Anda di halaman 1dari 7

LTM-3 PERPINDAHAN KALOR

Nama

: Adlimatul Putri Ilmiyah

NPM

: 1406531851

Kelompok

: 7 (Tujuh)

Judul prmicu : Perpindahan Kalor Konveksi


Outline

: I. Sifat-Sifat Fluida
II. Rezim Aliran Fluida

I. Sifat-sifat fluida
a. Pengertian Fluida
Fluida dapat diartikan sebagai zat yang terus menerus berubah bentuk apabila
mengalami gaya geser, tidak peduli seberapa kecilnya gaya geser tersebut. fluida dapat
berupa benda yang berwujud cair dan gas. Beberapa sifat dari benda yang berfasa gas
dan cairan adalah sebagai berikut :

Gas : tidak memiliki permukaan bebas dan massanya selalu berkembang mingisi
volume ruangan serta dapat dimampatkan
Cairan : mempunyai permukaan bebas, massanya akan mengisi ruangan sesuai dengan
volumenya, serta tidak dimampatkan.

Berdasarkan sifatnya fluida dibagi menjadi 2, yaitu :


a) Fluida statis
Fluida statis merupakan fluida yang dalam keadaan diam atau bergerak dengan
kecepatan konstan tekanan pada setiap titik didalam fluida statik sama disegala arah.
Fluid statik berada dalam keadaan setimbang dimana tidak terdapat tegangan geser
(shear stress). Dalam fluida status, tekanan diteruskan sama ke segala arah dan disebut
sebagai tekanan statik.
b) Fluida dinamis
Pengertian Fluida Dinamis Fluida dinamis adalah fluida (bisa berupa zat cair, gas)
yang bergerak. Untuk memudahkan dalam mempelajari, fluida disini dianggap steady
(mempunyai kecepatan yang konstan terhadap waktu), tak termampatkan (tidak
mengalami perubahan volume), tidak kental, tidak turbulen (tidak mengalami putaranputaran.
b. Sifat-Sifat Fluida
a) Viskositas
Viskositas () sebuah fluida menggambarkan ketahanan suatu fluida terhadap
deformasi atau perubahan bentuk karena pengaruh tegangan geser. Satuan viskositas
adalah kg/(m.detik), dan g/(cm.detik) (juga dikenal sebagai poise yang
dilambangkan dengan P). Satu centipoise (cP) sama dengan seperseratus poise.

Centipoise juga merupakan satuan yang enak dipakai karena viskositas air pada suhu
ruang kira-kira sebesar 1 centipoise. Berdasarkan viskositasnya , fluida dibagi
menjadi 2 , yaitu :
Fluida Newtonian
Fluida Newton adalah fluida yang memenuhi hukum viskositas Newton, yaitu :

dengan, merupakan tegangan geser (shear stress), merupakan viskositas

fluida, dan merupakan laju geser (rate of strain) atau gradien kecepatan.
Semua gas dan kebanyakan fluida yang memiliki rumus molekul sederhana dan
berat molekul ringan seperti air, benzena, etilalkohol, CCl4 , heksana, dan
kebanyakan larutan dari molekul sederhana adalah fluida Newtonian.
Fluida non-Newtonian
Fluida non-Newtonian adalah fluida yang tidak memenuhi hukum viskositas
Newton. Umumnya fluida non-Newton merupakan campuran kompleks: lumpur,
pasta, kecap, gel, larutan polimer, dll.
Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, kohesi dan laju perpindahan
momentum molekularnya. Viskositas pada masing-masing wujud fluida dapat
dijelaskan dalam keterangan sebagai berikut :
Viskositas cairan
Viskositas cairan secara umum berkurang sejalan dengan peningkatan suhu,
hal ini disebabkan gaya gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan
mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur. Viskositas
cairan umumnya kira-kira berubah dengan suhu T menurut hubungan:
ln() = . . ln()
Viskositas gas
Viskositas gas secara umum bertambah sejalan dengan peningkatan suhu.
Viskositas gas umumnya kira-kira berubah dengan suhu T menurut hubungan:

= 0 ( )
0
dengan T adalah suhu mutlak, adalah viskositas pada suhu mutlak acuan T0,
dan n adalah pangkat empiris yang paling cocok dengan data eksperimen.
Viskositas sebuah gas ideal tidaklah tergantung pada tekanan, tetapi, viskositas
gas riil dan cairan biasanya bertambah sejalan dengan peningkatan tekanan.
Viskositas cairan biasanya dua orde lebih besar daripada viskositas gas pada
tekanan atmosfir. Misal, pada 25C, = 1 cP dan = 102 cP.
b) Tegangan permukaan
Tegangan permukaan (,sigma) suatu fluida adalah kerja yang harus diberikan
untuk membawa molekul dan dalam ke permukaan fluida untuk membentuk satu

satuan luasan permukaan baru (J/m 2 = N/m). Tegangan permukaan sering pula
dinyatakan dalam satuan dyne per cm (1 dyne/cm = 0,001 N/rn).
c) Rapat jenis (density)
Density atau rapat jenis () suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat
tersebut dan dinyatakan dalam massa persatuan volume; sifat ini ditentukan dengan
cara menghitung nisbah ( ratio ) massa zat yang terkandung dalam suatu bagian
tertentu terhadap volume bagian tersebut. Hubunganya dapat dinyatakan sebagai
berikut.

= (kg/3 )

Dimana, m adalah massa fluida (kg) dan adalah volume fluida (3 ).


Nilai density dapat dipengaruhi oleh temperatur semakin tinggi temperatur
maka kerapatan suatu fluida semakin berkurang karena disebabkan gaya kohesi dari
molekul molekul fluida semakin berkurang.
d) Kapasitas panas
Kapasitas panas memengaruhi nilai daripada laju perpidahan kalor, dimana
semakin tinggi kapasitas panas, maka semakin tinggi pula laju perpindahan kalor.
Selain itu nilai kapasitas panas juga memengaruhi nilai daripada bilangan Prandtl
yang dirumuskan sebagai berikut :
.
=

Dimana bilangan Prandtl nantinya akan berguna untuk menentukan nilai dari
bilangan Nusselt.
e) Kecepatan aliran
Kecepatan aliran fluida biasanya disebut dengan debit aliran, dimana debit ini
digunakan dalam persamaan kontinuitas dalam penyelesaian permasalahan fluida
dinamis.
II. Rezim Aliran Fluida
Jenis aliran berdasarkan konsep konveksi dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Aliran viskos (kental)
Dalam hal ini dikenal istilah shear streess,seperti yang sudah dijelaskan pada poin
sebelumnya , selain itu pada aliran viskos juga dikenal angka Reynold yang nantinnya
akan digunakan sebagai penentu apakah aliran tersebutturbulen, laminar, ataupun
transien. Dalam hal ini juga, dipelajari mengenai hubungan kontinuitas untuk aliran
satu dimensi dalam tabung ialah :
=
Dimana, merupakan laju massa aliran, merupakan kecepatan rata-rata, dan
A adalah luas penampang. Kecepatan massa didefinisikan sebagai berikut:

= = =

Sehingga angka Reynold dapat ditulis sebagai berikut :

b) Aliran invisid
Walaupun sesungguhnya tidak ada fluida yang tidak mempunyai daya lengket(
viskositas) atau biasa disebut invisid, namun dalam beberapa hal fluida dapat
diperlakukan seolah-olah demikian, sehingga muncullah persamaan yang menerangkan
mengenai hal demikian. Misal terdapat suatu plat rata, aliran yang berada cukup jauh
dari plat tersebut akan bersifat sebagai suatu sistem aliran nonviskos, hal ini disebabkan
karena gradien kecepatan tegak lurus terhadap arah aliran yang sangant kecil, dan
karena itu gaya viskospun kecil
Contoh soal aliran invisid
Udara pada suhu 300C dan tekanan 0,7 MPa dimuaikan secara isentropik dari sebuah
tangki sampai kecepatan menjadi 300 m/s. Tentukan suhu statik. Tekanan dan angka
mach udara pada kondisi kecepatan tinggi , =1,4 untuk udara
Jawab :
2

1 = 2 + 22 maka (1 2 ) = 22
3002

1005(300 2 ) =(2)(1) , Sehingga didapatkan nilai 2 = 255,2C


Tekanan dapat dihitung dari hubungan isentropik yakni,
1
1 (1)
=( )
2
2
528,2 3,5
2 = (0,7)(
) = 0,526
573

