartilaginea merupakan 2/3 dari panjang tuba, berbentuk seperti terompet. Bagian
ini bermuara pada nasofaring dan selalu berada dalam keadaan tertutup, hanya sewaktuwaktu terbuka yaitu apabila ada kontraksi dari m. levator dan m. tensor veli palatina, yaitu
pda waktu orang menguap atau menelan.
Fungsi dari tuba eustachius :
1. Menjaga agar tekanan pada cavum tympani sama dengan tekanan pada dunia luar 1
atm.
2. Menjamin ventilasi udara dari cavum tympani.
Pada bayi ternyata tuba eustachius letaknya lebih horizontal, lumennya relatif lebih besar
sehingga keadaan ini membawa akibat seringnya terjadi otitis media pada bayi.
Gambar I.2. Gambar perbedaan Tuba Eustachius pada anak dan dewasa
Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan
masuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap. Pembukaan tuba
dibantu oleh otot tensor veli palatini apabila perbedaan tekanan berbeda antara 20-40 mmHg.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 ISPA
Hal ini merupakan penyebab tersering dari Disfungsi Tuba Eustachius. Hidung yang
tersumbat atau mucus yang timbul saat flu atau infeksi lain dapat mem-blok tuba eustachius.
Satu infeksi dapat menyebabkan tuba eustachius menjadi radang dan bengkak. Pada umunya
orang akan mengalami satu atau lebih tahap saat mereka terkena flu dan ada saatnya mereka
tidak dapat mendengar dengan baik karena adanya disfungsi tuba eustachius. Gejala gejala
pada disfungsi tuba eustachius dapat muncul sampai lebih dari seminggu (bahkan lebih lama)
atau setelah infeksi sudah tidak ada. Hal ini karena terperangkapnya mucus dan
pembengkakan dapat menghambat pembersihan walaupun infeksi sudah lama hilang.
2.4 Alergi
Alergi yang mengakibatkan efek pada hidung seperti perinial rhinitis dapat
mengakibatkan mucus berlebih dan peradangan sekitar tuba eustachius yang berujung pada
disfungsi tuba eustachius.
2.5 Blockages
Segala sesuatu yang mengakibatkan tertutupnya tuba eustachius dapat berujung disfungsi
tuba eustachius. Sebagai contoh, pembesaran adenoid. Disfungsi tuba eustachius jarang dapat
menjadi suatu gejala dari tumor yang terjadi pada bagian belakang hidung.
2.6 Penerbangan / Menyelam (Barotrauma)
Beberapa orang merasakan rasa sakit di telinga ketika mendarat saat melakukan
penerbangan. Hal itu karena tidak seimbangnya tekanan yang terjadi di sisi lain dan
membrane timpani saat pesawat turun. Saat pesawat turun, tekanan udara menjadi tinggi di
sekitar. Hal ini mendorong membran timpani masuk ke dalam dan dapat mengakibatkan rasa
sakit. Pada banyak orang, menelan dan mengunyah menyebabkan udara naik ke tuba
eustachius untuk menyamakan tekanan.
Diagnosa
Anamnesa
Endoskopi M. timpani hiperemi
Autoskop dengan valsava
Tympanometri
Pengobatan
Kadangkala, tidak ada pengobatan khusus yang dilakukan.
Pada banyak kasus, DTE yang terjadi termasuk ringan dan tidak berlangsung lama sekitar
beberapa hari sampai satu minggu. Sebagai contoh, DTE karena pilek batuk. Tidak ada
pengobatan khusus yang dibutuhkan dan gejala dengan segera akan hilang.
Mencoba mengalirkan udara ke Tuba Eustashius
Udara mengalir dan keluar dari tuba eustachi saat menelan, menguap dan mengunyah. Selain
itu, dapat dilakukan hal berikut. Tarik napas dalam-dalam. Lalu, coba untuk membuang napas
dengan mulut tertutup dan menjepit hidung (valsava maneuver). Dengan cara ini, tidak ada
udara yang keluar tapi kita dapat mendorong udara masuk ke dalam tuba eustachi. Jika
melakukan hal ini, kita akan merasakan udara terdorong masuk ke dalam telinga tengah. Hal
ini baik untuk dicoba jika telinga terasa sakit ketika pesawat mendarat/landing.
