Aspek Hukum Dalam Ekonomi Point 5 - 7
Aspek Hukum Dalam Ekonomi Point 5 - 7
Aspek Hukum Dalam Ekonomi Point 5 - 7
GUNADARMA UNIVERSITY
Hal demikian juga ditegaskan oleh Marianna Sutadi, mantan Wakil Ketua Mahkamah
Agung RI. Menurutnya, ketentuan pasal 31 ayat (1) UU 24/2009 tidak hanya berlaku terhadap
perjanjian antarnegara tetapi juga antarlembaga swasta Indonesia atau perseorangan WNI. Hal
demikian dia sampaikan dalam Seminar Hukumonline 2009 yang bertajuk Pembatalan Kontrak
Berbahasa Asing pada 16 Desember 2009.
Begitu pula dinyatakan oleh Rosa Agustina, Guru Besar Hukum Perdata Fakultas Hukum
Universitas Indonesia. Menurutnya, pasal 31 ayat (1) UU 24/2009 tidak bertentangan dengan
asas kebebasan berkontrak yang berlaku di hukum perdata. Rosa menjelaskan asas kebebasan
berkontrak tetap memiliki batasan, salah satunya undang-undang (lihat pasal 1337 KUHPer). Dia
juga memandang rumusan pasal tersebut dapat meminimalisir selisih paham mengenai
penafsiran serta istilah-istilah dalam perjanjian.
Tidak dipenuhinya ketentuan pasal 31 ayat (1) UU 24/2009, bisa menjadi alasan bagi
salah satu pihak untuk menuntut kebatalan demi hukum perjanjian yang tidak menggunakan
Bahasa Indonesia tersebut. Alasannya, kontrak tidak memenuhi unsur sebab atau kausa yang
halal sebagaimana disyaratkan pasal 1320 jo pasal 1337 KUHPer.
Dasar hukum:
1.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek Voor Indonesie atau BW,
Staatsblad 1847 No. 23)
2.Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, Serta
Lagu Kebangsaan
Syarat SUBJEKTIF
Syarat OBJEKTIF
Sehingga, apabila suatu perjanjian itu tidak memenuhi syarat subjektif, maka perjanjian
tersebut dapat dimintakan pembatalannya. Sedangkan apabila suatu perjanjian tidak
memenuhi syarat objektif, maka perjanjian tersebut dinyatakan batal demi hukum.
d. Kiat-kiat menghindari konflik atau perselisihan dalam membuat perjanjian.
Lebih lanjut David M.L. Tobing menjelaskan bahwa dalam suatu perjanjian, pada
umumnya ada pihak yang memiliki posisi lebih dominan, ada yang lebih lemah. Hal inilah
yang kemudian mengakibatkan seperti dalam praktik perbankan adanya klausula eksonerasi.
Klausula eksonerasi (pengecualian) ini pada suatu perjanjian kredit bank,
mencantumkan syarat sepihak. Klausula ini menyatakan bahwa Bank sewaktu-waktu
diperkenankan untuk mengubah (menaikan/menurunkan) suku bunga pinjaman (kredit) yang
diterima oleh Debitur, tanpa pemberitahuan atau persetujuan dari debitur terlebih dahulu.
Dengan kata lain, ada kesepakatan bahwa debitur setuju terhadap segala keputusan sepihak
yang diambil oleh Bank untuk mengubah suku bunga Kredit, yang telah diterima oleh
Debitur pada masa/jangka waktu perjanjian kredit berlangsung.
Dengan adanya klausula eksonerasi tersebut, bank diposisikan lebih tinggi daripada nasabah.
Menurut David, hal-hal seperti inilah yang harus dihindari. Untuk menghindari konflik atau
perselisihan dalam pembuatan suatu perjanjian, posisi setiap pihak harus seimbang sehingga
potensi timbulnya sengketa di kemudian hari dapat diminimalkan.
5. M. N. Tirtaamidjaja mengemukakan:
Hukum perniagaan adalah hukum yang mengatur tingkah laku orang-orang yang turut
melkukan perniagaan. Sedangkan perniagaan adalahpemberian perantaraan antara produsen dan
konsumen; membeli dan menjual dan membuat perjanjian yang memudahkan dan memajukan
pembelian dan penjulan itu. Sekalipun sumber utama hukum perniagaan adalah KUHD akan
tetapi tidak bisa dilepaskan dari KUHPdt
6. KRMT. Titodiningrat mengemukakan:
Hukum dagang merupakan bagian dari hukum perdata yang mempunyai atuaran-aturan
mengenai hubungan berdasarkan ats perusahaan. Peraturan-peraturan mengenai perusahaan tidak
hanya dijumpai dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) melainkan juga berupa
Undang-Undang di luarnya. KUHD dapat disebut sebagai perluasan KUHPdt.
b.Hukum tertulis yang belum dikodifikasikan, yaitu peraturan perundangan khusus yang
mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan (C.S.T. Kansil, 1985 : 7). Sifat
hukum dagang yang merupakan perjanjian yang mengikat pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian.
