Anda di halaman 1dari 27

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BAB XIII

PERUMAHAN DAN

PERMUKIMAN A. PENDAHULUAN

Sejak awal Repelita V berbagai upaya pemenuhan kebutuhan


akan perumahan dan permukiman bagi penduduk di daerah-daerah
perkotaan dan perdesaan terus ditingkatkan dan dikembangkan baik
secara kuantitatif maupun kualitatif sejalan dengan arah yang
diamanatkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)
1988 di bidang perumahan dan permukiman. Selain itu pem-
bangunan perumahan dan permukiman diupayakan agar dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong per-
tumbuhan ekonomi.

Pembangunan perumahan dan permukiman pada dasarnya


merupakan tugas dan tanggung jawab masyarakat sendiri. Peranan
pemerintah dalam hubungan ini dititikberatkan pada penyediaan
berbagai kemudahan dan penciptaan iklim yang dapat mendorong
terwujudnya perumahan dan permukiman yang layak, sehat, aman,
tertib, dan serasi. Berbagai kegiatan telah dilaksanakan dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat, khususnya bagi

XIII/3
golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, yang bermukim
di daerah-daerah perkotaan dan perdesaan antara lain melalui
penyediaan rumah-rumah sederhana dengan harga yang terjangkau
oleh sebagian besar masyarakat serta penggunaan teknologi tepat
guna yang melibatkan masyarakat dalam pengelolaannya.

Selama kurun waktu Repelita V telah berhasil diterbitkan


sejumlah peraturan perundang-undangan yang memberi landasan
hukum bagi pembangunan perumahan dan permukiman yang tertib,
didasarkan pada rasa kekeluargaan, kebersamaan dan
kesetiakawanan sosial antar berbagai lapisan masyarakat, antara
lain Inpres Nomor 5 Tahun 1990 yang telah memungkinkan peran
serta swasta dalam penanganan kawasan kumuh kota yang terletak
di atas tanah negara; Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang
perumahan dan permukiman memberikan kepastian hukum bagi
persyaratan pembangunan perumahan, pembinaan badan usaha di
bidang perumahan, pelepasan hak tanah, pengelolaan kawasan siap
bangun untuk perumahan, sews-menyewa hunian, serta penyerahan
sebagian urusan pemerintah di bidang perumahan dan permukiman
kepada pemerintah daerah; dan Keputusan Presiden Nomor 14
Tahun 1993 yang menetapkan tabungan wajib pegawai negeri sipil
(TAPERUM) dengan tujuan menghimpun dana bagi pembangunan
perumahan. Sebesar 40 persen dari dana tersebut dapat digunakan
untuk perumahan pegawai negeri sipil, khususnya golongan I dan
II dan 60 persen untuk investasi pembangunan prasarana
pendukungnya.

Pembangunan perumahan yang mencerminkan rasa


kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan kebersamaan juga
diwujudkan melalui penetapan pembangunan perumahan
berdasarkan hunian berimbang (satu rumah mewah, tiga rumah
menengah, dan enam rumah sederhana). Di samping itu
pengungkapan keperdulian sosial yang dikaitkan dengan Hari
Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN), diwujudkan dalam
penataan dan perbaikan kawasan kumuh di perkotaan. Untuk
mendorong kemandirian masyarakat telah pula dilaksanakan dan

XIII/4
dikembangkan pola pembangunan perumahan yang bertumpu pada
peran serta masyarakat (P2BPM).

Untuk daerah perkotaan, penanganan pembangunan


perumahan dan permukiman dilaksanakan dengan pendekatan
pembangunan prasarana kota terpadu atau P3KT yang bertujuan
menyediakan pelayanan prasarana dasar yang berlandaskan pada
prinsip pemulihan biaya investasi pembangunannya, baik melalui
sistem pelanggan/tarif maupun peremakan. Penyediaan prasarana
perkotaan pada dasarnya menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah. Peran pemerintah pusat adalah memberikan bantuan teknis,
pembinaan dan pengaturan serta proyek-proyek perintisan yang
diperlukan dalam pembangunan perkotaan.