Dekongestan Nasal Spray/tetes
Hal ini disarankan oleh dokter jika mengalami batuk pilek atau hal lain yang menyebabkan
hidung tersumbat. Kita dapat mendapatkannya di bagian farmasi. Bagaimanapun juga, kita
tidak boleh menggunakan nasal dekongestan spray atau tetes lebih dari 5-7 hari. Jika
menggunakan lebih lama, akan memperburuk kongesti di nasal.
Antihistamine
Hal ini akan disarankan oleh dokter jika mempunyai alergi. Pada situasi ini, antihistamin akan
membantu untuk memperingati kongesti nasal dan peradangan.
Pada pasien ISPA/alergi sebaiknya tidak berpergian ke daerah dengan ketinggian yang
berbeda.
Untuk menyamakan tekanan di telinga tengah.
Menguap
mengunyah permen karet
Valsava
menelan
Keluhan pasien biasanya berupa rasa penuh dalam telinga atau autofoni (gema suara
sendiri terdengar lebih keras) keluhan ini kadang sangat mengganggu sehingga pasien
mengalami stress berat.
Pada pemeriksaan klinis dapat dilihat membrane timpani yang atrofi, tipis dan bergerak
pada respirasi (a telltale diagnostic sign).
Pengobatan pada keadaan ini kadang-kadang cukup dengan memberikan obat penenang
saja. Bila tidak berhasil dapat dipertimbangkan untuk memasang pipa ventilasi (Grommet)
2.8 Obstruksi Tuba
Obstruksi tuba dapat terjadi oleh berbagai kondisi, seperti peradangan nasofaring,
peradangan adenoid atau tumor nasofaring. Gejala klinik awal yang timbul pada
penyumbatan tuba oleh tumor adalah terbentuknya cairan pada telinga tengah (otitis media
serosa). Oleh karena itu setiap pasien dewasa dengan otitis media serosa kronik unilateral
harus dipikirkan kemungkinan adanya karsinoma nasofaring. Sumbatan mulut tuba di
nasofaring juga dapat terjadi oleh tampon posterior hidung (bellocq tampon) atau oleh
sikatrik yang terjadi akibat trauma operasi (adenoidektomi).
Catatan :
Otits Media Supuratif Akut < 3 mgg
Otitis Media Sub Akut > 3 mgg sampai 2 bulan
Otitis Media Supuratif Kronik > 2 bln
Sumber : Buku THT FKUI
2.9.2 Otitis Media Supuratif
2.9.2.1 Otitis Media Supuratif Akut (OMSA)
Definisi dan Patogenesis
Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah otitis media yang berlangsung selama 3 minggu
atau kurang karena infeksi bakteri piogenik.
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara
fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya pencegahan masuknya mikroba ke
dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim, dan antibodi.
10
Otitis media akut terjadi karena pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba eustachius
merupakan faktor utama dari otitis media. Karena fungsi tuba eustachius terganggu,
pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk
ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.
Dikatakan juga, pencetus terjadinya OMSA adalah infeksi saluran napas atas.
Pada anak, makin sering terserang infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan
terjadinya OMSA. Pada bayi, terjadinya OMSA dipermudah oleh karena tuba eustachiusnya
pendek, lebar, dan letaknya agak horisntal.
Kuman
penyebab
utama
ialah
hemolitikus, Stafilokokus
bakteri
aureus,Pneumokokkus.
piogenik,
Selain
itu
seperti Streptokokus
kadang
ditemukan
b.
