Anda di halaman 1dari 7

BAB III

METODA PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen atau semi eksperimen. Karena
penelitian tidak memberikan variasi perlakuan ataupun pengulangan sampel, melainkan
hanya memberikan variasi waktu penyimpanan pada masing-masing sampel yang
diambil.

B. Tempat dan Waktu


Tempat penelitian dan pemeriksaan dilakukan di laboratorium klinik D3. Analis
Kesehatan FIKKES UNIMUS , jalan Wonodri Sendang Raya No. 2A Semarang.
Waktu penelitian dimulai sejak pembuatan proposal sampai bulan April 2010.

C. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswi Universitas Muhammadiyah
Semarang semester III. Sampel diambil dengan teknik purposif sebanyak 10 sampel.
Setiap orang diambil darah venanya sebanyak 3 ml (berhubung sam pel juga digunakan
untuk penelitian Hb), yang ditambah antikoagulan EDTA 10% 3 tetes. Kemudian
dilakukan pembuatan apusan darah dan pengecatan Giemsa di setiap jam
penyimpanannya, setelah itu dilakukan pengamatan pada mikroskop dengan perbesaran
100x.
D. Bahan dan Alat

Bahan :
Bahan pemeriksaan adalah darah vena 3 ml yang telah dicampur dengan 3 tetes
larutan EDTA 10%.
Alat :
Alat yang diperlukan adalah:
1. Kaca objek ukuran 25 x 75 mm
2. Botol gelas
3. Deck glass
4. Spuit
Reagen :
Zat warna Giemsa yang digunakan adalah Giemsa pekat yang diencerkan menjadi
larutan 5%.

E. Prosedur Penelitian
1. Pengambilan Sample (darah vena)
Lokasi pengambilan darah adalah pada salah satu vena mediana cubiti, ikatan
pembendungan dipasang pada lengan atas dan probandus diminta untuk mengepal dan
membuka berkali-kali sehingga vena akan tampak jelas. Setelah itu tempat tersebut
didisinfeksi dengan alkohol 70% dan biarkan sampai kering.
Dengan posisi bagian berlubang dari jarum ke atas, kulit ditusuk dengan jarum
masuk ke dalam vena, kemudian pembendung direntangkan dan perlahan -lahan
penghisap spuit ditarik sampai jumlah darah sebanyak 3 ml, lalu pembendung dilepas
kemudian kapas yang mengandung alkohol 70% diletakkan di atas jarum kemudian

jarum dan spuit dicabut dan tempat tusukan ditekan dengan kapas tadi, setelah itu spuit
diangkat dan darah dialirkan ke dalam tabung melalui dinding tabung.
2. Membuat darah EDTA
a. Menyediakan botol yang telah berisi 3 tetes larutan EDTA 10% .
b. Mengalirkan 3 ml darah vena ke dalam botol tersebut dari spuit tanpa jarum.
c. Menutup botol dan segera mencampur darah dengan anti koagulan EDTA selama 60
detik atau lebih. ( R. Gandasoebrata. 2007 )
3. Membuat sediaan hapus
a. Memilih deck glass yang bertepi be tul-betul rata untuk digunakan sebagai kaca
penghapus.
b.

Mematahkan sudut kaca objek tersebut menurut garis diagonal untuk dapat
menghasilkan sediaan hapus darah yang tidak mencapai tepi kaca objek.

c. Meletakkan satu tetes kecil darah, pada kurang lebih 2 s ampai 3 mm dari ujung kaca
objek.
d. Meletakkan kaca penghapus dengan sudut 30 0 - 450 terhadap kaca objek di depan tetes
darah.
e. Menarik kaca penghapus ke belakang sehingga menyentuh tetes darah, tunggu sampai
darah menyebar pada sudut tersebut.
f. Dengan gerak yang mantap dorong kaca penghapus sehingga terbentuk hapusan darah
sepanjang 3-4 cm pada kaca objek.

Darah harus habis sebelum kaca penghapus

mencapai ujung lain dari kaca objek. Hapusan darah tidak boleh terlalu tipis atau terlalu
tebal, ketebalan ini dapat diatur dengan mengubah sudut antara kedua kaca objek dan

kecepatan menggeser. Makin besar sudut dan makin cepat menggeser, makin tipis
hapusan darah yang dihasilkan.
g. Biarkan hapusan darah mengering di udara. Menuliskan identitas pasien pada bagian
tebal hapusan dengan pensil.
4. Pewarnaan Giemsa
a. Meletakkan sediaan hapus pada dua batang gelas di atas bak tempat pewarnaan.
b. Fiksasi sediaan hapus dengan metilalkohol selama 2-3 menit.
c. Menggenangi sediaan hapus dengan zat warna Giemsa yang baru diencerkan. Larutan
Giemsa yang dipakai adalah Giemsa 5%, berasal dari Giemsa pekat yang diencerkan
dulu dengan larutan dapar atau aquadest. Biarkan selama 15-30 menit.
d. Membilas dengan air ledeng, mula-mula dengan aliran lambat kemudian dengan lebih
kuat dengan tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna. Meletakkan sediaan
hapus dalam rak dalam posisi tegak dan biarkan mengering.

