Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
i. Identitas Pasien
Nama
: An. AS
Jenis Kelamin
: Laki - laki
Usia
: 2 tahun
No.CM
: 7095xx
Alamat
Masuk RS
: 16 September 2015
Nama Ayah
: Tn. Z
Pekerjaan
: Buruh Tani
Nama Ibu
: Ny. D
Pekerjaan
ii. Anamnesis
Dilakukan Alloanamnesis dengan Ibu Os pada tanggal 17 September 20.00.
Keluhan Utama
Demam sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Kehamilan
Ibu os periksa kandungan ke bidan 2 kali saat hamil 6 bulan dan 8 bulan.
Ibu os tidak pernah minum susu dan suplemen apapun selama kehamilan.
Selama hamil tidak pernah mengalami perdarahan.
Riwayat kelahiran
Os dilahirkan dirumah oleh paraji, dengan usia kehamilan kurang bulan (36
minggu). Saat lahir, os langsung menangis. BBL : tidak di timbang, PBL :
tidak diketahui. Dua jam setelah lahir os langsung dibawa ke bidan dan
mendapat suntikan 1x di pahanya.
Motorik Kasar
4 bulan
6 bulan
9 bulan
: Merangkak
2 tahun
: Melompat
3 bulan
: Memegang mainan
Motorik Halus
15 bulan : Mencorat coret
o Bahasa
6 bulan
: Mengoceh
12 bulan
24 bulan
o Personal Sosial
8 bulan
12 bulan
24 bulan
: Memakai baju
Riwayat Imunisasi
Ibu os lupa jenis imunisasi apa saja yang sudah diberikan. Imunisasi
dilakukan di posyandu sampai os berumur 6 bulan saja. Setelah itu os
sudah tidak ikut datang ke posyandu lagi.
Kesan : Imunisasi tidak lengkap.
Riwayat Alergi
Os tidak mempunyai alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.
Riwayat Pengobatan
Selama demam os sudah diberikan obat penurun panas, namun demam
kembali naik. Ibu os belum pernah memberikan suplemen penambah nafsu
makan.
Riwayat Psikososial
: tidak diukur
Nadi
: 108 x/menit
Pernapasan
: 22 x/menit
Suhu
: 38,30 C
Status Gizi
Berat Badan
: 9 Kg
Tinggi Badan
: 85 Cm
Umur
: 2 Tahun
Lingkar Kepala
: 48 Cm
Keadaan Umum
Kesadaran
Kepala
o Bentuk
o Rambut
o Wajah
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
(-)
iv.
Thorax
Inspeksi
: Bentuk dan gerakan simetris, retraksi intercosta (-)
Palpasi
: Tidak dilakukan
Perkusi
: Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi
:
o Cor : BJ I,II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
o Pulmo : Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/Abdomen
Inpeksi
: Distensi abdomen (-)
Auskultasi
: Bising usus (+) menurun
Palpasi
: Nyeri tekan di regio epigastrium dan umbilikal (+), hepar
Perkusi
Ekstremitas
Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan
Hematologi Lengkap
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Erirosit
Trombosit
Indeks Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
Imunoserologi
Salmonella Typhi O
Salmonella Typhi H
Kimia Klinik
Glukosa Darah Sewaktu
Elektrolit
Natrium
Kalium
Kalsium ion
Urin Lengkap
Kimia Urin
Warna
Kejernihan
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
8,0
10,4
26,1
3,24
153
g/dL
ribu/L
%
Juta/L
ribu/L
11,5-13,5
4,5-10,5
32-42
4,0-5,2
150-450
82,9
26,2
31,6
Negatif
+ 1/160
fL
pg
%
80-94
27-31
33-37
87
Mg%
74-106
136,1
3,67
1,20
mEq/L
mEq/L
mEq/L
135-148
3,50-5,30
1,15-1,29
Kuning
Jernih
7,0
Negatif
Negatif
Kuning
Jernih
4,6-8,0
5
v.
