Anda di halaman 1dari 9

Desalinasi Air dengan Memanfaatkan Energi Terbarukan

Sudrajat Harris Abdulloh*


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesa No. 10, Bandung, Indonesia
*Corresponding Author: harrisabd@students.itb.ac.id

Abstrak
Desalinasi dapat meningkatkan kualitas air, mengurangi masalah kelangkaan air, dan
meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi. Dua teknologi desalinasi yang saat ini digunakan adalah
desalinasi termal dan membran. Proses desalinasi termal yang banyak digunakan adalah MSF, MED,
dan VC, sedangkan proses desalinasi membran yang banyak digunakan adalah RO dan ED. Biaya
energi, operasi dan pemeliharaan, serta investasi merupakan kontributor utama pada biaya produksi
air apapun teknologi prosesnya. Biaya kebutuhan energi menyumbang hampir 50% biaya produksi air.
Pada proses desalinasi termal (MSF, MED dan TVC). Bentuk energi yang diperlukan dalam operasi
adalah termal dan listrik. Proces desalinasi termal MVC, hanya dibutuhkan listrik saja. Sedangkan
pada proses desalinasi membran (RO dan ED) tidak dibutuhkan energi termal, hanya dibutuhkan
listrik.
Sistem energi terbarukan seperti energi matahari, angin dan panas bumi, saat ini banyak
digunakan sebagai sumber energi dalam proses desalinasi, teknologi ini sudah terbukti dan
menjanjikan secara ekonomi untuk daerah terpencil yang tidak memiliki transmisi listrik dan kesulitan
mendapatkan air. Teknologi yang terus berkembang, air bersih semakin langka dan harga bahan bakar
fosil yang meningkat, desalinasi dengan energi terbarukan dapat menjadi pilihan yang ekonomis.
Kata kunci : Desalinasi, Renewable Energy, proses destilasi, proses membran.

1. Pendahuluan
Keubutuhan air secara global akan
terus meningkat, namun ketersediaan
sumber air bersih semakin langka karena
sumber air yang sudah tercemar dan
berkurangnya sumber air akibat perubahan
iklim, sumber air bersih yang sangat minim
sering dijumpai
di
daerah yang
gersang/kering
dan
pesisir
pantai.
Desalinasi merupakan proses pengolahan
air untuk memisahkan garam dari larutan
garam untuk menghasilkan air minum atau
air yang rendah TDS nya. Desalinasi air laut
dan air payau dapat digunakan untuk
meningkatkan ketersediaan sumber air
bersih. Namun demikian, teknologi
desalinasi membutuhkan energi yang tinggi
dalam prosesnya, selama ini energi tersebut
disediakan dari sumber energi berbasis
fosil, yang harganya sangat fluktuatif, sulit
untuk disalurkan ke daerah yang terpencil,
dan tidak terbarukan[1].

Secara global, kapasistas pabrik


desalinasi yang terpasang pada tahun 2014
mencapai 81 juta m3 per day dan diprediksi
akan mencapai 100 juta m3 per day pada
2015[2]. Air umpan desalinasi tersebut
terbagi
dari
beragam
sumber,
pembagiannya dapat dilihat pada gambar 1.
Sampai saat ini, umumnya pabrik
desalinasi dibangun di daerah dengan
ketersediaan energi yang melimpah dan
harganya murah. Hingga 2012 hanya 1%
dari total air desalinasi yang prosesnya
memanfaatkan energi terbarukan. Energi
terbarukan akan menjadi teknologi yang
umum dengan biaya yang terus turun,
sehingga energi terbarukan dapat menjadi
pilihan yang harus dipertimbangkan.