Pada awalnya hukum dagang berinduk pada hukum perdata. Namun, seiring berjalannya waktu
hukum dagang mengkodifikasi(mengumpulkan) aturan-aturan hukumnya sehingga terciptalah
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ( KUHD ) yang sekarang telah berdiri sendiri atau
terpisah dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ( KUHPer ).
Antara KUHperdata dengan KUHdagang mempunyai hubungan yang erat. Hal ini dapat dilihat
dari isi Pasal 1KUhdagang, yang isinya sebagai berikut:
Adapun mengenai hubungan tersebut adalah special derogate legi generali artinya hukum yang
khusus: KUHDagang mengesampingkan hukum yang umum: KUHperdata.
Prof. Subekti berpendapat bahwa terdapatnya KUHD disamping KUHS sekarang ini dianggap
tidak pada tempatnya. Hali ini dikarenakan hukum dagang relative sama dengan hukum perdata.
Selain itu dagang bukanlah suatu pengertian dalam hukum melainkan suatu pengertian
perekonomian. Pembagian hukum sipil ke dalam KUHD hanyalah berdasarkan sejarah saja,
yaitu karena dalam hukum romawi belum terkenal peraturan-peraturan seperti yang sekarang
termuat dalah KUHD, sebab perdagangan antar Negara baru berkembang dalam abad
pertengahan.
2. Koperasi
Kata koperasi berasal dari kata Co yang artinya bersama dan operation yang artinya bekerja.
Secara umum dapat dikatakan bahwa koperasi adalah suatu badan usaha yang bergerak dalam
bidang ekonomi, yang anggotanya adalah orang-orang atau badan hukum koperasi yang
tergabung secara sukarela atas dasar persamaan hak dan kewajiban, melakukan satu macam
usaha atau lebih untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota khususnya dan masyarakat
pada umumnya. Sedangkan pengertian koperasi menurut pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor
25 tahun 1992 tentang perkoperasian, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orangorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.
Dari batasan atau definisi di atas dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah:
a. Badan usaha yang landasan kegiatannya berdasarkan prinsi-prinsip koperasi
b. Anggotanya adalah orang-orang atau badan hukum koperasi yang mempunyai kepentingan
dan tujuan yang sama
c. Menggabungkan diri sebagai anggota secara sukarela dan mempunyai hak dan tanggung jawab
yang sama sebagai pencerminan adanya demokrasi dalam koperasi.
d.Kerugian dan keuntungan akan ditanggung dan dinikmati bersama menurut perbandingan yang
adil.
e. Pengawasan dilakukan oleh anggota.
f. Adanya sifat saling tolong-menolong (mutual aids).
g. Membayar sejumlah uang sebagai simpanan pokok dan simpanan wajib, sebagai syarat dan
kewajiban anggota.
Langkah-langkah dalam mendirikan Koperasi:
1) Menyelenggarakan rapat pendirian koperasi oleh anggota yang menjadi pendiri ditungkan
dalam rapat pembentukkan dan akta pendirian yang memuat anggaran dasar koperasi. Sebaiknya
pejabat Departemen Koperasi menyaksikan.
2) Para pendiri mengajukan permohonan pengesahan akta pendirian yang dilampirkan 2 rangkap
akta pendirian koperasi, berita acara rapat pembentukkan, surat bukti penyetoran modal dan
rencana awal kegiatan usaha.
3) Pengesahan akta pendirian dalam jangka waktu 3 bulan setelah permintaan
4) Pengumuman dalam Berita Negara Republik Indonesia
3. Yayasan
Pengertian yayasan menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 tentang Yayasan, Yayasan
adalah badan usaha yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk
mencapai tujuan tertentu di bidang soial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai
anggota.Kekayaan yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh
yayasan. Berdasarkan undang-undang ini dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau
tidak langsung kepada pembina, pengurus, pengawas, karyawan, atau pihak lain yang
mempunyai kepentingan terhadap yayasan. Dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari yayasan
mempunyai organ yang terditri atas: Pembina, Pengurus dan Pengawas.
Langkah-langkah mendirikan Yayasan adalah:
1)
Penyampaian dokumen yang diperlukan
Fotokopi KTP para badan pendiri, badan pembina, dan badan pengurus
Nama yayasan
Maksud & tujuan yayasan serta kegiatan usaha yayasan
Jangka waktu berdirinya yayasan
Modal awal yayasan