5. Cara memeriksa dan melaporkan


a. Cara memeriksa :
Meletakan satu tetes minyak imersi pada bagian sediaan h apus yang baik untuk
diperiksa. Lihat dengan perbesaran lemah (lensa objektif 10x dan lensa okuler 10x)
untuk mendapatkan gambaran menyeluruh. Perlu diperhatikan apakah penyebaran sel
sel darah cukup merata, perha tikan pula jumlah leukosit dan kelompok trombosit.
Adanya microfilaria telah dapat diketahui dengan pembesaran ini.
Selanjutnya lihat dengan lensa objektif 40x, dengan pembesaran ini dapat
dilakukan penilaian keadaan eritrosit, leukosit, trombosit serta ke lainan lain yang ada.

Bila diperlukan dapat dilakukan penilaian lebih lanjut dari sediaan hapus menggunakan
lensa 100x menggunakan minyak imersi dengan menyingkirkan kaca penut up dengan
mendorongnya ke tepi dan mengangkatnya. Meneteskan 1 tetes minyak ime rsi pada
sediaan hapus, gunakan objektif yang sesuai.
b. Cara melaporkan :
Penilaian eritrosit
Terhadap eritrosit dilakukan penilaian ukuran (size), bentuk (shape), warna
(staining) dan adanya bahan -bahan inklusi. Penilaian dilakukan pada daerah pandangan
dimana eritrosit terletak saling berdekatan akan tetapi tidak saling menumpuk, jangan
menilai dimana eritrosit jarang -jarang. ( Arjatmo Tjokronegoro dan Hendra Utama, 1996
)

F. Analisa Data
Data yang dipakai berupa data primer yang diperoleh dari hasil pemeri ksaan
langsung tentang morfologi eritrosit pada darah EDTA berdasarkan waktu penyimpanan
sampel selama 0 jam, 1,5 jam, 3 jam, 4,5 jam. Data yang didapat ditabulasikan dalam
bentuk deskriptif meliputi ukuran, warna, dan bentuk sel eritrosit serta benda -benda
inklusi yang terdapat pada sel eritrosit. Kemudian data dianalisa, menempatkan sampel
dengan penyimpanan 0 jam sebagai preparat kontrol, kemudian penyimpanan
selanjutnya yaitu 1,5 jam, 3 jam dan 4,5 jam dibandingkan dengan preparat kontrol pada
masing-masing nomor sampel. Setelah ditarik kesimpulan berdasarkan data yang telah
diolah dan dianalisa..

G. Devinisi Operasional
Darah EDTA adalah darah yang dipakai dalam penelitian ini diambil dari
pembuluh vena difosa cubiti sebanyak 3 ml (sampel juga digunakan untuk penelitian
Hb), kemudian ditambah 3 tetes larutan antikoagulan EDTA 10%. Sampel darah EDTA
yang sudah diperoleh dipisahkan pada botol yang berbeda berdasarkan lama waktu
penyimpanannya (0 jam, 1,5 jam, 3 jam dan 4,5 jam).
Setelah itu dilakukan pembu atan apusan darah pada sampel dengan penyimpanan
0 jam, setelah apusan kering dilanjutkan dengan pengecatan dengan cat warna Giemsa
5% setelah itu dikeringanginkan. Setelah perlakuan pada sampel 0 jam selesai,
dilanjutkan pada sampel dengan penyimpanan 1,5 jam dengan memberikan perlakuan
yang sama seperti sampel penyimpanan 0 jam. Selanjutnya pada sampel penyimpanan
3 jam dan 4,5 jam juga dilakukan langkah langkah yang sama. Setelah preparat keing
angin, kemudian dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop dengan perbesaran
100x.
Morfologi eritrosit yang diamati meliputi warna, ukuran, dan bentuk. Selain itu
kelainan eritrosit berdasarkan benda -benda inklusi yang ada pada sel eritrosit. Hasil
yang diperoleh, dicatat dan ditabulasikan serta dilaporkan dalam bentuk deskriptif, serta
membandingkan data dari hasil penyimpanan sampel selama 1,5 jam, 3 jam dan 4,5 jam
terhadap preparat kontrol yaitu preparat sampel yang disimpan selama 0 jam atau
dikerjakan dengan segera.
Penilaian morfologi eritrosit disederhakan, yakni dengan memberikan nilai
sesuai dengan batasan atau syarat yang telah ditentukan terlebih dahulu. Seperti,
Normal

: Sel eritrosit normositer, tanpa kelainan bentuk. (kerusakan 0 -5%)

Rusak ringan : Terdapat 1-2 macam kelainan bentuk, disertai pembengkakkan /


makrositer. (kerusakan 6 -20%)
Rusak sedang : Terdapat >2 macam kelainan bentuk, disertai pembengkakkan /
makrositer dan terjadinya krenasi. (kerusakan 20% - 50%)
Rusak berat

: Banyak krenasi, ukuran domin an makrositer, ada sel pecah (kerusakan >

40%)
Prosentase kerusakan dilihat dari keadaan sel pada penampang preparat yang
diamati dengan mikroskop, warna sel tidak dicantumkan dalam penilaian kerusakan
preparat karena lamanya waktu penyimpanan sampel tidak mempengaruhi terjadinya
kelainan warna pada sel eritrosit, kelainan warna eritrosit pada setiap sampel terjadi
karena keadaan dari masing masing responden atau karena perbedaan reaksi antara
darah dan larutan Giemsa.

Anda mungkin juga menyukai