Anda di halaman 1dari 52

STRUKTUR BAJA II

Ir. Ronny Pandaleke

MODUL 5
BALOK TERLENTUR
(FLEXURAL MEMBERS)

1. F U N G S I.
Balok terlentur (flexural member), adalah elemen dari struktur yang mayoritas
beban yang dipikulnya ialah momen dan gaya lintang, sedangkan gaya normal sangat kecil.
Balok- balok ini sesuai dengan fungsinya dipakai sebagai gelagar memanjang dan melintang
pada struktur jembatan dan bangunan portal bertingkat, gording, usuk dan reng pada
atap bangunan, seperti gambar berikut ini,

Gambar (2) : Struktur gable frame

Gambar (1) : Gelagar jembatan, terlihat gelagar/balok


dilengkapi dengan pengaku vertikal.

Gambar (3) : Bangunan portal

Gambar (2a) : Struktur gording rangka atap merupakan balok lentur.


Sumber : STEELROOFTRUSS, Thamrin Nasution, 2011

2. JENIS-JENIS PROFIL BALOK LENTUR


a) Rolled Section

b). Built up section.

3. Perilaku Lentur Balok Baja.


Suatu penampang baja I dipakai sebagai balok, direncanakan untuk menahan beban lentur
arah sumbu kuat penampang (sb.x). Gambar berikut memperlihatkan balok penampang I yang
mengalami lentur terhadap sb.x penampang. Rotasi (F) terjadi sepanjang sumbu batang (sb.z).
Penampang dalam bidang x-y dianggap tetap setelah terjadi rotasi akibat lentur.

4. Lentur Pada Keadaan Elastis.


Lentur pada keadaan elastis, gambar 5(a), pada balok yamg mempunyai satu sumbu simetri
atau lebih, dimana terdapat sumbu kuat dan sumbu lemah, tegangan lentur yang terjadi sebagai berikut,

Dimana :
M1 = momen lentur dalam keadaan elastis.
Ix, Iy = momen inersia masing-masing terhadap sumbu-x dan sumbu-y.
cx, cy = jarak dari garis netral terhadap serat-serat extreem tekan/tarik.
Sx, Sy = Ix / cx dan Iy / cy adalah modulus penampang elastis terhadap sb-x dan sb-y.
fy
= tegangan leleh sesuai mutu baja.

5. Lentur Pada Keadaan Mulai Leleh.


Lentur pada keadaan mulai leleh pada tepi atas dan bawah, gambar 5(b), tegangan lentur
yang terjadi sebagai berikut,

Zx dan Zy adalah modulus penampang plastis (tahanan momen plastis) sumbu x dan sumbu y
yang besarnya dapat dilihat pada tabel baja, untuk propil I atau WF dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut

7. Pengaruh Kelangsingan Penampang (Tekuk Lokal).


Jika balok menerima momen maka bagian pelat sayap atas serta sebagian badan dari balok
akan menerima tekan. Komponen yang menerima tekan tersebut diatas dapat mengalami tekuk
lokal jika kelangsingan (l) elemen penampangnya atau ratio antara lebar terhadap tebalnya melebihi
batas ratio lp. Batasan terjadinya tekuk lokal akibat lentur pada masing-masing komponen penampang
dapat dilihat pada SNI tabel 7.5-1, sebagai berikut,

Tabel 1 : Batas kelangsingan elemen penampang (SNI 03-1729-2002)

Dengan,

Dengan ,
Mp = fy.Z
Mr = (fy fr).S
S
= Modulus Penampang elastis ( Momen lawan )
Fr = Teg. Sisa = 70 (penampang gilas ) dan 115 Mpa Penampang las
Mn

kompak

Tak kompak

Mp

Elastis

Mr

= b/tf
Atau
= h/tw

Hubu8ngan Kelangsingan elemen penampang dengan kekuatan lentur murni.


