Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AL-ISLAM

(MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN TAJDID)

Oleh:
Ridho Hasanatul Hakiki

(0901021052)

Annissah Pujiastutik

(1001021005)

Gesit Ratih Widianti

(1001021014)

Evan Rehmanto

(1001021031)

Hadi Suryono

(1001021035)

D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
1

Kata Pengantar
Segala puji syukur kepada Allah SWT atas segala anugerah yang selalu dilimpahkan
kepada umatnya baik lahir maupun batin, sehingga pada akhirnya kelompok dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah yang berjudul Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid ini dilakukan
untuk memahami secara jauh tentang Al-Islam, namun demikian sangat disadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, yang tak lepas dari kesalahan dan kekurangan.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Idris Mahmudi selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Al Islam , atas segala
wawasan, ide, serta dengan sabar memberikan bimbingan, masukan dan saran dalam
proses pembelajar makalah Al Islam ini.
2. Dhian Wahana Putra atas masukkannya
3. Seluruh teman-teman yang telah memberikan dukungan.
4. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini yang telah
banyak memberikan bantuan baik material maupun spiritual, demi selesainya makalah
ini.
Akhir kata, semoga makalah ini banyak memberikan manfaat kepada diri penulis
sendiri khususnya dan pembaca sekalian umumnya.

Jember, Oktober 2011

Kelompok 4

DAFTAR ISI
2

Kata Pengantar......................................................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................................................3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................4
B. Tujuan ...................................................................................................................4
C. Manfaat..................................................................................................................4

BAB II

ISI

A. Pengertian Tajdid...................................................................................................5
B. Larangan Taqlid.....................................................................................................6
C. Bentuk Tajdid Muhammadiyah di Era Sekarang...................................................8
BAB III

PENUTUP............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era modern ini gerakan pembaharuan Muhammadiyah mengalami penurunan
kualitas, karena hanya melakukan kegiatan yang statis, tidak berubah atau dinamis. Hal ini
dikemukakan oleh para petinggi dan pengamat organisasi Muhammadiyah ini. System yang
terbangun di Indonesia memang cukup banyak, dapat dilihat dengan banyaknya instansi
pendidikan dari mulai Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA), sampai Universitas di daerah-daerah Indonesia, tetapi kegiatan
pembaharuan seperti visi misi awal K.H Ahmad Dahlan sendiri seperti mulai terlupakan.
Buktinya di kota Yogyakarta sendiri masih banyak orang percaya atau bahkan melakukan
kegiatan TBC. Lalu bagaimanakah perkembangan pembaharuan yang dilakukan oleh para
tokoh Muhammadiyah saat ini?, ada yang mengatakan karena terlalu aktif terlibat sebagai
Suprastruktur Politik Muhammadiyah mulai merupakan perannya sebagai Infrastruktur
politik berbasis Dakwah yang harusnya lebih dekat dengan masyarakat. Ada beberapa hal
yang tentunya harus dikembalikan dalam pembaharuan gerakan Muhammadiyah, yaitu
Muhammadiyah sebagai Organisasi Tajdid atau reformasi islam di Indonesia.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti tajdid
2. Untuk mengetahui tentang larangan taqliq
3. Untuk mengetahui bentuk gerakan tajdid muhammadiyah di era sekarang

C. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini antara lain untuk menambah wawasan bahkan
menambah refrensi tentang kemuhamnadiyahan bagi yang membacanya.

