Anda di halaman 1dari 8

BASRI SI TUKANG KORAN

Hari ini cuaca sangat cerah, secerah semangatku, seperti biasa hari ini aku berjualan koran di
alunan kota.
Koran- koran.....korannya pak...., buk...........
Koran- koran.....
Koran berita tarbaru dari bank century...koran......
Tiba- tiba.....
Bas...ri... woi.... basri......! cepatlah kemari aku mau membeli koranmu !
Hah... Basri memalingkan wajahnya dan melihat seseorang yang memanggilnya.
Tunggu sebentar...basri berlari ke arah lelaki setengah baya yang memanggilnya
ini korannya pak silakan. sambil memberikan korannya kepada pak Udin yang merupakan
seorang pengusaha kayu di kampungnya dan telah menjadi langganannya setiap pagi
setelah memberikan uang kepada Basri, tiba- tiba lelaki setengah baya itu bertanya kepada nya .
hey Basri kenapa kau menjual koran, apa kamu tidak sekolah ?
Tentu saja aku sekolah, tapi masuk sore, setiap pagi aku menjual koran untuk membantu biaya
sekolahku.
Apakau tidak malu jika ada temanmu yang melihat dirimu sedang menjual koran di jalanan ?
Kenapa harus malu ? itukan memang kenyataannya, aku tidak akan marah bila suatu saat mereka
melihat dan mengejekku, justru aku akan sangat malu bila aku tidak dapat sekolah dan tidak
dapat mewujudkan cita- cita ku.
Lelaki setengah baya itu terdiam sejenak, dalam dirinya dia merasa kagum pada sosok Basri
yang penuh semangat, lalu dia melanjutkan perkataannya lagi
Memangnya apa yang kamu cita- citakan ? dan kenapa harus kamu yang bekerja ? orang tuamu
kemana ?
Dengan bangganya Basri menjawab dengan lantang aku ingin menjadi PILOT, dan
mengelilingi dunia, lalu dia melanjutkan ucapannuya, Aku harus bekerja untuk masadepanku,
dan keluargaku, ayah ku sudah meninggal dunia, ibuku hanyalah seorang buru tani biasa, dan
aku mempunyai seorang adik perempuan yang baru berusia lima tahun.
Oh....! apa kalian tidak pernah merasa kekurangan ?
Kami sering merasa kekurangan, tapi kami tidak pernah meminta- minta, kami selalu bahagia
dan bersyukur kepada Tuhan YME karna kami dapat bertahan hingga kini itu sudah cukup.

Sekali lagi lelaki setengah baya itu kagum terhadap Basri. Ia senang melihat Basri yang penuh
dengan semangat pantang menyerah

Pak udin, woi pak udin, Basri menyadarkan pak udin dari lamunanya.
Dapa Bas...!
Pak saya pergi dulu ya, saya mau jualan koran lagi, koran saya masih banyak, belum habis,
sampai jumpa lagi....dah.....!!!
Ok... lah kalau begitu, sampai jumpa........
Basri melanjutkan kembali penjualan korannya, cahaya matahari yang mulai terasa tak
menyurtkan semangatnya, ia terus berjualan sampai tiba waktunya untuk dia sekolah.
Alhamdulillah korannya sudah habis, katanya dengan perasaan senang, kemudian dia melirik
jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 11.00.
Baiklah sudah waktunya untuk pulang dan sekolah !! dengan segera dia meninggalkan tempat
penjualan korannya dan segera pulang.
Assalam mua alaikum !! Tidak ada yang menyahut, mungkin ibu belum pulang dari sawah,
pikirnya dalam hati.
Sebelum basri berangkat kesekolah terlebih dahulu dia menyempatkan diri memasak nasi dan
air. Setelah selesai memasak ia menaruhnya di rantang, seusai mandi dan memakai peralatan
sekolah, diambilnya rantang tersebut dan di kayunya depeda tua peninggalan ayahnya menuju ke
sawah dimana ibu dan adik kecilnya berada.
Sesampainya disana, matanya mencari- cari dimana ibunya berada, kemudian matanya tertuju
pada sosok seorang wanita tua yang sedang mengusap dahinya yang basa karena keringat ,
wajahnya terlihat sangat letih, tidak lain wanita itu adalah ibu Basri. Basri menghampiri wanita
tua itu.
Ibu ini Basri bawakan makan siang untuk ibu dan adik.
Wanita tua itu menoleh, dan menerima pemberian bekal dari anaknya. Terima kasih ya nak.
Kamu sudah makan ? kalau belum yuk kita makan sama- sama.
Tidak usah buk, basri sudah makan dirumah, ini untuk ibu dan dini saja.
oh ya buk basri pamit pergi ke sekolah dulu y. Sambil mencium tangan ibunya dan berajak
pergi.
Hati- hati dijalan, dan belajarlah dengan sungguh- sungguh y.......

