Anda di halaman 1dari 27

BATUAN SEDIMEN

Batuan sedimen terbentuk di permukaan bumi pada temperatur rendah dan


tekanan yang normal, sedangkan batuan beku dan metamorf terbentuk di dalam bumi
dengan temaperatur dan tekanan yang lebih tinggi. Perbedaan genesa batuan tersebut
menyebabkan perbedaan yang besar pada karakter fisik dan kimia dari batuan
sedimen. Batuan sedimen dicirikan dengan terdapatnya lapisan (layer
), tekstur dan
(layer),
struktur yang tertentu, serta terdapatnya fosil.
Batuan sedimen adalah batuan yang paling banyak tersingkap di permukaan
bumi, yaitu kurang lebih sekitar 75% dari luas permukaan bumi. Sedangkan batuan
beku dan metamorf hanya tersingkap sekitar 25% dari luas permukaan bumi. Oleh
karena itu, batuan sedimen mempunyai arti yang sangat penting karena aktivitas
manusia banyak berhubungan dengan batuan ini. Batuan sedimen mempunyai arti
ekonomis yang sangat penting, dimana batuan ini banyak mengandung mineral dan
bahan bakar fosil. Sebagai contoh adalah minyak bumi, gas alam, batubara, garam,
fosfor, sulfur, bijih besi, uranium, dan sebagaianya. Fosil dapat juga ditemukan pada
batuan sedimen dan mempunyai arti penting dalam menentukan umur batuan dan
lingkungan pengendapan.
Sedangkan pengertian dari batuan sedimen sendiri adalah batuan yang
terbentuk karena proses diagenesa dari material batuan lain yang sudah mengalami
sedimentasi. Sedimentasi meliputi proses pelapukan, erosi, transportasi, dan deposisi.
Proses pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan fisika, kimia, maupun biologis.
Proses erosi dan transportasi terutama dilakukan oleh media air dan angin. Sedangkan
proses deposisi terjadi pada saat energi transport sudah tidak mampu mangangkut
partikel sedimen tersebut. Proses-proses diagenesa ini menyebabkan perubahan
material sedimen. Perubahan yang terjadi meliputi perubahan fisik, mineralogi, dan
kimia.
Secara fisik, perubahan yang terutama terjadi adalah perubahan tekstur.
Material sedimen yang masih lepas-lepas akan mengalami proses litifikasi sehingga

material sedimen akan menjadi batuan sedimen yang kompak. Proses kompaksi akan
merubah penempatan butiran sedimen sehingga terjadi kontak antar butirannya.
Proses sementasi dapat menyebabkan ukuran butir menjadi lebih besar, sedangkan
sementasi dalam skala besar menyebabkan terbentuknya nodul dan konkresi.
Perubahan kimia antara lain terdapat pada proses sementasi, authigenesis,
replacement,
replacement, inversi, dan solusi. Proses sementasi yang terjadi akan mengisi pori-pori
batuan sedimen dengan mineral-mineral autigenik. Perubahan kimia selama
diagenesa dapat terjadi dengan adanya penambahan atau pengurangan substansi kimia
karena perubahan kesetimbangan. Perubahan ini banyak terjadi pada proses semenatsi
dan disolusi.
Batuan sedimen dapat dibedakan satu sama lain antara lain dari kenampakan
fisiknya. Secara umum, batuan sedimen dapat dibedakan menjadi :
1. Batuan sedimen silisiklastik
a. Vulkaniklastik
b. Epiklastik
2. Batuan sedimen non silisiklastik (termasuk karbonat dan evaporit, serta
batuan sedimen kimiawi)
3. Sapropelite
SIFAT FISIK BATUAN SEDIMEN
Sifat fisik batuan sedimen yang dideskripsi sehingga memudahkan dalam
klasifikasinya antara lain : warna, tekstur, serta struktur.
WARNA
Secara umum, warna pada batuan sedimen akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu :
1. Warna mineral penyusun batuan sedimen
2. Warna massa dasar atau matriks, atau warna material penyusun yang dominan
3. Warna material yang menyelubungi (coating
(coating material)
material)
4. Derajat kehalusan butir penyusunnya

Pada batuan dengan komposisi yang sama, jika makin halus ukuran
butirannya, maka warnanya akan cenderung lebih gelap.
Warna batuan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pengendapan. Jika kondisi
lingkungannya reduksi, maka warna batuan menjadi lebih gelap diabandingkan pada
lingkungan oksidasi. Batuan sedimen yang mengandung banyak material organik
mampunyai warna yang lebih gelap pula.
TEKSTUR
Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan yang menyangkut butir
sedimen seperti ukuran butir, bentuk butir, dan orientasi. Tekstur batuan sedimen
mempunyai arti penting karena mencerminkan proses yang telah dialami batuan
tersebut terutama proses transportasi dan pengendapannya. Tekstur juga dapat
digunakan untuk menginterpretasi lingkungan pengendapan batuan sedimen. Secara
umum, tekstur batuan dibagi menjadi tekstur non klastik dan klastik.
Tekstur Non Klastik
Umumnya memperlihatkan kenampakan mozaik kristal penyusunnya. Kristal
penyusun biasanya terdiri dari saru macam mineral (monomineralik), seperti gypsum,
kalsit, dan anhydrite. Macam-macam tekstur non klastik antara lain :
1. amorf (berukuran lempung, non kristalin)
2. oolitik (kristal berbentuk bulat/elipsoid yang berkumpul dengan
ukuran 0,25 mm 2 mm)
3. Pisolitik (sama seperti oolitik, ukuran butir kristalnya lebih besar dari 2
mm)
4. Sakaroidal (butir kristalnya sengat halus, dengan bentuk seperti gula)
5. Kristalin (tersusun oleh kristal-kristal)
Sedangkan ukuran butirnya dibedakan menjadi : kasar (> 5 mm), sedang (1 5 mm),
dan halus (< 1 mm).
Tekstur Klastik
Unsur dari tekstur ini adalah fragmen, matriks, dan semen.