Di daerah perdesaan penanganan pembangunan perumahan


dan permukiman dilaksanakan dengan pendekatan pembangunan
perumahan dan lingkungan desa terpadu atau P2LDT yang
bertujuan mengembangkan prakarsa dan swadaya masyarakat
melalui kegiatan penyuluhan dan percontohan yang dapat
mendorong masyarakat agar lebih mandiri dalam pembangunan
perumahan dan permukiman. Peran pemerintah dalam P2LDT
adalah sebagai fasilitator/motivator dengan memberi bimbingan
teknis, bantuan stimulasi dan percontohan. P2LDT dilaksanakan
secara gotong royong berdasarkan musyawarah dan berjenjang
melalui kegiatan apresiasi penyuluhan di tingkat pusat hingga
tingkat kecamatan, sedang di tingkat desa dilaksanakan penyuluhan
teknis langsung kepada masyarakat yang menghadapi permasalahan
permukiman.

Sejak tahun pertama Repelita V, 1989/90 hingga tahun


1993/94 telah dibangun kurang lebih 316.701 rumah sederhana dan
rumah sangat sederhana, sejumlah kurang lebih 295.239 rumah
dipugar di 22.891 desa, perbaikan kampung seluas 46.334 hektare di
504 kota serta peremajaan kota seluas 166 hektare. Sementara itu
telah ditingkatkan penyediaan lebih dari 20.000 liter per detik air
bersih, serta dibangun pengadaan sarana air bersih di 3.992

XIII/5
desa. Penanganan persampahan, drainase, dan air limbah secara
berturut-turut diselenggarakan di 492 kota, 240 kota, dan 337 kota
dalam Repelita V.

Mengacu kepada arahan yang ditetapkan GBHN 1988, dalam


Repelita V pembangunan perumahan dan permukiman telah dapat
memenuhi sebagian dari kebutuhan dasar masyarakat berkat iklim
pembangunan yang menggairahkan. Dalam hubungan ini, jumlah
perumahan yang telah dibangun menunjukkan peranan swasta dan
masyarakat dalam pembangunan perumahan dari tahun ke tahun
makin meningkat bahkan telah melampaui hasil dari upaya yang
diprakarsai oleh pemerintah.

B. PELAKSANAAN KEGIATAN

Dalam Repelita V, pembangunan perumahan dan permukiman


ditingkatkan melalui tiga program utama, yaitu: (1) Program
Perumahan Rakyat; (2) Program Penyediaan Air Bersih; dan (3)
Program Penyehatan Lingkungan Permukiman. Ketiga program
tersebut dilaksanakan berdasarkan rencana tata ruang masing-
masing tingkat daerah pemerintahan, serta sejauh dimungkinkan
melibatkan masyarakat dan swasta yang terkait dengan pelaksanaan
pembangunan daerah setempat. Pelaksanaan ketiga program
tersebut diarahkan pula untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat di daerah-daerah kumuh kota dan desa sebagai salah
satu kegiatan pengentasan kemiskinan.

1. Program Perumahan Rakyat

Program Pembangunan Perumahan Rakyat dilaksanakan


melalui kegiatan: (a) pengadaan perumahan sederhana, (b)
pemugaran perumahan desa, (c) perbaikan kampung dan
lingkungan pasar, (d) peremajaan kawasan kota dan rumah susun
sewa, (e) penataan bangunan serta kegiatan penyuluhan perumahan
sehat. Berbagai kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan

XIII/6
kesejahteraan rakyat khususnya pada kelompok
masyarakat yang berpenghasilan rendah.

a. Pengadaan Perumahan Sederhana

Pembangunan perumahan sederhana ditujukan


untuk memenuhi kebutuhan perumahan di daerah
perkotaan, khususnya bagi masyarakat yang
berpenghasilan rendah. Pembangunan rumah
sederhana dilaksanakan oleh Perum Perumnas dan
developer swasta dengan pemilikan rumah
berdasarkan fasilitas kredit dari Bank Tabungan
Negara atau bank swasta lainnya.

Selama kurun waktu Repelita V pembangunan


perumahan sederhana banyak dipengaruhi oleh
perkembangan ekonomi dan tingginya suku bunga,
tanah di perkotaan yang semakin langka dan mahal
harganya, serta kemampuan pemerintah untuk
memberikan subsidi makin terbatas. Dalam
hubungan ini, telah diambil langkah-langkah untuk
tetap membangun perumahan sederhana yang
terjangkau oleh daya bell masyarakat, yaitu
penurunan suku bunga bagi tipe rumah 18 dan 21
meter persegi, penyediaan rumah sangat sederhana
atau RSS, dan pelaksanaan pola pembangunan
perumahan yang bertumpu pada peran serta
masyarakat, seperti melalui Koperasi dan Yayasan.
Pada akhir Repelita IV berhasil dibangun sekitar
113.880 unit rumah sederhana, sedangkan dalam
kurun waktu Repelita V berhasil dibangun sejumlah
316.701 unit rumah sederhana dan rumah sangat
sederhana. Sementara itu jika pada awal tahun
1978/79 terbangun 2.992 unit rumah sederhana
maka dalam tahun 1993/94 telah di bangun
sebanyak 17.354 rumah sederhana melalui
Perumnas (Tabel XIII-1). Dengan demikian selama
XIII/7
PJP I telah terbangun rumah sederhana sebanyak
856.008 unit.