Sekret yang telah terbentuk masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
Terapi : antibiotik (yang dianjurkan golongan penisilin atau ampisilin), obat tetes hidung,
analgetika. Pemberian antibiotik dianjurkan minimal 7 hari. Bila alergi dengan penisilin,
amak diberikan eritromisin.
Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.
c.
d.
Stadium Perforasi
Tekanan yang tinggi pada cavum timpani akibat kumpulan mucous dapat menimbilkan
perforasi pada membran timpani.
Terlambatnya pemberian antibiotik
atau
virulensi
kuman
yang
tinggi
dapat
mengakibatkan terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga
tengah ke telinga luar.
Keluhan yang dirasakan sudah banyak berkurang (karena tekanan di kavum timpani
berkurang), keluar cairan di telinga, penurunan pendengaran, keluhan infeksi saluran
napas atas masih dirasakan.
Pada pemeriksaan otoskopi meatus eksternus masih didapati banyak mukopus dan setelah
dibersihkan akan tampak membran timpani yang hiperemis dan perforasi paling sering
terletak di sentral.
Terapi : cuci telinga H2O2 3% selama 3 5 hari serta antibiotik yang adekuat. Biasanya
sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7 10 hari.
12
e.
Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan
kembali normal. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya
kering.
Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walau
tanpa pengobatan.
Komplikasi
Bila setelah 3 minggu pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi
mastoiditis.
OMSA dapat menimbulkan gejala sisa (sekuele) berupa otitis media serosa bila sekret
menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.
Bila OMSA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari 3 minggu, maka
keadaan ini disebut otitis media supuratif sub akut.
Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar selama satu setengah sampai 2 bulan, maka
keadaan ini disebut otitis media supuratif kronik (OMSK).
Beberapa faktor yang menyebabkan OMSA menjadi OMSK antara lain : terapi yang
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh
pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.
Prognosis
Prognosis pada OMSA baik bila terapi yang diberikan adekuat.
2.9.3
13
Pendahuluan
OMSK adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret
yang keluar dari liang telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin
kental, bening, atau berupa nanah.
Beberapa faktor yang menyebabkan OMSA menjadi OMSK antara lain : terapi yang
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh
pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.
OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai
setelah dewasa.
Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis),
mencapai telinga tengah melalui tuba eustachius.
Klasifikasi
a.
14
Perforasi sentral : perforasi terdapat di pars tensa (tengah) membran timpani. Bisa anteroinferior, postero-inferior, dan postero-superior, kadang-kadang sub total. Sedangkan di
seluruh tepi perforasi masih ada membran timpani.
Perforasi marginal: sebagian dari tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau
sulkus timpanikum. Referensi lain menuliskan perforasi marginal merupakan perforasi pada
pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus.
Perforasi atik : perforasi yang terletak di pars flasida.
b.
b.
Lingkungan
Genetik
otitis media sebelumnya
infeksi saluran napas atas
autoimun
alergi
gangguan fungsi tuba eustachius
Gejala Klinis
Penatalaksanaan
15
Penatalaksanaan tergantung dari jenis OMSK dan luasnya infeksi, dimana penatalaksanaan
terbagi atas pengobatan konservatif dan operasi.
2.9.4 Otitis Media Non Supuratif (Otitis Media Serosa)
Pendahuluan
Sinonim : otitis media serosa, otitis media musinosa, otitis media efusi, otitis media
sekretoria, otitis media mukoid (glue ear)
Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret nonpurulen di telinga tengah,
sedangkan membran timpani utuh.
Adanya cairan di telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi
disebut juga otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media
serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).
Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari
pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya perbedaan
tekanan hidrostatik.
Pada Otitis media mukoid, cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari
kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga
mastoid.
Otitis media serosa / otitis media sekretoria / otitis media mukoid / otitis media efusi terbatas
pada keadaan dimana terdapat efusi dalam kavum timpani dengan membran timpani
utuh tanpa tanda-tanda radang. Bila efusi tersebut berbentuk pus, disertai tanda-tanda radang
maka disebut otitis media akut (OMA).