Perlu waktu 1 jam setengah untuk sampai di sekolah Basri, namun Basri tidak pernah mengeluh
ia terus mengayuh sepeda tuanya yang melaju di alunan kota, berusa untuk datang tepat waktu
itulah tujuannya.
Huh akhirnya sampai juga aku kesekolah, karna merasa haus dan letih diambilnya sebotol
minuman yang ada di dalam tas goni yang dibuatnya sendiri sambil berjalan masuk ke ruang
kelasnya.
Ketika ia sampai di kelas sudah banyak teman- teman nya yang datang, tak lama kemudian bel
tanda masuk pun berbunyi .
Selamat sore anak- anak . sapa buk Sri yang menjadi wali kelas mereka, sekaligus merangkap
sebagai guru bidang studi B. Indonesia.
Sore buk....... jawab para siswa nya dengan penuh semangat
Bailah sekarang kita akan belajar tentang.....................................................
Selama pelajaran berlangsung, Basri mengikutinya dengan baik, tanpa ada perasaan bosan.
Sampai waktu belejar usai.
Tak terasa akhinya pelajaran hari itu pun selesai, Basripun bergegas kembali ke rumahnya
Basri tiba di rumahnya ketika jam menunjukkan pukul 07.00 WIB, setelah menjalankan sholat
Magrib dan makan bersama keluarganya, Basri kembali belajar.
Gelisah rasanya apabila ia tidak membaca buku setiap hari, walau pun hanya di terangi dengan
sebuah cahaya lampu neon.
Basri jaga adikmu sebentar, ibu mau membuat jamu dahulu ibunya berkata pada Basri
Basri mengangguk dan menjalankan perintah ibunya tanpa adanya bantahan, sambil menjaga
adiknya basri mencoba mengulangi pelajaran yang di dapatnya di sekolah.
Beberapa jam kemudian..............
Huah....ngantuk, Basri berkata pada dirinya sendiri, ketika dilihatnya adiknya suda tertidur
pulas, ia menyelimutinya , namun ketika ia hendak memejamkan mata ia teingat pada ibunya
yang masih membuat jamu, niatnya untuk tidur diundurkannya kemudian ia menghampiri
ibunya.
Ibu...., sini biar Basri ban......tu.., kata katanya terputus ketika melihat ibunya ketiduran sambil
bersandar di lemari dapur. Ia tidak tega membangunkan ibunya yang kelihatannya sangat
mengantuk dan wajahnya kelihatanletih sekali. Karna jamu buatannya ibunya belum selesai
dibuat akhinya dia yang mengerjakan nya sendiri.
Keesokan harinya.....!
Siapa yang mengerjakan semua ini ? ibunya heran jamunya semua sudah siap dan terbungkus
rapi di plastik, tinggal di jual ke beberapa kedai saja, padahal seingatnya dia ketiduran saat
sedang mengerjakannya.