Kuat lentur nominal terfaktor ditetapkan SNI sbb :
Mu< Mn
dimana = 0,9

Contoh disain balok terlentur


1,2 D + 1,6 L

Diketahui :
- Beban Mati ( D )
- Benam hidup ( L )
- Mutu Baja BJ..
Ditanya :
Rencanakan dimensi profil gelagar, dimana efek tekuk torsi lateral
diabaikan

Step penyelesaian
1.Berdasarkan mutu baja tetapkan fy
2.Hitung beban berfaktor
3.Hitung momen Mu dan Mn= Mu/, dimana =0,9
4.Periksa syaratan tekuk lokal
Penampang kompak :
- sayap
p

170
fy

- Badan
p

Penampang Tak kompak :


- sayap
r

370
fy fr

- Badan

1680
fy

2500
fy

5. Perencanaan Dimensi :
Direncanakan gelagar berpenampang kompak, maka modulus penampang plastis (Zx)
adalah
Mp = fy. Zx, atau Zx Mp/fy, dimana Mp = Mn, maka Zx didapat, dengan cara pendekatan
boleh ditransver ke modulus penampang elastis Sx = Zx/1,1 = ,,, lihat tabel Teksip, maka
dapat profil.
6. Periksa kelayakan dimensi dari profil yang didapat masing masing :
a. Tekuk lokal
- sayap, = b/2 tf, terhadap p ? ( apakah lebih kecil atau tdk )
- Badan = {h-(2tf+2r) terhadap p ? ( apakah lebih kecil atau tdk )
b. Kekuatan Lentur berfaktor
Hit. Modulus Penampang Plastis
Zx =. ?
Mn= Mp= fy.Zx
7. Kontrol Akhir
Mu/Mn < 1 ( seandainya tidak maka penampang dirobah )

Buat contoh soal

Dengan L = 15 m
Mutu Baja BJ 37
B.M (D) = 500 Kg/m
B.H (L) = 1500 Kg/m
Cat; tanpa efek tekuk torsi lateral

9. Keruntuhan Tekuk Torsi Lateral


Sebuah balok yang memiliki kelangsingan arah lateral (samping) yang kecil akan dapat
mengalami tekuk torsi lateral dan lentur secara bersamaan ketika balok tersebut memikul beban.
Akibat beban, balok akan bertranslasi kebawah dan akibat tekuk lateral batang akan menekuk kesamping
diikuti dengan memuntirnya penampang. Ilustrasi dari kejadian ini dapat dilihat pada gambar (9).

10. Contoh Soal GELAGAR.


Dari contoh sebelumnya, yaitu sebuah gelagar dari profil WF 600.300.12.20 dengan panjang
bentang 15 meter, memikul beban mati D = 500 kg/m dan beban hidup L = 1500 kg/m. Mutu baja BJ
37. Direncanakan menggunakan pengaku lateral (lateral brasing) sebanyak 4 (empat) buah. Berapakah
kekuatan lentur nominal balok tersebut.

14. WORKSHOP :

EVALUASI GELAGAR

Sebuah gelagar dari profil WF 600.300.12.20 dengan panjang bentang 15 meter.


Lakukanlah evaluasi terhadap gelagar tersebut, apabila gelagar memakai pengaku lateral (lateral
bracing) sebanyak 4 buah (3 medan). Mutu baja BJ 37.

15. WORKSHOP :

PERENCANAAN STRUKTUR GORDING

16. TEGANGAN GESER PADA BALOK

17. BALOK MEMIKUL BEBAN TERPUSAT


Pada lokasi perletakan dari gelagar/balok, terdapat reaksi perletakan berupa
gaya terpusat (tumpu) yang dipikul oleh gelagar/balok dalam hal ini adalah pelat badan (web)
merupakan bagian yang langsing dari balok akan mengalami tekuk karena mengalami tegangan
tekan yang tinggi pada lokasi tersebut, dan dapat terjadi oleh karena adanya gaya lintang.
Kondisi ini juga terdapat pada hubungan antara balok dan kolom.