Abdulloh, SH, Pengolahan Air dengan Menggunakan Energi Terbarukan, 2015, 1-8

Lainnya
; 41%
Air
Laut;
59%
Air
Payau;
22%
Gambar 1 Persentase air umpan desalinasi di seluruh
dunia. [3], [4]

Saat ini, secara global, teknologi


desalinasi
yang
terpasang
68%
menggunakan
teknologi
desalinasi
membran, 30% teknoli desalinasi termal,
dan 2% menggunakan teknologi lainnya.
Pertumbuhan kapasitas desalination di
seluruh dunia disajikan pada gambar 2.
Desalinasi termal, sangat dominan sebelum
1990, hal ini sebelum desalinasi dengan
teknologi membran populer.

wilayah yang gersang seperti di Timur


tengah dan Afrika Utara. Dimana
ketersediaan energi surya disana cukup
melimpah sepanjang tahun. Selain itu
energi terbarukan dari Angin dapat juga
dimanfaatkan di wilayah pesisir dan
kepulauan.
Meski teknologi desalinasi masih
cukup mahal, dengan menurunnya biaya
dari energi terbarukan, diharapkan dapat
menekan total biaya keseluruhan proses
desalinasi pada tahun yang akan datang.
Inilah harapan wilayah terpencil dan
kepulauan yang memiliki populasi rendah
dengan infrastruktur air bersih dan
transmisi listrik yang tidak memadai.
Pemetaan kebutuhan air dan sumber
energi terbarukan adalah strategi utama
dalam perencanaan sistem desalinasi baru.
Desalinasi dengan energi terbarukan dapat
menjadi
kunci
untuk
melanjutkan
perkembangan, terutama di negara yang
sangat bergantung pada air desalinasi untuk
kebutuhan masyarakat dan kebutuhan
produksi
seperti
irigasi.
Sehingga,
membangkitkan energi terbarukan dapat
dilihat sebagai investasi ekonomi yang
menguntungkan karena dapat mengurangi
biaya eksternal, sosial, lingkungan dan
operasional[5].
2. Teknologi desalinasi

Gambar 2 Kapasitas air desalinasi membran dan


termal terpasang. [2]

Desalinasi terbagi menjadi dua


kategori,
desalinasi
termal
yang
menggunakan panas untuk menguapkan air
bersih dari air umpan dan desalinasi
membran
(reverse
osmosis),
yang
menggunakan tekanan tinggi dari pompa
listrik untuk memisahkan air bersih dari air
laut atau air payau. Pemilihan teknologi
desalinasi dengan energi terbarukan harus
dipertimbangkan atas dasar ketersediaan
sumber energi terbarukan, misalnya
pemanfaatan panas dengan concentrated
solar power (CSP) untuk desalinasi termal,
dan listrik dari solar photovoltaic untuk
membran desalinasi dapat menjadi solusi di

Dua tipe teknologi desalinasi yang


digunakan di seluruh dunia dapat
diklasifikasikan sebagai perubahan fasa
(termal)
atau
membran,
keduanya
merupakan teknologi yang memerlukan
energi dalam pengoperasiannya. Dari kedua
tipe ini ada beberapa sub kategori yang
menggunakan teknik yang berbeda,
sebagaimana berikut ini.

Abdulloh, SH, Pengolahan Air dengan Menggunakan Energi Terbarukan, 2015, 1-8

phase change
thermal processes

single phase
membrane
processes

Multi-stage Flash
evaporation (MSF)

Reverse osmosis
(RO)

Multi-effect
distillation (MED)

Electrodialysis (ED)

akan menguap menjadi steam. Steam


selanjutnya diembunkan melalui eliminator
kabut dan mengembun pada permukaan
luar dari tabung perpindahan massa.
Tetesan cairan kondensat masuk ke dalam
penampung sebagai produk air tawar panas.
Gambar 4 merupakan diagram unit MSF.