Fragmen adalah butiran yang berukuran besar pada batuan


Matriks adalah butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan
diendapkan bersama-sama dengan fragmen.
Semen adalah material halus yang menjadi pengikat. Semen diendapkan
setelah pengnedapan fragmen dan matriks. Semen umumnya berupa silika,
kalsit, sulfat, atau oksida besi.
Ukuran Butir
Butiran di dalam batuan sedimen klastik bisa terdiri dari pecahan-pecahan
fragmen batuan, mineral, kristal, dan cangkang fosil atau zat organik lainnya. Ukuran
butir dari grains tersebut dipengaruhi oleh : jenis pelapukan, jenis transportasi,
waktu/jarak transportasi, dan resistensi material penyusun. Ukuran butir yang biasa
digunakan adalah skala Udden Wentworth. Penggunaan skala tersebut terutama
diperuntukkan bagi unconsolidated sedimentary rocks, sementara untuk consolidated
sedimentary rocks, pengukuran ukuran butir yang lebih akurat dapat dilakukan
dengan metode matematis ataupun metode grafis.
Bentuk Butir
Tingkat Kebundaran (Roundness
(Roundness))
Tingkat kebundaran dipengaruhi oleh komposisi butir, ukuran butir, jenis
proses transportasi, dan jarak transportasi (Boggs, 1987). Butiran mineral yang
resisten, seperti kuarsa dan zirkon akan berbentuk kurang bundar dibandingkan
mineral yang kurang resisten seperti feldspar dan piroxen. Butiran berukuran lebih
besar dari kerakal akan lebih mudah membundar daripada yang berukuran pasir. Jarak
transport akan mempengaruhi tingkat kebundaran butir dari jenis butir yang sama,
makin jauh jarak transport, butiran akan makin bundar.
Sortasi (Pemilahan)
Sortasi adalah keseragaman butir di dalam batuan sedimen klastik. Tiga istilah
yang digunakan antara lain :
Well sorted

: besar butir merata atau sama besar

Medium sorted

: terpilah sedang

Poor sorted

: besar butir tidak merata, terdapat matriks dan fragmen

Kemas (Fabric
(Fabric))
Pada batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu :
Kemas terbuka

: butiran tidak saling bersentuhan (mengambang dalam


matriks)

Kemas tertutup

: butiran saling bersentuhan satu sama lainnya

SRUKTUR
Struktur batuan sedimen terbentuk akibat proses fisika, kimia, maupun
biologis. Pada batuan sedimen dikenal dua macam struktur, yaitu :
1. Struktur syngenetik, yaitu struktur batuan sedimen yang terbentuk bersamaan
dengan terbentuknya batuan sedimen. Struktur ini disebut juga sebagai
struktur primer batuan. Contoh : perlapisan, laminasi, convolute, ball and
pillow structure, flaser, graded bedding, dsb.
2. Struktur epigenetik, yaitu struktur batuan sedimen yang terbentuk setelah
terbentuknya batuan sedimen, contoh : kekar, sesar, lipatan, dsb.
3. Penecontamperonous structure,
structure, yaitu struktur batuan sedimen yang terbentuk
segera setelah terbentuknya batuan sedimen.

Struktur laminasi pada batupasir (Types of Primary Sedimentary Structures @


www.yahoo.com)

Struktur megacross bedding pada batupasir (Types of Primary Sedimentary Structures


@ www.yahoo.com)
MACAM BATUAN SEDIMEN BERDASAR SIFAT FISIK
1. BATUAN SEDIMEN SILISIKLASTIK
Batuan sedimen silisiklastik adalah batuan sedimen yang telah mengalami
proses transportasi. Tersusun oleh mineral-mineral allogenic (mineral yang berasal
dari luar cekungan pengendapan). Batuan sedimen silisiklastik dapat dibagi lagi
menjadi dua macam, yaitu : batuan sedimen vulkniklastik dan batuan sedimen
epilastik.
1.1 Batuan Sedimen Epiklastik
Pembagian batuan sedimen epiklastik berdasarkan ukuran butir material
penyusun adalah : argillaceous rocks (siltstone dan shale/mudstone), sandstone
(arenaceous rocks), serta rudaceous rocks (konglomerat dan breksi).
Argillaceous Rocks
A. Shale