1,010
Negatif
Negatif
Negatif
Normal
15/1+
Normal
Negatif
Negatif
pH
Berat Jenis
Leukosit
Nitrit
Protein
Glukosa
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Eritrosit
Mikroskopik Urin
Leukosit
Eritrosit
Epitel
Silinder
Kristal
Bakteri
Lain-lain
1-2
0-1
1-2
Negative
Negative
Negative
Negative
sel/L
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
sel/L
/LPB
/LPB
/LPK
/LPB
/LPB
/LPK
1,010-1,030
Negatif
Negatif
Negatif
Normal
Negatif
Normal
Negative
Negative
1-4
0-1
Negative
Negative
Negative
Negative
Resume
An. AS, laki laki, 2 th dengan gizi kurang? datang dengan demam sejak 1
minggu smrs. Demam naik- turun. Terdapat nyeri perut, mual mual, dan os
belum BAB 4 hari smrs. Os sulit makan, selama sakit hanya mau minum. Os
tampak kurus dan pucat. Kualitas makanan buruk, dan riwayat imunisasi tidak
lengkap. Pada PF, suhu 38,3C, rambut hitam kemerahan, wajah pucat dan
konjungtiva anemis, nyeri tekan epigastrium dan umbilikal (+). Hasil pemeriksaan
lab ditemukan Hb 8 g/dL, leukosit 10.400/L, trombosit 153.000/L, Salmonella
Typhi H +1/160, dan keton urin +1.
vii. Penatalaksanaan
Cefotaxime 2 x 400 mg
Gentamisin 2 x 30 mg
Furosemid 1x 9 mg
Vitamin A 100.000 IU
6
Susu F75 8 x 70 cc
viii. Follow up
SOAP
S
O
A
P
SOA
P
4 februari 2012
6 februari 2012
Demam
(-), bengkak di
tubuh (+), nafsu makan
sedikit
Conjungtiva anemis -/Edema anasarka (+)
BB : 8,5 kg
HR : 110 x/menit
RR : 30 x/menit
S : 37,3 0 C
Kwarshiorkor + sepsis
anemia
IVFD D5% 8,4 x 90
96
Cefotaxime 2 iv x 400 mg
Gentamisin 2 iv x 30 mg
Paracetamol 3 x 1 cth
Diet bubur TKTP 2 x
Susu F75 8 x 70 cc
Demam
(-), bengkak di
tubuh (+), nafsu makan
sedikit,
Conjungtiva anemis -/Edema anasarka (+)
BB : 8,5 kg
HR : 120 x/menit
RR : 30 x/menit
S : 360 C
+ Kwarshiorkor + sepsis
anemia
IVFD D5% 8,4 x 90
96
Cefotaxime 2 iv x 400 mg
Gentamisin 2 iv x 30 mg
Paracetamol 3 x 1 cth
Diet bubur TKTP 2 x
Susu F75 8 x 70 cc
7 februari 2012
8 februari 2012
9 februari 2012
Demam
(+),
bengkak di tubuh (+),
nafsu makan sedikit,
bengkak dan merah
di mukosa buccal (+)
Conjungtiva anemis
+/+
Edema anasarka (+)
HR : 110 x/menit
RR : 30 x/menit
S : 37,3 0 C
Kwarshiorkor
sepsis + anemia
HR : 120 x/menit
HR : 120 x/menit
RR : 30 x/menit
RR : 30 x/menit
0
S : 36 C
S : 360 C
+ Kwarshiorkor
+ Kwarshiorkor
+
A
sepsis + anemia
sepsis + anemia
IVFD D5% 8,4 x 90 IVFD D5% 8,4 x 90
IVFD D5% 8,4 x 90
9
9
96
6
6
Cefotaxime
2x400 Cefotaxime
2x400 Cefotaxime
2x400
mg
mg
mg
Gentamisin 2 x 30 Gentamisin 2 x 30 Gentamisin 2 x 30
mg
mg
mg
P
Paracetamol 3x1 cth Paracetamol 3 x 1 Paracetamol 3 x 1
cth
cth
Mycostatin drop 4 x 1
Mycostatin drop 4 x 1 Mycostatin drop 4 x 1
cc
cc
cc
Diet bubur TKTP 2 x
Susu F75 8 x 70 cc Diet bubur TKTP 2 x Diet bubur TKTP 2 x
Susu F75 8 x 70 cc Susu F75 8 x 70 cc
KURANG ENERGI PROTEIN
1.1.
Definisi
KEP merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau disebabkan oleh gangguan
penyakit tertentu sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi ( Depkes RI,
1999 ).
1.2.
Etiologi
Faktor yang mempengaruhi terjadinya KEP yaitu ada penyebab langsung,
tidak
langsung
dan
penyebab
mendasar.
Penyebab
langsung
yaitu
dijangkau.
Sedangkan
penyebab
mendasarnya
yaitu
rendahnya
12 650
bulan
1 3 tahun 1000
4 6 tahun 1550
Sumber : Depkes, 2005
Protein ( gr )
10
16
25
39
1.3.
Patofisiologi
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat
banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu :
tubuh sendiri (host), agent (kuman penyebab), environment (lingkungan).
Memang faktor diet (makanan) memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut
menentukan.
Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai
cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai
dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta
protein dengan melalui proses katabolik. Dalam keadaan kekurangan makanan,
tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi
10
sampai
Dengan
pertumbuhan,
atrofi
demikian
otot,
pada
penurunan
KEP
kadar
dapat
albumin
terjadi
serum,
gangguan
penurunan
jaringan yang berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah
kalori yang cukup dalam dietnya. Namun, kekurangan protein dalam dietnya
akan menimbulkan kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan
untuk sintesis. Oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka
produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang
jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam
amino dalam serum merupakan penyebabnya kurang pembentukan albumin oleh
hepar, sehingga kemudian timbul edema. Perlemakan hati disebabkan gangguan
pembentukan lipoproteinbeta sehingga transportasi lemak dari hati ke depot
lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi akumulasi lemak dalam hepar.
1.4.
Dampak KEP
Pada anak-anak, KEP dapat menghambat pertumbuhan, merosotnya
12
Edemanya
bersifat
pitting.
Edema
terjadi
bisa
disebabkan
Rambutnya
biasanya
jarang
dan
halus-halus
serta
kehilangan
yang penting untuk pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12,
folat, B6) (2,7). Kelainan dari pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia
sumsum tulang disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun. Defisiensi
protein juga menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Akibatnya terjadi defek umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen.
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva
dan usus halus terjadi perlemakan.
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung
disebabkan hipokalemi dan hipmagnesemia.
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia
kadang-kadang demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak
dan makanan hanya dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat
pada sebagian besar penderita. Hal ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu
berupa infeksi usus, intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak. Intoleransi
laktosa disebabkan defisiensi laktase. Malabsorbsi lemak terjadi akibat defisiensi
garam empedu, konyugasi hati, defisiensi lipase pankreas, dan atrofi villi mukosa
usus halus.
1.5.
Manifestasi klinis
face ), mata sayu, rambut tipis berwarna coklat kemerahan seperti rambut
jagung, mudah dicabut
1.6.
Diagnosa
1. GOMEZ : BB/U
2. MacLarren : Klinis + laboratorium
3. The Wellcome : Klinis + antropometris
4. WHO (1999) : Klinis + antropometris.
Derajat KEP
terhadap
BB/U
Normal
90%
Ringan
89 75%
Sedang
74 - 60%
Berat
< 60%
Gizi kurang
-
Gizi buruk
+ ( edema malnutrisi
simetris
BB/TB
)
70 % 79 < 70 %
TB/U
%
85 % - 89 %
< 85 %
> +2 SD
Status gizi
BB/U
Gizi lebih
- 2 SD s/d + 2 SD
Gizi baik
- 3 SD s/d < - 2 SD
Gizi kurang
< - 3 SD
Gizi buruk
Indeks
16
- 2 SD s/d + 2 SD
Status gizi
TB/U
Normal
< - 2 SD
Pendek
Indeks
> +2 SD
Status gizi
BB/TB
Gemuk
- 2 SD s/d + 2 SD
Normal
- 3 SD s/d < - 2 SD
Kurus
< - 3 SD
Sangat kurus
Indeks
KEP ringan bila tidak ditangani maka data jatuh ke status gizi yang lebih buruk
(marasmus, kwashiorkor, marasmic-kwashiorkor)
KEP Berat / gizi buruk yaitu :
1. Marasmus kekurangan energi
2. Kwashiorkor kekurangan protein
3. Marasmic-kwashiorkor Kekurangan energi dan protein
1.7.
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet
:
17
a.
atasi/cegah hipoglikemia
b.
atasi/cegah hipotermia
c.
atasi/cegah dehidrasi
d.
e.
obati/cegah infeksi
f.
g.
h.
i.
j.
a. Atasi/cegah hipoglikemi
Hipoglikemia dan hipotermia biasanya terjadi bersama-sama, seringkali
sebagai tanda adanya infeksi. Periksa kadar guladarah bila ada hipotermia
(suhu ketiak/dubur <36C). Pemberian makanan yang sering penting untuk
mencegah kedua kondisi tersebut.
Bila kadar gula darah <50 mg/dl, berikan:
-
50 ml bolus D10 atau larutan sukrosa 10% (1sdt gula dalam 5sdm air)
secara oral atau per-NGT.
secepatnya berikan makan tiap 2 jam, siang dan malam (lihat langkah
ke-6)
Pemantauan :
bila kadar glukosa darah rendah, ulangi pemeriksaan gula darah
dengan darah dari ujung jari atau tumit setelah 2 jam
-
bila gula darah turun lagi sampai <50 mg/dl, ulangi pemberian 50 ml
bolus D10 atau larutan sukrosa 10%, dan teruskan pemberian setiap 30
menit sampai stabil
18
Pencegahan :
-
b.
