akibat tidak adanya air yang mencukupi untuk mengairi lahan pertanian,
sehingga pada saat musim kering hanya beberapa petani yang bisa
bertani dengan membuat sumur bor untuk mengairi lahan pertanian
mereka.
Ada tiga solusi sederhana yang dapat dilakukan oleh petani saat
menghadapi lahan kritis yaitu:
1. Pembuatan sumur bor dekat lahan pertanian yang ditanggung bersama
oleh para petani.
2. Pemakaian pupuk organik hosc pada lahan pertanian yang dapat
mengikat air 50% dari volume humus yang diberikan atau dapat mengikat
volume air 10M3/ha pada lahan pertanian.
3. Menanam tanaman yang cocok pada lahan kering seperti jagung,
kacang tanah, kacang kedelai, tembakau dan buncis.
Dari ketiga solusi diatas, pemanfaatan lahan kering bisa menjadi salah
satu solusi efektif. Bahkan di sebagaian Jawa Tengah, sebagaian Jawa
Timur,NTB & NTT menggunakan sistem pertanian tadah hujan yaitu hanya
mengandalkan pengairan lahan pertanian ini.
Apa itu Sistem Pertanian Lahan Kering ?
Lahan kering adalah lahan tadah hujan (rainfed) yang dapat diusahakan
secara sawah (lowland, wetland) atau secara tegal atau ladang (upland).
Lahan kering pada umumnya berupa lahan atasan, kriteria yang
membedakan lahan kering adalah sumber air. Sumber air bagi lahan
kering adalah air hujan, sedangkan bagi lahan basah disamping air hujan
juga dari sumber air irigasi. (Notohadiprawiro, 1988 dalam Suyana,
2003).
Pemanfaatan lahan kering menjadi lahan pertanian produktif karena
mengefisiensikan lahan kosong atau lahan yang dianggap tidak produktif
sebagai salah satu pemenuh kebutuhan dasar hidup dan pensejahteraan
masyarakat.
Pada program pemanfaatan lahan kering sebagai lahan pertanian
produktif yang sekarang sedang dilakukan oleh Pupuk Humus Organic Soil
Conditioner (Pupuk HOSC).