b. Pemugaran Perumahan Desa

Kegiatan pemugaran perumahan desa


dilaksanakan dengan pembinaan swadaya
masyarakat melalui penyuluhan, pembangunan
1
TABEL XIII-1 )
PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA MELALUI KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) OLEH BANK TABUNGAN NEGARA
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1978/79, 1988/89, 1989/90 - 1993/94
(Unit rumah/debitur)

Repelita V
Akhir
2) Repelita IV 3
)
No. Daerah Tingkat-1 1978/79 (198889) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94
Perumnas Swasta Perumnas Swasta Perumnas Swasta Perumnas Swasta Perumnas Swasta Perumnas Swasta Perumnas Swasta

1. Daerah Istimewa Aceh - - 129 232 159 5 2 251 - 280 3 6 2 -


2. Sumatera Utara - 427 2.485 190 3.226 535 1.531 542 90 500 189 67 274 -
3. Sumatera Barat - - 267 1.075 107 1.497 608 831 340 386 398 74 692 -
4. Riau - - 82 293 268 83 450 205 168 125 121 25 178 -
5. Jambi - - 1.032 1.172 179 42 368 - 140 4 76 - 125 -
6. Sumatera Selatan - 70 133 116 873 594 311 333 165 206 503 194 328 -
7. Bengkulu - - 74 135 148 61 195 98 422 34 114 - 149 -
8. Lampung - - 102 1.090 119 654 46 558 29 358 45 202 203 -
9. DKI Jakarta - 219 596 - 146 518 151 144 113 18 832 - 283 -
10. Jawa Barat 250 606 11.545 56.454 5.140 42.550 3.556 36.245 3.804 28.828 4.849 10.238 5.898 -
11. Jawa Tengah - 589 6.279 8.752 1.959 5.991 447 3.158 308 3.515 880 1.837 1.667 -
12. DI Yogyakarta - 66 80 855 - 641 - 33 - 263 20 174 9 -
13. Jawa Timur - 243 1.642 11.182 2.068 12.041 719 3.406 390 3.026 1.069 1.024 1.496 -
14. Bali - 100 125 648 99 562 51 431 4 196 192 14 230 -
15. Nusa Tenggara Barat - - 42 477 107 220 112 112 73 112 217 38 127 -
16. Nusa Tenggara Timur - - 135 136 128 116 56 134 - 26 14 - - -
17. Timor Timur - - 34 - 26 - - 322 - 60 1 - 8 -
18. Kalimantan Barat - - 463 30 614 3 192 88 127 200 154 132 380 -
19. Kalimantan Barat - - - 42 202 67 53 - 88 10 31 2 66 -
20. Kalimantan Selawn - 95 78 61 68 98 76 124 - 44 77 6 496 -
21. Kalimantan Timm- - 31 - 103 137 - 103 921 - 381 218 184 1.294 -
22. Sulawesi Utara - - 11 207 92 137 11 28 - 1 42 45 186 -
23. Sulawesi Tengah - - - 15 184 386 69 133 26 80 21 - 89 -
24. Sulawesi Selatan - 296 1.974 2.619 924 2.132 1.357 688 1.230 905 1.069 733 2.991 -
25. Sulawesi Tenggara - - - 104 - 30 119 9 - 3 25 - 36 -
26. Maluku - - - 150 109 225 217 205 60 164 79 46 54 -
27. Irian Jaya - - 427 7 78 118 79 118 126 52 200 1 93 -

Jumlah 250 2.742 27.735 86.145 17.160 69.306 10.879 49.417 7.703 39.777 11.439 15.042 17.354 -

1) Mempakan angka tahunan


2) Merupakan angka komulatif lima tahunan

XIII/8
rumah-rumah contoh, perbaikan bangunan rumah, perbaikan jalan
lingkungan, pengadaan sarana air bersih, pengadaan sarana mandi
cuci kakus (MCK), pembangunan balai desa dan gardu jaga.
Kegiatan tersebut dilaksanakan secara terpadu antara instansi
pemerintah yang terkait dan LKMD di bawah koordinasi kantor
Menteri Negara Perumahan Rakyat. Pelaksanaan pemugaran
perumahan desa diutamakan bagi desa-desa miskin yang terisolasi,
desa-desa perbatasan, desa-desa nelayan, dan desa-desa pusat
pertumbuhan.