Basri......, ???? wanita tua itu teringat pada Basri, ia yakin bahwa Basri lah yang
mengerjakannya.
Wanita tua itu kemudian tersenyum, dalam dasar hatinya dia bangga mempunyai anak seperti
Basri.
Sekarang Basri sedang berjualan koran.
Itulah yang dilakukannya setiap hari dengan wajah ceria tanpa mengenal lelah.
Sampai pada suatu hari, ketika ia hendak pergi kesekolah.
Uhuk...ukhuk.....!!!
Itu suara ibunya, Basri segera menghampiri ibunya dan memberikan ibunya minum. Basri tidak
tega meninggalkan ibunya.
Basri, sudahlah kamu pergi sekolah saja sana, ibu tidak apa- apa !! ibunya berkata sambil
terbatuk- batuk, wajahnya terlihat sangat pucat, dan tubuhnya sangat lemas sekali.
Tidak, biar hari ini Basri manjaga ibu saja ! Basri yang melihat kondisi ibunya, tidak tega
meninggalkan ibunya sendiri.
Sudah hampir 2 minggu Basri tidak pergi kesekolah ia menjaga dan merawat ibunya yang sakit
dan adiknya yang masih kecil, semakin hari kondisi ibunya semakin lemah, sayangnya ibunya
tidak mau tibawa ke dokter.
Basri menggantikan semua pekerjaan ibunya, mulai dari menjual koran , membuat jamu, pergi ke
ladang, dan menyelesaikan pekerjaan rumah lainnya, ia melaksanakannya dengan tulus dan
ikhlas.
Setiap hari ia selalu berdoa agar ibunya deberi kesehatan, dan kesembuhan dan dirinya selalu
diberi kekuatan dalam menjalani ujian kehidupan
Ayah jika kau ada disini apa yang kau lakukan, katanya ketika dia duduk di depan rumahnya
Aku harus menentukan pilihan.........ya aku harus.........
Keesokan harinya...
Tok...tok...tok.. Assalam Mualaikum permisi......
Basri yang baru pulang dari sawah segera membuka pintu, sepertinya dia kenal dengan suara itu,
kemudian betapa terkejutnya dia melihat siapa yang datang.
Waaa..i..kum sa..lam
Ibu Sri.....?? silakan masuk bu maaf rumah keadaan kami seperti ini.
Ah terima kasih tidak apa- apa kok ! sebenarnya kedatangan ibu kemari hanya .......
Saya sudah tau buk...! belum selesai ia berkata , sudah di potong oleh Basri yang sudah tau
maksuh wanita itu datang kerumahnya.

Ibu saya sedang sakit, tidak ada yang merawatnya, adik saya masih kecil, itulah alasan saya
tidak masuk sekola, maafkan saya,karna tidak memberitahukannkya, sebenarnya saya mau pergi
kesekolah tapi saya belum bisa meninggalkannya sendiri dalam kondisinya yang seperti sekarang
ini.
Sebenarnya ibumu sakit apa, apa sudah di bawa ke dokter.....?
Saya juga tidak tau, Ibu tidak mau di ajak ke dokter, katanya biaaya nya sangat mahal.
Hm.... buk sri mengakguk- anggukkan kepalanya. jadi kapan kamu akan masuk sekolah lagi ?
bu sri melanjutkan pertanyaannya.
Setelah diam sejenak, Basri mulai menjawab, saya akan berhenti sekolah buk !
Keheningan terjadi beberapa saat.
Buk sri menghela nafas dalam- dalam, dia tau alasan yang membuat muridnya berhenti sekolah.
dalam dasar hatinya ia sedih karna kehilangan muridnya yang pandai, dan sopan itu tapi ia
tak dapat berbuat banyak dan tak tau apa yang harus ia katakan lagi.
Oh begitu, sayang sekali ya......
Bu Sri melirik jam tangannya, Basri Ibu pamit pulang dulu y sudah sore, ini ada sedikit uang
buat kamu ibu harap kamu mau menerimanya. Salam buat ibumu ya , semoga ibumu cepat
sembuh.
Te..terima kasih banyak buk, untuk semuanya.......
Sama- sama, Basri ..........
Ya ....
Ibu ingatkan, Kau boleh berhenti sekolah, tapai kau tidak boleh berhenti belajar lakukanlah hal
yang terbaik, dan cobalah hal- hal baru, wujudkan cita- cita mu, raihlah mimpimu, jangan
pernah melihat kebelakang jika kau ingin berada di depan.
Sejenak Basri terdiam lalu tersenyum dia tau apa maksud perkataan gurunya.
1 tahun kemudian
kondisi ibunya sudah mulai stabil, walaupun masih memerlukan istirahat yang cukup.
Basri ingin mewujudkan mimpinya, ia sedang berpikir apa yang akan dia lakukan untuk
mewujudkan mimpi- mimpinya.
Saat itu ketika Basri sedang termenung memandang burung- burung kecil yang beterbangan di
angkasa, ia teringat akan cita- citanya, dan dari situ lah ia mendapatkan suatu inspirasi.
OK akan ku coba...........!!!! bisiknya dalam hati, setelah ia mendapatkan ide, kemudian ia
mencari suatu benda yang dapat membantunya.
Hah...ketemu juga...!!! dia mulai membuka celengannya dan menghitung jumlahnya, ini adalah
hasil penjualan korannya yang selalu ia sisihkan setiap hari untuk masa depannya.
Seribu, sepuluh ribu...........wah ternyata sudah satu juta. Dengan bangganya ia memberi tahu
ibunya.
Mau kauk belikan apa uang itu Basri.....? tanya ibunya penasaran