Shale tersusun oleh material-material sedimen yang berukuran kurang dari


1/256 mm. Warna shale yang umum dijumpai : merah coklat, kuning, hijau, abu-abu
terang, abu-abu gelap, dan hitam. Warna abu-abu terang menunjukkan shale
kemungkinan mengandung karbon, sedangkan warna hitam kemungkinan kandungan
karbonnya lebih banyak. Warna merah sampai ungu, hingga abu-abu kehijauan
menunjukkan adanya unsur Fe3+ atau Fe2+. Sedangkan warna hijau menunjukkan shale
banyak mengandung material-material organik.
Partikel-partikel penyusun yang dominan mempunyai bentuk lembaranlembaran yang pipih (platy
(platy atau flaky)
flaky) maupun acicular,
acicular, sehingga shale ini dapat
dipilah-pilah menurut struktur lapisannya. Antar partikel dalam shale tersemenkan
dengan baik, sehingga antar partikelnya sulit untuk dipisahkan. Kebundaran
partikelnya tergantung dari material asal (provenance
(provenance)) serta proses-proses yang telah
dialami, seperti transportasi, abrasi, pelapukan, dan proses diagenesa yang lain.
Kebanyakan partikelnya berbentuk runcing (very
(very angular)
angular) dan mempunyai sphericity
yang kecil.
Oleh karena shale dominan tersusun oleh mineral-mineral lempung yang
mempunnyai bentuk lembaran yang pipih (platy
(platy atau flaky),
flaky), maka shale seringkali
mempunyai struktur berupa bedding atau lamination. Menurut Ingram (1953, dalam
Boggs, 1987) tebal perlapisan atau laminasi dapat digunakan untuk pemberian nama
atau klasifikasi shale. Antara lain :
1. papery (tebal perlapisan kurang dari 0,5 mm)
2. platy (tebal perlapisan lebih dari 1 mm)
3. flaggy (bila bidang perlapisan datar dan saling sejajar satu sama lain dengan
dimensi panjang jauh lebih besar daripada ketebalannya)
4. flaky ( bila bidang perlapisan tidak saling sejajar satu sama lain, terdapat pula
yang bentuknya membaji)
Namun terdapat pula shale yang masif atau tidak emmpunyai struktur perlapisan.
Struktur sedimen lain yang banyak dijumpai pada shale antara lain :
perlapisan sejajar (parallel
(parallel stratification), massive bedding, graded bedding, flaser

bedding, ripple marks, convolute lamination, trace fossils, dan bioturbation


structures, mud cracks, concretion, cone-in-cone structures, dan color banding.
Secara mineralogi, shale dominan tersusun oleh mineral lempung, mika berukuran
sedang halus, kuarsa, dan feldspar. Mineral lain yang terdapat dalam jumlah yang
lebih kecil antara lain : zeolit, oksida besi, mineral-mineral berat, karbonat, sulfat, dan
sulfida, serta kadang terdapat material-material organik.
Dalam analisa petrografis, yang penting diamati pada shale adalah ada atau
tidaknya penjajaran mineral, yaitu dengan mengamati sayatan tipis shale yang disayat
tegak lurus dengan bidang perlapisan.
Jenis mineral lempung penyusun shale yang dominan dapat mencirikan batuan
asalnya, lingkungan pengendapan, waktu pengendapan, dan sejarah proses
diagenesanya. Sebagai contoh : klorit dan mika merupakan mineral yang banyak
dijumpai pada batuan metamorf derajat rendah sedang; kaolinit, ilit, smektit, klorit,
dan mika banyak dijumpai pada batuan sedimen. Lebih jauh lagi, jenis mineral
lempung yang dominan dapat pula digunakan untuk mengetahui iklim saat
pengendapan, misal kaolinit yang terbentuk pada temperatur yang hangat, lembab,
dimana proses leaching berlangsung intensif. Sementara smektit dan ilit terbentuk
pada iklim kering. Mineral-mineral penyusun tersebut selama berlangsungnya proses
diagenesa dapat terubah menjadi mineral lain. Misalnya smektit berubah menjadi ilit
atau klorit, kaolinit menjadi ilit, dsb. Material organik yang sering dijumpai pada
shale antara lain : fitoplankton, zooplankton, spora, pollen, dan fosil tumbuhan
tingkat tinggi.
B. Siltstone
Siltstone ini mempunyai kenampakan yang hampir sama dengan shale,
shale, hanya
saja ukuran butirnya lebih besar daripada shale,
shale, yaitu 1/16 mm 1/256 mm.
Klasifikasi dari argillaceous rocks ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Klasifikasi argillaceous rocks (Potter, 1980, dalam Boggs, 1987, hlm. 299)
Arenaceous Roks (sandstone)
Batupasir terdiri dari material-material sedimen berukuran 2 mm 1/16 mm
dan terutama tersusun oleh kuarsa, feldspar, dan fragmen-fragmen batuan. Beberapa
jenis batupasir mengandung matriks (berukuran kurang dari 0,03 mm). Mineral
aksesoris yang sering terdapat pada batuapsir adalah : mika, mineral berat, seperti
garnet, turmalin, zirkon, rutil, staurolit, magnetit, kasiterit, brukit, kianit, dsb.
Material lain yang juga sering dijumpai antara lain : glauconite pellets, phosphate
pellets, material piroklastik dan organik. Semen dari batupasir biasanya berupa
mineral lempung (bisa berupa klorit, ilit, montmorillonit, dan kaolinit), oksida besi

(limonit dan hematit), silika, karbonat. Mineral lain yang berperan sebagai semen
adalah anhidrit, gipsum, barit, dan pirit.