Vapor
Compression (VC),
Mechanical (MVC)
& thermal (TVC)

Gambar 3 Teknologi desalinasi utama [6], [7]

Tiga proses membran yang tidak


dipertimbangkan dalam proses desalinasi,
tapi
juga
relevan
diantaranya:
microfiltration (MF), ultrafiltration (UF,
dan nanofiltration (NF). Proses pertikaran
ion juga tidak digunakan dalam proses
desalinasi, tetapi banyak digunakan untuk
meningkatkan kualitas air untuk tujuan
khusus, misalnya boiler feed water.
2.1. Teknologi desalinasi termal
Proses destilasi meniru siklus air alami,
sebagaimana larutan garam dipanaskan,
menghasilkan uap air, kemudian air
dikondensasikan menjadi air tawar. Proses
yang termasuk tipe ini adalah MSD, MED,
dan VC. Saat ini 25% kapasitas desalinasi
dunia berbasis MSF. Namun teknologi
destilasi lainnya seperti MED dan VC
meningkat pesat dan diantisipasi akan
berperan penting di masa yang akan datang.
Sebab MED dan VC akan lebih dipahami
dan diterima. Seluruh proses ini
membutuhkan energi termal atau mekanis
untuk menguapkan air. Pada akhirnya
teknologi ini sangat unggul ketika termal
energi dengan biaya murah tersedia.
2.1.1. Multi-stage flash
Pada MSF, umpan air laut ditekan dan
dipanaskan sampai temperatur maksimum
yang dapat dicapai oleh unit operasi. Ketika
cairan yang dipanaskan dilepaskan ke
dalam ruang yang dipertahankan sedikit
dibawah tekanan uap jenuh air, fraksi air

Gambar 4 Diagram unit MSF [8]

2.1.2. Multi-effect distillation


Unit MED beroperasi dengan prinsip
mengurangi tekanan ambien pada setiap
tahapan,
memungkinkan air umpan untuk menjalani
beberapa pendidihan tanpa harus memasok
panas tambahan setelah tahap pertama.
Dalam unit ini, steam dan/atau uap dari
boiler atau sumber panas lain yang tersedia
(seperti sumber terbarukan atau energi
limbah) dimasukkan ke serangkaian tabung,
di mana ia mengembun dan memanaskan
permukaan tabung dan bertindak sebagai
permukaan
transfer
panas
untuk
menguapkan air garam di sisi lain. Energi
yang digunakan untuk penguapan air garam
adalah panas dari kondensasi uap di tabung.
Larutan garam yang sudah diuapkan
sekarang bebas dari salinitas dan sedikit
lebih dingin-dimasukkan ke dalam, tahapoperasi bertekanan rendah sehingga uap
mengembun menjadi produk air tawar,
sekaligus menukarkan panas untuk
menguapkan
sebagian
dari
umpan air laut yang yang tersisa [4].
Gambar 5 adalah diagram dari unit MED.

Abdulloh, SH, Pengolahan Air dengan Menggunakan Energi Terbarukan, 2015, 1-8

Gambar 5 Diagram unit MED [8]

2.1.3. Mechanical vapor compression


Proses destilasi VC biasa digunakan
untuk unit desalinasi air laut skala kecil
hingga medium. Panas untuk menguapkan
air berasal dari penekanan uap, daripada
pertukaran panas dari steam dalam boiler.

2.2.1. Reverse osmosis


Reverse osmosis adalah bentuk filtrasi
bertekanan dimana filternya adalah
membran semi-permeable yang dapat
melewatkan air, tetapi tidak dengan garam.
Sebuah sistem RO umumnya terdiri dari
emat subsitem utama, dapat dilihat pada
gambar 7, sistem pretreatment, pompa
tekanan tinggi, modul membran, dan sistem
post-treatment [3], [9], [10].

Gambar 7 Diagram unit RO [8], [11], [12]

Gambar 6 Diagran unit MVC / TVC [8]