19. PERENCANAAN PENGAKU VERTIKAL


(SNI 03-1729-2002, pasal 8.12).
a). Pemasangan pengaku.
Bila kuat geser pelat badan pada persamaan (22) dan (26) tidak
memenuhi syarat maka pengaku vertikal dipasang untuk mengubah ukuran
panel pelat badan. Pengaku vertikal pada pelat badan harus berada di antara
kedua pelat sayap dan jarak ujungnya dari pelat sayap tidak boleh lebih dari empat
kali tebal pelat badan. Pengaku vertikal dipasang di salah satu sisi atau di kedua sisi
pelat badan.

b). Luas minimum.


Pengaku vertikal yang tidak menerima beban luar secara langsung atau momen harus
mempunyai luas As yang memenuhi,

Keterangan:
Cv
adalah koefisien geser pelat badan yang ditentukan persamaan (23) atau (27).
Aw
adalah luas pelat badan (hw . tw), mm2.
hw
= h 2.(tf + r)
D
= 1,0 untuk sepasang pengaku
= 1,8 untuk pengaku siku tunggal
= 2,4 untuk pengaku pelat tunggal

c). Kekakuan Minimum Pengaku.


Pengaku vertikal pada pelat badan yang tidak menerima beban luar secara langsung atau
momen harus mempunyai momen inersia (Is) terhadap garis tengah bidang pelat badan,

MODUL 6
ALAT PENGIKAT STRUKTURAL
(STRUCTURAL FASTENER)

1. JENIS ALAT PENGIKAT/PENYAMBUNG


Dalam konstruksi baja, setiap bagian elemen dari strukturnya dihubungkan satu sama lain
dengan menggunakan alat pengikat (fastener)/penyambung. Pada struktur rangka baik atap maupun
jembatan baja, juga pada struktur portal, tempat berkumpulnya batang-batang, yang disebut titik buhul,
menggunakan pelat penyambung yang dinamakan pelat buhul, dimana batang-batang tadi diikat
dengan menggunakan alat pengikat pada pelat buhul tersebut. Jenis-jenis alat pengikat yang sering
digunakan adalah paku keling (rivet) gambar (1) dan (2), baut (bolt) gambar (3), dan alat pengikat dari las
gambar (4).

Gambar 1 : Struktur rangka atap dengan alat pengikat paku keling (rivet)

Gambar 3 : Alat pengikat dari baut (boltt

Gambar 2 : Alat pengikat dari paku keling (rivet

Gambar 4 : Alat pengikat dari las (welding)

2. ALAT PENGIKAT DARI PAKU KELING (RIVETS)


a). Sejarah.
Paku keling (rivet) telah lama dikenal yaitu pada saat hari-hari besi dan baja, jenis paku keling
yang dimasukkan dalam keadaan panas (hot driven rivet) telah diketahui mempunyai kekuatan yang
mengikat. Pada saat
pendinginan paku keling menyusut, sehingga memberikan kekuatan menjepit.
Namun jumlah kekuatan menjepit yang dihasilkan oleh pendinginan bervariasi dari paku keling yang satu
dengan paku keling yang lain, oleh karena itu tidak dapat diandalkan dalam perhitungan disain.

Gambar 5 : Cara menginstalasi paku keling dengan palu (hot driven rivet)

b). Cara pemasangan paku keling.


Paku keling dimasukkan kedalam lobang paku dengan diameter 1/16 in (1,6 mm)
lebih besar dari diameter dari paku. Pada saat pemasangan, paku dalam keadaan panas,
gambar (5), kemudian didorong dengan menggunakan alat yang disebut pneumatic hammer
(palu bertekanan), gambar (6).

c). Mutu paku keling (rivet).


Paku keling dibuat dari baja batangan dan memiliki bentuk silinder dengan kepala
disalah satu ujungnya, gambar (7). Baja paku keling adalah baja karbon sedang dengan
identifikasi ASTM A502 mutu (grade) 1 dengan fy = 28 ksi (195 MPa), dan mutu 2, fy = 38 ksi
(260 MPa)

d). Susunan, ukuran dan jarak antara paku.


a. Susunan paku sejajar.

b. Susunan paku berselang-seling.