Sehingga kecepatan bunyi pada kondisi 2 ialah : 2 = ((20,045)(528,2))2 =


460,7/

300

Sehingga, angka mach adalah 2 = 2 = 460,7 = 0,651


2

Rezim Aliran
Aliran fluida dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu aliran laminar, aliran transisi, dan aliran
turbulen. Jenis aliran ini didapat dari hasil eksperimen yang dilakukan oleh Osborne
Reynold tahun 1883 yang mengklasifikasikan aliran menjadi 3 jenis. Jika fluida mengalir
melalui sebuah pipa berdiameter, d, dengan kecepatan rata-rata, V, maka didapatkan
bilangan Reynold di mana bilangan ini tergantung pada kecepatan fluida, kerapatan,
viskositas, dan diameter.
Aliran dikatakan laminar jika partikel-partikel fluida yang bergerak teratur mengikuti
lintasan yang sejajar pipa dan bergerak dengan kecepatan sama. Aliran ini terjadi apabila
kecepatan kecil dan atau kekentalan besar. Aliran disebut turbulen jika tiap partikel fluida
bergerak mengikuti lintasan sembarang di sepanjang pipa dan hanya gesekan rata-rata saja
yang mengikuti sumbu pipa. Aliran ini terjadi apabila kecepatan besar dan kekentalan zat
cair kecil. Bilangan Reynold dinyatakan dalam persamaan berikut :

=
=

Dimana :
Re = bilangan Reynolds

= viskositas kinematik

= massa jenis fluida

= kecepatan aliran dalam pipa

= viskositas dinamik

= diameter dalam pipa

Berdasarkan percobaan aliran di dalam pipa, Reynold menetapkan bahwa untuk bilangan
Reynold di bawah 2000 (Re < 2000), gangguan aliran dapat diredam oleh kekentalan zat
cair maka disebut aliran laminar. Aliran akan menjadi turbulen apabila bilangan Reynold
lebih besar dari 4000 (Re > 4000). Apabila bilangan Reynold berada di antara kedua nilai
tersebut (2000 < Re < 4000) disebut aliran transisi. Bilangan Reynold pada kedua nilai di
atas (Re = 2000 dan Re = 4000) disebut dengan batas kritis bawah dan atas.

Gambar 1. Profil kecepatan untuk (a) aliran laminar dan (b) aliran turbulen
(sumber: Perpindahan Kalor textbook)
Kecepatan dalam aliran turbulen terdiri atas nilai rata-rata V dan bagian yang berfluktuasi
(berubah-ubah)
V = Vrata-rata + y
Dengan mengambil rata-rata waktu untuk jangka waktu yang agak panjang,
1

0

Vrata-rata = lim

Artinya fluktuasi kan saling menghapus dalam waktu panjang.


Persamaan tegangan geser (shear stress) dalam aliran laminar, yaitu :
=

Berbeda dengan aliran turbulen, didalammnya terdapat viskositas pusaran (eddy


viscosity), yang merupakan fungsi densitasnya.
= ( +

Koefisien Gesek
Koefisien gesek dipengaruhi oleh kecepatan, karena distribusi kecepatan pada aliran
laminar dan aliran turbulen berbeda, maka koefisien gesek erbeda pula untuk masing
masing jenis aliran . Pada aliran Laminar dalam pipa tertutup (closed conduits) mempunyai
distribusi vektor kecepatan seperti pada gambar (1). Pada aliran laminar vektor kecepatan
yang berlaku adalah kecepatan dalam arah z saja, sehingga analisa gaya Z adalah berikut :
+ ( + ) = 0
Dengan mensubtitusikan nilai A= 2 , maka didapat persamaan sebagai berikut :
(2) 2 = 0

Gambar 2. Distribusi tegangan aliran laminar dalam pipa bulat


(sumber: Perpindahan Kalor textbook )

Jika aliran dianggap sebagai fluida Newtonian maka persamaan sebelumnya dapat
disubsitusikan dalam persamaan hukum viskositas Newtonian, sebagai berikut :


=
2

Dengan mengintegralkan persamaan tersebut didapat persamaan berikut:


=

2
+ 1
2

Dengan memasukkan kondisi batas u=0 dan r=R maka didapatkan persamaan berikut
2 2
1 2
( 2 )
=
=
4 4
4
Dari persamaan tersebut akan didapatkan persamaan kontinuitas sebagai berikut :

= = 2 =

1 2
4
( 2 ) =

4
8

Didalam aliran berkembang sempurna gradien tekanan ( )konstan, oleh karena itu (2
1 )/ = /,Dengan mensubtitusikan pernilai tersebut kedalam persamaan sebelunya
didapatkan persamaan baru sebagai berikut :
4 4
4
=
=
=
8
8
128

Daftar pustaka :
Holman, J.P. 1986. Heat Transfer, sixth edition. New york : Mc Graw-Hill, Ltd.
Jasjfi, E. 1977. Perpindahan Kalor. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai