Identitas Pasien
Nama
: Ny. C
Umur
: 69 tahun
II.
RM
: 085434
Tgl Masuk
: 26 September 2015
Anamnesis
Keluhan Utama
: Nyeri pada tungkai kiri
Anamnesis Terpimpin :
Dialami 12 jam sebelum masuk ke RS. Wahidin Sudirohusodo karena kecelakaan lalu
lintas
Mekanisme trauma :
Pasien merupakan penumpang sebuah kendaraan umum yang duduk di bangku kedua.
Tiba-tiba kendaraan umum tersebut menabrak tiang listrik.
Riwayat pingsan tidak ada. Riwayat mual dan muntah tidak ada.
Riwayat pasien dirawat di RSUD Enrekang, kemudian dirujuk ke Rumah Sakit
Wahidin Sudirohusodo.
III.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis:
Keadaan Umum : Sadar GCS 15 (E4M6V5)/Gizi Cukup
Tanda Vital :
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 88 kali/menit
Pernapasan
: 18 kali/menit
Suhu
: 36,7oC (aksilla)
Status Lokalis:
Regio Genu Sinistra
Look : Tidak ada deformitas. Ada Edema. Ada kemerahan. Ada hematoma
Feel : Nyeri tekan ada. Patellar tapping (+)
Movement
: Pergerakan aktif dan pasif dari knee kiri sulit dievaluasi karena nyeri.
NVD :Sensibilitas baik. Pulsasi dari arteri dorsalis pedis teraba. CRT < 2 detik.
Regio Cruris sinistra
Look : Tampak luka sebesar 1,5cm pada 1/3 middle of anterior aspect , deformitas
ada. Ada edema, ada hematoma. Tidak ada blister, tidak ada kuit mengkilap.
ALL
TLL
LLD
IV.
R
81 cm
74 cm
L
81 cm
74 cm
0 cm
GAMBARAN KLINIS
V.
GAMBARAN RADIOLOGI
Foto Genu Sinistra AP + Lateral
VI.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
VII.
Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
WBC
10,9
4,00-10,0
RBC
2,368
4,00-6,00
HGB
11,2
12,0-16,0
HCT
33
37,0-48,0
PLT
295
150-400
CT
730
4-10
BT
300
1-7
HBsAg
Non Reactive
Non Reactive
RESUME
Perempuan, 69 tahun, masuk Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo dengan
keluhan nyeri pada tungkai kiri yang dialami 12 jam sebelum masuk Rumah Sakit
karena kecelakaan lalu lintas. Mekanisme trauma : Pasien merupakan penumpan
kendaraan umum yang duduk di bangku kedua. Tiba-tiba kendaraan umum tersebut
menabrak tiang listrik.
Dari pemeriksaan fisis, didapatkan: pada inspeksi di lutut kiri tampak edema dan
hematoma. Pada palpasi lutut kiri didapatkan nyeri tekan dan pattelar tapping (+).
Pada inspeksi betis kiri tampak luka seukuran 1,5 cm bagian tengah depan. Ada
VIII.
IX.
deformitas, ada edema, ada hematoma. Pada palpasi didapatkan nyeri tekan.
Dari pemeriksaan radiologi, ditemukan adanya fracture 1/3 proximal os tibia sinistra
DIAGNOSIS
Open fracture 1/3 proximal left tibia grade II
Hemarthrosis left knee
PENATALAKSANAAN
IVFD RL
Analgesik
Antibiotik
Rawat luka
Apply long leg back slab right lower limb
Rencana ORIF electif
Rencana aspirasi hemarthrosis left knee hari ke-4
DISKUSI:
FRAKTUR TIBIA
I.
PENDAHULUAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang. Ini akibat dari adanya
retakan, akibat terjatuh atau pecahnya lapisan kortex sehingga tulang terenggang baik
secara komplet dan ada pergeseran dari fragmen tulang. Jika kulit diatas fraktur masih
utuh maka disebut fraktur tertutup, jika kulit terhubung dengan dunia luar maka disebut
fraktur terbuka, hati-hati terhadap kontaminasi dan infeksi.1
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan,
yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan.
Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau tidak langsung. Trauma langsung
berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma tidak
langsung bila titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.1,2,3
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Unit Pelaksana Teknis Terpadu
Imunoendokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 2006 di
Indonesia dari 1.690 kasus kecelakaan lalulintas, 249 kasus atau 14,7% nya mengalami
fraktur femur.1
Fraktur tibia dan fibula merupakan fraktur yang paling banyak dari fraktur tulang
panjang. Populasi rata-rata menunjukkan bahwa sekitar 26 tibia diafisis mengalami
fraktur per 100.000 populasi per tahun.2
II.
ANATOMI
Tibia adalah tulang tubular panjang dangan penampang berbentuk segitiga. Batas
anteromedial dari tibia adalah jaringan subkutan dan dikelilingi oleh empat buah fasia
yang membentuk kompartemen (anterior, lateral, superficial posterior dan deep
posterior). Otot dari kompartemen anterior adalah untuk dorsofleksi atau ekstensi ibu
jari kaki. Sedangkan otot dari kompartemen lateral, superficial posterior dan deep
posterior fleksi bagian plantar kaki.3,4,5
Fibula adalah tulang yang tipis pada bagian lateral tubuh dari tungkai bawah. Ini
bukan merupakan bagian dari artikulatio pada sendi lutut, tetapi dibawah dari malleolus
lateralis dari sendi pergelangan kaki. Ini bukan merupakan bagian dari penopang berat
tubuh, tetapi ini merupakan bagian dari perlengketan otot. Fibula ini luas pada bagian
proksimal, corpus dan distal. 6
Suplai darah
Arteri yang menutrisi tibia berasal dari arteri tibialis posterior, yang memasuki
korteks posterolateral distal sampai ke origin dari muskulus soleus. Pada saat pembuluh
darah memasuki kanalis intermedullaris, ia terbagi menjadi tiga cabang asendens dan
satu cabang desendens. Cabang-cabang ini yang kemudian membentuk endosteal
vascular tree, yang beranastomose dengan arteri periosteal dari arteri tibialis posterior.3
Arteri tibialis anterior bersifat rapuh terhadap trauma karena perjalanannya yang
melalui sebuah celah padah membran interosseus.3
Apabila arteri yang menutrisi mengalami ruptur akan terjadi aliran melalui
korteks, dan suplai darah periosteal akan menjadi lebih penting. Hal ini menekankan
pentingnya mempertahankan perlekatan periosteum selama fiksasi.3
Fibula berperan sebesar 6%-17% dalam menopang berat badan. Pada bagian
leher fibula berjalan nervus peroneus komunis yang sangat dekat dengan permukaan
kulit. Hal ini menyebabkan nervus peroneus komunis rentan terhadap trauma langsung
pada daerah leher fibula. 3
(a)
(b)
(b)
(a)
(c)
(d)
Anterior compartment; (b) Lateral compartment; (c) Superficial posterior compartment; (d) Deep
posterior compartment. 5
III.
fractures.
Angka kejadian kerusakan terhadap jaringan sangat tinggi.
o Penetrasi: luka tembakan
Pola luka bervariasi.
Pada senjata genggam dengan kecepatan rendah tidak dapat
menyebabkan gangguan pada tulang maupun kerusakan jaringan
seperti yang disebabkan oleh energy tinggi (kecelakaan bermotor) atau
kecepatan tinggi (senjata tembak dan senjata mematikan lainnya).
o Bending: three- or four-point (ski boot injuries)
Obliq yang pendek maupun fraktur transversal dapat timbul, dengan
janringan disekitarnya.
Kemungkinan terjadinya kompartemen sindrom harus diperhatikan
o Fraktur corpus fibula: Akibat dari trauma langsung dari bagian lateral tungkai
bawah.
Tidak langsung
o
Mekanisme terpelintir
Fraktur Stres
Pada pelatihan militer, jenis kecelakaan ini sangat sering timbul pada
sambungan antara metafisis dan diafisis, ditandai dengan bagian
sklerotik pada kortex postero medial.
Pada penari balet, fraktur ini biasanya muncul pada 1/3 tengah, yang
biasanya tersembunyi akibat penggunaan yang berlebihan.
Fraktur jenis ini muncul pada tulang yang normal yang menanggung berat secara
berulang-ulang, biasanya terjadi pada atlet, penari dan anggota militer yang selalu
melakukan latihan. Beban yang berat akan menimbulkan deformitas yang menginisiasi
proses normal dari remodeling tulang, gabungan dari proses reabsropsi tulang dan
pembentukan tulang baru sesuai dengan hukum Wolffs. Ketika terpajan oleh stress
serta proses deformasi yang berulang dan memanjang, reabsorpsi timbul lebih cepat
daripada penggantian, sehingga meninggalkan daerah yang kosong dan menyebabkan
fraktur. Masalah yang sama timbul pada orang yang sedang dalam pengobatan sehingga
mengganggu keseimbangan proses reabsorpsi dan penggantian tulang baru.