Klasifikasi batupasir (Pettijohn, 1975, dalam Graha, 1987)


Penamaan batupasir didasarkan pada kandungan materialnya (persentase
fragmen dan matriks, serta perbandingan jumlah kuarsa, feldspar dan fragmen
batuan). Klasifikasi yang banyak digunakan adalah klasifikasi Pettijohn, McBride,
dan Folk. Berdasar kandungan matriks, batupasir dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Arenites (matriks kurang dari 5% atau tidak ada sama sekali)
2. Wackes
Sedangkan jika dibandingkan pula kandungan kuarsa, feldspar, dan fragmen batuan,
maka batuapsir dapat dibedakan menjadi : quartz arenite, quartz wackes, feldspathic
arenites, feldspathic wackes, lithic arenites, dan lithic wackes. Arkose,
Arkose, disebut pula
sebagai feldspathic sandstone mengandung feldspar lebih dari 25%. Graywacke
umumnya berwarna gelap dan mempunyai sortasi yang buruk.
Rudaceous Rocks

Batuan ini berukuran > 32 mm dan meliputi konglomerat (berbentuk rounded)


rounded)
dan breksi (berbentuk angular).
angular). Karena ukurannya yang besar, maka komponen
penyusun yang utama dari batuan ini adalah fragmen batuan daripada butiran mineral
kristalin. Fragmen batuan dapat berasal dari batuan beku plutonik maupun vulkanik,
batuan sedimen, dan batuan metamorf. Sedangkan matriksnya dapat berupa lempung
ataupun pasir. Ukuran butirnya yang besar juga menyebabkan proses abrasi
berlangsung lebih efektif daripada batupasir. Bila bentuk butirnya masih cenderung
angular, maka batuan belum mengalami proses transportasi dalam waktu yang lama
atau dalam jarak yang jauh. Bila bentuk butirnya sudah rounded, maka batuan telah
mengalami proses transportasi dalam waktu yang lama atau dalam jarak yang jauh.
Mineral yang terkandung di dalamnya juga tinggal mineral-mineral yang resisten
terhadap proses abrasi, karena mineral yang tidak resisten akan hancur atau larut
selama proses transportasi atau diagenesa.
Konglomerat dan breksi banyak terdapat di lingkungan darat, fluvial, maupun
shoreline.
shoreline. Namun dapat pula tertransport oleh aliran debris atau oleh media es
(gletser). Endapan ini dicirikan oleh sortasi yang buruk dan masih banyak
mengandung mineral-mineral yang tidak resisten. Klas8ifikasi konglomerat dan
breksi dapat didasarkan pada ukuran, komposisi, serta persentase fragmen dan
matriksnya.

1.2. Batuan Sedimen Vulkaniklastik


Batuan sedimen vulkaniklastik adalah batuan sedimen silisiklastik yang
mengandung fragmen-fragmen vulkanik. Deposit vulkaniklastik dapat diendapkan
pada lingkungan darat, dalam air, maupun es. Bataun vulkaniklastik meliputi batuan
yang mengalami proses vulkanik (erupsi piroklastik dan proses autoklastik) maupun
batuan yang batuan induknya merupakan batuan vulkanik yang telah mengalami

pelapukan, erosi, dan transportasi. Erupsi piroklastik yang terjadi meliputi erupsi
magmatik dan erupsi hidroklastik. Masing-masing proses tersebut nantinya akan
berpengaruh pada kenampakan fisik batuan. Sedangkan proses autoklastik yang
dimaksud adalah proses vulkanik yang tidak bersifat letusan, batuan mengalami
autobreksiasi pada saat pendinginan lava.
A. Pyroclastic Deposit
Secara genetik, deposit piroklastik dibagi menjadi : endapan piroklastik
jatuhan, endapan piroklastik aliran, dan pyroclastic surge deposit.
deposit. Piroklastik aliran
dan surge deposit yang mengandung pumis dalam jumlah besar disebut sebagai
ignimbrit. Piroklastik jatuhan mempunyai pelamparan yang luas, sortasi yang baik,
ketebalannya seragam atau hampir seragam, dan sering dijumpai mempunyai struktur
seperti berlapis (karena material berukuran kasar diendapkan lebih dulu daripada
yang berukuran lebih halus). Piroklastik aliran mempunyai pelamparan yang terbatas,
tidak tersortasi baik, pada bagian ujung aliran, depositnya lebih tebal, tidak
mempunyai struktur. Sedangkan pyroclastic surge deposit mempunyai kenampakan
struktur meliuk-liuk pada bagian dasar endapan. Hal ini dikarenakan tekanan dari
beban di atasnya. Ash merupakan abu gunungapi yang belum terkonsolidasi,
sedangkan tuff merupakan abu gunungapi yang telah terkonsolidasi. Tuff dapat
tersusun oleh gelas, kristal, dan fragmen batuan. Ketiga komponen tersebut
digunakan dalam penamaan tuff.
B. Hyaloclastites
Hyaloclastites terbentuk dari lava atau magma yang bertemu dengan tubuh
air, es, ataupun material sedimen yang bersifat basah. Hal ini menyebabkan
endapan terfragmentasi membentuk fragmen-fragmen yang berbentuk angular.
Hyaloclastites terutama tersusun oleh fragmen batuan berbentuk angular dan
gelas. Batuan ini umum disebut sebagai breksi hialoklastik atau batupasir
hialoklastik. Sedangkan peperite terbentuk saat aliran lava bertemu dengan
sedimen basah yang belum terlitifikasi.
C. Epiclastic dan Redeposited Pyroclastic Deposit