Otitis media serosa dibagi 2 jenis : otitis media serosa akut dan otitis media serosa
kronik (glue ear)
2.9.4.1. Otitis Media Serosa Akut
Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba
yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba.
Keadaan ini dapat disebabkan antara lain:
Sumbatan tuba, dimana terbentuk cairan di telinga tengah disebabkan oleh
16
berubah.
Rasa sedikit nyeri dalam telinga dapat terjadi pada saat awal tuba terganggu, yang
menyebabkan timbul tekanan negatif pada telinga tengah (misalnya pada
barotrauma), tetapi setelah sekret terbentuk tekanan negatif ini pelan-pelan hilang.
Rasa nyeri dalam telinga tidak pernah ada bila penyebab timbulnya sekret adalah virus
atau alergi.
Tinitus, vertigo, atau pusing kadang-kadang ada dalam bentuk yang ringan.
Pengobatan
Pengobatan dapat secara medikamentosa dan pembedahan.
Pada pengobatan medikal diberikan obat vasokonstriktor lokal (tetes hidung),
antihistamin, serta perasat valsava, bila tidak ada tanda-tanda infeksi di jalan napas
atas.
Setelah satu atau dua minggu, bila gejala masih menetap, dilakukan miringotomi.
Bila masih belum sembuh dilakukan miringotomi dengan pemasangan pipa
ventilasi (Grommet tube).
Penyebab lain diperkirakan adanya hubungan infeksi virus, keadaan alergi, atau gangguan
mekanis pada tuba.
Gejala klinik:
Perasaan tuli pada otitis media serosa kronik lebih menonjol (40-50 dB), oleh karena
atau keabu-abuan.
Pengobatan:
Pengobatan yang harus dilakukan adalah mengeluarkan sekret dengan miringotomi
Tuba Eustachius adalah bagian dari telinga tengah yang berupa saluran yang
menghubungkan cavum tympani dan nasofaring. Dari muara tuba pada cavum tympani menuju
ke muara tuba di nasofaring berjalan ke arah inferomedial. Tuba eustachius ini dibagi menjadi:
pars osseus dan pars cartilaginea.
Fungsi dari tuba eustachius adalah menjaga agar tekanan pada cavum tympani sama
dengan tekanan pada dunia luar dan menjamin ventilasi udara dari cavum tympani. Tuba
biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan masuk ke telinga
tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap. Pembukaan tuba dibantu oleh otot
tenso veli palatini apabila terdapat perbedaan tekanan.
Disfungsi Tuba Eustachius merupakan suatu keadaan terbloknya tuba eustachius atau
tidak bisa terbuka secara baik, terbuka abnormal, myoklonus palatal, palatoskisis, dan obstruksi
tuba. Saat udara tidak dapat masuk ke dalam telinga tengah, tekanan udara di luar membran
timpani lebih besar dibandingkan tekanan udara di telinga tengah sehingga mendorong membran
18
timpani masuk ke dalam. Membran timpani menjadi tegang dan tidak bergetar dengan baik
ketika dilalui oleh gelombang suara.
Gejalanya yaitu pendengaran tidak tajam, dapat juga dirasakan nyeri, terasa penuh dalam
telinga, tinnitus (telinga berdenging), dan pusing. Salah satu atau kedua telinga dapat terkena.
Gejala dapat muncul dari beberapa jam hingga beberapa minggu atau lebih, tergantung
penyebabnya.
Untuk mendiagnosa dilakukan anamnesa, endoskopi, autoskop dengan valsava, dan
tympanometri. Kadangkala pada pengobatan disfungsi tuba eustachius tidak ada pengobatan
khusus yaitu cukup dengan menelan, mengunyah, menguap, atau dengan perasat valsava. Namun
pada keadaan tertentu seperti batuk, pilek, alergi, dan otitis media dapat diberikan dekongestan
nasal spray, antihistamine, steroid nasal spray, hingga operasi.
19