2.2. Teknologi desalinasi membran


Membran dan penyaring dapat secara
selektif melewatkan atau merejeksi ion
tertentu, dan teknologi desalinasi telah
dirancang
dengan
memanfaatkan
kemampuan
tersebut.
Membran
memainkan peranan penting dalam
memisahkan garam dalam proses dialisis
dan osmosis. Prinsip alami ini telah
diadaptasi oleh dua proses desalinasi
penting yang komersial, electrodialysis
(ED) dan reverse osmosis (RO). Meskipun
mereka
biasanya
digunakan untuk
menghilangkan
garam
air
payau,
pengembangannya
yang
meningkat
memungkinkan untuk diaplikasikan pada
air laut. Sejumlah sistem desalinasi juga
menambahkan unit filtrasi sebelum masuk
unit
utama
untuk
menghilangkan
kontaminan yang dapat mempengaruhi
operasi filter jangka panjang. Sistem filtrasi
yang dimaksud yaitu microfiltrasi,
nanofiltrasi, dan ultrafiltrasi

2.2.2. Elektro-dialisis
Elektrodialisis (ED) adalah proses
pemisahan
elektrokimia
yang
menggunakan
arus
listrik
untuk
memindahkan ion garam selektif melalui
membran, meninggalkan air tawar
dibelakang. ED merupakan metode
desalinasi air payau yang rendah biaya.
Karena konsumsi energi tergantung pada
konsentrasi garam pada air umpan, proses
ED tidak menarik secara ekonomi untuk
desalinasi air laut. Dalam proses ED ion
dilewatkan melalui membran dengan
medan listrik. Pada ED unit terdiri dari
beberapa komponen dasar, yaitu sistem
pretreatment,paket membrann, pompa
tekanan rendah dan power supply dengan
direct-current (rectifier atau PV system),
dan sitem post-treatment [3], [9], [10], [13],
[14].

Abdulloh, SH, Pengolahan Air dengan Menggunakan Energi Terbarukan, 2015, 1-8

Gambar 8 Diagram unit EDI [8], [15]

3. Energi Terbarukan
Energi
terbarukan
didefinisikan
sebagai
energi
yang
dibangkitkan/dihasilkan dari sumber alami
yang dapat mengisi ulang secara alami dan
konstan, seperti dari cahaya matahari,
angin, hujan, pasang-surut air laut,
gelombang ombak, dan panas bumi. The
international Energy Agency (IEA)
mendefinisikan energi terbarukan sebagai,
listrik dan panas yang dibangkitkan dari
cahaya matahari, angin, lautan, tenaga
hidro, biomassa, panas bumi, biofuel dan
turunan hidrogen dari sumber terbarukan.
3.1. Energi matahari
Energi matahari berkenaan dengan listrik
dan panas yang dimanfaatkan dari matahari.
Listrik Direct-current (DC)
dapat
dibangkitkan secara langsung dari matahari
dengan menggunakan photovoltaic (PV)
atau dengan menggunakan sel surya.

Gambar 10 Teknologi CSP yang tersedia (a) SPT,


(b) PTC, (c) LFR), (d) PDC) [16]

3.2. Energi Angin


Perbedaan pemanasan di permukaan
bumi oleh matahari, menghasilkan kutub
yang menerima panas matahari lebih sedikit
dibanding pada ekuator. Dengan demikian,
daratan dapat mengalami pemanasan dan
pendinginan lebih cepat dibandingkan
lautan. Perbedaan panas ini menghasilkan
aliran cepat di bagian atmosfer. Energi
angin umumnya diperoleh melalui kincir
angin, angin memberikan energi untuk
memutar bilah kincir sehingga memutar
turbin untuk membangkitkan listrik [17].

Gambar 11 Contoh pemanfaatan energi angin untuk


proses ED [18]

3.3. Energi gelombang laut


Gambar 9 Diagram pemanfaatan energi matahari
langsung (a) double basin, (b) single
basin, (c) multi-step tilted, (d) microsolar [8]

Energi gelombang laut atau ombak


adalah energi terbarukan yang bersumber
dari dari tekanan naik turunnya gelombang
air laut.

pertama adalah perbedaan tinggi rendah air


laut saat pasang dan surut, kedua adalah
arus pasang surut terutama pada selat-selat
yang kecil [17].