Atasi/cegah hipotermia
Bila suhu ketiak <36C, periksa suhu dubur dengan termometer suhu rendah.
Bila suhu dubur <36C
-
Pemantauan :
-
periksa
suhu
rectal
setiap
jam
sampai
suhu
mancapai
Pencegahan :
-
19
c. Atasi/cegah dehidrasi
Jangan menggunakan jalur i.v. untuk rehidrasi kecuali pada keadaan
syok/renjatan. Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati, tetesan
perlahan-lahan untuk menghindari beban sirkulasi jantung.
Cairan rehidrasi oral standar WHO mengandung terlalu banyak natrium dan
kurang kalium untuk digunakan pada penderita KEP berat/gizi buruk. Sebagai
penganti, berikan larutan garam/elektrolit khusus yaitu Resomal atau
penggantinya.
d. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
berikan
vaksinasi campak bila umur anak >6 bulan dan belum pernah
diimunisasi (tunda bila ada syok). Ulangi pemberian vaksin setelah
keadaan gizi anak menjadi baik
Porsi kecil tapi sering dengan formula laktosa rendah dan hipo/iso
osmolar
20
= 1-1,5 g/kgBB/hari
prinsip
tersebut
diatas.
Berikan
formula
dengan
muntah
Selama fase stabilisasi, diare secara perlahan berkurang dan BB mulai naik.
Bila diare melanjut atau memburuk walaupun pemberian nutrisi sudah
berhati-hati.
g. Fasilitasi tumbuh kejar
Pada masa rehabilitasi, dibutuhkan berbagai pendekatan secara gencar agar
tercapai masukan makanan yang tinggi dan pertambahan berat badan
50g/minggu. Awal fase rehabilitasi ditandai dengan timbulnya selera makan,
biasanya 1-2 minggu setelah dirawat.
21
ganti formula khusus awal (F75) menjadi formula khusu lanjutan (F100
dan protein 2,9 g per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam
bila anak mendapat ASI, teruskan, tapi juga beri formula, karena energi
dan protein ASI tidak akan mencukupi tumbuh kejar
suplemnetasi multivitamin
Seng 2 mg/kgBB/hari
mg/kgBb/hari
-
umur
>1
tahun=200.000
iu,
6-12
kasih sayang
22
keterlibatan ibu
No
FASE
STABILISASI
TRANSISI REHABILITASI
Hari ke 1-2 Hari ke 2-7 Minggu ke-2 Minggu ke 3-7
1
2
3
4
5
6
Hipoglikemia
Hipotermia
Dehidrasi
Elektrolit
Infeksi
MulaiPemberian
makanan
Tumbuh
kejar/peningkatan
8
9
10
pemberian makanan
Mikronutrien
Stimulasi
Tindak lanjut
Tanpa Fe
dengan Fe
Tabel 1 :
KEBUTUHAN GIZI MENURUT FASE PEMBERIAN MAKAN
FASE
ZAT GIZI
STABILISASI
TRANSISI
Energi
100
Kkal/KgBB/hr
150
Kkal/KgBB/hr
REHABILITASI
150-200
Kkal/KgBB/hr
Protein
1-1,5 g/KgBB/hr
2-3 g/KgBB/hr
4-6 g/KgBB/hr
Vitamin A
Lihat langkah 8
Lihat langkah 8
Lihat langkah 8
Asam
Folat
Lihat langkah 8
Lihat langkah 8
Lihat langkah 8
Zinc
Lihat langkah 8
Lihat langkah 8
Lihat langkah 8
Cuprum
Lihat langkah 8
Lihat langkah 8
Lihat langkah 8
Fe
Lihat langkah 8
Lihat langkah 8
Lihat langkah 8
24
Cairan
150-200
ml/KgBB/hr
Tabel 2
JADWAL, JENIS, DAN JUMLAH MAKANAN YANG DIBERIKAN
FASE
Stabilisasi
WAKTU
PEMBER
IAN
JENIS
MAKANAN
Hari 1-2
F75/modifikasi
12 x (dg ASI)
F75/Modisco
12 x
ASI)
Hari 3-4
Hari 3-7
Transisi
Rehabilita
si
F75/modifikasi
FREKWENSI
JUMLAH
CAIRAN
(ml) SETIAP MINUM
MENURUT BB ANAK
4
Kg
6
Kg
8
Kg
10
Kg
45
65
(tanpa 45
65
90
110
8 x (dg ASI)
F75/Modisco
8 x
ASI)
(tanpa
F75/modifikasi
6 x (dg ASI)
F75/Modisco
6 x
ASI)
65
100 -
65
90
130 -
(tanpa 90
Minggu 2- F100/modifikasi
3
F100/Modisco
I /modisco II
4 x (dg ASI )
(tanpa 90
Minggu 3- F135/modifikasi
6
F135/Modisco
3 x (dg/tanpa 90
6 x
ASI)
130 195 -
ASI )
III, ditambah
BB < 7 Kg
1x
100
25
BB >7 Kg
1 2 x 1 buah
*) 200 ml = 1 gelas
Contoh :
Kebutuhan anak dengan berat badan 6 Kg pada fase rehabilitasi :Energi : 1200 Kkal
400 kalori dipenuhi dari 3 kali 100 cc F 135 ditambah 800 kalori dari 3 kali makanan
lumat/makanan lembik dan 1 kali 100 cc sari buah.