3. ALAT SAMBUNGAN BAUT


a). Baut Mutu Tinggi
Ada dua jenis baut mutu tinggi yang ditetapkan ASTM yaitu A325 dan A490. Baut
A325 terbuat dari baja karbon sedang dengan kekuatan leleh (yield strength) dari 560
sampai dengan 630 MPa tergantung dari ukuran diameter. Sedangkan baut A490 terbuat
dari baja alloy yang mempunyai kekuatan leleh mendekati 790 sampai dengan 900 MPa, juga
tergantung kepada ukuran diameter.
Ukuran diameter baut berkekuatan tinggi berkisar sampai dengan 1 khusus
baut A449 sampai dengan 3. Ukuran baut yang sering digunakan pada struktur bangunan
adalah dan 7/8, sedangkan untuk struktur jembatan 7/8 sampai dengan 1.
Baut kekuatan tinggi dikencangkan untuk menimbulkan tegangan tarik
yang ditetapkan pada baut sehingga terjadi gaya jepit (clamping force) pada sambungan.
Oleh karena itu beban kerja sesungguhnya dipikul oleh gaya gesekan antara pelat atau batang
yang disambung. Gaya ini disebut Proof load.
Baut mutu tinggi dapat direncanakan sebagai sambungan tipe friksi (tanpa ada slip
pada bagian-bagian sambungan), tetapi dapat juga direncanakan sebagai sambungan tipe
tumpu.

b). Cara Pemasangan Baut.


Cara pemasangan baut mutu tinggi, mula-mula dikencangkan dengan
kekuatan tangan, kemudian diikuti putaran lagi, lihat tabel SNI 03-1729-2002, pasal
18.2.5.2 berikut,
Tabel 3 : Putaran mur dari kondisi kencang tangan.

c). Susunan, ukuran dan jarak antara baut.


a. Susunan baut sejajar.

d). Ukuran lobang baut.

b. Susunan baut berselang-seling

4. BENTUK KEGAGALAN (Failure) SAMBUNGAN BAUT/PAKU KELING.


Kekuatan sambungan dengan paku keling dievaluasi dengan meninjau
beberapa kemungkinan
kegagalan.
Kekuatan
biasanya
dihitung
dengan
mempertimbangkan jumlah lapis pelat/batang yang disambung. Ada empat cara kegagalan
(failure) yang mungkin terjadi pada sambungan dengan paku keling tunggal, yaitu :

Gambar 11(b) : sambungan pada struktur


rangka, profil siku

b). Keruntuhan geser pada baut/paku keling. (Shear failure of bolts / rivets).

Gambar 12 : Tipe fraktur antara tarik geser

c). Keruntuhan geser pada pelat yang disambung/penyambung. (Shear failure of


plate)

d). Keruntuhan tumpu pada pelat (Bearing failure of plate)

e). Keruntuhan blok geser pada pelat(Shear block failure of plate).

Gambar 16 : Tipe fraktur blok geser pada pelat.

f). Keruntuhan tumpu pada baut


Gambar 17 : Tipe keruntuhan tumpu pada baut.

5. KEKUATAN SAMBUNGAN BAUT/PAKU KELING.


a). Kekuatan Baut/Paku Keling.
SNI 03-1729-2002 pasal 13.2.2. menyatakan, suatu baut yang memikul gaya terfaktor,
Ru harus memenuhi syarat berikut,

Sesuai dengan cara bekerjanya baut maka baut dibedakan dalam dua type yaitu type
friksi (friction type) dan type tumpu (bearing type). Pada baut type friksi, kekuatan baut didapat dari
gesekan (friction) yang terjadi antar pelat atau batang yang disambung. Sedangkan pada baut type
tumpu, kekuatan baut didapat dari adanya gaya tumpu pada bidang kontak antara baut dan pelat yang
disambung, atau kemampuan menahan geseran pada penampang baut.

