Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
Sindroma koroner akut (SKA) merupakan suatu masalah kardiovaskular
yang utama karena menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka
kematian yang tinggi. Sindrom koroner akut ini merupakan sekumpulan
manifestasi atau gejala akibat gangguan pada arteri koronaria (Shiel dan Stopler,
2008). Sindrom koroner akut mencakup penyakit jantung koroner yang bervariasi
mulai dari angina pektoris tidak stabil dan infark miokard tanpa ST elevasi
sampai infark miokard dengan ST elevasi (Ramrakha dan Hill, 2006). Ketiga
gangguan ini disebut sindrom koroner akut karena gejala awal serta manajemen
awal sering serupa.
Menurut laporan WHO, pada tahun 2004, penyakit infark miokard akut
merupakan penyebab kematian utama di dunia (WHO, 2008). Terhitung
sebanyak 7.200.000 (12,2%) kematian terjadi akibat penyakit ini di seluruh dunia.
Penyakit ini adalah penyebab utama kematian pada orang dewasa di m anamana (Garas, 2010). Direktorat Jendral Yanmedik Indonesia meneliti, bahwa
pada tahun 2007, jumlah pasien penyakit jantung yang menjalani rawat inap dan
rawat jalan di rumah sakit di Indonesia adalah 239.548 jiwa. Kasus terbanyak
adalah panyakit jantung iskemik, yaitu sekitar 110,183 kasus. Case Fatality Rate
(CFR) tertinggi terjadi pada infark miokard akut (13,49%) dan kemudian diikuti
oleh gagal jantung (13,42%) dan penyakit jantung lainnya (13,37%) (Depkes,
2009).
Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (ST Elevation Myocardial
Infarct) merupakan bagian dari spektrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri
atas angina pektoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST, dan IMA dengan elevasi ST.
IMA dengan elevasi ST (STEMI) umumnya terjadi jika aliran darah koroner
menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak arterosklerotik yang
sudah ada sebelumnya. Mekanisme aterosklerosis koroner pada dasarnya
jarang menimbulkan iskemia miokardium atau IMA sebagai penyebab tunggal,
tetapi biasanya karena kombinasi dengan mekanisme vasospasme koroner.
Vasospasme koroner menyebabkan berkurangnya aliran darah koronaria dan
pada penyakit jantung koroner akan memperberat keadaan berkurangnya
konsumsi oksigen ke jaringan miokardium, sedangkan kebutuhan metabolik
miokardium

tidak

berkurang

dari

keadaan

semula

sebelum

terjadinya

vasospasme dan selalu harus memproduksi energi untuk menunjang fungsi


jantung sebagai pompa. Akibat peristiwa diatas terjadilah iskemia miokardium
mendadak dan berlanjut menjadi IMA dengan gejala atau tanpa gejala nyeri
angina disertai perubahan depresi atau elavasi segmen SR dan gelombang T
inverted
Secara garis besar, faktor risiko SKA dapat dibagi dua. Pertama adalah
faktor risiko yang dapat diperbaiki (reversible) atau bisa diubah (modifiable),
yaitu: hipertensi, kolesterol, merokok, obesitas, diabetes mellitus, hiperurisemia,
aktivitas fisik kurang, stress, dan gaya hidup (life style). Faktor risiko seperti usia,
jenis kelamin, dan riwayat penyakit keluarga adalah faktor-faktor yang tidak dapat
diperbaiki (Pambudi, 2011; Grundi et al., 1999; Burazerl G et al., 2007)

Anda mungkin juga menyukai