PENYAKIT STROKE
Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Alifia Ardyara
Jihan Annisa
Yustina Hartiana L.
Tiara Tidy
Distia Hayyudini
Cristin Oktaviana G.Y.A
Soraya Hidayati
Faraskia Kenan D.
Atikah
Febri Iswanto
Ahmad Saroni
25010113130261
25010113130262
25010113140263
25010113140264
25010113140265
25010113140266
25010113130267
25010113140268
25010113140269
25010113140313
25010115183025
KELAS D 2013
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015
1. PENGERTIAN STROKE
Stroke (berasal dari kata strike) berarti pukulan pada sel otak.
Biasanya terjadi karena adanya gangguan distribusi oksigen ke sel otak. Hal
ini disebabkan gangguan aliran darah pada pembuluh darah otak, mungkin
karena aliran yang terlalu perlahan, atau karena aliran yang terlalu kencang
sehingga pecah (perdarahan), akhirnya sel-sel otak yang diurus oleh
pembuluh darah tersebut mati ( Yatim F, 2005 ).
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagian sel-sel otak
mengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau
pecahnya pembuluh darah di otak. Aliran darah yang terhenti membuat suplai
oksigen dan zat makanan ke otak juga terhenti, sehingga sebagian otak tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya ( Utami P, 2009 ).
2. RIWAYAT ALAMIAH STROKE
Proses suatu penyakit dimulai dari seseorang yang rantan
penyakit dan di serang oleh agen patogenik yang cukup virulen untuk
menimbulkan penyakit, perjalanan alami penyakit ini juga disebut dengan
riwayat alamiah penyakit (Timmreck, 2005).
1. Tahap Pre-patogenesis
Tahap Pre pathogenesis meliputi orang-orang yang sehat, tetapi
mempunyai faktor resiko atau predisposisi untuk terkena penyakit Stroke.
Faktor-faktor resiko dari penyakit tersebut adalah; usia dan jenis kelamin,
genetika, ras, mendengkur dan sleep apnea, inaktivitas fisik, hipertensi,
merokok, diabetes militus, penyakit jantung, arteriosklerosis, dislipidemi,
alcohol dan narkoba, kontrasepsi oral, serta obesitas (Dewanto, 2009).
2. Tahap Sub-klinis
Pada penyakit non-infeksi merupakan periode terjadinya
perubahan anatomi dan histology mis : terjadinya aterosklerotik pada
pembuluh darah koroner yang mengakibatkan penyempitan pembuluh
darah. Pada tahap ini sulit untuk diagnose secara klinis (Budiarto, 2001).
Aterosklerosis adalah penyakit yang merupakan dasar serangan
jantung (infark miokard) dan stroke (thrombosis serebri). Arterosklerosis
ditandai dengan penebalan berupa bercak daru intima yang mengandung
endapan lipidintrasel dan ekstrasel.
Jadi proses utama yang terlibat dalam aterosklerosis agaknya
adalah poiferasi setempat dari sel-sel otot polos, kelebihan produksi
matriks eksternalnya, dan penimbunan lipid intra dan ekstrasel, penelitian
tentang pathogenesis penyakit ini terpusat pada peran kolesterol, berbagai
lipoprotein plasma, dan yang dibebaskan setempat oleh trombosit yang
diaktifkan.
dan
hemihipestesis
kontralateral
yang
terutama
melibatkan tungkai.
b. Gangguan peredaran darah arteri serebri media menyebabkan
hemiparesis dan hemihipestisi kontralateral yang terutama mengenai
lengan di sertai dengan gangguan fungdi luhur berupa afasia (bila
mengenai area otak dominan) atau hemispatial neglect (bila
mengenai area otak nondominan).
c. Gangguan peredaran darah arteri serebri prosterior menimbulkan
menianopsi homonym atau kuadrantanopsi kontralateral tanpa
disertai gangguan motorik maupun sensorik. Gangguan daya ingat
terjadi apabila terjadi infark pada lobus temporaliss medial. Aleksia
tanpa agrafia timbul bila infark terjadi pada korteks visual dominan
dan splenium korpus kalosum. Agnosia dan porosopagnosia
(ketidakmampuan mengenali wajah) timbul akibat infark pada
korteks rooksipitalis inferior.
d. Gangguan peredaran darah batang otak menyebabkan gangguan
saraf cranial seperti disartri, diplopi dan vertigo; gangguan serebral,
seperti ataksia atau hilang keseimbangan; atau penurunan kesadaran.
mempertahankan
penderita
dislipidemia,
berhenti
merokok,
berhenti
gerak.