Pada akhir Repelita IV berhasil dilaksanakan pemugaran


sekitar 32.479 unit rumah di 2.506 desa, dan dalam Repelita V
telah dilaksanakan pemugaran sejumlah 295.239 unit rumah di
22.891 desa. Jika pada tahun 1978/79 telah terpugar 32.746 unit
rumah di 900 desa maka pada tahun 1993/94 kegiatan pemugaran
perumahan desa telah dilaksanakan di 3.600 desa di 26 propinsi
dengan jumlah rumah terpugar sebanyak 79.780 unit (Tabel
XIII-2). Dengan demikian selama PJP I, dimulai pada Repelita II,
telah dilaksanakan pemugaran 558.152 unit rumah di 37.536 desa.

c. Perbaikan Kampung

Kegiatan perbaikan kampung bertujuan untuk meningkatkan


mutu kehidupan golongan masyarakat berpenghasilan rendah yang
tinggal di kampung-kampung perkotaan melalui peningkatan
kondisi dan kualitas fisik lingkungannya berupa perbaikan jalan
lingkungan, jalan s e t a p a k, saluran air hujan dan air kotor,
pengadaan MCK, pengadaan air bersih, dan pengadaan sarana
persampahan. Kegiatan perbaikan kampung juga termasuk upaya-
upaya perbaikan prasarana yang ada di sekitar pasar berupa
perbaikan jalan s e t a pa k, pengadaan MCK dan fasilit as
persampahan.

Jika pada Repelita IV perbaikan kampung dilaksanakan di 451


kota dengan luas 4.981,7 hektare yang dinikmati sekitar 1.372,6
ribu orang maka dalam Repelita V telah dilaksanakan perbaikan

XIII/9
TABEL XIII-2
1)
PELAKSANAAN PEMUGARAN PERUMAHAN DESA
MENURUT DAERAH TINGKAT I,
1978/79, 1988/89,1989/90 - 1993/94

Repelita V
Akhir
Repelita V 3)
No. Daerah Tingkat I 1978/79
2
(1988189) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94
Desa ) Rumah Desa Rumah Desa Rumah Desa Rumah Desa Rumah Desa Rumah Desa Rumah
terpugar terpugar terpugar terpugar terpugar
(buah) (buah) (buah) (unit) Rumah
(buah) (unit) (buah) (unit) (buah) (unit) (buah) (unit) (buah) _ (unit)

1. Daerah Istimewa Aceh 12 256 102 1.196 119 1.395 134 1.608 256 3.072 374 4.044 255 5.625
2. Sumatera Utara 41 999 134 1.696 160 2.025 149 1.788 158 1.896 307 2.937 172 4.300
3Sumatera Barat 20 612 136 1.476 152 1.650 153 1.836 172 2.064 197 2.112 126 3.150
4. Riau 15 550 23 202 65 570 138. 1.656 110 1.320 212 2.076 108 2.700
5. Jambi 13 367 64 399 125 780 98 1.176 109 1.308 173 2.016 100 2300
6. Sumatera Selatan 17 257 96 758 169 1335 106 1.272 105 1260 189 2.208 109 2.725
7. Bengkulu 7 168 26 431 48 795 113 1356 84 1.008 159 1.860 92 2300
8. Lamming 24 682 133 1.337 194 1.950 107 1284 142 1.704 205 2200 131 3175
9. DKI Jakarta - -
10. Jawa Barat 114 4.850 415 7.631 332 6.105 431 5.172 433 5.196 590 6.888 207 5.175
11. Jawa Tengah 244 9.803 415 6.446 394 6.120 406 4.872 408 5.046 599 6.852 405 10.125
12. DI Yogyakarta 66 2.602 6 45 18 135 23 276 60 720 79 756 44 1.100
13. Jawa Timur 133 5.608 415 4.932 515 6.120 649 7.788 601 7.212 832 6.912 407 10.175
"
14. Bali 26 1.080 8 47 23 135 62 744 86 1.032 139 1.416 68 1.700
15. Nona Tenggara Barat 20 847 16 360 28 630 81 972 90 1.080 181 1.980 103 1.545
16. Nusa Tenggara Timur 19 501 14 2747 23 450 115 1380 125 1.500 183 2.148 160 2.400
17. Timor Timur - - 11 97 17 150 63 756' 63 756 94 990 100 1.000
18. Kalimantan Barat 10 337 27 370 58 795 156 1.872 110 1320 174 1.788 85 1.275
19. Kalimantan Tengah 8 269 34 348 44 450 104 1248 105 840 193 1.812 83 1245
20. Kalimantan &Satan 22 586 98 1.688 81 1.395 129 1.548 164 1.968 197 2.316 121 1.815
21. Kalimantan Timur 8 142 19 119 67 420 125 1300 177 2.124 252 1.608 86 1290
22. Sulawesi Utara 18 587 86 784 153 1395 116 1.392 104 1.248 199 2.040 100 2.500
23. Sulawesi Tengah 13 382 28 249 86 765 189 2268 70 840 294 1.920 150 3.750
24. Sulawesi Selman 36 147 1.011 205 1.410 110 1320 122 1.464 251 2.796 139 3.475
25. Sulawesi Tenggara 7 192 21 203 48 465 82 984 87 1.044 135 1.441 95 2.375
26. Maluku 7 227 13 166 34 435 109 1.308 88 1.056 133 1.364 54 1260
27. Irian Jaya - - 19 214 20 225 74 888 75 900 117 1356 100 1.000