3.4. Energi pasang-surut air laut


Energi pasang surut air laut adalah
energi terbarukan yang bersumber dari
proses pasang surut air laut. Terdapat dua
jenis sumber energi pasang surut air laut,
Skema hidro mengkonversi energi
yang tersedia dari air yang mengalir, seperti
sungai, kanal, atau aliran menjadi listrik.
Teknologi ini sudah dikomersialkan dan
sudah sempurna secara teknik. Skala kecil
yang dimaksud adalah kapasitas terpasang
kurang dari 10MW. Hal penting dari
teknologi ini adalah dampak lingkungan
yang jauh lebih rendah dibandingkan harus
membangun bendungan untuk membangun
hidroelektrik skala besar [17].

3.5. Energi hidroelektrik skala kecil


membutuhkan batas minimum untuk
memberikan kerja pada proses pemisahan
larutan garam menjadi air murni dan
konsentrat brine. Hal tersebut independen
berdasarkan
detail
teknologi
yang
digunakan, mekanisme dan tahapan proses.
Konsep energi minimal untuk proses
pemisahan dapat dijelaskan secara
termodinamika.
Perpindahan
pelarut
ditentukan oleh fluktuasi tumbukan termal
antara molekul solvent. Kebutuhan kerja
minimal setara dengan perbedaan energi
bebas antara umpan dengan outlet (air
murni dan konsentrat brine). Berbagai
metode digunakan untuk mengkalkulasi
kebutuhan energi minimun pada desalinasi.
Menggunakan persamaan Van Hoff untuk
air laut dengan salinitas normal setara
dengan 33000 ppm pada 25C, energi yang
dibutuhkan adalah 0,77 kWh/m3[20].
Kebutuhan kerja aktual, akan berlipat
kali dari kebutuhan energi minimum secara
teoritis. Hal disebabkan oleh kerja ekstra
yang dibutuhkan untuk menjaga proses
berlangsung pada laju yang tetap, dibanding
hanya untuk proses pemisahan saja. Saat ini
pabrik desalinasi membutuhkan 5 hingga 26
kali kebutuhan kerja minimum, bergantung
dari jenis proses yang digunakan. Karena
kebutuhan energi yang besar ini, maka
diperlukan proses desalinasi yang efisien
dalam penggunaan energi, efisiensi dapat
dilakukan dengan pengembangan teknologi

3.6. Energi panas bumi


Energi panas bumi berasal dari panas
yang dihasilkan di dalam perut bumi.
Secara alami air dari aquifers dengan
temperatur 50-150C. Temperatur lebih
dari
150C
diperlukan
untuk
membangkitkan listrik. Kekurangan dari
energi panas bumi adalah kondisi geologi
menentukan kualitas dari sumber panas,
seperti temperatur fluida dan laju alir, hal
ini sulit diprediksi dengan baik tanpa
investasi yang signifikan dalam pengeboran
dan pengujian. Dampaknya, energi panas
bumi relatif termasuk investasi yang
beresiko tinggi dibanding produksi energi
dari sumber lainnya [17].
4. Kebutuhan energi pada proses
desalinasi dengan berbagai teknologi
Seluruh
proses
desalinasi
membutuhkan energi yang intensif dan

Tabel 1. Kebutuhan energi masing-masing proses desalinasi [4], [6], [8], [21]
Properties

MSF

MED

MVC

TVC

SWRO

BWRO

ED

Typical unit size (m3/day)

50000-70000

5000-15000

100-3000

10000-30000

hingga
128000

hingga
98000

2-145000

2,5-5

2-2,5

7-12

1,8-1,6

4-6

1,5-2,5

2,64-5,5

190-282

145-230

none

227

none

none

none

15,83-23,5

12,2-19,1

none

14,5

none

none

none

Electrical energy
consumption (kWh/m3)
Thermal energy
consumption (MJ/m3)
Equivalent electrical to
thermal energy (kWh/m3)
Total electricity
consumption (kWh/m3)
Product water quality
(ppm)

