P,C (Rp)
AC
MC
B
PX
C
A
D
MR
QX
Q
Gambar 6.1 Keseimbangan perusahaan pesaing monopolistik:
kasus keuntungan jangka pendek
P,C (Rp)
AC
MC
Px
C
E
D
D
MR
QX
Q
Gambar 6.2. Keseimbangan perusahaan pesaing monopolistik:
kasus kerugian jangka panjang
P,C (Rp)
AC
MC
AVC
Px
C
Cv
E
D
D
MR
QX
Q
Gambar 6.3. Kerugian perusahaan pesaing monopolistik:
kasus penerusan produksi
Bila kerugian lebih kecil dari biaya total maka perusahaan dalam jangka pendek
terus berproduksi karena kerugian lebih kecil dari pada ia menghentikan produksi. Bila ia
menghentikan produksi maka kerugiannya sebesar biaya tetap yaitu P xCv. Bila ia tetap
berproduksi maka kerugian lebih kecil yaitu sebesar PxC yaitu selisih antara biaya rata-rata
dengan harga produk.
Gambar 6.4 dibawah menunjukkan keseimbangan jangka panjang perusahaan
persaingan monopolistik yang tidak memperoleh keuntungan ekonomis tetapi hanya
memperoleh keuntungan normal. Disini harga sama dengan biaya total rata-rata, kuantitas
yang diproduksi QX dimana MR=MC, dan kurva AC menyinggung kurva permintaan.
Dalam jangka panjang perusahaan baru kemungkinan dapat masuk atau perusahaan lama
keluar dari industri.
P,C (Rp)
MC
Px
AC
C
D
MR
QX
Q
Gambar 6.4. Keseimbangan perusahaan pesaing monopolistik jangka
panjang: kasus keuntungan normal
Efek ekonomi dan persaingan bukan harga pada perusahaan pesaing monopolistik
a. Alokasi input tidak optimal. Perusahaan pesaing monopolistik memproduksi output
lebih kecil dari tingkat output paling efisien yang memebrikan biaya rata-rata
terendah dan harganya lebih tinggi dari harga pada pasar industri persaingan murni.
b. Diferensiasi produk dan advertensi. Perusahaan pesaing monopolistik mengadakan
diferensiasi produk dan rintangan financial menyebabkan mereka berusaha
PASAR OLIGOPOLI
Harga dan Output Oligopoli: Oligopoli Tanpa Kolusi
Industri oligopoli adalah bentuk organisasi pasar dimana hanya ada beberapa atau
sejumlah kecil produsen saja, dan terdapat banyak sekali konsumen. Dua bentuk industri
oligopoli yaitu oligopoli dengan difrensiasi produk dan tanpa diferensiasi produk. Pertama,
industri oligopoli dengan diferensiasi produk menggambarkan bahwa produk yang dijual
sebuah perusahaan dibedakan dari produk perusahaan lain. Contohnya industri alat-alat
elektronik, perakitan sepeda motor dan mobil dan industri rokok. Kedua, industri oligopoli
tanpa diferensiasi produk adalah bentuk oligopoli dimana produk yang ditawarkan bersifat
homogen dan tidak dibedakan antara produk perusahaan yang satu dengan produk
perusahaan lain. Contohnya industri baja, alumunium, pupuk.
Konsep pasar oligopoli seringkali dihubungkan dengan nisbah konsentrasi
penjualan. Nisbah konsentrasi penjualan dalam suatu industri adalah persentase penjualan
total oleh beberapa (misalnya 4 atau 5 perusahaan terbesar dalam industri) terhadap volume
penjualan total semua perusahaan.
Dalam menganalisis perilaku harga dan output pada pasar oligopoli, perlu dibedakan
antara kasus oligopoli dengan kolusi dan kasus oligopoli tanpa kolusi. Pada kasus oligopoli
dengan kolusi menerapkan model-model maksimisasi keuntungan bersama, kartel, dan
model pembagian pasar. Sedangkan pada kasus oligopoli tanpa kolusi akan menerapkan
model-model permintaan patah, penentuan harga oleh perusahaan dengan biaya terendah,
dan model penentuan harga oleh perusahaan dominan.
Model kurva permintaan patah dapat digunakan untuk menerangkan mengapa harga
jarang berubah dalam industri oligopoli tanpa kolusi. Kurva permintaan patah dapat
memberikan petunjuk kepada perusahaan penjual bahwa setiap perubahan harga akan
membawa konsekuensi yang lebih buruk. Bila perusahaan oligopoli menaikkan harga maka
para pembeli akan meninggalkannya dan pada bagian kurva permintaan yang lebih elastis,
setiap kenaikan harga justru akan menurunkan pendapatan total. Bila ia menurunkan harga,
volume penjualan hanya naik sedikit saja. Penurunan harga menaikkan pendapatan total
namun biaya total juga naik dengan bertambahnya output yang diproduksi dan dijual.
Penurunan harga oleh perusahan oligoplis memberikan efek lebih buruk lagi bila para
pesaing lain membalas dengan penurunan harga lebih rendah lagi. Hal ini menimbulkan
perang harga yang merugikan semua perusahan kecuali para konsumennya.