3. Fraktur Patologi:
Fraktur dapat terjadi dengan stres yang normal jika tulang melemah akibat
perubahan pada strukturnya (contohnya pada osteoporosis, osteogenesis imperfekta
atau Pagets disease) atau sebuah lesi litik (contohnya kista pada tulang atau sebuah
metastasis).
Gambar 7. Beberapa pola fraktur dapat dijadikan sebagai patokan mekanisme penyebab: (a) pola spiral
(terputar); (b) pola obliq pendek (kompresi); (c) potongan segitiga butterfly (tertarik) dan (d) pola
transversal (tertekan). Pola spiral dan beberapa obliq (panjang) seringkali terjadi akibat kecelakaan energi
rendah secara tidak langsung; pola tertarik dan transversal disebabkan kecelakaan energy tinggi secara
langsung. 1
IV.
KLASIFIKASI MULLER
Secara universal, didasarkan pada posisi anatomis, komunikasi dan berbagai data
dari banyak negara dan populasi, yang berkontribusi dalam penelitian dan tatalaksana.
Sebuah klasifikasi alfanumerik yang dikembangkan oleh Muller dan kawan-kawan saat
ini telah diadaptasi dan direvisi (Muller et al., 1990; Marsh et al., 2007; Slongo and
Audige 2007). Walaupun hal tersebut belum sepenuhnya divalidasi untuk reabilitas dan
reproduksibilitas, sementara diusahakan secara komprehensif.1
Gambar 9 Klasifikasi Muller (a) Masing-masing tulang panjang memiliki tiga segmen-proximal, diafisis
dan distal; fragmen proksimal dan distal dibatasi oleh segiempat dari ukuran terlebar tulang (b,c,d)
fraktur pada segmen diafisis dapat sederhana, tajam maupun kompleks. (e,f,g) fraktur pada bagian
proksimal dan distal dapat berupa ekstraartikular, partial artikular dari articular lengkap. 1
VI.
b. III B : Kerusakan soft tissue yang luas dengan stripping periosteal dan paparan
tulang yang membutuhkan penutupan flap dari soft tissue; biasanya berkaitan
dengan kontaminasi yang masif.
c. III C : Trauma vaskuler yang membutuhkan perbaikan.
VII. DIAGNOSIS
Mendapatkan informasi mengenai riwayat yang lengkap dan pemeriksaan fisis
sangat penting ketika memeriksa seseorang yang diduga mengalami fraktur tibia. Dapat
diketahui bagaimana mekanisme perlukaan, waktu terjadinya perlukaan dan syndrome
nyeri yang akan muncul. Sangat penting untuk menentukan apakah perlukaan ini
termasuk tinggi-atau rendah energi, perlukaan dengan energi yang tinggi juga akan
sangat signifikan akan mengalami perlukaan jaringan lunak pada sekitar daerah fraktur.
Fraktur corpus tibia disebabkan oleh perlukaan energi rendah yang berpotensi
dengan keadaan patologik atau kondisi osteopenik. Ini sangat penting untuk
menanyakan mengenai lokasi dan berat ringannya nyeri pada tungkai bawah termasuk
panggul, lutut dan pergelangan kaki. Penanganan harus hati-hati pada associated
injuries. Dari pemeriksaan fisis, biasanya ditemukan nyeri pada sisi yang fraktur yang
berhubungan dengan hematom dari jaringan lunak.2 Pemeriksaan Neurovascular Distal
(NVD) penting dilakukan. Arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior harus diraba
untuk dievaluasi dan kita laporkan hasilnya, khususnya pada fraktur terbuka vascular
biasanya mengalami gangguan. Nervus peroneal comunis dan tibialis harus kita
IX.
lakukan pemeriksaan. 3
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pemeriksaan Radiologi (Foto x-ray) yang harus dilakukan pada fraktur femur
adalah foto AP dan lateral dari femur, sendi hip dan lutut harus nampak pada foto
tersebut. Ditambah dengan foto pelvis proyeksi AP.3
Pemeriksaan radiologi pada fraktur tibia dan fibula harus mencakup semua tibia
(posisi anteroposterior [AP] dan lateral) dengan visualisasi sendi pergelangan kaki dan
sendi lutut. Posisi oblik dapat membantu untuk melihat karakteristik fraktur. Foto
radiologi post- reduksi harus mencakup lutut dan pergelangan kaki untuk aligment dan
rencana preoperatif.3
Seorang ahli bedah sebaiknya melihat ciri - ciri foto radiologi AP dan lateral seperti
berikut: 3
-
pergelangan kaki.
Keadaan tulang: Apakah ada bukti adanya osteopenia, metastasis, atau fraktur
sebelumnya?