Jumlah 900 32.746 2506 32.479 3.178 38.100 4.022 48.264 4.104 48.978 6.458 65.836 3.600 79.780

1)Merupakan angka tahunan


2)Merupakan angka kumulatif lima tahunan
kampung di 1.308 kota dengan luas 42.989 hektare
yang dinikmati oleh 11,842 ribu orang. Sementara
itu j i k a pada tahun 1973/74 dilaksanakan perintisan
perbaikan kampung di 1 kota dengan luas 2.400
hektare yang dinikmati oleh 1.200 ribu orang maka
pada tahun 1993/94 telah dilaksanakan perbaikan
kampung di 352 kota dengan luas 6.591 hektare
yang dinikmati oleh 1.642 ribu orang (Tabel XIII-3).
Dengan demikian selama PJP I telah dilaksanakan
perbaikan kampung di 1.970 kota dengan luas
129.145,5 hektare, yang dapat dinikmati oleh
41.008 ribu orang.

d. Peremajaan Permukiman Kota dan


Rumah Sewa

Pembangunan rumah susun sederhana dengan


sistem sewa merupakan suatu alternatif penyediaan
perumahan bagi masyarakat kota yang
berpenghasilan rendah. Kehadiran rumah susun sewa
ini dengan biaya sewa yang cukup terjangkau telah
dapat diterima oleh masyarakat kota. Peremajaan
kota dengan pembangunan rumah susun diarahkan
untuk mendukung penataan ruang yang dikaitkan
dengan pengembangan daerah perkotaan dan j u g a
untuk mendayagunakan tanah perkotaan.

Selama Repelita V telah berhasil dibangun


perumahan susun berdasarkan prinsip tanpa
menggusur penduduk setempat, antara lain di
kawasan Pekunden di Semarang, Sombo di
Surabaya, dan Pulogadung di Jakarta. Dalam tahun
1993/94 telah dilaksanakan peremajaan
permukiman kota di 15 propinsi (16 kawasan kota)
dengan luas tiap kawasan lebih kurang 2 hektare.

e. Penataan Bangunan

XIII/11
Kegiatan penataan bangunan mencakup
penyusunan perencanaan tata bangunan,
pembinaan tertib dan keselamatan bangunan, dan
pembinaan penyelenggaraan pembangunan gedung
negara. Perencanaan tata bangunan merupakan
kelanjutan dari perencanaan tata ruang berupa
penyusunan tata bangunan dan lingkungan atau
RTBL dan penyusunan rencana teknik bangunan
TABEL XIII - 3 1)
PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN KOTA (P2LPK)/ PERBAIKAN
KAMPUNG MENURUT DAERAH TINGKAT I,
1973(74, 1988/89,1989/90 - 1993/94

1) Merupakan angka tahunan


2) Merupakan angka kumulatif lima tahunan
3) Merupakan angka sementara sampai Desember 1993

XIII/12

XIII/12
atau RTB. RTBL bertujuan untuk mewujudkan ketertiban,
keindahan dan keserasian lingkungan di daerah perkotaan maupun
perdesaan sebagai rencana tindak lanjut dari rencana tata ruang
yang diperlukan sebagai rencana pengendalian tata ruang dan
sebagai dasar bagi penyusunan RTB untuk proses perizinan
pembangunan. Pembinaan tertib dan keselamatan bangunan
dimaksudkan untuk menjamin adanya pengaturan bagi
penyelenggaraan penataan bangunan berupa penyusunan peraturan
perundang-undangan, pedoman dan prosedur pembangunan,
masukan standar spesifikasi teknis pembangunan dan masukan
standar tata cara.