BAB II
ISI
A. Pengertian Tajdid
Secara umum, pengertian tajdid seperti dikutip dari Wikipedia adalah sebagai berikut :
Kata Tajdid dimambil dari bahasa Arab yang berkata dasar Jaddada-YujaddiduTajdiidan yang artinya memperbarui. Kata ini kemudian dijadikan jargon dalam gerakan
pembaruan Islam agar terlepas dari Bidah, Takhayyul dan Khurafat. Gerakan ini diilhami
dari Gerakan Wahabi di Arab Saudi dan Pemikiran Al-Afghani yang dibuang di Mesir.
Gerakan ini kemudian menjadi ruh dalam beberapa Organisasi seperti Sarekat Islam,
Muhammadiyyah dan Al-Irsyad juga Persatuan Islam di Jawa
Dalam Islam, seputar ide tajdid ini, Rasulullah saw. sendiri telah menegaskan dalam
haditsnya tentang kemungkinan itu. Beliau mengatakan, yang artinya:
Sesungguhnya Allah akan mengutus untuk ummat ini pada setiap pengujung seratus tahun
orang yang akan melakukan tajdid (pembaharuan) terhadap agamanya. (HR. Abu Dawud ,
no. 3740)
Tajdid yang dimaksud oleh Rasulullah saw di sini tentu bukanlah mengganti atau
mengubah agama, akan tetapi seperti dijelaskan oleh Abbas Husni Muhammad maksudnya
adalah mengembalikannya seperti sediakala dan memurnikannya dari berbagai kebatilan
yang menempel padanya disebabkan hawa nafsu manusia sepanjang zaman. Terma
mengembalikan agama seperti sediakala tidaklah berarti bahwa seorang pelaku tajdid
(mujaddid) hidup menjauh dari zamannya sendiri, tetapi maknanya adalah memberikan
jawaban kepada era kontemporer sesuai dengan Syariat Allah SWT setelah ia dimurnikan dari
kebatilan yang ditambahkan oleh tangan jahat manusia ke dalamnya. Itulah sebabnya, di saat
yang sama, upaya tajdid secara otomatis digencarkan untuk menjawab hal-hal yang
mustahdatsat (persoalan-persoalan baru) yang kontemporer. Dan untuk itu, upaya tajdid sama
sekali tidak membenarkan segala upaya mengoreksi nash-nash syari yang shahih, atau
menafsirkan teks-teks syari dengan metode yang menyelisihi ijma ulama Islam.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tajdid dalam Islam mempunyai 2 bentuk:
Pertama, memurnikan agama setelah perjalanannya berabad-abad lamanya- dari hal-hal yang
menyimpang dari Al-Quran dan As-Sunnah. Konsekuensinya tentu saja adalah kembali
kepada bagaimana Rasulullah SAW dan para sahabatnya mengejawantahkan Islam dalam
keseharian mereka. Kedua, memberikan jawaban terhadap setiap persoalan baru yang muncul
dan berbeda dari satu zaman dengan zaman yang lain. Meski harus diingat, bahwa
5

memberikan

jawaban

sama

sekali

tidak

identik

dengan

membolehkan

atau

menghalalkannya. Intinya adalah bahwa Islam mempunyai jawaban terhadap hal itu.

B. Larangan Taqlid
Taqlid adalah mengikuti perkataan yang tidak ada. Ada juga yang mengatakan taqlid
adalah mengikuti perkataan orang lain tanpa mengetahui dalilnya. Banyak orang
menyamakan antara taqlid dengan ittiba. Padahal pengertian ittiba adalah menempuh jalan
orang yang (Wajib) diikuti dan melakukan apa yang dia lakukan. Seorang muslim wajib
ittiba kepada Nabi Muhammad saw dengan menempuh jalan yang beliau tempuh dan
melakukan apa yang beliau lakukan.
Di antara hal lain yang menunjukkan perbedaan yang mendasar antara taklid dan ittiba
adalah larangan para imam dari taklid dan perintah mereka kepada para pengikutnya agar
selalu ittiba.
Al- Imam Abu Hanifah Rahimahulloh berkata, Tidak halal atas seorang pun
mengambil perkataan kami selama dia tidak tahu dari mana kami mengambilnya.
Dalam riwayat lain beliau berkata, Orang yang tidak tahu dalilku, haram atasnya
berfatwa dengan perkataanku. (Dinukil oleh Ibnu Abidin dalam Hasyiyah nya atas
Bahru Raiq, 6/ 293, dan Syarony dalam al- Mizan, 1/ 55).
Al- Imam Malik Rahimahulloh berkata, Sesungguhnya aku adalah manusia yang
bisa benar dan (bisa) keliru. Lihatlah pendapatku, setiap yang sesuai dengan Kitab
dan Sunnah maka ambillah, dan setiap yang tidak sesuai dengan Kitab dan Sunnah
maka tinggalkanlah. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam al- Jami, 2/ 32).
Al- Imam asy- Syafii Rahimahulloh berkata, Jika kalian menjumpai Sunnah Nabi
Muhammad saw ittiba lah kepadanya, janganlah kalian menoleh kepada perkataan
siapapun. (Diriwayatkan oleh Abu Nuaim dalam Hilyatul Auliya, 9/ 107 dengan
sanad yang shahih).
Beliau juga berkata, Setiap yang aku katakan, kemudian ada hadits Shahih yang
menyelisihinya, maka hadits Nabi Muhammad saw lebih utama untuk diikuti,
janganlah kalian taklid kepadaku. (Diriwayatkan oleh Abu Hatim dalam Adab
Syafii hal. 93 dengan sanad Shahih).
Al- Imam Ahmad Rahimahulloh berkata, Janganlah engkau taklid dalam
agamamu kepada seorangpun dari mereka, apa yang datang dari Nabi Muhammad
saw dan para Shahabatnya ambillah. Beliau juga berkata, Ittiba adalah jika

