Anda di halaman 1dari 12

LUKA GORES, LUKA SAYAT DAN LUKA TUSUK

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1.
2.
3.
4.
5.

Mampu menjelaskan definisi luka


Mampu menjelaskan jenis luka, etiologi serta mekanisme kejadian luka
Mampu membedakan luka gores, luka sayat dan luka tusuk
Mampu menjelaskan penanganan luka gores, luka sayat dan luka tusuk
Mampu melakukan tatalaksana tindakan rujukan pada luka gores, luka sayat dan luka
tusuk

B. PERTANYAAN DAN PERSIAPAN DOKTER MUDA


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apakah yang dimaksud dengan luka?


Sebutkan jenis luka berdasarkan etiologi beserta mekanisme kejadiannya !
Apakah perbedaan dari luka gores, luka sayat dan luka tusuk ?
Bagaimana penanganan awal luka gores, luka sayat dan luka tusuk ?
Kapan luka harus dirujuk?
Bagaimana tatalaksana tindakanEtiologi
rujukanvulnus
pada luka gores, luka sayat dan luka tusuk ?
Mekanik : benda tajam,
benda tumpul,
tembakan/ledakan, gigitan
binatang

Non mekanik:
bahan kimia, suhu tinggi, radiasi

Kerusakan integritas
jaringan
Kerusakan intergritas
kulit

Rusaknya barrier

Traumatic jaringan
Kerusakan pembuluh darah
Terputusnya kontinuitas
jaringan

pertahanan primer

Pendarahan berlebih
Kerusakan syaraf perifer
Terpapar lingkungan

Resiko tinggi infeksi

Keluarnya cairan tubuh


Stimulasi neurotransmitter
(histamine, prostaglandin,
bradikinin, prostagladin)

Hipotensi, hipovolemi, hipoksia,


hiposemi

C. ALGORITME KASUS
Resiko syok :hipovolomik
Nyeri akut

Pergerakan terbaras

Gangguan mobilitas fisik

ansietas

Gangguan pola tidur

Di Rujuk

Rehabilitasi

D. DAFTAR KETERAMPILAN (KOGNITIF DAN PSIKOMOTOR)


1. Melakukan anamnesis
2. Melakukan pemeriksaan fisik

3. Melakukan pemeriksaan penunjang


4. Melakukan penanganan awal (termasuk tindakan penjahitan luka)
5. Melakukan tatalaksana rujukan luka
E. PENJABARAN PROSEDUR

1.
DEFINISI
hilang/terputusnya
kontinuitas
Menurut
jaringan
sebuah
injuri
pada
mengganggu
yang
proses
juga
dijabarkan
dengan
adanya
kerusakan
pada
biasanya
tubuh
disertai
yang
dengan
jaringan
2.
ETIOLOGI
(Mansjoer,
2001)
a.
Mekanik
terjadi
akibat
benda
yang
memiliki
sisi
Misalnya
bacok,
dan
luka
luka
iris,
tusuk
luka
tembakan
senjata
api
b.
Non
Mekanik
dari
asam
kuat
atau
basa
kuat
terjadinya
mengakibatkan
heat
exhaustion
sekunder,
sun
stroke,
heat
dan
stroke,
heat
cramps.
terjadi
pada
kulit
karena
suhu
dingin
edema
dan
vesikel,
listrik
tekanan
udara
(Mansjoer,
2001)
3.
Klasifikasi
kontaminasi
tajam
Benda
Ledakan
tumpul
atau
tembakan
Bahan
kimia
Trauma
fisika
tinggi
suhu
rendah
Luka
akibat
petir
Radiasi
bersih

1. DEFINISI
Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan. Luka dapat juga
dijabarkan dengan adanya kerusakan pada kontinuitas/ kesatuan jaringan tubuh yang
biasanya disertai dengan kehilangan substansi jaringan. (Mansjoer, 2001)
2. ETIOLOGI
a. Mekanik
Benda tajam
Merupakan luka terbuka yang terjadi akibat benda yang memiliki sisi tajam
atau runcing. Misalnya luka iris, luka bacok, dan luka tusuk
Benda tumpul
Ledakan atau tembakan
Misalnya luka karena tembakan senjata api
b. Non Mekanik
Bahan kimia
Terjadi akibat efek korosi dari asam kuat atau basa kuat
Trauma fisika
Luka akibat suhu tinggi
Suhu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya heat exhaustion primer, heat
exhaustion sekunder, heat stroke, sun stroke, dan heat cramps.
Luka akibat suhu rendah
Derajat Luka yang terjadi pada kulit karena suhu dingin diantaranya

hyperemia, edema dan vesikel,


Luka akibat trauma listrik
Luka akibat petir
Luka akibat perubahan tekanan udara (Mansjoer, 2001)
Radiasi