Batuan ini merupakan batuan atau endapan vulkanik setelah proses


vulkanisme mengalami erosi dan kemudian transportasi, sehingga mengendap
kembali di tempat lain. Media transportasi dapat berupa fluida yang cair maupun
fluida yang kental atau pekat, seperti mudflow,
mudflow, yang disebut lahar. Endapan yang
diangkut oleh fluida pekat mempunyai sortasi yang buruk, dan bentuk fragmen yang
runcing karena proses abrasi tidak berlangsung intensif.

Klasifikasi tuff (Schmid, 1981, dalam Boggs, 1978)

Klasifikasi Batuan Piroklasti (Fisher, 1961, dalam Boggs, 1978)


2. BATUAN SEDIMEN NONSILISIKLASTIK
Batuan sedimen nonsilisiklastik adalah batuan sedimen yang tidak mengalami
proses transportasi. Tersusun oleh mineral-mineral authigenic (mineral yang berasal
dari dalam cekungan pengendapan).
2.1 Batuan Karbonat
Batuan karbonat merupakan salah satu batuan sedimen nonsilisiklastik, karena
terbentuk dari larutan, sehingga tidak terdapat material detritus. Menurut Pettijohn
(1975), batuan karbonat adalah batuan yang fraksi karbonat lebih besar daripada
fraksi non karbonatnya. Fraksi karbonat tersusun oleh (unsur logam + CO3) , seperti
aragonit, kalsit, dolomit, magnesit, ankerit, dan siderit. Sedangkan fraksi non
karbonat (impurities
(impurities)) antara lain kuarsa, feldspar, mineral lempung, gipsum, anhidrit,
rijang, glaukonit, dll. Dua jenis batuan karbonat yang utama adalah batugamping dan
dolomit. Suatu batuan karbonat disebut batugamping apabila terutama tersusun oleh
kalsit (90%), dan disebut dolomit apabila tersusun oleh dolomit (90%) (Boggs,
1987). Jenis batuan karbonat yang lain adalah terumbu (reef
), kapur (chalk
), dan
(reef),
(chalk),
cherty limestone.
Endapan karbonat masa kini terutama tersusun oleh aragonit, serta kalsit, dan
dolomit. Aragonit tersebut kebanyakan berasal dari proses biogenik (ganggang hijau

atau calcareous green algae)


algae) atau hasil presipitasi langsung dari air laut secara
kimiawi. Aragonirt ini bersifat tidak stabil, artinya segera setelah terbentuk akan
berubah menjadi kalsit. Kalsit pada endapan karbonat masa kini ada 2 macam, yaitu :
1. Low Mg-calcite (kandungan MgCO3 < 4%, dan terbentuk pada daerah dingin).
2. High Mg-calcite (kandungan MgCO3 4%, dan terbentuk pada daerah
hangat).
Dolomit terbentuk pada lingkungan supratidal dan danau air tawar. Dolomit primer
merupakan hasil presipitasi langsung dari air laut secara kimia, sedangkan dolomit
sekunder merupakan hasil proses penggantian (dolomitisasi).
Endapan karbonat purba terutama tersusun oleh kalsit dan dolomit. Kalsit
adalah mineral utama pada batugamping purba, sedangkan dolomit adalah mineral
utama pada dolomit purba. Aragonit jarang dijumpai pada batuan karbonat purba.
Aragonit adalah polimorf metastabil dari CaCO3 dan mudah berubah menjadi kalsit
dalam kondisi berair.
Komponen utama penyusun batugamping dapat dibagi menjadi 3 macam,
yaitu :
1. Butiran karbonat (allochem
(allochem))
Butiran karbonat mempunyai ukuran butir mulai dari lanau kasar (0,02 mm) pasir
(2 mm), bahkan ada yangn lebih besar daripada pasir.
a. Butiran non cangkang
Ooid
Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elipsoid yang
mempunyai satu atau lebih struktur lamina yang konsentris dan
mengelilingi suatu inti. Inti bisa berupa fragmen cangkang, pellet, atau
kuarsa.Sedangkan struktur l