b). Baut Tipe Friksi


Baut type ini sering dikenal dengan istilah slip-critical connections yaitu baut yang
mengandalkan kekuatan slip antara permukaan batang yang disambung. Agar baut type ini
bekerja maka diperlukan suatu alat yang dapat mengencangkan baut atau memberikan
momen torsi pada baut sedemikian sehingga baut mengalami prategang tarik.
Pada sambungan tipe friksi yang mengunakan baut mutu tinggi yang slipnya
dibatasi, satu baut yang hanya memikul gaya geser terfaktor, dalam bidang permukaan friksi
harus memenuhi:
Kuat geser mominal satu baut dalam sambungan tipe friksi yang ditentukan sebagai berikut:

Baut pada sambungan yang slipnya dibatasi dan memikul gaya tarik terfaktor, Tu,
harus memenuhi ketentuan diatas dengan kuat rencana slip Ru = f Rn direduksi dengan faktor

c). Baut Tipe Tumpu


Pada baut type tumpu, keruntuhan sambungan dapat terjadi karena keruntuhan
geser pada baut atau keruntuhan tumpu pada elemen yang disambung seperti
pelat/batang.
d). Kekuatan Tarik Nominal Baut
Baut yang memikul gaya tarik, kekuatan nominalnya dihitung sebagai berikut

6. CONTOH SOAL
6.1.). Sebuah sambungan terdiri dari dua buah pelat 5 x 200 mm
disambung dengan satu buah pelat 8 x 200 mm, mutu baja BJ-37, seperti pada
gambar dibawah mengalami gaya tarik sentris, yang terdiri dari muatan mati D =
10 ton, muatan hidup L = 7 ton. Sambungan menggunakan baut biasa dengan mutu
BJ-37. Rencanakan sambungan tersebut,
lakukanlah evaluasi terhadap
kekuatannya.
7. KUMPULAN BAUT/PAKU KELING MEMIKUL MOMEN DAN GAYA
LINTANG
1). Jenis Sambungan Yang Memikul Momen dan Gaya Lintang.
Sambungan yang sering terdapat gaya dalam momen dan gaya lintang ditemukan
pada struktur sambungan antara balok dan kolom, sambungan konsol pada kolom, juga
terdapat pada sambungan balok gelagar, seperti terlihat gambar berikut ini.
2). Analisa Elastis Kumpulan Baut/Paku Keling Memikul Momen.
Apabila suatu kumpulan baut/paku keling menahan momen terfaktor, maka setiap
paku akan mendapat gaya yang besarnya sebanding dengan jarak dari titik pusat kumpulan
paku ke paku yang bersangkutan

3). Analisa Elastis Kumpulan Baut/Paku Keling Memikul Momen Dan Gaya Lintang.

4). Jumlah dan susunan baut/paku tidak simetris satu arah.

5). Jumlah dan susunan baut/paku tidak simetris dua arah.

8. Analisa Elastis Sambungan Baut/Paku Keling Menahan Gaya Tarik Aksial dan
Geser Akibat Momen dan Gaya Lintang.
Sambungan dimana baut pengikat mengalami tarik dan geser dijumpai pada
hubungan balok dan kolom seperti gambar berikut

Gambar 30 : Sambungan balok dengan kolom.

Gambar 31 : Baut (a) paling atas , mengalami tarikan


maksimum akibat adanya momen yang
dihasilkan gaya terpusat P, baut ini
juga mengalami gaya geser.

Pada kasus kumpulan baut (a) seperti gambar diatas, baut/paku keling mengalami tarikan
pada sebelah atas garis netral dan tekanan pada baut/paku sebelah bawah garis netral. Dengan adanya
baja siku penyambung, maka bagian tekan dapat dipikul baja siku tersebut. Untuk menghitung tegangantegangan yang bekerja pada kumpulan paku ini digambarkan luas pengganti, dimana bagian tarik terdiri
dari luas baut/paku rata-rata dan bagian tekan terdiri dari luas sayap baja siku, untuk satu baris
baut/paku,