19,58-27,25

14,45-21,35

07-Des

16,26

4-6

1,5-2,5

2,64-5,5 ;
0,7-2,5

10

10

10

10

400-500

200-500

150-500

Abdulloh, SH, Pengolahan Air dengan Menggunakan Energi Terbarukan, 2015, 1-8

dan studi skala ekonomi. RO, ED, dan VC


merupakan proses desalinasi yang hanya
menggunakan listrik sebagai sumber energi
utama, sedangkan MSF, MED, dan TVC,
mengunakan energi termal sebagai sumber
energi utama, dan listrik sebagai sumber
energi pendukung untuk menggerakan
pompa. Listrik dapat dibangkitkan dari
bahan bakar fosil (batu bara, minyak, gas),
sumber terbarukan, nuklir. Termal energi
dapat dihasilkan dari boiler berbahan bakar
fosil, limbah panas pembangkit listrik,
sumber energi terbarukan, limbah panas
industri[8]. Kebutuhan energi pada tiap
teknologi proses desalinasi tersaji pada
tabel 1.

terbarukan, biaya investasi dapat berkurang


dan biaya produksi air dari sumber ini juga
akan ikut berkurang. Nilai rata-rata biaya
produksi air untuk proses desalinasi, dan
kombinasi RE-Desalinasi tersaji pada tabel
2, dan 3.

5. Kombinasi dan nilai ekonomi


desalinasi dengan energi terbarukan
Menggunakan
energi
terbarukan
sebagai sumber energi untuk proses
desalinasi merupakan jalan yang baik untuk
memproduksi air murni di berbagai lokasi.
Penggunaan sistem desalinasi dengan
energi terbarukan sangat menjanjikan pada
wilayah terpencil, yang belum memiliki
transmisi listrik yang memadai dan kondisi
air yang langka. Sebagaimana teknologi
yang terus berkembang serta air bersih dan
sumber energi konvensional yang murah
semakin langka, desalinasi dengan energi
terbarukan menjadi lebih atraktif. Pabrik
desalinasi dengan menggunakan energi
matahari, angin, geotermal atau hibrid
matahari-angin telah terpasang, sebagian
besar merupakan projek demonstrasi
sehingga memiliki kapasitas yang kecil.
Kombinasi desalinasi dan RE yang
memungkinkan tersaji pada gambar 12.
Biaya pengolahan air dengan proses
desalinasi menggunakan energi terbarukan
sangat berkorelasi dengan biaya energi
yang dihasilkan dari energi terbarukan
tersebut. Meskipun biaya sumber energi
terbarukan tidak ada, biaya investasi untuk
sistem energi terbarukan masih cukup
tinggi, hal ini menyebabkan biaya produksi
air menjadi tinggi. Namun dengan
pengembangan
teknologi
energi

Gambar 12 Kombinasi sumber energi terbarukan dan


proses desalinasi [2], [4], [7]
Tabel 2 Rata-rata biaya pengolahan air dengan
proses desalinasi [8], [19]
Jenis Proses
MSF

Jenis Air
Air Laut

23000-528000 m3/hari

MED

0,56-1,75
Air Laut

91000-320000 m3/hari
12000-55000 m3/hari
< 100 m3/hari

VC

0,52-1,01
0,95-1,5
2,0-8,0
Air Laut

30000 m3/hari
1000 m3/hari

RO

0,87-0,95
2,0-2,6
Air Laut

100000-320000 m3/hari
15000-60000 m3/hari
1000-4800 m3/hari

RO

0,45-0,66
0,48-1,62
0,7-1,72
Air Payau

40000 m3/hari
20-1200 m3/hari
<20 m3/hari

ED
Besar
Kecil

Biaya
pengolahan
(US$/ m3)

0,26-0,54
0,78-1,33
0,56-12.99
Air Payau
0,6
1,05

6. Dampak lingkungan desalinasi


Tiga dampak lingkungan yang
umumnya terjadi karena proses desalinasi
ialah (1) sejumlah besar gas panas yang
diemisikan dari konsumsi energi yang