Pisoid
Pisoid adalah butiran karbonat berbentuk bulat atau elipsoid yang
mempunyai struktur lamina yang konsentris seperti ooid, tapi ukurannya
lebih besar dari 2 mm. Ada 2 macam pisoid, yaitu vadose pisoid
(caliche) dan algal pisoid.
Peloid / pellet
Peloid adalah butiran karbonat berbentuk bulat, elipsoid, atau runcing,
tersusun oleh mikrit, tapi tidak mempunyai struktur dalam. Diameternya
sekitar < 0,1 0,5 mm.
Klastika karbonat (intraclast
(intraclast dan lithoclast)
lithoclast)
Klastika karbonat adalah butiran karbonat yang berasal dari proses erosi
batugamping purba yang tersingkap di darat (selanjutnya disebut
lithoclast)
lithoclast) atau berasal dari proses erosi endapan karbonat yang
terkonsolidasi lemah pada cekungan pengendapan, yaitu berasal dari
seafloor, tidal flat,
flat, atau beach rock (selanjutnya disebut sebagai
intraclast).
intraclast).
Agregat (lump/grapestone
(lump/grapestone))
Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat
yang tersemen bersama-sama selama sedimentasi. Semen bisa berupa
mikrokristalin kalsit atau zat organik. Agregat terbentuk pada
lingkungan laut dangkal dimana energi arus dan gelombang relatif
rendah.
b. Butiran cangkang
Butiran cangkang dapat berupa mikrofosil, makrofosil, atau fragmen dari
makrofosil. Jika butiran tersebut berupa cangkang utuh disebut biomorf, tapi
jika berupa fragmen cangkang disebut sebagai bioclast. Jenis butiran cangkang
ini tergantung umur batuan dan faktor lingkungan pengendapan.

2. Micrite
Micrite atau lumpur karbonat tersusun oleh kristal-kristal kalsit yang sangat halus
(pada batugamping purba) atau kristal-kristal jarum aragonit yang sangat halus
(pada endapan karbonat masa kini). Micrite dapat sebagai matriks atau penyusun
utama batugamping berukuran halus. Di bawah mikroskop, micrite mempunyai
kenampakan cloudy,
cloudy, keabu-abuan sampai coklat dan translucent.
translucent. Kehadiran
micrite pada batugamping purba menunjukkan bahwa proses pencucian
(winnowing)
winnowing) oleh gelombang dan arus relatif kecil sekali, sehingga micrite
terbentuk pada kondisi air yang tenang.
3. Sparite
Sparite adalah kristal-kristal kalsit yang berbentuk equant, berukuran 0,02 mm,
transparant (di bawah mikroskop). Sparite dibedakan dari micrite karena
mempunyai ukuran kristal yang lebih besar dan bersifat transparant. Sparite
berfungsi sebagai semen pengisi rongga-rongga antar butir atau pengisi lubang
hasil proses pelarutan. Kehadiran sparite sebagai semen pada batugamping purba
menunjukkan bahwa proses pengendapan terjadi pada cekungan dengan energi
tinggi.
Unsur - unsur yang perlu ada dalam deskripsi batuan karbonat yaitu :
1. Ukuran butir
2. Bentuk butir
3. Sortasi dan pemilahan
4. Sedimen dan matrik (mikrit
(mikrit dan sparit)
sparit)
5. Kemas dan hubungan antar butir yang meliputi ;
a. grain/clast supported,
supported, bila tekstur terdukung oleh butiran (grain)
b. matrik supported,
supported, bila tekstur terdukung oleh matriks
c. mud supported,
supported, bila tekstur terdukung oleh mud (lumpur karbonat)

Klasifikasi Batuan Karbonat


A.

Klasifikasi Folk ,1959.


,1959.
Folk mengemukakan klasifikasi berdasarkan jenis dan proporsi dari partikel

dan perbandingan matrik.

allochem ( carbonate grain or particles )


Terdiri dari (a) intraclasts yang merupakan synsedimentary resedimen
contohnya adalah mud pebble, grapestone, behemites; (b) Pellet; (c) Ooid;
(d) Fosil dan skeletal grains
grains ( lihat gambar II.4 )

mikrit ( micrite )

sparry calcite sebagai semen.

Klasifikasi Folk ,1959 (dalam Boggs, 1978, hlm.447)


Folk mengambil jenis allochem yang mendominasi sebagai awalannya dan
jenis matriks sebagai akhirannya. Folk mendasarkan tingkat energi pada ratio jumlah
mikrit dan sparit (tekstural
(tekstural maturity).
maturity). Allochem yang berada diantara mikrit

dihubungkan dengan lingkungan pengendapan turbulensi rendah karena kehadiran


mikrit menunjukkan bahwa batuan tersebut tidak mengalami proses winowing,
winowing,
sedangkan lingkungan turbulensi tinggi dicerminkan oleh batuan dimana allochem
berada diantara sparit. Sparit pada klasifikas Folk ini terbentuk bersamaan dengan
proses deposisi sebagai pengisi pori-pori.
B.

Klasifikasi Dunham, 1962.


1962.
Klasifikasi ini memberikan tekanan paling besar pada tekstur pengendapan

sedimen karbonat yaitu pada kelimpahan allochems dan micrite.


micrite. Bendasaran
klasifikasi pada tekstur karbonat ini terdiri dari 2 aspek utama yaitu (a) grain packing
dan kelimpahan relative butiran dibandingkan mikrit; (b) depotitional binding of
grain

(ikatan antar butir yang diendapkan). Klasifikasi ini yang dapat dilihat

pada tabel, memisahkan komponen yang tidak dibatasi bersama pada waktu deposisi
dan didalam kandungan lempung (mud
). Pada batuan yang tidak mengandung mud
(mud).
dinamakan grain supported.
supported. Sedangkan batuan yang mengandung mud bisa grain
supported ataupun mud supported.
supported. Grain supported sendiri tidak tergantung semata
mata pada rasio butiran tetapi juga merupakan fungsi dari bentuk butiran.

