mengetahui
besarnya
peranan/kontribusi
efektivitas
dan
lagi
Metode Wawancara
Metode ini merupakan proses komunikasi atau interaksi yang bertujuan
untuk mengumpulkan data dan informasi yang dilakukan dengan cara
melakukan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang mengerti dan
bertanggungjawab di Kantor Pelayanan Umum Bea dan Cukai Tipe C
Soekarno Hatta, atas pengawasan dan penanganan barang lartas yang
diimpor melalui PJT.
b.
Metode Observasi
Metode ini meliputi pengumpulan data dari objek dengan mengunjungi
lokasi yang menjadi objek, mengamatinya menggunakan pancaindera dan
melakukan studi langsung atas data yang relevan dari objek penelitian yang
berupa dokumen, catatan dan laporan agar memperoleh gambaran nyata
atas suatu peristiwa atau kejadian yang nantinya akan digunakan penulis
sebagai acuan analisis permasalahan.
1. Dasar Hukum
2. Gambaran Umum
B. PEMBAHASAN
1. Identifikasi Permasalahan
2. Pemecahan Permasalahan
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
D. Sinopsis
Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan lalu
lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk
dan bea keluar. Hal ini menunjukkan bahwa kepabeanan menyangkut dua hal,
yaitu ekspor (kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean) dan impor
(kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean). Impor sendiri terdapat
impor umum (yang menggunakan PIB) dan impor khusus (yang menggunakan
PIBK).
Barang impor khusus adalah barang impor tertentu yang penyelesaiannya
dilakukan dengan dokumen Pemberitahuan Impor Barang Khusus (Form BC 2.1).
Pemberitahuan Impor Barang Khusus (PIBK) merupakan pemberitahuan impor
Impor
Barang
Khusus
dapat
digunakan
untuk
Barang pindahan
Barang lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Dewasa ini, berkat adanya internet terciptalah suatu sistem perdagangan secara
online yang terintegrasi dengan sistem yang biasa disebut online shop. Menurut
data Kominfo, pengguna internet di Indonesia pada tahun 2014 sudah mencapai
82 juta pengguna atau sekitar 30% dari total penduduk di Indonesia, bahkan
Indonesia menempati peringkat 4 negara dengan pengguna internet terbanyak di
Asia berada dibawah India, Cina dan Jepang. Dengan melihat data tersebut, maka
dapat dipastikan teknologi online shop akan semakin ramai dalam beberapa tahun
kedepan, pengguna internet di Indonesia akan terus bertambah. Bukan hanya
transaksi domestik namun online shop juga telah merambah pasar internasional.
Dan hal ini tentunya juga berpengaruh dengan meningkatnya kegiatan impor
terutama yang dilakukan dengan pembelian online melalui situs-situs online
berskala internasional, contohnya seperti ebay, alibaba, amazon. Situs-situs
belanja online tersebut terus berkembang pesat tiap tahunnya, menjadi bukti
nyata antusiasme masyarakat di seluruh dunia untuk melakukan belanja online
atau yang biasa juga disebut e-commerce.
Namun sayangnya, hal ini tidak diikuti dengan pemahaman yang mamadai
oleh masyarakat mengenai peraturan dan ketentuan untuk melakukan impor yang
dilakukan melaui transaksi online yang umumnya paling banyak diimpor melalui
Perusahaan Jasa Titipan. Perusahaan Jasa Titipan (PJT) adalah perusahaan yang
memperoleh ijin usaha titipan dari instansi terkait serta memperoleh persetujuan
untuk melaksanakan kegiatan kepabeanan dari Kepala Kantor Pabean.
PJT yang akan melaksanakan kegiatan impor barang kiriman harus
mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Pabean sesuai contoh format
yang ditentukan. Atas permohonan dimaksud Kepala Kantor Pabean memberikan
persetujuan sesuai contoh format yang ditentukan. PJT dapat melaksanakan
kegiatan impor barang kiriman setelah menyerahkan jaminan tunai, jaminan
bank, atau customs bond yang besarnya ditetapkan oleh Kepala Kantor Pabean.
Penetapan jaminan dimaksud dilakukan dengan memperhatikan jumlah bea
masuk dan pajak dalam rangka impor dalam periode penangguhan pembayaran
tertentu atas barang kiriman yang diberitahukan oleh PJT.