Gambar 6.5 dibawah ini menunjukkan analisis kurva permintaan patah dimana
perusahaan-perusahaan oligopoli mencapai keseimbangan dan memperoleh laba maksimal
serta timbulnya ketegaran harga dan kuantitas yang diproduksi. Misalkan kurva permintaan
oligopoli yang patah APD dengan garis putus-putus sebagai kurva pendapatan marjinal.
Pada tingkat output Qo, pendapatan marjinal terputus sementara kurva permintaan patah
pada titik P dengan harga sebesar Po. Perusahaan oligopoli memaksimumkan keuntungan
dengan memproduksi pada tingkat output dan harga dimana pendapatan marjinal sama
dengan biaya marjinal (MR=MC). Bila kurva biaya marjinal MC 1 maka ia akan
memproduksi sebanyak Qo pada harga Po, karena disini terjadi perpotongan antar MR dan
MC1 di titik F. Misalkan terjadi kenaikan biaya yang tercermin dalam pergeseran kurva
biaya marjinal ke atas dari MR1 ke MR2 maka perusahaan masih akan tetap memproduksi
sebesar Qo dan menjual dengan harga Po serta tetap memperoleh keuntungan maksimum
karena kurva MR berpotongan dengan kurva MC2 di titik E.
P,C (Rp)
A
MC2
P
P0
MR2
MC1
E
F
D
Q0
Output (Q)
MR1
Gambar 6.5. Maksimisasi keuntungan pada perusahan oligopoli:
kurva permintaan patah dan ketegaran harga
Harga dan Output Oligopoli: Oligopoli Dengan Kolusi
Pada industri oligopoli, misalkan perusahaan X mempunyai dua perusahaan
pesaing. Perusahaan X ini menentukan harga dan output pada tingkat MR=MC pada harga
P0 dan Q0. Bila perusahaan pesaing bereaksi dengan menetapkan harga lebih rendah dari P 0
maka kurva permintaan yang dihadapi perusahaan X bergeser ke kiri karena para pelanggan
potensial beralih dan membeli produk perusahaan-perusahan yang menawarkan harga lebih
rendah. Bila perusahaan X membalas dengan menawarkan harga lebih rendah lagi, sehingga
hal ini akan menimbulkan perang harga dan menggeser kurva-kurva permintaan meerka ke
kiri, menurunkan keuntungan bahkan mungkin mereka menderita kerugian. Hal ini tidak
akan terjadi bila mereka terdorong mengadakan kolusi unutk menetapkan harga yang sama
hingga mereka memperoleh keuntungan maksimal.
Bentuk lain kolusi dalam oligopoli adalah kartel dan persetujuan pembagian pasar.
Kartel merupakan kolusi perusahaan-perusahaan oligopoli untuk mengontrol harga serta
kuantitas yang diproduksi dalam industri demi kepentingan perusahaan anggota. Bentuk
kartel bisa berupa kartel harga dan pembagian pasar. Kartel harga yaitu dengan menetapkan
harga bersama dimana perusahaan-perusahaan anggota tidak diijinkan menjual di bawah
harga yang ditetapkan bersama. Sedangkan pembagian pasar secara geografis dimana pasar
dibagi kepada masing-masing perusahaan dan mereka hanya boleh menjual produk di
daerah pemasaran masing-masing dan tidak diperkenakan menjual di daerah pemasaran
perusahaan lain. Kelangsungan kartel dipengaruhi oleh sejauh mana kartel dapat
memaksakan dan mengawasi harga penjualan yang telah disetujui oleh para anggota.
Produsen barang sejenis yang tidak menjadi anggota kartel mengancam kelangsungan hidup
kartel tersebut. Munculnya barang subtitusi dapat melemahkan kedudukan dan
kelangsungan kartel yang bersangkutan karena ia tidak bisa lagi mengawasi pasar
sepenuhnya.
Halangan-halangan yang menyebabkan perusahaan-perusahaan dalam industri
oligopli sulit mempertahankan kolusi adalah halangan yang bersifat hukum, terlalu banyak
perusahaan yang ada dalam industri oligopoli, dan kecurangan harga. Persaingan harga
dalam industri oligopoli selalu dihindari karena hal ini merugikan semua perusahaan dalam
industri tersebut. Persaingan bukan harga lebih dapat memberikan manfaat berupa variasi
produk dan perbaikan teknik produksi serta advertensi karena tidak segera dapat ditiru oleh
perusahaan-perusahaan pesaing. Selain itu, para konsumen lebih sadar dan lebih
memperhatikan kualitas produk serta advertensi daripada perubahan harga. Faktor lain yang
menunjang pada persaingan bukan harga adalah kenyataan pada umumnya perusahaanperusahaan oligopolis mempunyai sumber-sumber finansial yang cukup guna menopang
kampanye advertensi dan pengembangan produk.
Karena perusahaan-perusahaan oligopoli lebih memusatkan pada persaingan bukan
harga maka hal ini mendorong mereka mengadakan pengembangan teknik produksi serta
perbaikan kualitas produk. Akibatnya terjadi penurunan biaya per satuan output serta
kenaikan permintaan bila disertai dengan advertensi. Selain itu terdapat dorongan kuat
dalam industri oligopoli untuk memacu kemajuan teknologi guna mempertahankan dan
mengembangkan usaha terutama dalam situasi perang harga yang tidak dapat dihindari.