Klasifikasi Dunham, 1962 (dalam Boggs, 1978 hlm. 450)


Dunham menggunakan istilah komponen yang dipakai adalah grain mud dan
sparit. Nama-nama yang dipakai oleh Dunham adalah mudstone, packstone,

wackstone, dsb. Dunham menggunakan fabrik batuan untuk menentukan tingkat


energi pengendapan. Energi pengendapan low energy apabila fabrik mud supported
karena terbentuk pada arus tenang. Sedangkan energi pengendapan energi tinggi
( high energy ) apabila fabrik grain-supported yang terbentuk pada lingkungan
dengan gelombang yang kuat. Sparit pada klasifikasi ini hadir segera setelah butiran
diendapkan.
C.

Klasifikasi Embry-Klovan, 1972.

Untuk tujuan mengenali sedimen yang terdeposisi dalam air yang tenang dan yang
terdeposisi pada air yang bergelombang, kemudian difokuskan pada rata-rata atau
dominasi ukuran butir. Tetapi suatu hal yang menjadi asumsi bahwa semua partikel
yang ukurannya tertentu dalam suatu sample memiliki sifat hidrolika yang sama.
Parameter untuk energi air yang paling baik adalah hadir tidaknya partikel halus.
Ketentuan untuk butran merupakan salah satu parameter tekstur. Butiran dapat
menunjukkan kehadiran yang menyolok tetapi tidak begitu banyak untuk saling
bersentuhan. Dalam kondisi ini tekstur butiran mengembang dalam masa dasar yang
halus dan disebut mud suported.
suported. Dan dalam kondisi sebaliknya bila butiran saling
bersentuhan disebut tekstur graine supported.
supported. Istilah floatstone dan rudstone,
rudstone,
dikenalkan oleh embry dan Klovan dalam hubungannya dalam penelitian
batugamping reef, tetapi hanya digunakan pada allochthonous limestone dengan
ukuran partikel yang significant dari material hancuran yang disebabkan oleh erosi
dan juga deposisi. Perbedaan antara autochthonous carbonates (boundstone
(boundstone)) adalah
berdasarkan macam interaksi antara organisme sesil dan sedimen, dimana interaksi

ini

dicirikan

oleh

baffling,

binding

dan

proses

framework

building

Klasifikasi Embry & Klovan, 1972 (dalam Boggs, 1978 hlm. 449)
2.2 Batuan Evaporit
Nama batuannya adalah nama mineral penyusun yang bersifat
monomineral, yaitu dikenal sebagai mineral garam. Terdapat 3 mineral yang paling
banyak dijumpai, yaitu : gip (CaSO4.2H2O), anhidrit (CaSO4), dan halit (NaCl).
a. Batuan gip
Terdapat secara kristalin kasar sampai halus granular. Dapat pula masif dan sering
terdapat sebagai kristal-kristal yang besar tetapi yang demikian biasanya terdapat

sebagai urat atau kristal nodul dalam lumpur atau pasir. Sering memperlihatkan
struktur pseudo porphyritic dengan kristal selenit sebagai fenokrisnya.
b. Batuan anhidrit
Batuan ini lebih banyak terdapat daripada gip. Ada yang mempunyai struktur
berlapis, namun kadang-kadang juga masif. Struktur sedimennya memperlihatkan
laminasi yang keriput, pada umumnya granular halus, tapi di bawah mikroskop
berupa kristalin kasar. Kenampakan porfiritik disebabkan oleh penyebaran kristal
gip diantaranya.
c. Halit (batugaram)
Batuan ini terdapat secara masif dan secara kristalin kasar, kadang berlaminasi.
Sering berinterlaminasi dengan sisipan tipis oleh anhidrit atau dolomit. Garam
hitam juga sering berinteraksi dengan garam putih. Garam hitam merupakan
inklusi anhidrit, sedangkan garam putih merupakan inklusi cairan. Bentuk
kristalnya kubus. Halit sering menjadi terobosan-terobosan yang membentuk
saltdome. Hal ini disebabkan berat jenis yang relatif rendah dibandingkan batuan
di sekelilingnya dan sifat mudah mengalir pada temperatur dan tekanan rendah.
2.3 Batuan Sedimen Silika
Batuan yang termasuk golongan ini juga bersifat monomineral, antara lain :
rijang, batupaneker (flint), jaspilit jasper dan hematit, tanah diatomae, serta tanah
radiolaria. Komposisi rijang adalah opal, kalsedon, kuarsa, dan kristobalit dengan
sedikit mengandung kalsit dan dolomit. Tekstur batuan ini seperti mikrokristalin
kuarsa dan kalsedon euhedral sampai polihedral. Baturijang terdapat secara berlapislapis berasosiasi dengan serpih dan bijih besi atau sebagai nodul dalam gamping.
Rijang berlapis biasanya berasosiasi dengan endapan geosinklin (subduction
(subduction zone)
zone)
dengan sisipan serpih hitam, juga berasosiasi dengan arus turbidit dan lumpur silika
mengandung diatomae atau radiolaria. Kedalaman laut antara 120 m 200 m. Rijang
berlapis dapat berasal dari organik dengan pertolongan radiolaria dan diatomae, atau