3. KLASIFIKASI
a. Berdasarkan derajat kontaminasi
Luka bersih
Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi, yang
merupakan luka sayat elektif dan steril dimana luka tersebut berpotensi untuk
terinfeksi. Luka tidak ada kontak dengan orofaring, traktus respiratorius

maupun traktus genitourinarius. Dengan demikian kondisi luka tersebut tetap

dalam keadaan bersih. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1%-5%.


Luka bersih terkontaminasi
Luka bersih terkontaminasi adalah luka pembedahan dimana saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan saluran perkemihan dalam kondisi
terkontrol. Proses penyembuhan luka akan lebih lama namun luka tidak
menunjukkan tanda infeksi. Kemungkinan timbulnya infeksi luka sekitar 3% -

11%.
Luka terkontaminasi
Luka terkontaminasi adalah luka yang berpotensi terinfeksi spillage saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan saluran kemih. Luka menunjukan tanda
infeksi. Luka ini dapat ditemukan pada luka terbuka karena trauma atau
kecelakaan

(luka

laserasi),

fraktur

terbuka

maupun

luka

penetrasi.

Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.


Luka kotor
Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan yang mengandung jaringan mati
dan luka dengan tanda infeksi seperti cairan purulen. Luka ini bisa sebagai
akibat pembedahan yang sangat terkontaminasi. Bentuk luka seperti perforasi
visera, abses dan trauma lama.

b. Berdasarkan penyebab
1) Luka akibat kekerasan benda tumpul
Vulnus kontusio/ hematom
Adalah luka memar yaitu suatu pendarahan dalam jaringan bawah kulit

akibat pecahnya kapiler dan vena yang disebabkan oleh kekerasan tumpul
Vulnus eksoriasi (luka lecet atau abrasi)
adalah cedera pada permukaan epidermis akibat bersentuhan dengan benda
berpermukaan kasar atau runcing. Luka ini banyak dijumpai pada kejadian
traumatik seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh maupun benturan benda
tajam ataupun tumpul. Walaupun kerusakannya minimal tetapi luka lecet
dapat memberikan petunjuk kemungkinan adanya kerusakan hebat pada
alat-alat dalam tubuh. Sesuai mekanisme terjadinya luka lecet dibedakan
dalam jenis:
Luka lecet gores
Diakibatkan oleh benda runcing yang menggeser lapisan permukaan
kulit
Luka lecet serut (grzse)/geser (friction abrasion)

Adalah luka lecet yang terjadi akibat persentuhan kulit dengan


permukaan badan yang kasar dengan arah kekerasan sejajar/ miring
terhadap kulit
Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)
Luka lecet yang disebabkan oleh penekanan benda tumpul secara tegak

lurus terhadap permukaan kulit.


Vulnus laseratum (luka robek)
luka dengan tepi yang tidak beraturan atau compang camping biasanya
karena tarikan atau goresan benda tumpul. Luka ini dapat kita jumpai pada
kejadian kecelakaan lalu lintas dimana bentuk luka tidak beraturan dan

kotor, kedalaman luka bisa menembus lapisan mukosa hingga lapisan otot.
2) Luka akibat kekerasan setengah tajam
Vulnus Morsum
Adalah luka karena gigitan binatang. Luka gigitan hewan memiliki bentuk
permukaan luka yang mengikuti gigi hewan yang menggigit. Dengan
kedalaman luka juga menyesuaikan gigitan hewan tersebut
3) Luka akibat kekerasan tajam/ benda tajam
Vulnus scisum (luka sayat atau iris)
Luka sayat atau iris yang di tandai dengan tepi luka berupa garis lurus dan
beraturan. Vulnus scissum biasanya dijumpai pada aktifitas sehari-hari
seperti terkena pisau dapur, sayatan benda tajam ( seng, kaca ), dimana

bentuk luka teratur


Vulnus punctum (luka tusuk)
Luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing yang biasanya
kedalaman luka lebih dari pada lebarnya. Misalnya tusukan pisau yang
menembus lapisan otot, tusukan paku dan benda-benda tajam lainnya.
Kesemuanya menimbulkan efek tusukan yang dalam dengan permukaan

luka tidak begitu lebar.


