Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tujuan Praktikum
Menjelaskan prinsip dasar argentometri serta cara kerjanya pada penetapan
kadar senyawa obat.
B. Dasar Teori
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar
halogenida dan senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat
(AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga metode
pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa
yang relative tidak larut atau endapan (Gandjar,2007).
Hasil kali konsentrasi ion-ion yang terkandung suatu larutan jenuh dari
garam yang sukar larut pada suhu tertentu adalah konstan. Misalnya suatu
garam yang sukar larut AmBn dalam larutan akan terdisosiasi menjadi m
kation dan n anion (Khopkar,1990).
AmBn Ma++ NbHasil kali kelarutan = (CA+)M (CB-)N titrasi argentometri adalah
titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk
garam perak yang sukar larut. Jika larutan perak nitrat ditambahkan pada
larutan kalium sianida maka mula-mula akan terbentuk endapan putih yang
pada pengadukan akan larut membentuk larutan kompleks yang stabil
(Harrizul.1995).
Larutan jenuh dapat dicapai dengan penambahan zat ke dalam pelarut
secara terus menerus hingga zat tidak melarut lagi dengan cara menaikkan
lagi konsentrasi ion-ion tertentu hingga terbentuk endapan (Khopkar.1990).
Untuk
menentukan
berakhirnya
suatu
reaksi
pengendapan
Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan
penambahan larutan kalium kromat sebagai indkator. Pada permulaan titrasi
akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai titik ekuivalen, maka
penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan
membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah. (Gandjar,2007)
2.
Metode Volhard
Perak dapat ditetapkan secara teliti dengan suasana asam dengan larutan
baku kalium dan ammonium tiosianat yang mempunyai hasil kali kelarutan
7,1 x 10-13. Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara jelas dengan garam
besi (III) ntrat atau besi (III) ammonium sulfat sebagai indicator yang
membentuk warna merah dari kompleks besi (III)-tiosianat dalam lingkungan
asam nitrat 0,5-1,5N. Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab
ion besi (III) akan diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika suasana basa sehingga
titik akhir tidak dapat ditunjukan. pH larutan dibawah 3, Pada titrasi terjadi
perubahan warna 0,7 1 % sebelum titik ekuaivalen. Untuk mendapatkan
hasil yang teliti pada waktu akan mencapai titik akhir, titrasi digojog kuatkuat supaya ion perak yang diarbsorbsi oleh endapan perak tiosianat dapat
bereksi dengan tiosianat. Metode volhard dapat digunakan untuk menetapkan
asam klorida, bromide, dan iondida dalam suasana asam. (Gandjar,2007)
3.
Metode K. Fajans
Pada metode ini digunakan indicator arbsorbsi, yang mana pada titik
ekuivalen, indicator terarbsorbsi oleh endapan. Indicator ini tidak membeikan
warna pada larutan, tetapi pada permukaan endapan. (Gandjar,2007)
4.
Metode Leibig
Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan indicator,
akan tetapi ditunjukan dengan terjadi kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat
ditambahkan kepada larutan akali sianida akan terbentuk endapan putih,
tetapi pada penggojongan akan larut kembali karena akan terbentuk kompleks
sianida yang stabil dan larut. (Gandjar,2007)
Aquades
C. Dasar Reaksi
1. Baku Primer NaCl 0,05 N dengan AgNO3
NaCl + AgNO3
NaNO3 + AgCl
Endapan putih
2 KNO3 + Ag2CrO4
Endapan coklat muda
2. Penetapan Kadar Epedrin HCl dengan AgNO3
2 AgNO3 + K2CrO4
2 AgNO3 + K2CrO4
2 KNO3 + Ag2CrO4
Endapan coklat muda
D. Cara Kerja
1. Pembuatan larutan baku sekunder AgNO3 0,05 N 200 ml
Timbang AgNO3 1,6987 gram.
Masukkan ke dalam bekker glass dan tambahkan aquadest ad 200 ml.
Aduk sampai homogen.