Osteoarthritis atau adanya artroplasti lutut: hal tersebut dapat mengubah metode
Pemeriksaan X-ray adalah hal yang wajib. Harus diingat rule of twos: 1
-
Two views - Sebuah fraktur atau dislokasi tidak dapat terlihat hanya dari satu
posisi foto X- ray dan setidaknya dibutuhkan dua posisi (anteroposterior dan
dan spine.
Two occasions - Beberapa fraktur yang sangat sulit untuk dideteksi segera setelah
cedera, tapi pemeriksaan x-ray yang lain satu atau dua minggu kemudian dapat
menunjukkan adanya lesi. Contoh umum adalah undisplaced fraktur ujung distal
klavikula, scaphoid, neck femur dan maleolus lateralis dan juga fraktur stress dan
cedera fiseal yang tidak berpindah dimanapun terjadi.
Computed tomography dan magnetic resonance imaging (MRI) biasanya tidak
diperlukan. Technetium scan tulang dan MRI dapat berguna dalam mendiagnosis stress
fraktur sebelum cederanya menjadi jelas pada foto polos. Angiografi diindikasikan jika
dicurigai terdapat cedera arteri.3
X.
PENATALAKSANAAN
Dari semua penanganan kecelakaan, atasi syok merupakan langkah awal dan
fraktur dibidai sebelum dipindahkan. Bidai fraktur dengan metode Thomas-type splint
untuk mengurangi perdarahan dan rasa nyeri. Berikan antibiotik dan analgetik
intravena.1
Fraktur Tibia Fibula
Non-operative 3
Reduksi fraktur diikut dengan pengaplikasian long leg cast dengan pemberian
beban secara progresif dapat digunakan untuk mengisolasi dan menutup fraktur
berenergi rendah dengan pergeseran dan pola kominutive yang minimal.
Cast pada lutut dengan sudut fleksi 0-5 untuk memperbolehkan beban ditopang
secepat mungkin oleh pasien dengan percepatan untuk pemberian beban secara
Pemendekan < 1 cm; 5 mm distraksi dapat menunda penyembuhan antara 8-12 bulan.
Diperkirakan, spina iliaca anteroposterior, bagian tengah dari patella dan dasar dari
jari kedua dalam satu garis.
Waktu rata-rata adalah 164 minggu. Hal ini bervariasi tergantung pada pola
Pengobatan Operatif 3
Intramedullary (IM) Nailing
Locked nail: Alat ini memberikan kontrol rotasi; efektif dalam mencegah
pemendekan pada fraktur comminutive dan pada orang-orang dengan
kehilangan tulang yang signifikan. Interlocking screws dapat dibuka pada
lain waktu untuk dinamisasi lokasi fraktur, jika diperlukan, untuk
penyembuhan.
Nonlocked nail: Alat ini memungkinkan impaksi pada lokasi fraktur dengan
weight bearing, tetapi sulit untuk mengontrol rotasi. Nonlocked nail jarang
digunakan.
Reamed nail: Hal ini diindikasikan untuk kebanyakan fraktur tertutup dan
terbuka. Hal ini memungkinkan IM splint yang sangat baik pada fraktur dan
penggunaan diameter yang lebih besar, nail yang lebih kuat.
Unreamed nail: Hal ini dirancang untuk menjaga suplai darah IM pada fraktur
terbuka di mana suplai periosteal telah hancur. Saat ini disediakan untuk
fraktur terbuka dengan derajat tinggi; kerugiannya adalah bahwa alat ini
secara signifikan lebih lemah dari reamed nail yang lebih besar dan
memiliki risiko yang lebih tinggi terjadinya implant fatigue failure.
Beberapa pin IM yang menggunakan tenaga pegas untuk menahan angulasi dan rotasi,
dengan kerusakan minimal pada sirkulasi medula.
Alat ini jarang digunakan di Amerika Serikat karena dominasi pola fraktur yang tidak
stabil dan sukses dengan interlocking nails.
Hal ini direkomendasikan hanya pada anak-anak atau remaja dengan physes terbuka.
Fiksasi Eksternal
Terutama digunakan pada fraktur terbuka yang parah, juga dapat digunakan pada
fraktur tertutup dengan komplikasi, seperti sindrom kompartemen, adanya cedera
kepala bersamaan, atau luka bakar.
Tingkat union: Hingga 90%, dengan rata-rata 3,6 bulan untuk union.
Tingkat komplikasi infeksi, kerusakan luka, dan malunion atau nonunion meningkat
pada pola cedera-energi yang tinggi.
Patah tulang ini terkenal sulit untuk nailing, sering terjadi malaligned, deformitas
tersering adalah valgus dan angulasi apeks apeks.
