Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Thyphoid merupakan permasalahan kesehatan penting dibanyak negaraberkembang.
Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap tahunnya. Di
Indonesia diperkirakan insiden demam typhoid adalah 300 810 kasus per 100.000
penduduk pertahun, dengan angka kematian 2%. (Sudono, 2006).
Thypoid abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita, baik di
perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kualitas
kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan seperti lingkungan kumuh, kebersihan tempattempat umum yang kurang serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup
sehat. Di Indonesia penyakit ini bersifat endemik. Telaah kasus di rumah sakit besar di
Indonesia kasus demam tifoid menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun
(Supari, 2006).
Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada
umur 5- 9. Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai
dapat mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi
kurang bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila terdapat demam terusmenerus lebihdari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan diperkuat
dengan kesan anak baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau diare
beberapa hari (BahtiarLatif, 2008).
Dari uraian tersebut, jelas bahwa anak-anak sangat rentan untuk mengalami demam
tifoid. Thypoid sebenarnya dapat menyerang semua golongan umur, tetapi biasanya
menyerang anak usia lebih dari 5 tahun. Itulah sebabnya demam tifoid merupakan salah
satu penyakit yang memerlukan perhatian khusus. Penularan penyakit ini biasanya
dihubungkan dengan faktor kebiasaan makan, kebiasaan jajan, kebersihan lingkungan,
keadaan fisik anak, daya tahan tubuh dan derajat kekebalan anak.
Perlu penanganan yang tepat dan komprehensif agar dapat memberikan pelayanan
yang tepat terhadap pasien. Tidak hanya dengan pemberian antibiotika, namun perlu juga
asuhan keperawatan yang baik dan benar serta pengaturan diet yang tepat agar dapat
mempercepat proses penyembuhan pasien dengan thypoid.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah proses pembelajaran, diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan
keperawatan sistem integumen pada klien dengan Thypoid.
1.2.2
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami:
a Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
b Definisi Thypoid
c Etiologi Thypoid
d Patogenesis Thypoid
e Manifestasi Klinis Thypoid
f Pencegahan Thypoid
g WOC Thypoid
h Pemeriksaan Penunjang Thypoid
i Penatalaksanaan Thypoid
j Komplikasi Thypoid
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi
Jejunum
diserap
ke
hati
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada
derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pancreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari.
b. Usus Kosong (Jejunum)
Usus kosong atau jejenum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian dari
usus halus, diantara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah
bagian usus kosong.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili),
yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus
dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat
dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit
sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
c. Usus Penyerapan (Ileum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum
dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
2. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :
kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid
(berhubungan dengan rectum). Banyaknya bakteri yang terdapat didalam usus besar
berfungsi mencerna makanan beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
reptil.
Sebagian besar herbivore memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora ekslusif
memiliki yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
4.Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada
organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis
menyebabkan
apendiks
pecah
yang
parah
dapat
atau peritonitis (infeksi rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau
dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah ujung buntu
tabung yang menyambung dengan caecum.
Demam
tifoid
termasuk
penyakit
menular
yang
tercantum
dalam
atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi yang
mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala
penyakit infeksi sistemik, seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut
(Sudoyo A.W., 2010).
2.5 Manifestasi Klinis Thypoid
Gejala Klinis yang biasa ditemukan pada penyakit Thypoid, yaitu :
1. Demam
Pada kasus kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris
remitten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsur angsur meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu
kedua,penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu
badan berangsur angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah pecah. Lidah
ditutupi selaput putih kotor, ujung ditemukan kemerahan , jarang ditemui
tremor.Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limfa
membesar disertai nyeri pada perabaan.Biasanya didapatkan konstipasi akan tetapi
mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
3. Gangguan keasadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis
sampai samnolen. Jarang stupor, koma atau gelisah.
Disamping gejala gejala yang biasanya ditemukan tersebut, mungkin pula ditemukan
gejala lain. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan bintik bintik kemerahan
karena emboli basil dalam kapiler kulit.Biasanya dtemukan alam minggu pertama demam
kadang kadang ditemukan bradikardia pada anak besar dan mungkin pula ditemukan
epistaksis (Ilmu Kesehatan Anak,jilid 2,2003).
2.6 Pencegahan Thypoid
Secara umum untuk memperkecil kemungkinan tercemar (Salmonella Typhi ) maka
setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang mereka
konsumsi. Salmonella Typhi di dalam air akan mati apabila di panaskan setinggi 570C
untuk beberapa menit atau dengan proses iodinasi atau klorinasi. Untuk makanan
pemanasan sampai suhu 570 C beberapa menit dan secara merata juga dapat mematikan
kuman Salmonella typhi. Penurunan endemisitas suatu negara atau daerah tergantung baik
pada baik buruknya pengadaan sarana air dan pengaturan pembuangan sampah serta
tingkat kesadaran individu terhadap higiene pribadi. Imunisasi aktif dapat membantu
menekan angka kejadian demam typhoid. ( Sumarmo S.dkk 2008 ).
2.7 Pemeriksaan Diagnostik Thypoid
Penegakan diagnosis demam tifoid didasarkan pada manifestasi klinis yang diperkuat
oleh pemeriksaan laboratorium penunjang. Penelitian yang menggunakan berbagai metode
diagnostik untuk mendapatkan metode terbaik dalam usaha penatalaksanaan penderita
demam
tifoid
secara
menyeluruh
masih
terus
dilakukan
hingga
saat
ini
2.
disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat
antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O, berasal dari tubuh
kuman
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H, berasal dari flagel
kuman
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi, berasal dari simpai
kuman
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
2.8 Penatalaksanaan Thypoid
Penalaksanaan thypoid terdiri dari 3 bagian yaitu :
1. Perawatan
Penderita thypoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi dan
pengobatan. Penderita harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari. Besar
demam / kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk
mencegah komplikasi perdarahan / perforasi usus. Penderita dengan kesadaran
menurun, posisi tubuhnya
harus
diubah-ubah
pada
generasi
ketiga
amtara lain
adalah nadi cepat, tekanan darah turun dan bahkan sampai syok.
b. Komplikasi Extraintestinal
Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (syok, sepsis), miokarditis,
hemolitik.
Komplikasi paru : pneumoni, empiema, dan pleuritis
Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis
Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis
Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis
Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis,
4. BAB 3
5. ASUHAN KEPERAWATAN
6.
A. Pengkajian
1. Identitas
7. Beberapa komponen yang ada pada identitas meliputi nama, jenis
kelamin, umur, alamat, suku bangsa, agama, No.registrasi, pendidikan,
pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal dan jam masuk Rumah
Sakit.
2. Keluhan Utama
8. Keluhan utama yang dirasakan oleh klien typhoid biasanya mengeluh
adanya demam.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
9. Umumnya yang dirasakan pada klien dengan typhoid adalah demam,
perut terasa mual, adanya anorexia, diare atau konstipasi,dan bahkan
menurunnya kesadaran.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
10. Perlu ditanyakan apakah klien sebelumnya pernah mengalami typhoid
atau penyakit menular yang lain.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
11. Ditanyakan apakah keluarga pernah menderita penyakit yang sama atau
penyakit yang lainnya.
6. Pola nutrisi dan metabolik
12. Adanya nausea dan vomitus serta anorexia akan mempengaruhi status
gizi. Pengukuran TB dan BB jika memungkinkan akan memperlihatkan
adanya penurunan atau peningkatan status gizi klien.
13.
B. Pemeriksaan Fisik
14.
B1 (Breathing)
B2 (Blood) :
TD menurun, diaforesis terjadi pada minggu pertama, kulit pucat,
B3 (Brain)
Pada klien dengan typhoid biasanya terjadi delirium dan diikuti
B5 (Bowel)
17.
Lidah kotor, terdapat selaput putih, lidah hiperemis, stomatitis,
muntah,kembung, adanya distensi abdomen dan nyeri abdomen, diare atau
konstipasi, penurunan bising usus kurang dari 5x/menit pada minggu
pertama dan selanjutnya meningkat akibat adanya diare. adanya hepatomegali,
splenomegali, mengidentifikasi adanya infeksi pada minggu kedua. Adanya
nyeri tekan pada abdomen.
B6 (Bone)
Adanya respon sistemik yang menyebabkan malaise. Kelemahan
18.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhosa
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat akibat mual,muntah dan anorexia.
3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada hati dan limpa.
4. Gangguan pola eliminasi : konstipasi berhubungan dengan gangguan
absorbsi pada usus halus
5. Cemas berhubungan dengan proses hospitalisasi
20.
D. Intervensi Keperawatan
1. Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thyposa
21.
NOC :
termoregulasi; keseimbangan antara produksi panas, peningkatan panas
normal
22. NIC
Pantau hidrasi (turgor kulit, kelembapan mukosa)
pantau TD, Nadi dan pernapasan
kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan sesuai dengan suhu lingkungan
pantau suhu minimal setiap dua jam sesuai dengan kebutuhan
Berikan obat antipiretik jika perlu
Selera makan; keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau
menyusui
Status gizi; tingkat ketersediaan zat gizi untuk memenuhi kegiatan metabolic
Status gizi: pengukuran biokimia; komponen dan kimia cairan yang
25. NIC
Kaji Selera makan; keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau
27.
NOC
29.
NIC
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.STUDI KASUS
44.THYPOID
Klien kiriman UGD bernama An. D masuk ke ruang rawat inap anak pada
45.
hari sabtu 11 Juni 2011 jam 08.30 wib diantar oleh keluarga dengan keluhan demam naik
turun sejak hari selasa 7 Juni 2011, nafsu makan tidak ada, lemah, muntah 2x sejak hari
senin. Keluarga mengatakan pada hari selasa tersebut telah berobat ke puskesmas tetapi
panasnya tidak turun, kemudian pada hari kamis klien berobat ke poly anak RSI Ibnu
Sina dengan Dr.Hj. Rahmi Yetti K, SpA dan beliau menganjurkan agar klien periksa darah
ke lab dan dirawat di rumah sakit. Setelah dilakukan pemeriksaan darah, ternyata pasien
didiagnosa positif menderita thypoid, selama dirawat anak terlihat gelisah dan sering
menangis sehingga keluarganya cemas dan menginginkan anak agar segera pulang.
46.
ANALISA DATA :
47.
48. Data-Data
49. Masalah
Keperawatan
50. 51. DS :
52. Keluarga mengatakan demam naik turun,
1
klien mengatakan nyeri dan sakit pada kepala
53. DO :
54. Klien tampak gelisah, kulit kemerahan, suhu
tubuh meningkat sore-malam hari
56. 57. DS :
58. Keluarga mengatakan klien tidak mau
2
makan dan muntah sudah 2x, klien mengatakan
perutnya mual
59. DO :
60. Makan hanya habis porsi, mata cowong,
konjugtiva anemis
55. Hipertermi
61.
63. 64. DS :
65. Keluarga mengatakan anaknya sangat rewel,
3
keluarga selalu menanyakan kapan anaknya boleh
68. Cemas
pulang
66. DO :
67. Klien gelisah dan sering menangis, keluarga
ikut gelisah melihat anaknya menangis terus
69. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1.
2.
3.
kehilangan panas
termoregulasi: neonates; keseimbangan antara produksi panas, peningkatan panas
Selera makan; keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau sedang
menjalani pengubatan
Pembentukan pola menyusu: bayi; bayi melekat ked an menghisap dari payudara
78.
79.NIC
Kaji Selera makan; keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau
kebutuhan nutrisi.
Buat perencanaan makan sesuai dengan selera pasien
Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien
Suapi pasien jika perlu
Manajemen nutrisi: berikan pasien minuman dan kudapan bergizi tinggi protein,
tinggi kaori yang siap dikonsumsi dan ajarkan pasien tentang cara membuat
84.
85.
BAB 4
PENUTUP
a. Kesimpulan
86. Penyakit demam tifoid (typhoid fever) yang biasa disebut tifus merupakan
penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella, khususnya turunannya yaitu
Salmonella typhi yang menyerang bagian saluran pencernaan. Penyebab dari penyakit ini
adalah melalui minuman/makanan yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita
atau pembawa kuman dan biasanya keluar bersama-sama dengan tinja. Penyakit thypoid
ditandai dengan demam yang intermitten, mual dan muntah, serta bisa juga gangguan
kesadaran. Thypoid dapat dicegah dengan memperhatikan kualitas makanan dan
minuman yang mereka konsumsi. Salmonella Typhi di dalam air akan mati apabila di
panaskan setinggi 57 derajat celcius untuk beberapa menit atau dengan proses iodinasi
atau klorinasi. Diagnosa keperawatan pada klien dengan thypoid adalah hipertermi,
kurangnya intake nutrisi dari kebutuhan tubuh, gangguan pola eliminasi konstipasi, dan
cemas, dan nyeri akut.
b. Saran
87.
terus mempelajari asuhan keperawatan pada pasien dengan thypoid secara komprehensif.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
7. DAFTAR PUSAKA
8.
9. Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Depkes RI,
Jakarta
10. Hidayat AA, (2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (Edisi 2), Jakarta, Salemba
Medika.
11. Mansjoer, Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.
12. Ngastiyah. ( 2005). Perawatan Anak Sakit . ed 2. Jakarta : EGC
13. Nursalam dkk, (2005), Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Salemba Medika.
14. Saifuddin, (2006), Anatomi Fisilogi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3, Jakarta :
EGC.
15. Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba
Medika. Jakarta. 2002.
16.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.