Dalam Repelita V telah berhasil dilaksanakan kegiatan RTBL


pada 95 kawasan di 95 Dati II. Sedangkan, kegiatan tertib dan
keselamatan bangunan telah menerbitkan sebanyak 20 buah
peraturan perundang-undangan, 25 buah pedoman, dan 24 buah
standar. Pembangunan gedung mencakup sebanyak 5.721 unit,
rumah dinas sebanyak 1.596 unit, prasarana sebanyak 1.821 unit
dan rehabilit asi gedung sebanyak 3.783 unit. Dengan
meningkatnya kegiatan penataan bangunan maka kualitas
lingkungan kawasan-kawasan perkotaan semakin meningkat pula.

2. Program Penyediaan Air Bersih

Pembangunan prasarana penyediaan air bersih dilaksanakan di


daerah perkotaan maupun perdesaan dengan tujuan memberi
kemudahan bagi penduduk untuk mendapatkan air bersih yang
sehat dalam jumlah yang mencukupi untuk keperluan rumah
tangga, serta melayani keperluan indus tr i , pelabuhan, dan
konsumen lainnya seperti rumah sakit, sekolah, gedung
perkantoran, pasar dan lain sebagainya. Penyediaan air bersih
dibangun dengan sistem perpipaan maupun nonperpipaan
(teknologi sederhana atau tepat guna) dengan sistem pelayanan
melalui sambungan rumah, hidran umum/kran umum dan warung-
warung air. Sejumlah inovasi teknologi di bidang penyediaan air
bersih telah dikembangkan, seperti pengolahan air bersih dengan

XIII/13
biji kelor, pengolahan air gambut, saringan pasir rumah tangga,
penjernihan air dengan penggunaan batu jempang, pembuatan
instalasi pengolahan air bersih terapung untuk daerah-daerah
sungai rawan air tawar, pengadaan instalasi pengolahan air bersih
paket yang dapat dibuat secara massal, serta instalasi penjernihan
air bersih dengan perencanaan standar yang dapat disediakan sesuai
kebutuhan.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada daerah-daerah


yang berpenduduk padat tetapi kapasitas produksinya terbatas,
dilakukan kegiatan penambahan kapasitas produksi berupa optimasi
kemampuan pengolahan air dari instalasi yang telah ada atau
pembangunan instalasi pengolah air bersih yang baru. Di samping
itu dilakukan pula kegiatan memanfaatkan kapasitas produksi yang
telah terpasang tetapi belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh karena
misalnya adanya kebocoran. Kegiatan tersebut antara lain berupa
perluasan jaringan distribusi, dan rehabilitasi perpipaan yang telah
tua atau rusak, serta perbaikan administrasi pelanggan. Untuk
memenuhi kebutuhan air bersih yang layak ditetapkan kebutuhan
air bersih minimum rata-rata sebesar 60 liter per orang per hari.
Program Penyediaan Air Bersih ini dilaksanakan melalui kegiatan:
(a) Penyediaan Air Bersih Perkotaan dan (b) Penyediaan Air Bersih
Perdesaan.

a. Penyediaan Air Bersih Perkotaan

Penyediaan prasarana air bersih perkotaan dilaksanakan


dengan prinsip pemulihan biaya investasi pembangunan melalui
sistem tarif progresif yang dikenakan kepada para pelanggan.
Penyediaan air bersih perkotaan ini diutamakan untuk kebutuhan
rumah tangga dan penunjang pertumbuhan ekonomi daerah serta
diprioritaskan pada kota-kota yang jangkauan pelayanannya masih
sangat terbats.

Mulai Repelita I sampai Repelita IV kapasitas produksi air


bersih meningkat dari sekitar 9.000 liter per detik pada tahun 1968

XIII/14
menjadi kurang Iebih 52.000 liter per detik pada tahun 1988/89.
Sementara itu dalam kurun waktu yang sama, pembangunan sarana
perpipaan dengan kran umum meningkat dari 13.000 buah menjadi
52.000 buah. Sedangkan sarana perpipaan untuk sambungan rumah
meningkat dari sekitar 141.000 sambungan menjadi 1,2 juta
sambungan.

Pada tahun 1993/94, tahun terakhir Repelita V, produksi air


bersih meningkat sebesar 3.600,5 liter per detik dan pemasangan
sambungan rumah sebanyak 575.761 buah serta hidran umum
sebesar 4.559 buah, yang dapat dimanfaatkan oleh sekitar 5.845
ribu orang (Tabel XIII-4). Dengan demikian, selama kurun
Repelita V telah berhasil ditingkatkan kapasitas produksi air bersih
sebesar kurang lebih 14.118 liter per detik, sambungan rumah
telah terpasang sebanyak 1.410.443 unit dan hidran umum
sebanyak 34.500 unit yang dapat dimanfaatkan oleh sekitar 16,5
juta orang. Dengan pencapaian ini, maka kegiatan penyediaan air
bersih perkotaan sampai dengan akhir Repelita V, selama PJP I,
telah dapat menyediakan air bersih dengan total kapasitas produksi
sebesar kurang lebih 66.000 liter per detik. Untuk sambungan
rumah telah terpasang sebanyak 3.733.571 unit dan hidran umum
sebanyak 175.625 unit yang dapat melayani sekitar 67,5 juta
penduduk. Dengan meningkatnya kapasitas produksi air bersih
perkotaan serta jaringan distribusinya, maka cakupan pelayanan
melalui sistem perpipaan di daerah perkotaan telah meningkat dari
sekitar 32 persen pada akhir Repelita IV menjadi 40 persen pada
akhir Repelita V. Secara keseluruhan cakupan pelayanan air bersih di
perkotaan pada akhir Repelita V adalah sebesar kurang lebih 73
persen. Peningkatan kapasitas dan pelayanan air bersih perkotaan
tersebut telah ikut meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan
kegiatan ekonomi perkotaan.

Dalam kaitan peningkatar. kemampuan kelembagaan pengelola


air bersih, pada akhir Repelita V jumlah badan lembaga pengelolaan
air bersih telah tercatat sebanyak 276 PDAM, 17 BPAM dan 9 unit
pengelola lainnya.

XIII/15
TABEL XIII-4
PELAKSANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PERKOTAAN 1)
MENURUT DAERAH TINGKAT I,
1968, 1988/89, 1989/90 – 1993/94

XIII/16a
Lanjutan tabel XIII - 4

XIII/16b
b. Penyediaan Air Bersih Perdesaan

Pembangunan penyediaan air bersih di daerah perdesaan


dilaksanakan dengan sistem perpipaan dan nonperpipaan.
Pembangunannya diupayakan agar masyarakat desa dapat dengan
mudah memelihara dan mengoperasikan fasilitas penyediaan air
bersih dengan penggunaan teknologi s e d e r h a n a , seperti
pemanfaatan sumber-sumber mata air dengan pengaliran secara
gravitasi, pengolahan air bersih dengan penggunaan tenaga surya,
penjernihan air dengan saringan horisontal, pembuatan bak
penampung air hujan, pembuatan saringan rumah tangga, dan lain
sebagainya.

Penyediaan air bersih di perdesaan dilaksanakan selain melalui


program-program sektoral juga dilaksanakan melalui Inpres
Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan yang dimulai sejak
Repelita II. Dalam Repelita V kebijaksanaan pembangunan sarana
air bersih perdesaan ditekankan pada kegiatan rehabilitasi dari
sarana yang sudah dipasang sampai akhir Repelita IV dan masih
dapat difungsikan. Sedangkan kebijaksanaan lainnya adalah
menekankan pada pembangunan sarana air bersih perpipaan untuk
umum berupa hidran umum dan terminal air.

Dengan kebijaksanaan tersebut, jika dalam Repelita IV telah


berhasil dibangun penyediaan air bersih dengan kapasitas produksi
140 liter per detik yang dapat dinikmati oleh sekitar 2.735 ribu
orang, maka selama Repelita V telah berhasil dibangun penyediaan
air bersih dengan kapasitas produksi sebesar kurang lebih 4.434
liter per detik di 3.992 desa, yang dapat dinikmati oleh sekitar 4,86
juta orang. Khusus pada tahun terakhir Repelita V telah berhasil
dilaksanakan pembangunan penyediaan air bersih di 1.792 desa
dengan jumlah hidran umum sebanyak 5.484 unit, dan sumur
sebanyak 4.651 unit (Tabel XIII-5).

XIII/17
TABEL XIII – 5
PELAKSANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PERDESAAN 1)
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1988/89, 1989/90 – 1993/94

1) Merupakan angka tahunan


2) Merupakan angka sementara sampai Desember 1993
3) Terdiri dari hidran/kran umum dan terminal air
4) Terdiri dari Sumur Artesis, Sumur Pompa Tangan Dangkal dan sumur gali

XIII/18
Lanjutan Tabel XIII – 5

XIII/18b
Dengan peningkatan penyediaan air bersih
yang telah dicapai hingga akhir Repelita V maka
salah satu kebutuhan dasar masyarakat semakin
dapat dipenuhi sehingga kualitas kesehatan
masyarakat dapat lebih meningkat. Sejalan
dengan semakin meningkatnya kualitas
kesehatan masyarakat, kesejahteraan dan
produktivitas masyarakatpun meningkat pula.
Peningkatan penyediaan air bersih yang
merupakan salah satu prasarana ekonomi
penting, telah mendorong pula pertumbuhan
perekonomian perdesaan.

3. Program Penyehatan Lingkungan


Permukiman

Penyehatan lingkungan permukiman


diutamakan di kawasankawasan perkotaan yang
padat penduduk dan kondisi lingkungannya buruk.
Sedang di daerah perdesaan diutamakan di lokasi
desa-desa yang rawan penyakit. Program
Penyehatan Lingkungan Permukiman meliputi
kegiatan: (a) penanganan persampahan; (b)
pengelolaan air limbah, di daerah perkotaan dan
perdesaan; serta (c) drainase/pengendalian
banjir, berupa pembangunan saluran
pembuangan air hujan atau drainase perkotaan.

a. Penanganan Persampahan

Pelayanan persampahan kota dilaksanakan


dengan meningkatkan kemampuan kelembagaan
melalui penyediaan peralatan yang memadai
berdasarkan sistem modul dan peningkatan
pengelolaannya. Kebersihan kota telah dikaitkan
dengan pemberian piagam Adipura bagi kategori
kota besar, sedang dan kecil. Jika pada Repelita
XIII/19
IV peningkatan pelayanan persampahan
dilaksanakan di 204 kota yang dapat melayani
sekitar 15.553 ribu orang, maka selama Repelita
V telah dilaksanakan peningkatan pelayanan
persampahan di 1.039 kota yang dapat melayani
sekitar 14,85 juta orang. Sementara itu pada
tahun terakhir Repelita V telah dilaksanakan
perbaikan pengelolaan
TABEL XIII – 6
PELAKSANAAN PENYERTAAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN PERKOTAAN 1)
MENURUT DAERAH TINGKAT I,
1988/89, 1989/90 – 1993/94

XIII/20a
Lanjutan Tabel XIII – 6

XIII/20b
persampahan kota di 210 kota yang melayani sekitar 3,5 juta orang
(Tabel XIII-6).

b. Pengelolaan Air Limbah

Pembangunan pengelolaan air limbah/air kotor dilaksanakan di


daerah perkotaan dan perdesaan dengan teknologi sistem
pembuangan air kotor secara terpusat dan secara setempat.
Pembangunannya berupa pengadaan instalasi pengolahan air kotor
dengan sistem saluran pembuangan, pengolahan dengan teknologi
sederhana, dan pembuangan air kotor berupa pembuatan jamban
komunal dan jamban keluarga. Selama Repelita V telah berhasil
dilaksanakan pembangunan instalasi air kotor di 686 kota. Pada
tahun kelima Repelita V telah dibangun saluran pembuangan air
kotor 2.415 kran di 157 kota yang dapat melayani sekitar 529 ribu
orang, Pembangunan jamban keluarga telah dibangun sebanyak
121.386 buah, dimana 95.769 buah di antaranya merupakan
swadaya masyarakat dengan stimulan kloset plastik dari sumber
dana APBN.

c. Drainase/Pengendalian Banjir

Pembangunan saluran air hujan diutamakan pada kawasan-


kawasan kota yang rawan banjir melalui perbaikan drainase air
hujan dan pengendalian banjir. Selama Repelita V telah berhasil
dilaksanakan perbaikan saluran pembuangan air hujan di 705 kota
yang dapat dinikmati oleh sekitar 55,5 juta orang. Pada tahun
terakhir Repelita V telah dibangun saluran pembuangan air hujan di
179 kota yang dapat dinikmati oleh sekitar 13,9 juta orang.

XIII/21

Anda mungkin juga menyukai