Pencegahan Tersier
Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah
menderita stroke agar kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat,
Tahap 2
a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion
b. Spreading depression
Tahap 3
Inflamasi
Tahap 4
Apoptosis
Proses patofisiologi pada cedera SSP akut sangat kompleks dan
mengakibatkan permeabilitas patologi dari sawar darah otak, kegagalan
energi, hilangnya homeostasis ion sel, asidosis, peningkatan kalsium
ekstraseluler, eksitotoksisitas dan tokisitas yang diperantarai oleh radikal
bebas (Sherki, 2002).
2.
ekstravasasi
darah
ke
ruang
subarachnoid.
Perdarahan
6. DAMPAK STROKE
Bagi para stroke survivor, masalah belumlah selesai. Stroke
dapat memberikan gejala sisa atau dampak lanjut. Bagi para stroke survivor,
pencegahan serangan stroke ulang dan penanganan gejala sisa stroke
merupakan hal yang utama (Pinzon dan Laksmi, 2010).
Berbagai dampak pasca stroke adalah depresi, kepikunan,
gangguan gerak, nyeri, epilepsi, tulang keropos, dan gangguan menelan.
Penanganganan bersifat individual sesuai kondisi pasien (Pnzon dan Laksmi,
2010).
Komplikasi Stroke
Serangan stroke tidak berakhir dengan akibat pada otak saja.
Gangguan emosional dan fisik akibat berbaring lama tanpa dapat bergerak di
tempat tidur adalah bonus yang tak dapat dihindari. Setelah mengalami stroje,
kehilangan
kemampuan-
3/10.000 pada golongan usia 30-40 tahun. Stroke banyak ditemukan pada pria
dibandingkan pada wanita. Variasi gender ini bertahan tanpa pengaruh umur
(Bustan, 2007). Tetapi perempuan, khususnya perempuan yang pada
menopause (usia 40-55 tahun) lebih beresiko terserang stroke dibandingkan
laki-laki (Utama, 2008).
Kasus stroke meningkat di Negara maju seperti Amerika,
dimana kegemukan dan junk food telah mewabah. Berdasarkan data statistik
di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika.Dari
data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika
yang terkena serangan stroke (Anonym, 2007).
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000
penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5% atau 125.000 orang
meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat (Anonym, 2008). Stroke
merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker.
Bahkan menurut survey tahun 2004, stroke merupakan pembunuh nomor satu
di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia (Anonym, 2007). Jumlah
penderita stroke di Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang tercatat
sebanyak 56 orang pada Januari dan 63 orang pada Februari 2007. Jumlah ini
naik lagi pada Mei hingga mencapai 76 orang (Bintariadi, 2007).
8. KEBIJAKAN
PENGENDALIAN
DAN
PENANGGULANGAN
STROKE
Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan :
dari 41,4% pada tahun 2005 menjadi 59,5% pada tahun 2007.
Prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia seperti : hipertensi 31,7%,
penyakit sendi 30,3%, cedera lalu lintas darat 25,9%, penyakit jantung
7,2%, asma 3,5%, DM 1,1%, stroke 8,3% dan kanker/tumor 4,3%.
PTM berpotensi besar menghambat pertumbuhan ekonomi dan
pencapaian target MDGs karena tingginya beban biaya yang dibutuhkan
untuk mengobati PTM. Oleh karena itu PTM perlu mendapatkan perhatian
yang serius dari pemerintah disemua tingkat, dengan prioritas utama adalah
upaya pencegahan dan pengendalian PTM.
yang
DAFTAR PUSTAKA
Anonym.
2007.
Stroke
Mengancam
Usia
Produktif.
(online)
H.
2004.
Tahapan
Terapi
Stroke
Akut.
(online)
diakses