Abdulloh, SH, Pengolahan Air dengan Menggunakan Energi Terbarukan, 2015, 1-8

intensif, (2) limbah konsentrat brine,


dengan jumlah yang besar dan temperatur
yang tinggi, (3) limbah bahan kimia yang
digunakan pada proses pretreatment.
Seluruh proses desalinasi merupakan
proses yang membutuhkan energi intensif,
hasilnya sejumlah besar emisi gas rumah
kaca, seperti CO, CO2, NO, NO2, dan SO2.
Jumlah CO2 yang diemisikan diperkirakan
sebesar 25 kg/m3 produksi air. Penggunaan
sumber energi terbarukan merupakan solusi
yang sangat baik untuk meminimalisir
bahaya gas rumah kaca.
Konsentrat merupakan hasil samping
proses desalinasi, konsentrat ini merupakan
larutan
yang
mengandung
garam
konsentrasi tinggi. Salinitas hasil buangan
pabrik RO, 100% lebih tinggi dibandingkan
salinitas air laut pada temperatur ambient.

Salinitas buangan proses distilasi (MSD


atau MED) sekitar 15% lebih tinggi
dibanding air laut pada temperatur 5-10C
diatas temperatur ambient. Oleh karena itu
pabrik distilasi memiliki dampak negatif
yang lebih tinggi terhadap ekosistem laut
dan perairan karena temperatur yang lebih
tinggi mengurangi konsentrasi keseluruhan
oksigen terlarut pada air. Sehingga makhluk
hidup yang rentan pada kadar oksigen
rendah akan terdampak.
Proses RO membutuhkan pretreatment
intensif dibanding proses distillasi,
pretreatment ini biasanya berupa tambahan
zat kimia yang dapat berdampak terhadap
ekosistem laut dan perairan baik secara
langsung, maupun tidak langsung. Tetapi
jumlah dari zat kimia ini biasanya relatif
rendah.

Tabel 3 Kebutuhan energi dan biaya produksi proses desalinasi dengan energi terbarukan.[2], [3]
Proses RE-Desalinasi

Kapasitas (m3/hari)

Kebutuhan Energy (kWe/m3)

Solar still
Solar MEH

< 100
1-100

Solar MD
Solar pond/MED

0,15-10
20000-200000

Solar pond/RO

20000-200000

Solar CSP/MED

> 5000

Solar PV/RO

< 100

Solar PV/EDR
Wind/RO

< 100
50-20000

Wind/MVC
Geotermal/MED

< 100
80

solar passive
Termal: 29,6
Listrik: 1,5
45-59
Termal: 12,4-24,1
Listrik: 2-3
Air Laut: 4-6
Air Payau: 1,5-4
Termal: 12,4-24,1
Listrik: 2-3
Air Laut: 4-6
Air Payau: 1,5-4
1,5-4
Air Laut: 4-6
Air Payau: 1,5-4
07-Des
Termal: 12,4-24,1
Listrik: 2-3

Nomenclature
CSP
ED
MED
MSF
MVC
PV

concentrated solar power


electrodialysis
multi-effect destillation
multi-stage distillation
mechanical vapour compression
photovoltaic

RE
RO
TDS
TVC
VC

Biaya pengolahan
(US$/m3)
1,3-6,5
2,6-6,5
10,5-19,5
0,71-0,89
0,66-0,77
2,4-2,8

11,7-15,6
10,4-11,7
6,6-9,0 skala kecil
1,95-5,2 (1000
m3/hari)
5,2-7,8
2-2,8

renewable energy
reverse osmosis
total dissolved solid
thermal vapour compression
vapour compression

Abdulloh, SH, Pengolahan Air dengan Menggunakan Energi Terbarukan, 2015, 1-8

Daftar Pustaka
[1]

[2]

[3]

[4]

[5]

[6]

[7]

[8]

[9]