4) Vulnus scloperotum (luka tembak)
Adalah luka yang disebabkan karena tembakan senjata api
5) Luka akibat trauma fisika dan kimia
Vulnus combutio
Adalah luka karena terbakar oleh api atau cairan panas maupun sengatan
arus listrik. Vulnus combutio memiliki bentuk luka yang tidak beraturan
dengan permukaan luka yang lebar dan warna kulit yang menghitam.
Biasanya juga disertai bula karena kerusakan epitel kulit dan mukosa
Sumber lain menyatakan pembagian umum luka :

a. Simple, bila hanya melibatkan kulit.


b. Komplikata, bila melibatkan kulit dan jaringan dibawahnya.
Trauma arteri umumnya dapat disebabkan oleh trauma benda tajam ( 50 % )
misalnya karena tembakan, luka-luka tusuk, trauma kecelakaan kerja atau
kecelakaan lalu lintas, trauma arteri dibedakan berdasarkan beratnya cidera :
a. Derajat I adalah robekan adviticia dan media, tanpa menembus dinding.
b. Derajat II adalah robekan varsial sehingga dinding arteri juga terluka dan
biasanya menimbulkan pendarahan yang hebat.
c. Derajat III adalah pembuluh darah putus total, gambaran klinis menunjukan
pendarahan yang tidak besar, arteri akan mengalami vasokontriksi dan retraksi
sehingga masuk ke jaringan karen elastisitasnya.

4. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Black (1993) manifestasi vulnus adalah sebagai berikut:
Deformitas: Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah
dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti: rotasi

pemendekan tulang, penekanan tulang.


Bengkak: edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam

jaringan yang berdekatan dengan fraktur


Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
Tenderness/keempukan
Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya

dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.


Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
Pergerakan abnormal
Krepitasi

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan serum: hal ini dilakukan karena ada pada pasien dengan luka
bakar mengalami kehilangan volume

Pemeriksaan darah : misal pada pasien dengan luka gigitan dapat dijumpai
hipoprototrombinemia, trombositopenia, hipofibrinogemia, dan anemia

Pemeriksaan elektrolit : pada pasien dengan luka bakar mengalami kehilangan


volume cairan dan gangguan Na-K pump

Analisa gas darah biasanya pasien luka bakar terjadi asidosis metabolisme dan
kehilanga protein

Faal hati dan ginjal

CBC mengidentifikasikan jumlah darah yang ke dalam cairan, penuruan HCT


dan RBC, trombositopenia lokal, leukositosis, RBC yang rusak

Elektolit terjadi penurunan calsium dan serum, peningkatan alkali phosphate

Serum albumin : total protein menurun, hiponatremia

Radiologi : untuk mengetahui penumpukan cairan paru, inhalas asap dan


menunjukkan faktor yang mendasari ; pada pasien vulnus morsum biasanya
terdapat emboli paru/edema paru

ECG : untuk mengetahui adanya aritmia

6. KOMPLIKASI
Kerusakan arteri:
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan

posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.


Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan

pembuluh darah
Infeksi
Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi
Kontraktur
Hipertropi jaringan parut

7. PENYEMBUHAN LUKA

a. Tipe Penyembuhan luka


Terdapat 3 macam

tipe penyembuhan

luka, dimana pembagian

ini

dikarakteristikkan dengan jumlah jaringan yang hilang.


1)

Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer) yaitu penyembuhan


yang terjadi segera setelah diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan
jahitan.

2)

Secondary Intention Healing (penyembuhan luka sekunder) yaitu luka yang


tidak mengalami penyembuhan primer. Tipe ini dikarakteristikkan oleh adanya
luka yang luas dan hilangnya jaringan dalam jumlah besar. Proses
penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya
tetap terbuka.