seseorang mengikuti apa yang datang dari Nabi Muhammad saw dan para
Shahabatnya. (Masail al- Imam Ahmad, oleh Abu Dawud hal. 276- 277).
Nabi Muhammad saw bersabda:
Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan- Nya seandainya Musa maka tidak boleh
baginya

kecuali

mengikutiku.

(Dikeluarkan

oleh

Abdurrazzaq

dalam

Mushannafnya, 6/ 113, Ibnu ...Abi Syaibah dalam Mushannafnya, 9/ 47, Ahmad


dalam Mushannafnya, 3/ 387, dan Ibnu Abdil Barr dalam Jami Bayan Ilmi, 2/ 805,
Syaikh al- Albani berkata dalam Irwaul Ghalil, 6/ 34: Hadits hasan)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahulloh berkata, Barangsiapa yang taashub
kepada seseorang dia kedudukannya seperti orang- orang Rofidhoh yang taashub
kepada salah seorang shahabat, dan seperti orang- orang Khowarij. Ini adalah jalan
ahli bidah dan ahwa yang mereka keluar dari syariat dengan kesepakatan umat
dan dan menurut Kitab dan Sunnah. (Mukhtashar Fatawa Mishriyyah, hal. 46- 47,
Lihat Kitab al- Iqna Bima Jaa Aimmati Dawah Minal Aqwal Fil Ittiba oleh
Syaikh Muhammad bin Hadi al- Madkholi).
Al- Imam Ibnu Abil Iz al- Hanafi Rahimahulloh berkata, UMAT INI TELAH
SEPAKAT BAHWA TIDAK WAJIB TAAT KEPADA SEORANGPUN DALAM
SEGALA SESUATU KECUALI KEPADA RASULULLOH SHALLALLAAHU
'ALAIHI WA SALLAM... maka barangsiapa yang taashub (fanatik) kepada salah
seorang imam dan mengesampingkan yang lainnya maka seperti orang yang
taashub kepada seorang Shahabat dan mengesampingkan yang lainnya, seperti
orang- orang Rafidhah yang taashub kepada Ali Radhialloohu 'Anhu dan
mengesampingkan tiga khalifah yang lainnya. Ini adalah jalannya Ahlul Hawa.
(al- Ittiba cetakan ke.2, hal. 80).
Dalam Islam kita dilarang taqlid meski kita mengikuti ulama:

Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan


tentangnya... [Al Israa:36]
Kenapa? Itu sudah dijelaskan ayat di atas. Apalagi ulama juga banyak yang
berbeda pendapat. Bahkan Imam Al Ghazali mengatakan ada 2 ulama yaitu ulama
akhirat (yang benar) dan ulama su (jahat) yang justru menyesatkan manusia.

Celaka atas umatku dari ulama yang buruk. (HR. Al Hakim).