Untuk modal bu, Basri mau buka usaha...!


Buka usaha....? apakau serius, tidak takukt gagal ????
Basri serius, kenapa mesti takut gagal kalau kita ingin buka usaha kita harus yakin pada diri
kita.
Ibunya tersenyum, lakukanlah hal yang kau suka selagi itu baik dan berguna ibu akan
mendukungmu.
Baiklah bu, Basri pamit dulu ya mau pergike tempat pak Udin sebentar, Assalam Mualaikum
Waalaikum salam jawab ibuny a sambil memandang kepergian anaknya.
Tok .. tok ...tok.. Assalam mualaikum...permisi, pak Udin.......!! sambil mengetuk pintu rumah
pak udin.
Tak lama kemudian terdengar suara langkahan kaki diikuti suara yang tak asing lagi di telinga
Basri.
Waalaikum salam, Tunggu sebentar ....!! siapasih sore- sore begini....
Setelah membuka pintu. .
Basri....? ada apa kau datang kemari
Pak saya mau membeli kayu, papan, dan tripleks. Bapak bisa memberikannya ?
Hm...hm ... pak udin merasa heran, dengan apa yang didengarnya, baik lah mari masuk kau
bisa memilih kayu dan papan mana yang kamu sukai tempatnya ada di belakang
Terima kasih pak ! udin pun mulai mencari beberapa kayu dan papan yang akan di belinya,
setelah ia menemukannya ia membawanya kepada pak Udin.
Pak saya akan membeli yang ini, berapa semuanya ?
Ini Rp. 300.000, oh ya untuk apa kau membeli ini Basri ?
Nanti Pak Udin juga akan tau sendiri, sudah dulu ya, Basri pamit pulang ni uangnya,
terimakasih ya pak Assalam mualaikum.
Waalaikum salam.. jawab pak Udin.
Basri telah membulatkan tekatnya bahwa dia harus mewujudkan cita- citanya, dia tidak dapat
diam saja bila ia ingin berhasil.
Hari ini Basri kelihatan sangat sibuk, ia sedang menggambar beberapa pola diatas tripleks,
setelah semua nya selesai ia memotong, dan menyambungkan bagian- bagian dari pola tersebut,
ia bekerja sangat tekun, dan teliti.
Hari demi haripun berlalu.
Alhamdulillah, akhirnya semuanya selesai.( ia berkata dengan bahagia )
misi yang dikerjakan Basri selesai juga, ia dapat membuaat 3 buah pesawat tebang dengan
bahan dasar kayu dalam seminggu.
Dia sangat menikmati pekerjaannya, selesai berjualan koran ia langsung membuat pesawat
terbang lagi. Kemudian ia memasarkannya ke toko- toko mainan ataupun miniatur, harga yang ia
berikan pun terjangkau.
Pak Udin yang sudah mengetahui Usaha Basri , mengajaknya bekerja sama, Basri menerima
tawaran dari pak Udin, mereka bersama- sama bekerja dan memperluas lagi usahanya.

Berkat kerja keras mereka akhirnya mereka dapat memasarkan hasil ciptaannya hingga keluar
kota.
Apa yang sedang kau pikirkan Basri ? suara pak Udin mengejutkan Basri yang melamun.
Ah tidak apa- apa, aku hanya sedang berpikir, akan lebih menarik lagi apabila kita membuat
pesawat tebang yang bisa dimainkan dan diterbangkan dengan menggunakan alat pengontrol,
dari pada membuat pesawat terbang yang hanya bisa dilihat dan dipajang saja.
Betul juga sih kamu, tapi bagaimana cara membuatnya, apa kamu bisa...?
Entahlah aku tidak yakin, tapi akan ku coba.
Basri mulai membuat rancangan tentang pesawat tebang yang hendak dibuatnya dengan
menggunakan alat pengontrol, ia mengalami kesusahan dalam menghubungkan keduanya tapi ia
terus berusaha, dalam hal ini Basri selalu gagal- gagal dan gagal, tetapi kegagalannya tidak
membuatnya patah semagat ia justru merasa tertantang, walaupun dalam hal ini banyak orang
yang tidak yakin pada usahanya.
4 bulan telah berlalu dan selama ini Basri selalu gagal
Sekali lagi kita coba, kata Basri dalam hati karna merasa belum puas.
Ia membuat pesawat tebang yang lebih ringan , kali ini ia menggunakan kardus
Kemudian menghubungkannya dengan alat pengontrol, awalnya pesawatnya hanya bisa bergerak
namun tidak bisa tebang. Basri mengamati pesawat terbangnya.
Ya Allah bantulah hambamu ini katanya dalam hati , ia kembali mengotak- atik
pesawatnya,dengan penuh perhitungan dan kehati- hatian ia mulai mencobanya kemudian......
Bismillahirrahmaanirrahiim Basri mulai menjalankan pesawat terbangnya dan......
Wajahnya seketika berubah Allhamdulillah aku berhasil, pesawatnya dapat terbang dengan
sempurna.
Basri memberi tahukannya kepada pak Udin, dan keluarganya, mereka terkejut dan senang karna
Basri telah berhasil.
Kini pak Udin dan Basri mulai memasarkan produk terbaru mereka, alhasil produk terbaru
mereka sangat meledak di pasaran.
Kini produk mereka tidak hanya di jual di dalam negri, mereka telah mengekspor produk buatan
mereka hingga ke luar negri
Pegawai mereka pun bertambah, pesanan mereka datang dari beberapa penjuru dunia, kini nama
mereka tidak asing lagi terdengar oleh Dunia sebagai pengusaha berbakat dan terkenal.
Terimakasih ya Allah, atas karuniaMU, ibu terima kasih atas dukungamu, Basri berkata sambil
memeluk dan mencium tangan ibunya.
Ibu bangga padamu sayang !! sambil mencium kening Basri
kini rumah Basri telah berubah, sekarang mereka tidak merasa gelap lagi, rumahnya sudah
dipenuhi dengan cahaya- cahaya lampu yang bersinar terang. Kini Basri tidak berjualan koran
lagi, melainkan dia sudah menjadi agen koran dan mempunyai anak buah yang dapat
membantunya menjual koran.

Basri pun sudah mampu menyekolahkan adikknya, dan dia berharap adikknya tidak seperti
dirinya yang putus sekolah.
Suatu hari di pekarangan rumah Basri.
Basri.... apa aku boleh bertanya ?
Basri memalingkan wajah ke arah pria yang berkata padanya
Pak Udin, ! tentu saja apa yang ingin bapak tanyakan ?
Dulu kau pernah berkata padaku bahwa cita-cita mu adalah menjadi seorang pilot, dan kau ingin
sekali pergi keliling dunia yakan ? lalu apa kau rasa cita- citamu terwujud ?
Ya kau benar, cita- cita ku ingin menjadi Pilot dan dapat keliling dunia, tetapi setelah aku
berpikir rasanya tidak mungkin kalau sampai aku meninggalkan keluargaku, aku adalah anak
paling besar, tugasku sekarang adalah melindungi, merawat, dan menjaga mereka,
Tetapi setidaknya aku sangat senang, dan bersyukur walaupun tidak menjadi Pilot di sebuah
pesawat terbang sungguhan, dan keliling dunia, tapi aku telah berhasil menciptakan dan menjadi
pilot disebuah miniatur pesawat tebang, semua orang menyukai karyaku, namaku dan namamu
sudah terkenal di mata dunia. Itu sudah cukup bagiku walaupun hanya namaku yang mampu
keliling dunia, setidaknya dunia mengenalku.
Kau benar, setidaknya nama mu dan nama ku terkenal di mata dunia, dan sudah pasti mereka
mengenalkita bukan....!
Ha.....ha......ha.....
Mereka tertawa denagan senangnya. Keceriaan dan kegembiraan terpancar di wajah mereka

Anda mungkin juga menyukai