Perhitungan berat :
N=
0,05=
m
Mr
m
169,87
1000
V
x valensi
1000
200
x1
m
Mr
N=
0,05 =
1000
V
m
126,07
x valensi
1000
50
x1
0,1465
58,44
1000
50
x1
N = 0,0501 N
2. Pembakuan baku sekunder
No.
V1. NaCl
N1. NaCl
V2. AgNO3
N2. AgNO3
1.
2.
3.
10 ml
10 ml
10 ml
0,0501 N
0,0501 N
0,0501 N
10,61 ml
10,20 ml
10,30 ml
0,0472 N
0,0491 N
0,0486 N
Rata2 = 0,0483 N
10,61 x N2
10,61 x N2
0,0472 N
10,20 x N2
10,20 x N2
0,0491 N
10,30 x N2
10,30 x N2
0,0486 N
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Volume Titran
Berat zat ( W )
Kadar ( % )
8,49 ml
7,65 ml
7,55 ml
0,3043 gram
0,3026 gram
0,3031 gram
27,15 %
24,60 %
24,24 %
x 100 %
x 100 %
= 27,15 %
Kadar sampel 2 =
x 100 %
= 24,60 %
Kadar sampel 3 =
x 100 %
= 24,24 %
4. Perhitungan persentasi kesalahan
Data persentasi kadar =
No
.
1
2
3
Data kadar
27,15*
24,60
24,24
24,60+ 24,24
2
Perhitungan Xrata-rata =
= 24,42
Perhitungan 4 x drata-rata
o d1 (data dipakai) = 24,60 24,42 = 0,18
o d2 (data dipakai) = 24,42 24,24 = 0,18
drata-rata = 0,18
Jadi, 4 x drata-rata = 4 x 0,18 = 0,72
% kadar =
Persentasi kesalahan =
= 24,42%
24,42 20,38
20,38
x 100% = 19,82%
E. Pembahasan
Dasar titrasi argentometri yang kami lakukan adalah pembentukan
endapan yang tidak mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh
yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari
titran akan bereaksi dengan ion Cl-dari analit membentuk garam yang tidak
mudah larut AgCl.
Reaksi yang terjadi :
Ag+ + X -
AgX(s)
2.
Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah
titik ekuivalen,maka penambahan sedikit perak titrasi akan bereaksi
dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang
-
berwarna merah.
Metode Volhard : Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana
asam dengan larutan baku kalium atau amonium tiosianat, kelebihan
tiosianat dapat ditetapkan secara jelas dengan garam besi( III) nitrat
atau besi (III) amonium sulfat sebagai indikator yang membentuk
warna merah dari kompleks besi( III) tiosianat dalam lingkungan asam
nitrat 0,5-1,5 N. Titrasi ini harus dilakukan dlam suasana asam, sebab
ion besi (III) akan diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika suasananya basa,
indikator, akan
tetapi
ditunjukkan
dengan
terjadinya
F. Kesimpulan
1. Persen Epedrin HCl yang seharusnya 20,38%, sedangkan yang didapat
24,42%
2. Persen kesalahan yang dilakukan praktikan 19,82 %
3. Sampel sudah mencapai batas titik akhir titrasi (TAT) di tandai dengan
adanya warna coklat muda.
G. Daftar Pustaka
Underwood A.L. 2004. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Erlangga :
Jakarta.
Underwood A.L. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Erlangga :
Jakarta.
Gandjar, G. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar. Yogyakarta.
Harizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia Press
22 : Jakarta.
Khopkar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia
Press : Jakarta.
Skogg. 1965. Analytical Chemistry. Edisi keenam. Sounders College
Publishing : Florida.
GOLONGAN / KELOMPOK
:T/D
TANGGAL PRAKTIKUM
: 17 Februari 2016
1.
Yoga Eka P
(2443014074)
2. Dymas Prayoga
(2443014151)
3. Paula P. S. Un Kabosu
(2443014182)
4. Anna Yunita Dare
(2443014236)
Nama Asisten : Dra. Emi Sukarti
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2016