Tabel 3
FORMULA WHO
Bahan
Per 100 ml
F75
F 100
F 135
FORMULA WHO
Susu skim bubuk
25
85
90
Gula pasir
100
50
65
Minyak sayur
30
60
75
Larutan elektrolit
Ml
20
20
27
Ml
1000
1000
1000
Energi
Kalori
750
1000
1350
Protein
29
33
Lactosa
13
42
48
Potasium
Mmol
36
59
63
Sodium
Mmol
19
22
Magnesium
Mmol
4.3
7.3
Seng
Mg
20
23
30
Copper
Mg
2.5
2.5
3.4
% energi protein
12
10
NILAI GIZI
26
% energi lemak
36
53
57
Osmolality
Mosm/l
413
419
508
Keterangan :
F75
27
Tabel 4
MODIFIKASI FORMULA WHO
FASE
STABILISASI
Bahan Makanan
REHABILITASI
TRANSISI
F75
F75
F75
II
III
25
M F100
M1
100 -
100 100 -
35
110
25
120
300
70
70
70
50
50
50
50
75
75
35
35
35
50
Tempe (g)
150
27
17
17
25
30
50
60
Margarine (g)
50
50
20
20
20
20
27
sapi
segar
(ml)
MII
F135
MIII
: 200,000 iu/kali
: 100,000 iu/kali
: 50,000 iu/kali
Bila ada ulserasi pada mata, beri tambahan perawatan lokal untuk
mencegah prolaps lensa :
28
beri tetes mata kloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10
hari
teteskan tetes mata atropin, 1 tetes, 3 kali sehari selama 3-5 hari
kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO 4 (Kpermanganat) 1% selama 10 menit
beri salep/krim
c. Parasit/Cacing
Beri Mebendazole 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat
anti helmintik lain.
d. Diare Melanjut
Diare biasa menyertai KEP berat, tetapi akan berkurang dengan
sendirinya pada pemberian makanan secara berhati-hati. Diobati hanya
bila diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan
formula bebas / rendah laktosa. Sering terjadi kerusakan mukosa usus
dan Giardiasis merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila
mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik.
Beri: Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.
e. Tuberkulosis
29
Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberculin/Mantoux dan rontgen
foto thoraks. Bila positif atau sangat mungkin TB, obati sesuai pedoman
TB.
TINDAKAN PADA KEGAWATAN
1. Syok (renjatan):
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit
membedakan keduanya secara klinis saja.
Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan
intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap
terjadinya overhidrasi.
Pedoman pemberian cairan:
Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaC1 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan
kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam 1 jam pertama.
Evaluasi setelah 1 jam :
-
Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekwensi nadi dan pernafasan) dan
status hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan
seperti diatas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan
pemberian Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam
selama
10
jam,
selanjutnya
mulai
berikan
formula
khusus
(F-
75/pengganti).
-
Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik. Dalam hal
ini, berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi
darah sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam).
Kemudian mulailah pemberian formula (F-75/pengganti).
2. Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila:
Hb <4 g/dl
Pencegahan
Prognosis
Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian sering
disebabkan oleh karena infeksi; sering tidak dapat dibedakan antara kematian
karena infeksi atau karena malnutrisi sendiri. Prognosis tergantung dari stadium
saat
pengobatan
mulai
dilaksanakan.
Dalam
beberapa
hal
walaupun
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Buku
1. Info Medika. Jakarta. 2000
2. Corry S Matondang, Prof, dr, dkk. Diagnosis Fisis Pada Anak. Edisi ke-2. CV
Sagung Seto. Jakarta. 2003
3. Departemen Kesehatan RI, WHO, Unicef. Buku Bagan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) Indonesia, Jakarta 1997
4. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas Depkes.
Penanggulangan
Kekurangan
Energi
Protein
(KEP)
dan
Pedoman
Petunjuk
32