9. Pelatihan/Workshop : EVALUASI STRUKTUR

10. Sambungan Dengan Las.


Sambungan dengan menggunakan las, adalah suatu proses penyambungan bahan logam berdasarkan
peleburan bahan dengan memanasinya hingga suhu yang tepat, dengan atau tanpa pemberian tekanan dan
dengan atau tanpa pemakaian bahan pengisi.
1). Keuntungan dan manfaat sambungan las.
a)Lebih murah bila dibandingkan dengan sambungan yang menggunakan baut atau paku keling.
b)Pada jenis elemen struktur tertentu, dimana tidak dapat digunakan sambungan dengan baut/paku,
maka digunakan sambungan las, misalnya pada elemen struktur berbentuk bundar, lihat Gbr.36.
c)Dapat dikombinasikan dengan sambungan baut, lihat Gbr.37, dimana pelat penyambung dilas
lebih dulu pada elemen balok sebelum elemen balok dihubungkan ke kolom dengan menggunakan
sambungan baut.
d)Dapat digunakan untuk membuat profil built up, lihat Modul 5 Sesi 1
e)Struktur yang disambung dengan las lebih kaku daripada baut/paku keling
f)Komponen struktur dapat tersambung secara kontinyu
g)Mudah untuk melakukan perobahan desain struktur
h)Tingkat kebisingan rendah.

Gambar 36 : Penyambungan elemen struktur


berbentuk bundar dengan las.

Gambar 37 : Baja siku penyambung di las pada elemen balok sebelum


dilakukan erection.

2). Jenis-Jenis Sambungan.


Beberapa jenis sambungan yang sering ditemukan pada sambungan las, antara lain :
a)Sambungan sebidang (butt joint), sambungan ini umumnya dipakai untuk pelat-pelat datar dengan
ketebalan sama atau hampir sama. Keuntungan sambungan jenis ini adalah tidak adanya gaya
eksentrisitas, karena sumbu kedua batang yang disambung berimpit, Gbr.38.(a).
b) Sambungan lewatan (lap joint), jenis sambungan ini paling banyak ditemukan karena sambungan
jenis ini mudah disesuaikan dengan keadaan di lapangan, dan penyambungannya relatif lebih mudah.
Cocok untuk ketebalan berbeda, Gbr.38.(b).
c) Sambungan tegak (tee joint), jenis sambungan ini banyak dipakai terutama untuk membuat
penampang bulit up gelagar berbentuk I, pengaku (stiffener) pada gelagar, Grb.38.(c).
d)Sambungan sudut (corner joint), dipakai untuk penampang tersusun berbentuk kotak, Gbr.38.(d).
e)Sambungan sisi (edge joint), sambungan bertujuan untuk menggabungkan dua pelat atau lebih agar
supaya pelat-pelat menyatu dan tidak bergeser satu dengan lainnya, Gbr.38.(e).

Gambar 38.(a) :
Beberapa bentuk sambungan sebidang
(butt joints) dengan gambar
kode/simbol las.

Gambar 38.(b) : Sambungan lewatan (lap joints).

Gambar 38.(c) : Sambungan tegak (tee joints).

Gambar 38.(d) : Sambungan sudut (corner joints).

Gambar 38.(e) : Sambungan sisi (edge joints).

3). Jenis-Jenis Las.


Jenis-jenis las yang sering dijumpai antara lain :
a)Las tumpul (groove welds), las ini dipakai untuk menyambung batang-batang sebidang, karena las ini
harus menyalurkan secara penuh beban yang bekerja, maka las ini harus memiliki yang sama dengan
batang yang disambungnya. Las tumpul dimana terdapat penyatuan antara las dan bahan induk sepanjang
tebal penuh sambungan dinamakan las tumpul penetrasi penuh (full pentration weld). Sedangkan bila tebal
penetrasi lebih kecil daripada tebal bahan yang disambung dinamakan las tumpul penetrasi sebagian
(partial penetration weld).
b)Las sudut (fillet welds), tipe ini paling banyak dijumpai dibandingkan tipe las lain, 80% sambungan las
menggunakan las sudut. Tidak memerlukan presisi tinggi dalam pengerjaannya.
c)Las baji dan pasak (slot and plug welds), jenis ini biasanya digunakan bersama-sama las sudut. Manfaat
utamanya adalah menambah kekuatan geser pada sambungan lewatan (slap joint) yang memakai las sudut.