J. Shen, G. Mkongo, G. Abbt-Braun, S.


L. Ceppi, B. S. Richards, and A. I.
Schfer, Renewable energy powered
membrane technology: Fluoride
removal in a rural community in
northern Tanzania, Sep. Purif.
Technol., vol. 149, pp. 349361, 2015.
N. Ghaffour, J. Bundschuh, H.
Mahmoudi, and M. F. a. Goosen,
Renewable energy-driven desalination
technologies: A comprehensive review
on challenges and potential
applications of integrated systems,
Desalination, vol. 356, pp. 94114,
2015.
A. A. Al-karaghouli and L. L.
Kazmerski, Renewable Energy
Opportunities in Water Desalination,
2008.
M. A. Eltawil, Z. Zhengming, and L.
Yuan, Renewable Energy Powered
Desalination System: Technologies
and Economics-State of The Art, Int.
Water Technol. Conf., vol. 12, no. 1,
pp. 138, 2008.
N. Garca-Vaquero, E. Lee, R. Jimnez
Castaeda, J. Cho, and J. a. LpezRamrez, Comparison of drinking
water pollutant removal using a
nanofiltration pilot plant powered by
renewable energy and a conventional
treatment facility, Desalination, vol.
347, pp. 94102, 2014.
I. Renewable and E. Agency, Water
Desalination Using Renewable
Energy, no. March, 2012.
I. Houcine, F. Benjemaa, M. Chahbani,
and M. Maalej, Renewable energy
sources for water desalting in Tunisia,
Desalination, vol. 125, pp. 123132,
1999.
A. Al-Karaghouli and L. L. Kazmerski,
Energy consumption and water
production cost of conventional and
renewable-energy-powered
desalination processes, Renew.
Sustain. Energy Rev., vol. 24, pp. 343
356, 2013.
C. Charcosset, A review of membrane
processes and renewable energies for

[10]
[11]

[12]

[13]
[14]

[15]

[16]

[17]

[18]

[19]

[20]

[21]

desalination, Desalination, vol. 245,


no. 13, pp. 214231, 2009.
I. G. Wenten, Teknologi Membran dan
Aplikasinya di Indonesia. 2010.
I. G. Wenten, N. F. Himma, S. Anisah,
and N. Prasetya, Membran
Superhidrophobik. 2015.
I. G. Wenten, N. F. Himma, N.
Prasetya, and S. Anisah, Kontaktor
membran. 2015.
I. G. Wenten, A. N. Hakim, and
Khoirudin, Elektrodialisis. 2014.
I. G. Wenten, Khoirudin, and A. N.
Hakim, Pemisahan elektro ionik
berbasis membran. 2014.
M. Tedesco, E. Brauns, A. Cipollina,
G. Micale, P. Modica, G. Russo, and J.
Helsen, Reverse electrodialysis with
saline waters and concentrated brines:
A laboratory investigation towards
technology scale-up, J. Memb. Sci.,
vol. 492, pp. 920, 2015.
N. Ghaffour, S. Lattemann, T.
Missimer, K. C. Ng, S. Sinha, and G.
Amy, Renewable energy-driven
innovative energy-efficient
desalination technologies, Appl.
Energy, vol. 136, pp. 11551165, 2014.
B. S. Richards and A. I. Schfer,
Renewable Energy Powered Water
Treatment Systems, Escobar Int.
Conf., 2009.
P. Malek, J. M. Ortiz, and H. M. a.
Schulte-Herbrggen, Decentralized
desalination of brackish water using an
electrodialysis system directly powered
by wind energy, Desalination, vol.
377, pp. 5464, 2016.
L. Garc, Renewable energy
applications in desalination: state of
the art, Sol. Energy, vol. 75, pp. 381
393, 2003.
U. Lachish, Osmosis and
thermodynamics, Am. J. Phys., vol.
75, no. 11, p. 997, 2007.
A. I. Schfer, G. Hughes, and B. S.
Richards, Renewable energy powered
membrane technology: A leapfrog
approach to rural water treatment in
developing countries?, Renew.
Sustain. Energy Rev., vol. 40, pp. 542
556, 2014.

Anda mungkin juga menyukai