Disusun oleh:
Wa Ode Zara Septiyufrida
(14312241016)
(14312241018)
Ana Lestari
(14312244003)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia sera keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Telah menjadi bagian dari studi sosiologi pendidikan bahwa sosialisasi merupakan
salah satu topik kajian yang dipelajari secara serius. Mengingat arti sosialisasi itu sendiri
merupakan proses alamiah yang membimbing individu untuk mempelajari, memahami
dan mempraktikkan nilai-nilai, norma-norma, pengetahuan serta keterampilan yang
dimiliki oleh masyarakat, sosialisasi memiliki urgensi yang begitu kuat terhadap
keberlangsungan pendidikan bagi individu sebagai anggota masyarakat. Proses
sosialisasilah yang membuat seseorang menjadi tahu bagaimana seharusnya seseorang
bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya.
Selain itu, dalam sosialisasi terdapat agen-agen. Agen sosialisasi merupakan
pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi. Dari agen-agen inilah
dapat diketahui apa saja yang dapat mempengaruhi suatu individu.
Oleh sebab pentingnya mengetahui pengertian dan apa saja agen-agen sosialisasi yang
disusunlah makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian agen sosialisasi?
2. Apa macam-macam agen sosialisasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian agen sosialisasi
2. Mengetahui macam-macam agen sosialisasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosialisasi
Pengertian sosialisasi banyak disampaikan oleh para ahli antara lain yaitu Nasution
(1999:126) menyatakan bahwa proses sosialisasi adalah proses membimbing individu ke
dalam dunia sosial. Menurut pandangan Kimball Young (Gunawan, 2000:33), sosialisasi
ialah hubungan interaktif yang dengannya seseorang mempelajari keperluan-keperluan
sosial dan kultural yang menjadikan seseorang sebagai anggota masyarakat. Pendapat
dua ahli tersebut sama-sama menyatakan bahwa sosialisasi merupakan proses individu
menjadi anggota masyarakat.
Pendapat tentang pengertian sosialisasi juga disampaikan oleh Gunawan (2000:33)
yang menyatakan bahwa sosialisasi dalam arti sempit merupakan proses bayi atau anak
menempatkan dirinya dalam cara atau ragam budaya masyarakatnya (tuntutan-tuntutan
sosiokultural keluarga dan kelompok-kelompok lainnya). Sedangkan Soekanto (1985:71)
menyatakan bahwa sosialisasi mencakup proses yang berkaitan dengan kegiatan
individu-individu untuk mempelajari tertib sosial lingkungannya, dan menyerasikan pola
interaksi yang terwujud dalam konformitas, nonkonformitas, penghindaran diri, dan
konflik. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa dalam sosialisasi individu belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Susanto (1983:12) menyatakan bahwa sosialisasi ialah proses yang membantu
individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana
cara berfikir kelompoknya, agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. .
Menurut Zenden, sosialisasi didefinisikan sebagai sebuah proses
seseorang berinteraksi sosial sepanjang hidupnya yang didalam proses
itu ia mempelajari pengetahuan, sikap, nilai-nilai dan perilaku yang
penting
supaya
bisa
terlihan
secara
efektif
dalam
pihak-pihak
yang
melaksanakan
sama
lain.
Terdapat
Idi,2011:112-113) yaitu
sejumlah
keluarga,
agen
teman
sosialisasi,(Abdullah
sepermainan,
sekolah,
Melalui
fungsi
ini,
keluarga
berusaha
untuk
adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orang tua memiliki
peranan yang penting terhadap proses sosialisasi kepada anak (Sunarto, 2004).
Salah satu pendekatan yang kini sering digunakan dalam kajian keluarga adalah
pendekatan teori sistem. Teori sistem pertama kali dicetuskan oleh Minuchin (1974),
yang mengajukan skema konsep yang memandang keluarga sebagai sebuah sistem
yang bekerja dalam konteks sosial dan memiliki tiga komponen. Pertama, struktur
keluarga berupa sistem sosiokultural yang terbuka dalam transformasi. Kedua,
keluarga senantiasa berkembang melalui sejumlah tahap yang mensyaratkan
penstrukturan. Ketiga, keluarga beradaptasi dengan perubahan situasi kondisi dalam
usahanya untuk mempertahankan kontinuitas dan meningkatkan pertumbuhan
psikososial tiap anggotanya.
Pola transaksi yang meregulasi perilaku anggota keluarga dipertahankan oleh dua
batasan. Pertama, aturan umum yang mengatur organisasi keluarga. Misalnya, dalam
keluarga terdapat hierarki kekuasaan dalam pola hubungan orang tua dengan anak,
dan fungsi komplementer antara suami dan istri dalam bekerja sebagai tim. Kedua,
adanya harapan bersama terhadap anggota keluarga tetentu. Harapan tersebut berasal
dari negosiasi eksplisit maupun implicit di antara anggota keluarga dalam kehidupan
sehari-hari (Lestari, 2012)
2. Teman Sepermainan atau Kelompok Bermain
Teman bermain ini merupakan lingkungan sosial kedua setelah
keluarga. Lingkungan ini pertama kali didapatkan oleh manusia
ketika ia mampu berpergian ke luar. Kelompok bermain ini lebih
banyak berperan dalam membentuk kepribadian anak karena
melalui teman bermain ini anak mulai mengetahui mengenai harga
diri, citra diri dan hasrat pribadinya. Puncak dari pengaruh teman
bermain ini adalah pada masa remaja, dimana seorang individu
memiliki rasa keinginan yang kuat dalam menemukan jati dirinya
(Abdullah Idi, 2011).