4). Las Tumpul (groove welds), (SNI 03-1729-2002, pasal 13.5.2.)


a) Ukuran Las.
Ukuran las adalah jarak antara permukaan luar las (tidak termasuk perkuatannya)
terhadap kedalaman penetrasinya yang terkecil. Khusus sambungan antara dua bagian yang membentuk
T atau siku, ukuran las penetrasi penuh adalah tebal bagian yang menumpu.
b) Tebal rencana las.
Tebal rencana las ditetapkan sebagai berikut :
Las tumpul penetrasi penuh, tebal rencana las untuk las tumpul penetrasi penuh adalah ukuran las,
Gbr.40.(a), (b).
Las tumpul penetrasi sebagian, Gbr.40.(c),(d), tebal rencana las untuk las tumpul

c) Luas Effektif.
Luas efektif las tumpul adalah perkalian panjang efektif dengan tebal rencana las.
d) Kekuatan nominal terfaktor las tumpul penetrasi penuh.
Kekuatan nominal terfaktor sambungan las tumpul penetrasi penuh haruslah mengikuti
persamaan berikut,

5). Las Sudut (fillet welds) (SNI 03-1729-2002, pasal 13.5.3.)


Ukuran Las.
Ukuran las sudut ditentukan oleh panjang kaki, lihat Gbr.41 berikut,

d) Ukuran Minimum Las Sudut.


Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 13.5.3.2., ukuran minimum las sudut ditetapkan sesuai
dengan Tabel 11, berikut,

e) Ukuran maksimum las sudut sepanjang tepi (tw) komponen yang disambung adalah:
1) Untuk komponen dengan tebal kurang dari 6,4 mm, diambil setebal komponen.
2) Untuk komponen dengan tebal 6,4 mm atau lebih, diambil 1,6 mm kurang dari tebal
komponen, atau (tw 1,6 mm), kecuali jika dirancang agar memperoleh tebal rencana las
tertentu, SNI pasal 13.5.3.3.
f) Panjang Effektif (Lw) .
Panjang efektif las sudut adalah seluruh panjang las sudut berukuran penuh, Gbr.42.
Panjang efektif las sudut paling tidak harus 4 kali ukuran las (4 tt) , jika kurang, maka ukuran las
untuk perencanaan harus dianggap sebesar 0,25 dikali panjang efektif. Persyaratan panjang
minimum berlaku juga pada sambungan pelat yang bertumpuk (lap). Tiap segmen las sudut yang
tidak menerus (selang-seling) harus mempunyai panjang efektif tidak kurang dari 40 mm dan 4 kali
ukuran nominal las, SNI pasal 13.5.3.5.

g) Luas Effektif Las.


Luas efektif las sudut adalah perkalian panjang efektif dan tebal rencana las, atau
(Lw . tt).
h) Kekuatan nominal terfaktor las sudut.
Kekuatan nominal terfaktor sambungan las haruslah mengikuti persamaan berikut

Kuat nominal las sudut per-satuan panjang ditetapkan sebagai berikut:

6). Las Baji dan Pasak (slot and plug welds) (SNI 03-1729-2002, pasal 13.5.4.).
a) Ukuran Las.
Las baji dan pasak (SNI, las pengisi), harus dianggap sebagai las sudut. Ukuran
minimumnya sama dengan yang berlaku untuk las sudut.
b) Luas Geser Effektif.
Luas geser efektif, Aw las dalam lubang terisi dengan logam las harus dianggap sama
dengan luas penampang melintang nominal lubang bulat atau selot dalam bidang permukaan
komponen tersambung.
c) Kekuatan geser nominal terfaktor.

Kekuatan nominal terfaktor sambungan las haruslah mengikuti persamaan berikut

Kuat nominal las ditetapkan sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai