material sedimen akan menjadi batuan sedimen yang kompak. Proses kompaksi akan
merubah penempatan butiran sedimen sehingga terjadi kontak antar butirannya.
Proses sementasi dapat menyebabkan ukuran butir menjadi lebih besar, sedangkan
sementasi dalam skala besar menyebabkan terbentuknya nodul dan konkresi.
Perubahan kimia antara lain terdapat pada proses sementasi, authigenesis,
replacement,
replacement, inversi, dan solusi. Proses sementasi yang terjadi akan mengisi pori-pori
batuan sedimen dengan mineral-mineral autigenik. Perubahan kimia selama
diagenesa dapat terjadi dengan adanya penambahan atau pengurangan substansi kimia
karena perubahan kesetimbangan. Perubahan ini banyak terjadi pada proses semenatsi
dan disolusi.
Batuan sedimen dapat dibedakan satu sama lain antara lain dari kenampakan
fisiknya. Secara umum, batuan sedimen dapat dibedakan menjadi :
1. Batuan sedimen silisiklastik
a. Vulkaniklastik
b. Epiklastik
2. Batuan sedimen non silisiklastik (termasuk karbonat dan evaporit, serta
batuan sedimen kimiawi)
3. Sapropelite
SIFAT FISIK BATUAN SEDIMEN
Sifat fisik batuan sedimen yang dideskripsi sehingga memudahkan dalam
klasifikasinya antara lain : warna, tekstur, serta struktur.
WARNA
Secara umum, warna pada batuan sedimen akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu :
1. Warna mineral penyusun batuan sedimen
2. Warna massa dasar atau matriks, atau warna material penyusun yang dominan
3. Warna material yang menyelubungi (coating
(coating material)
material)
4. Derajat kehalusan butir penyusunnya
Pada batuan dengan komposisi yang sama, jika makin halus ukuran
butirannya, maka warnanya akan cenderung lebih gelap.
Warna batuan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pengendapan. Jika kondisi
lingkungannya reduksi, maka warna batuan menjadi lebih gelap diabandingkan pada
lingkungan oksidasi. Batuan sedimen yang mengandung banyak material organik
mampunyai warna yang lebih gelap pula.
TEKSTUR
Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan yang menyangkut butir
sedimen seperti ukuran butir, bentuk butir, dan orientasi. Tekstur batuan sedimen
mempunyai arti penting karena mencerminkan proses yang telah dialami batuan
tersebut terutama proses transportasi dan pengendapannya. Tekstur juga dapat
digunakan untuk menginterpretasi lingkungan pengendapan batuan sedimen. Secara
umum, tekstur batuan dibagi menjadi tekstur non klastik dan klastik.
Tekstur Non Klastik
Umumnya memperlihatkan kenampakan mozaik kristal penyusunnya. Kristal
penyusun biasanya terdiri dari saru macam mineral (monomineralik), seperti gypsum,
kalsit, dan anhydrite. Macam-macam tekstur non klastik antara lain :
1. amorf (berukuran lempung, non kristalin)
2. oolitik (kristal berbentuk bulat/elipsoid yang berkumpul dengan
ukuran 0,25 mm 2 mm)
3. Pisolitik (sama seperti oolitik, ukuran butir kristalnya lebih besar dari 2
mm)
4. Sakaroidal (butir kristalnya sengat halus, dengan bentuk seperti gula)
5. Kristalin (tersusun oleh kristal-kristal)
Sedangkan ukuran butirnya dibedakan menjadi : kasar (> 5 mm), sedang (1 5 mm),
dan halus (< 1 mm).
Tekstur Klastik
Unsur dari tekstur ini adalah fragmen, matriks, dan semen.
Medium sorted
: terpilah sedang
Poor sorted
Kemas (Fabric
(Fabric))
Pada batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu :
Kemas terbuka
Kemas tertutup
SRUKTUR
Struktur batuan sedimen terbentuk akibat proses fisika, kimia, maupun
biologis. Pada batuan sedimen dikenal dua macam struktur, yaitu :
1. Struktur syngenetik, yaitu struktur batuan sedimen yang terbentuk bersamaan
dengan terbentuknya batuan sedimen. Struktur ini disebut juga sebagai
struktur primer batuan. Contoh : perlapisan, laminasi, convolute, ball and
pillow structure, flaser, graded bedding, dsb.
2. Struktur epigenetik, yaitu struktur batuan sedimen yang terbentuk setelah
terbentuknya batuan sedimen, contoh : kekar, sesar, lipatan, dsb.
3. Penecontamperonous structure,
structure, yaitu struktur batuan sedimen yang terbentuk
segera setelah terbentuknya batuan sedimen.
Klasifikasi argillaceous rocks (Potter, 1980, dalam Boggs, 1987, hlm. 299)
Arenaceous Roks (sandstone)
Batupasir terdiri dari material-material sedimen berukuran 2 mm 1/16 mm
dan terutama tersusun oleh kuarsa, feldspar, dan fragmen-fragmen batuan. Beberapa
jenis batupasir mengandung matriks (berukuran kurang dari 0,03 mm). Mineral
aksesoris yang sering terdapat pada batuapsir adalah : mika, mineral berat, seperti
garnet, turmalin, zirkon, rutil, staurolit, magnetit, kasiterit, brukit, kianit, dsb.
Material lain yang juga sering dijumpai antara lain : glauconite pellets, phosphate
pellets, material piroklastik dan organik. Semen dari batupasir biasanya berupa
mineral lempung (bisa berupa klorit, ilit, montmorillonit, dan kaolinit), oksida besi
(limonit dan hematit), silika, karbonat. Mineral lain yang berperan sebagai semen
adalah anhidrit, gipsum, barit, dan pirit.
pelapukan, erosi, dan transportasi. Erupsi piroklastik yang terjadi meliputi erupsi
magmatik dan erupsi hidroklastik. Masing-masing proses tersebut nantinya akan
berpengaruh pada kenampakan fisik batuan. Sedangkan proses autoklastik yang
dimaksud adalah proses vulkanik yang tidak bersifat letusan, batuan mengalami
autobreksiasi pada saat pendinginan lava.
A. Pyroclastic Deposit
Secara genetik, deposit piroklastik dibagi menjadi : endapan piroklastik
jatuhan, endapan piroklastik aliran, dan pyroclastic surge deposit.
deposit. Piroklastik aliran
dan surge deposit yang mengandung pumis dalam jumlah besar disebut sebagai
ignimbrit. Piroklastik jatuhan mempunyai pelamparan yang luas, sortasi yang baik,
ketebalannya seragam atau hampir seragam, dan sering dijumpai mempunyai struktur
seperti berlapis (karena material berukuran kasar diendapkan lebih dulu daripada
yang berukuran lebih halus). Piroklastik aliran mempunyai pelamparan yang terbatas,
tidak tersortasi baik, pada bagian ujung aliran, depositnya lebih tebal, tidak
mempunyai struktur. Sedangkan pyroclastic surge deposit mempunyai kenampakan
struktur meliuk-liuk pada bagian dasar endapan. Hal ini dikarenakan tekanan dari
beban di atasnya. Ash merupakan abu gunungapi yang belum terkonsolidasi,
sedangkan tuff merupakan abu gunungapi yang telah terkonsolidasi. Tuff dapat
tersusun oleh gelas, kristal, dan fragmen batuan. Ketiga komponen tersebut
digunakan dalam penamaan tuff.
B. Hyaloclastites
Hyaloclastites terbentuk dari lava atau magma yang bertemu dengan tubuh
air, es, ataupun material sedimen yang bersifat basah. Hal ini menyebabkan
endapan terfragmentasi membentuk fragmen-fragmen yang berbentuk angular.
Hyaloclastites terutama tersusun oleh fragmen batuan berbentuk angular dan
gelas. Batuan ini umum disebut sebagai breksi hialoklastik atau batupasir
hialoklastik. Sedangkan peperite terbentuk saat aliran lava bertemu dengan
sedimen basah yang belum terlitifikasi.
C. Epiclastic dan Redeposited Pyroclastic Deposit
Pisoid
Pisoid adalah butiran karbonat berbentuk bulat atau elipsoid yang
mempunyai struktur lamina yang konsentris seperti ooid, tapi ukurannya
lebih besar dari 2 mm. Ada 2 macam pisoid, yaitu vadose pisoid
(caliche) dan algal pisoid.
Peloid / pellet
Peloid adalah butiran karbonat berbentuk bulat, elipsoid, atau runcing,
tersusun oleh mikrit, tapi tidak mempunyai struktur dalam. Diameternya
sekitar < 0,1 0,5 mm.