Sesatnya umat Yahudi dan Nasrani karena mereka taqlid kepada ulama mereka
sehingga ketika para ulama mereka mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram, mereka pun mengikutinya:
7

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan


selain Allah. [At Taubah:31]

3 Bentuk Tajdid Muhammadiyah Di Era Sekarang


Tajdid dalam Muhammadiyah, bukan berarti pembaharuan dalam bidang aqidah
(takhayul, bidah, dan Churafat) tetapi pembaharuan dalam urusan dunia seperti : pendidikan,
kesehatan, social dsb. Adapun tajdid dalam urusan aqidah dalam Muhammadiyah lebih di
kenal dengan istilah Purifikasi (Pemurnian aqidah). Banyak bentuk gerakan tajdid di era
sekarang misalnya memberantas ajaran liberalisme-sekularisme dalam islam dan menyeru
kembali ke islam kaffah (termasuk politik islam dengan ideologi islamnya), serta beramal
sholeh untuk melepas diri dari penjajahan social-budaya-politik-ekonomi oleh ideologi
sekuler kapitalisme. Kalau di awal berdirinya tajdid Muhammadiyah memberantas Khurafat
dan Bidah Dhalalah maka seratus tahun kemudian tajdidnya seharusnya fokus pada
pembrantasan Islam Liberal-Sekuler yang sedang berupaya mempengaruhi aqidah umat.
Tajdid seperti itulah yang seharusnya menjadi inspirasi, dilakukan, dan disosialisasikan
melalui dakwah dan perbuatan nyata Muhammadiyah. Kalau ini yang menjadi tajdid
Muhammadiyah era 2010 maka insyaAllah dalam waktu yang tidak terlalu lama umat Islam
Indonesia akan terbebaskan dari pemikiran Islam Liberal-Sekuler (berslogan Ritual Islam
YES, Politik Islam NO) yang amat merusak aqidah Islam itu, dan Negeri ini akan dikelola
sesuai syariat sosial-kenegaraan Islam oleh Pemimpin Islam yang taat syariat. Tajdid seperti
inilah yang akan membuat Umat dan Bangsa Indonesia maju dan jaya, tidak dijajah secara
sosial-budaya-politik-ekonominya oleh faham sesat. Dalam naungan tajdid seperti ini maka
Muhammadiyah tidak akan lagi NETRAL dalam menghadapi politik nasional, tegas
memihak Politik Islam, dan teguh tidak akan membiarkan warganya mendukungmembesarkan Partai dan Figur Sekuler di negerinya. Umat harus dicerahkan agar berislam
secara benar, tidak bersikap netral dalam politik nasional, dan proaktif mencegah warganya
agar tidak berbuat salah dalam beramal sosial (termasuk saat memilih pemimpin, legislatif
maupun eksekutif, dalam pemilu nasional maupun lokal).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum, pengertian tajdid seperti dikutip dari Wikipedia adalah sebagai berikut:
Kata Tajdid dimambil dari bahasa Arab yang berkata dasar Jaddada-Yujaddidu-Tajdiidan
yang artinya memperbarui.Kita dilarang taqlid karene taqliq mempunyai arti

mengikuti

perkataan orang lain tanpa mengetahui dalilnya sehingga dapat menjerumuskan kita. Tajdid
dalam Muhammadiyah, bukan berarti pembaharuan dalam bidang aqidah (takhayul, bidah,
dan Churafat) tetapi pembaharuan dalam urusan dunia seperti : pendidikan, kesehatan, social
dsb selain itu adalah memberantas ajaran liberalisme-sekularisme dalam islam dan menyeru
kembali ke islam kaffah (termasuk politik islam dengan ideologi islamnya), serta beramal
sholeh untuk melepas diri dari penjajahan social-budaya-politik-ekonomi oleh ideologi
sekuler kapitalisme.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Tajdid diakses tanggal 27 September 2011


http://www.suaramerdeka.com/harian/0611/16/opi03.htm diakses tanggal 27 September 2011
http://pwkpersis.wordpress.com/ diakses 27 September 2011
http://pwkpersis.wordpress.com/2008/05/29/tajdid-al-fiqh-why-not/
September

diakses

tanggal

27

2011http://www.wahdah.or.id/wis/index.php?

option=com_content&task=view&id=305&Itemid=193 diakses tanggal 27 September 2011


http://taufiqnugroho.blogspot.com/2009/02/tajdid-gerakan-muhammadiyah-dalam.html
diakses tanggal 27 September 2011
Ulum, Arif Fathul.Sudah Benarkah Sholat Kita: (Bab Antara Taklid dan Ittiba, Hal. 8- 13).
Gresik Majelis Ilmu Publisher.

10

Anda mungkin juga menyukai