3)

Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tertier) yaitu luka yang


dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridement. Setelah
diyakini bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari). Luka ini merupakan tipe
penyembuhan luka yang terakhir (Mansjoer,2001).

b. Fase Penyembuhan Luka


Proses penyembuhan luka memiliki 3 fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan
maturasi. Antara satu fase dengan fase yang lain merupakan suatu kesinambungan
yang tidak dapat dipisahkan.
-

Fase Inflamasi

Tahap ini muncul segera setelah injuri dan dapat berlanjut sampai 5 hari. Inflamasi
berfungsi untuk mengontrol perdarahan, mencegah invasi bakteri, menghilangkan
debris dari jaringan yang luka dan mempersiapkan proses penyembuhan lanjutan.
-

Fase Proliferasi

Tahap ini berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Fibroblast (sel
jaringan penyambung) memiliki peran yang besar dalam fase proliferasi.
-

Fase Maturasi

Tahap ini berlangsung mulai pada hari ke 21 dan dapat berlangsung sampai
berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang. Dalam fase ini terdapat
remodeling luka yang merupakan hasil dari peningkatan jaringan kolagen,
pemecahan kolagen yang berlebih dan regresi vaskularitas luka (Mansjoer,2001).

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka


Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis
karena merupakan suatu kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi saling
berkesinambungan. Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses
regenerasi yang bersifat lokal saja pada luka, namun dipengaruhi pula oleh faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik
-

Faktor Instrinsik adalah faktor dari penderita yang dapat berpengaruh dalam
proses penyembuhan meliputi : usia, status nutrisi dan hidrasi, oksigenasi dan
perfusi jaringan, status imunologi, dan penyakit penyerta (hipertensi, DM,
Arthereosclerosis).

Faktor Ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari luar penderita yang dapat
berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, meliputi : pengobatan, radiasi,
stres psikologis, infeksi, iskemia dan trauma jaringan

d. Komplikasi Penyembuhan Luka


Komplikasi dan penyembuhan luka timbul dalam manifestasi yang berbedabeda. Komplikasi yang luas timbul dari pembersihan luka yang tidak adekuat,
keterlambatan pembentukan jaringan granulasi, tidak adanya reepitalisasi dan juga
akibat komplikasi post operatif dan adanya infeksi.
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah : hematoma, nekrosis
jaringan lunak, dehiscence, keloids, formasi hipertropik scar dan juga infeksi luka.
e. Penatalaksanaan/Perawatan Luka
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu
evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan
luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.
1. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan
eksplorasi).
2. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk membersihkan kulit. Untuk melakukan
pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik
seperti:

Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit).


Halogen dan senyawanya
a) Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas dan
dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3 jam
b) Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine), merupakan
kompleks yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang,
mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil karena tidak menguap.
c) Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk
antiseptik borok.
d) Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa biguanid
dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam
air, tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya tidak menusuk
hidung.
Oksidansia
-

Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak lemah


berdasarkan sifat oksidator.

Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk mengeluarkan


kotoran dari dalam luka dan membunuh kuman anaerob

Logam berat dan garamnya


-

Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan


bakteri dan jamur.

Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya bakteriostatik


lemah, mempercepat keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya
kerak (korts)

Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).


Derivat fenol
Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik wajah dan
genitalia eksterna sebelum operasi dan luka bakar.
Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.
Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol), merupakan
turunan aridin dan berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%.

Kegunaannya sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka


terinfeksi (Mansjoer, 2001).
Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan
adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan
cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan
sehingga memperlama waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan.
Pemelihan cairan dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman
terhadap luka. Selain larutan antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan
pencuci luka lain yang saat ini sering digunakan yaitu Normal Saline. Normal
saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan yang bersifat
fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai
komposisi natrium klorida 9,0 g dengan osmolaritas 308 mOsm/l setara
dengan ion-ion Na+ 154 mEq/l dan Cl- 154 mEq/l (ISO Indonesia,2000).
3. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki
dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi;
membuang jaringan nekrosis dan debris.
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :
i. Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang
jaringan mati dan benda asing.
ii. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
iii. Berikan antiseptik
iv. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian
anastesi lokal
v. Bila perlu lakukan penutupan luka
4. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8
jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak
berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam.
5. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga
proses penyembuhan berlangsung optimal.

6. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada
penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap
penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses
penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya
rembesan darah yang menyebabkan hematom.
7. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.

Anda mungkin juga menyukai