Dengan IM nailing, fibula plating atau penggunaan blocking screws sekrup dapat
membantu untuk mencegah malalignment.
Jika fraktur tibia yang tidak mengalami pergeseran, pengobatan terdiri dari long leg
cast dengan early weight bearing. Observasi yang cermat diindikasikan untuk
mengenali kecenderungan terjadinya varus.
Sangat beresiko terjadinya varus jika ada malunion, terutama pada pasien dengan usia
> 20 tahun.
Fasciotomy
Setelah
operasi
fiksasi
fraktur,
pembukaan
fasia
tidak
boleh
reapproximated.
XI.
KOMPLIKASI 3
Komplikasi yang dapat terjadi ada 2 jenis, yaitu komplikasi dini dan komplikasi
lanjut. Yang termasuk komplikasi dini adalah syok, emboli lemak, trauma pembuluh
darah besar, trauma saraf, tromboemboli, dan infeksi. Sedangkan yang termasuk
kompliksai lanjut adalah delayed union, non union, malunion, kaku sendi otot, dan
refraktur. 3,9
o
Malunion: Hal ini termasuk deformitas yang tidak sesuai dengan posisi
anatominya.
Nonunion: Hal ini terkait dengan cedera- berkecepatan tinggi, fraktur terbuka
(terutama Gustilo grade III), infeksi, fibula yang intak, fiksasi yang tidak adekuat
o
o
o
signifikan. Traksi yang berlebihan dapat mengakibatkan cedera pada saraf, dan
cetakan cast/ padding yang tidak adekuat dapat mengakibatkan neurapraksia.
Dapat terjadi emboli lemak.
Deformitas claw toes. Hal ini terkait dengan jaringan parut pada tendon ekstensor
o
o
HEMARTHROSIS
I.
PENDAHULUAN
Fraktur yang melibatkan sendi dapat menyebabkan akut haemarthrosis . Sendi
bengkak dan tegang dan pasien menolak setiap upaya bergerak . Darah harus disedot
sebelum berhubungan dengan fraktur.9
II.
JENIS HEMARTROSIS
Hal ini penting untuk membedakan perdarahan akut dan subakut . Subakut
III.
PENGOBATAN HEMARTROSIS
Pengobatan yang optimal dari hemartrosis akut melibatkan kombinasi dari
pengobatan untuk akut berdarah kebohongan tidak hanya dalam nya efek fisik tetapi
juga dalam kemudahan dan kesederhanaan aplikasi. 10
D. Analgesia
Tergantung pada derajat nyeri, parasetamol atau kombinasi dari parasetamol
dan dekstropropoksifen harus diberikan.Biasanya obat-obat ini memberikan memadai
lega. Produk Aspirin mengandung dan obat anti-inflamasi nonsteroid harus
dihindari. 10
DAFTAR PUSTAKA
1. Nalyagam S. Principles of Fractures. In: Solomon L. Apleys System of Orthopaedics and
Fractures. Ninth edition. UK: 2010. p. 687-693.
2. Bucholz, Robert W.; Heckman, James D. Fractures of The Tibia and Fibula. In: CourtBrown, Charles M. Rockwood & Green's Fractures in Adults, 7th Edition. UK: Lippincott
Williams & Wilkins. 2006. p. 1868-76.
3. Koval, Kenneth J.; Zuckerman, Joseph D. Handbook of Fractures, 4th Edition. USA:
Lippincott Williams & Wilkins. 2006.p. 464-75.
4. Agur AMR, Dalley AF. Grants Atlas of Anatomy 12th edition. New York: Lippincott
William Wilkins. 2009. p. 422-5.
5. Thompson, John C. Leg and Knee in: Netter's Concise Orthopaedic Anatomy. 2th
Edition..Philadelphia: Saunders Elsevier. 2010.p. 294, 316-9.
6. Snell RS. The Lower Limb. Clinically Anatomy by Regions. 8th Edition. New York:
Lippincott Williams & Wilkins; p. 595-6.
7. Mostofi SB. Fracture Classification in Clinical Practice. London: Springer. 2006. 59-60.
8. Miller MD, Thompson SR, Hart JA. Review of Orthopaedics 6th Edition. Philadelphia;
Saunder Elsevier. 2012. p. 315-6.
9. Nalyagam S. Injury of The Knee and Leg. In: Solomon L. Apleys System of
Orthopaedics and Fractures. Ninth edition. UK: 2010. p. 901-3.
10. E.C. Rodriguez-Merchan. Articular bleeding (hemarthrosis) an orthopedists point of
view second edition. Madrid: 2008.