Klastika karbonat (intraclast
(intraclast dan lithoclast)
lithoclast)
Klastika karbonat adalah butiran karbonat yang berasal dari proses erosi
batugamping purba yang tersingkap di darat (selanjutnya disebut
lithoclast)
lithoclast) atau berasal dari proses erosi endapan karbonat yang
terkonsolidasi lemah pada cekungan pengendapan, yaitu berasal dari
seafloor, tidal flat,
flat, atau beach rock (selanjutnya disebut sebagai
intraclast).
intraclast).
Agregat (lump/grapestone
(lump/grapestone))
Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat
yang tersemen bersama-sama selama sedimentasi. Semen bisa berupa
mikrokristalin kalsit atau zat organik. Agregat terbentuk pada
lingkungan laut dangkal dimana energi arus dan gelombang relatif
rendah.
b. Butiran cangkang
Butiran cangkang dapat berupa mikrofosil, makrofosil, atau fragmen dari
makrofosil. Jika butiran tersebut berupa cangkang utuh disebut biomorf, tapi
jika berupa fragmen cangkang disebut sebagai bioclast. Jenis butiran cangkang
ini tergantung umur batuan dan faktor lingkungan pengendapan.
2. Micrite
Micrite atau lumpur karbonat tersusun oleh kristal-kristal kalsit yang sangat halus
(pada batugamping purba) atau kristal-kristal jarum aragonit yang sangat halus
(pada endapan karbonat masa kini). Micrite dapat sebagai matriks atau penyusun
utama batugamping berukuran halus. Di bawah mikroskop, micrite mempunyai
kenampakan cloudy,
cloudy, keabu-abuan sampai coklat dan translucent.
translucent. Kehadiran
micrite pada batugamping purba menunjukkan bahwa proses pencucian
(winnowing)
winnowing) oleh gelombang dan arus relatif kecil sekali, sehingga micrite
terbentuk pada kondisi air yang tenang.
3. Sparite
Sparite adalah kristal-kristal kalsit yang berbentuk equant, berukuran 0,02 mm,
transparant (di bawah mikroskop). Sparite dibedakan dari micrite karena
mempunyai ukuran kristal yang lebih besar dan bersifat transparant. Sparite
berfungsi sebagai semen pengisi rongga-rongga antar butir atau pengisi lubang
hasil proses pelarutan. Kehadiran sparite sebagai semen pada batugamping purba
menunjukkan bahwa proses pengendapan terjadi pada cekungan dengan energi
tinggi.
Unsur - unsur yang perlu ada dalam deskripsi batuan karbonat yaitu :
1. Ukuran butir
2. Bentuk butir
3. Sortasi dan pemilahan
4. Sedimen dan matrik (mikrit
(mikrit dan sparit)
sparit)
5. Kemas dan hubungan antar butir yang meliputi ;
a. grain/clast supported,
supported, bila tekstur terdukung oleh butiran (grain)
b. matrik supported,
supported, bila tekstur terdukung oleh matriks
c. mud supported,
supported, bila tekstur terdukung oleh mud (lumpur karbonat)
mikrit ( micrite )
(ikatan antar butir yang diendapkan). Klasifikasi ini yang dapat dilihat
pada tabel, memisahkan komponen yang tidak dibatasi bersama pada waktu deposisi
dan didalam kandungan lempung (mud
). Pada batuan yang tidak mengandung mud
(mud).
dinamakan grain supported.
supported. Sedangkan batuan yang mengandung mud bisa grain
supported ataupun mud supported.
supported. Grain supported sendiri tidak tergantung semata
mata pada rasio butiran tetapi juga merupakan fungsi dari bentuk butiran.
Untuk tujuan mengenali sedimen yang terdeposisi dalam air yang tenang dan yang
terdeposisi pada air yang bergelombang, kemudian difokuskan pada rata-rata atau
dominasi ukuran butir. Tetapi suatu hal yang menjadi asumsi bahwa semua partikel
yang ukurannya tertentu dalam suatu sample memiliki sifat hidrolika yang sama.
Parameter untuk energi air yang paling baik adalah hadir tidaknya partikel halus.
Ketentuan untuk butran merupakan salah satu parameter tekstur. Butiran dapat
menunjukkan kehadiran yang menyolok tetapi tidak begitu banyak untuk saling
bersentuhan. Dalam kondisi ini tekstur butiran mengembang dalam masa dasar yang
halus dan disebut mud suported.
suported. Dan dalam kondisi sebaliknya bila butiran saling
bersentuhan disebut tekstur graine supported.
supported. Istilah floatstone dan rudstone,
rudstone,
dikenalkan oleh embry dan Klovan dalam hubungannya dalam penelitian
batugamping reef, tetapi hanya digunakan pada allochthonous limestone dengan
ukuran partikel yang significant dari material hancuran yang disebabkan oleh erosi
dan juga deposisi. Perbedaan antara autochthonous carbonates (boundstone
(boundstone)) adalah
berdasarkan macam interaksi antara organisme sesil dan sedimen, dimana interaksi
ini
dicirikan
oleh
baffling,
binding
dan
proses
framework
building
Klasifikasi Embry & Klovan, 1972 (dalam Boggs, 1978 hlm. 449)
2.2 Batuan Evaporit
Nama batuannya adalah nama mineral penyusun yang bersifat
monomineral, yaitu dikenal sebagai mineral garam. Terdapat 3 mineral yang paling
banyak dijumpai, yaitu : gip (CaSO4.2H2O), anhidrit (CaSO4), dan halit (NaCl).
a. Batuan gip
Terdapat secara kristalin kasar sampai halus granular. Dapat pula masif dan sering
terdapat sebagai kristal-kristal yang besar tetapi yang demikian biasanya terdapat
sebagai urat atau kristal nodul dalam lumpur atau pasir. Sering memperlihatkan
struktur pseudo porphyritic dengan kristal selenit sebagai fenokrisnya.
b. Batuan anhidrit
Batuan ini lebih banyak terdapat daripada gip. Ada yang mempunyai struktur
berlapis, namun kadang-kadang juga masif. Struktur sedimennya memperlihatkan
laminasi yang keriput, pada umumnya granular halus, tapi di bawah mikroskop
berupa kristalin kasar. Kenampakan porfiritik disebabkan oleh penyebaran kristal
gip diantaranya.
c. Halit (batugaram)
Batuan ini terdapat secara masif dan secara kristalin kasar, kadang berlaminasi.
Sering berinterlaminasi dengan sisipan tipis oleh anhidrit atau dolomit. Garam
hitam juga sering berinteraksi dengan garam putih. Garam hitam merupakan
inklusi anhidrit, sedangkan garam putih merupakan inklusi cairan. Bentuk
kristalnya kubus. Halit sering menjadi terobosan-terobosan yang membentuk
saltdome. Hal ini disebabkan berat jenis yang relatif rendah dibandingkan batuan
di sekelilingnya dan sifat mudah mengalir pada temperatur dan tekanan rendah.
2.3 Batuan Sedimen Silika
Batuan yang termasuk golongan ini juga bersifat monomineral, antara lain :
rijang, batupaneker (flint), jaspilit jasper dan hematit, tanah diatomae, serta tanah
radiolaria. Komposisi rijang adalah opal, kalsedon, kuarsa, dan kristobalit dengan
sedikit mengandung kalsit dan dolomit. Tekstur batuan ini seperti mikrokristalin
kuarsa dan kalsedon euhedral sampai polihedral. Baturijang terdapat secara berlapislapis berasosiasi dengan serpih dan bijih besi atau sebagai nodul dalam gamping.
Rijang berlapis biasanya berasosiasi dengan endapan geosinklin (subduction
(subduction zone)
zone)
dengan sisipan serpih hitam, juga berasosiasi dengan arus turbidit dan lumpur silika
mengandung diatomae atau radiolaria. Kedalaman laut antara 120 m 200 m. Rijang
berlapis dapat berasal dari organik dengan pertolongan radiolaria dan diatomae, atau
berasal dari kimiawi. Rijang yang berupa nodul pada umumnya sebagai replacement
dari gamping.
2.4 Batuan Sedimen karbonan
Material organik yang banyak dijumpai yaitu yang bersifat humic dan
sapropelic.
sapropelic. Material non arganik yang juga didapatkan pada batuan ini adalah
material silisiklastik dan karbonat. Berdasar kelimpahan material tersebut, maka
sapropelite dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Coal
Coal merupakan tipe batuan sedimen karbonan yang paling umum dijumpai.
Coal tersusun oleh material organik serta impurities
impurities berupa material silisiklastik.
Kebanyakan coal bersifat humic,
humic, meskipun terdapat pula yang bersifat sapropelic
yang tersusun oleh spora tumbuhan, alga, dsb. Menurut Schopf (1956, dalam Boggs,
1987) pengertian coal adalah batuan yang mengandung material karbonan lebih dari
50% (persen berat) atau lebih dari 70% (persen volume), terbentuk dari endapan
tumbuhan yang telah membusuk kemudian mengalami pemadatan.