berasal dari kimiawi. Rijang yang berupa nodul pada umumnya sebagai replacement
dari gamping.
2.4 Batuan Sedimen karbonan
Material organik yang banyak dijumpai yaitu yang bersifat humic dan
sapropelic.
sapropelic. Material non arganik yang juga didapatkan pada batuan ini adalah
material silisiklastik dan karbonat. Berdasar kelimpahan material tersebut, maka
sapropelite dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Coal
Coal merupakan tipe batuan sedimen karbonan yang paling umum dijumpai.
Coal tersusun oleh material organik serta impurities
impurities berupa material silisiklastik.
Kebanyakan coal bersifat humic,
humic, meskipun terdapat pula yang bersifat sapropelic
yang tersusun oleh spora tumbuhan, alga, dsb. Menurut Schopf (1956, dalam Boggs,
1987) pengertian coal adalah batuan yang mengandung material karbonan lebih dari
50% (persen berat) atau lebih dari 70% (persen volume), terbentuk dari endapan
tumbuhan yang telah membusuk kemudian mengalami pemadatan.
Persentase material-material di atas akan mempengaruhi macam dan kualitas
coal nantinya. Macam-macam coal tersebut :
Peat
Peat bukan merupakan coal yang sesungguhnya. Peat terkonsolidasi
sebagian, endapan organiknya terkarbonisasi sebagian dengan tingkat
kelembapan tinggi.
Lignite (brown coal)
Merupakan tingkat coal terendah. Berwarna coklat coklat kehitaman,
tingkat kelembapan tinggi, berumur kretasius tersier.
Bituminous
Berwarna hitam, keras, kandungan karbonnya lebih tingggi, tingkat
kelembapan lebih rendah.

Subbituminous
Merupakan coal yang mempunyai sifat pertengahan antara bituminous
dengan lignit.
Antrasit
Berwarna hitam, keras, mengandung material karbonan lebih dari 90%,
mengkilap (kilap logam), mempunyai pecahan seperti pecahan gelas,
berumur karboniferus.
Cannel coal dan boghead coal
Tidak mempunyai struktur banded,
banded, berwarna hitam, buram, pecahan
konkoidal, lebih lembab daripada antrasit. Cannel coal banyak
mengandung spora tumbuhan, boghead coal banyak mengandung alga.
Bone coal
Bone coal merupakan coal yang sangat murni dengan kandungan ash yang
tinggi.
b. Oil Shale
Oil shale merupakan batuan sedimen berukuran halus yang mengandung
minyak dalam jumlah yang cukup signifikan. Minyak tersebut dihasilkan dari proses
pemanasan. Dua puluh persen materialnya merupakan material organik penciri oil
shale, sedangkan 80 %-nya kebanyakan berupa kerogen yang akan menghasilkan
minyak bila mengalami pemanasan hingga 350 derajat celcius.
c. Solid Hydrocarbon
Solid Hydrocarbon kemungkinan terbentuk dari petroleum cair yang
kemudian kehilangan volatil, atau mengalami oksidasi, atau biasa juga degradasi
biogenik setelah tersingkap di permukaan.

Komposisi kimis solid hydrocarbon

hampir sama dengan petroleum cair, tapi persentase karbon dan hidrogen lebih
rendah, serta mengandung sulfur, nitrogen, dan oksigen.
Aspal, lunak, berwarna gelap, bersifat plastis, banyak terdapat pada tar
sands.

Asphaltites, banyak terdapat sebagai dike dan vein yang memotong lapisan
sedimen, lebih padat dan keras daripada aspal, dan mempunyai titik leleh
lebih tinggi.
Pyrobitumens, mempunyai kandungan sulfur yang tinggi, namun jenis ini
tidak dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Native mineral waxes, padat, berwarna cerah. Native mineral waxes yang
penting antara lain : ozocerite dan montan wax.
3. SAPROPELITIC
Sapropelitik merupakan contoh dari tanah residual/sisa yang merupakan hasil
dari pelapukan yang bersifat insitu atau tida mengalami proses transportasi.
Karakteristik dari sedimen ini dikontrol oleh iklim, drainage (saluran pengairan) serta
material penyusun dari batuan sumber. Pada tanah mature, yang berperan penting
adalah faktor iklim, sedangkan pada tanah yang immature yang berpera penting
adalah drainage dan batuan sumber.
Sapropel, merupakan batua yang didominasi oleh material yang berukuran
lanau, secra keseluruhan tersusun oleh campuran organic yang terkumulasi pada
bagaian bawah dari suatu cekungan. Cekunga tersebut bsa berupa danau, lagoon, dan
estuarin. Sisa fitoplankton dan zooplankton akan memperkaya kandungan karbon
pada peat (gambut). Proses penggambutan tersebut berlangsung pada kondisi yang
reduksi atau miskin akan O2. Peningkatan akumulasi dari sapropel diimbangi oleh
percepatan pertumbuhan atau perkembangbiakandari organisme tersebut. Proses
pembentukannya berlangsung pada lingkungan yang netral.

DAFTAR PUSTAKA
Boggs, Sam, 1987, Petrology of Sedimentary Rocks,
Rocks, Macmillan Publishing
Company, New York
Chinner, Knocks, Nockolds, 1976, Petrology for Students,
Students, Cambridge University
Press, London
Graha, Doddy Setia, 1987, Batuan dan Mineral,
Mineral, Nova, Bandung

Anda mungkin juga menyukai