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan
tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman dan peranan), sosialisasi dalam kelompok
bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang
sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat
mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya
sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan (Dalyono, 2012).
Dengan kelompok bermain, seorang anak bisa mendapat peranan yang positif,
misalnya :
a. Adanya rasa aman dan dianggap penting.
b. Tumbuhnya rasa kemandirian dalam diri anak itu.
c. Seorang anak mendapat tempat penyaluran berbagai perasaannya seperti rasa
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
juga dampak negatif, misalnya teman sebaya tersebut mengajari melakukan hal-hal
yang tidak baik. Dan dari dampak negatif tersebut muncul penyimpangan misalnya :
a. Penyalahgunaan Narkoba
Hal ini dapat terjadi apabila teman si anak bukan teman yang baik sehingga dia
akan menjerumuskan si anak.
b. Proses sosialisasi yang tidak sempurna
Apabila seseorang dalam kehidupannya mengalami sosialisasi yang tidak
sempurna, maka akan muncul penyimpangan pada perilakunya. Contohnya:
seseorang menjadi pencuri karena terbentuk oleh lingkungannya yang banyak
melakukan tindak ketidakjujuran, pelanggaran, pencurian dan sebagainya.
c. Tindak kejahatan / kriminal
Yaitu tindakan yang melanggar norma, misalkan mencuri, membunuh dan lainlain.
d. Gaya hidup
Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup yang lain dari perilaku umum atau
biasanya. Penyimpangan ini antara lain sikap arogansi yaitu kesombongan
terhadap sesuatu yang dimilikinya seperti kepandaian, kekuasaan, kekayaan, dan
sebagainya.
e. Mengonsumsi rokok di bawah umur
Hal inilah yang sangat sering terjadi jika pergaulan si anak dengan temannya
kelewatan batas, sehingga akan melakukan tindakan demikian seperti merokok
dan akan merusak kepribadiannya.
f. Kenakalan remaja
Karena keinginan membuktikan keberanian dalam melakukan hal-hal yang
dianggap
bergengsi,
sekelompok
orang
melakukan
tindakan-tindakan
Selain itu, perkelahian antar pelajar termasuk jenis kenakalan remaja yang pada
umumnya terjadi di kota-kota besar sebagai akibat kompleknya kehidupan disana.
Demikian juga tawuran yang terjadi antar kelompok/etnis/warga yang akhir-akhir ini
sering muncul. Tetapi, sebelum si anak terlanjur terjerumus, orangtua dapat
melakukan berbagai upaya untuk melindungi si anak. Dan pastinya apa yang diajarkan
oleh keluarga akan dibawa oleh anak dari rumah keluar rumahnya ketika ia
berinteraksi dengan teman sebayanya (Herbert, 2013).
3. Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan dimana seorang anak
akan belajar mengenai berbagai hal yang dipelajari disekolah.
Dalam lingkungan sekolah ini, anak akan menemukan berbagai nilai
dan norma yang berbeda dan bahkan bertentangan dengan nilai
yang di anut dalam keluarga. Lembaga sekolah ini akan sangat
berperan dalam mengembangkan kamampuan dan ketrampilan
anak dan juga anak akan memperoleh pengetahuan mengenai
sikap, nilai-nilai dan norma-norma. Hal-hal tersebut dipelajari baik
secara informal maupun formal di sekolah (Abdullah Idi, 2011).
4. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja sebagai proses sosialisasi lanjutan merupakan
tempat kerja seorang yang mulai berorganisasi secara nyata dalam
suatu sistem. Sejumlah hal yang perlu dipelajari dalam lingkungan
kerja seperti bagaimana menyelesaikan pekerjaan, bagaimana
bekerja sama dengan bagian lain dan bagaimana beradaptasi
dengan rekan kerja (Abdullah Idi, 2011).
5. Media Massa
Media massa sebagai sarana dalam proses sosialisasi karena
media banyak memberikan informasi yang dapat menambah
wawasan untuk memahami keberadaan manusia dan berbagai
permasalahan yang ada di lingkungan sekitar. Termasuk media
massa yaitu surat kabar, majalah, tabloid, televisi, radio dan
sebagainya. Media massa sebagai sarana yang efisien dan efektif
untuk mendapatkan informasi. Melalui media, seseorang dapat
mengetahui
keadaan
dan
keberadaan
lingkungan
serta
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Agen sosialisasi
merupakan
pihak-pihak
yang
melaksanakan
sosialisasi.
2. Macam-macam agen sosialisasi yaitu sebagai berikut:
a. Keluarga
b. Teman seperminan
c. Sekolah
d. Lingkungan kerja
e. Media massa
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah
Idi.
2011.
Sosiologi
Pendidikan
Individu
Masyarakat
dan