Persentase material-material di atas akan mempengaruhi macam dan kualitas
coal nantinya. Macam-macam coal tersebut :
Peat
Peat bukan merupakan coal yang sesungguhnya. Peat terkonsolidasi
sebagian, endapan organiknya terkarbonisasi sebagian dengan tingkat
kelembapan tinggi.
Lignite (brown coal)
Merupakan tingkat coal terendah. Berwarna coklat coklat kehitaman,
tingkat kelembapan tinggi, berumur kretasius tersier.
Bituminous
Berwarna hitam, keras, kandungan karbonnya lebih tingggi, tingkat
kelembapan lebih rendah.
Subbituminous
Merupakan coal yang mempunyai sifat pertengahan antara bituminous
dengan lignit.
Antrasit
Berwarna hitam, keras, mengandung material karbonan lebih dari 90%,
mengkilap (kilap logam), mempunyai pecahan seperti pecahan gelas,
berumur karboniferus.
Cannel coal dan boghead coal
Tidak mempunyai struktur banded,
banded, berwarna hitam, buram, pecahan
konkoidal, lebih lembab daripada antrasit. Cannel coal banyak
mengandung spora tumbuhan, boghead coal banyak mengandung alga.
Bone coal
Bone coal merupakan coal yang sangat murni dengan kandungan ash yang
tinggi.
b. Oil Shale
Oil shale merupakan batuan sedimen berukuran halus yang mengandung
minyak dalam jumlah yang cukup signifikan. Minyak tersebut dihasilkan dari proses
pemanasan. Dua puluh persen materialnya merupakan material organik penciri oil
shale, sedangkan 80 %-nya kebanyakan berupa kerogen yang akan menghasilkan
minyak bila mengalami pemanasan hingga 350 derajat celcius.
c. Solid Hydrocarbon
Solid Hydrocarbon kemungkinan terbentuk dari petroleum cair yang
kemudian kehilangan volatil, atau mengalami oksidasi, atau biasa juga degradasi
biogenik setelah tersingkap di permukaan.
hampir sama dengan petroleum cair, tapi persentase karbon dan hidrogen lebih
rendah, serta mengandung sulfur, nitrogen, dan oksigen.
Aspal, lunak, berwarna gelap, bersifat plastis, banyak terdapat pada tar
sands.
Asphaltites, banyak terdapat sebagai dike dan vein yang memotong lapisan
sedimen, lebih padat dan keras daripada aspal, dan mempunyai titik leleh
lebih tinggi.
Pyrobitumens, mempunyai kandungan sulfur yang tinggi, namun jenis ini
tidak dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Native mineral waxes, padat, berwarna cerah. Native mineral waxes yang
penting antara lain : ozocerite dan montan wax.
3. SAPROPELITIC
Sapropelitik merupakan contoh dari tanah residual/sisa yang merupakan hasil
dari pelapukan yang bersifat insitu atau tida mengalami proses transportasi.
Karakteristik dari sedimen ini dikontrol oleh iklim, drainage (saluran pengairan) serta
material penyusun dari batuan sumber. Pada tanah mature, yang berperan penting
adalah faktor iklim, sedangkan pada tanah yang immature yang berpera penting
adalah drainage dan batuan sumber.
Sapropel, merupakan batua yang didominasi oleh material yang berukuran
lanau, secra keseluruhan tersusun oleh campuran organic yang terkumulasi pada
bagaian bawah dari suatu cekungan. Cekunga tersebut bsa berupa danau, lagoon, dan
estuarin. Sisa fitoplankton dan zooplankton akan memperkaya kandungan karbon
pada peat (gambut). Proses penggambutan tersebut berlangsung pada kondisi yang
reduksi atau miskin akan O2. Peningkatan akumulasi dari sapropel diimbangi oleh
percepatan pertumbuhan atau perkembangbiakandari organisme tersebut. Proses
pembentukannya berlangsung pada lingkungan yang netral.
DAFTAR PUSTAKA
Boggs, Sam, 1987, Petrology of Sedimentary Rocks,
Rocks, Macmillan Publishing
Company, New York
Chinner, Knocks, Nockolds, 1976, Petrology for Students,
Students, Cambridge University
Press, London
Graha, Doddy Setia, 1987, Batuan dan Mineral,
Mineral, Nova, Bandung