Karena PJT memiliki peran yang cukup besar dalam hal impor barang kiriman,
maka layaknya importir, Bea Cukai-pun melakukan profiling terhadap
Perusahaan-Perusahaan Jasa Titipan dalam rangka melakukan pengawasan yang
efektif berbasis manajemen resiko. PJT yang telah memiliki track record yang
baik tentunya akan memiliki resiko yang lebih kecil untuk melakukan
pelanggaran begitu pula perusahaan yang masih baru maupun memiliki track
record yang buruk tentunya perlu untuk dilakukan pengawasan yang lebih karena
memiliki resiko yang besar pula untuk melakukan pelanggaran.
Barang kiriman melalui PJT adalah barang impor, tidak termasuk surat
menyurat, yang dikirim oleh pengirim tertentu di Luar Negeri kepada penerima
tertentu di dalam negeri yang beratnya tidak melebihi 100 (seratus) kg netto
untuk setiap House Airway Bill yang dikirim melalui PJT. Barang Kiriman yang
beratnya lebih dari 100 kg dikenakan ketentuan umum di bidang impor (impor
umum) dan penyelesaiannya dilakukan dengan dokumen PIB (Pemberitahuan
Impor
Barang).
Penerima
Barang
Kiriman adalah
orang
atau
badan
Terhadap barang kiriman yang tidak bisa diterbitkan perijinannya oleh Instansi
Terkait Importir dapat mengajukan permohonan reekspor atas barang yang
diimpor (RTO-Return To Origin) atau mengajukan permohonan pengeluaran
barang sebagian dengan mengajukan permohonan ke Kepala KPPBC TMP
Soekarno Hatta. PJT sendiri tidak bertanggung jawab atas isi barang kiriman itu
sendiri, yang memiliki tanggung jawab penuh atas isi dari barang kiriman itu
sendiri adalah pemilik barang.
Meningkatnya frekuensi transaksi yang tidak diikuti dengan pemahaman yang
memadai oleh masyarakat mengenai peraturan dan ketentuan mengenai impor
melalui PJT sebagaimana telah disebut diatas maka akan meningkatnya resiko
terjadi pelanggaran atau tidak terpenuhinya ketentuan yang diperlukan terutama
apabila yang diimpor berupa barang larangan dan/atau pembatasan (lartas). Oleh
karena itu terdapat peran yang penting dari pihak Bea dan Cukai sendiri untuk
melakukan penanganan terhadap barang-barang tersebut.
Oleh karena itu penulis ingin mengetahui lebih mendalam berkaitan dengan
permasalahan
melalui PJT dan penulis juga akan mencoba memberikan kritik dan saran
terhadap permasalahan tersebut. Maka dari itu dalam penulisan Tugas Akhir ini
penulis mengangkat judul TINJAUAN MEKANISME PENANGANAN
BARANG LARTAS YANG DIIMPOR MELALUI PERUSAHAAN JASA
TITIPAN DI KANTOR PELAYANAN UTAMA BEA DAN CUKAI TIPE C
SOEKARNO HATTA diharapkan penulisan Karya Tulis Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat baik untuk penulis dan seluruh pembaca.
10
BAGIAN PENUTUP
11
1.
2.
3.
4.
KEGIATAN
Penyusunan dan Persetujuan Outline
Penyusunan Tugas Akhir
a. Pengumpulan Data/Riset
b. Penyusunan TA dan Konsultasi
c. Persetujuan dan Penyelesaian Akhir
Penyerahan Tugas Akhir
Perbaikan Tugas Akhir
TANGGAL
21 Maret 8 April 2016
11 30 April 2016
11 Mei 17 Juni 2016
27 Juni 1 Juli 2016
11 15 Juli 2016
29 Agustus 16 September 2016
B. KONTINJENSI
Demikian gambaran umum rencana yang telah disusun oleh penulis sebagai
bahan acuan untuk penyelesaian Tugas Akhir. Akan tetapi dalam proses
penyusunan Tugas Akhir ini penulis menyadari pastinya terdapat kemungkinan
perubahan dan/atau penyesuaian. Perubahan dan/atau penyesuaian yang mungkin
ada disebabkan oleh permasalahan, dan hambatan tertentu yang dialami oleh
penulis. Perubahan dan/atau penyesuaian ini dapat meliputi judul tugas akhir,
metode penelitian yang digunakan, judul bab, judul subbab, rencana daftar
pustaka, dan perubahan lainnya. Penulis akan berusaha menyusun Tugas Akhir ini
sesuai dengan gambaran umum atas rencana yang telah disusun oleh penulis.
Namun apabila terdapat perubahan hanya sebatas hal yang dianggap perlu serta
penulis akan melakukan konsultasi sebelumnya dengan dosen pembimbing.
Penulis menyadari bahwa dalam proposal Tugas Akhir ini masih terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
dosen pembimbing. Akhirnya penulis mengharapkan proposal Tugas Akhir ini
12
13