Anda di halaman 1dari 13

BAGIAN ISI

A. Pendekatan dan Tujuan Penyusunan


Tugas Akhir ini akan penulis susun dengan menggunakan pendekatan positif,
yaitu menyampaikan kenyataan di lapangan berdasarkan teori yang telah
dipelajari, sekaligus pendekatan normatif yaitu penulis mencoba memberikan
saran-saran terhadap permasalahan yang akan di dapat nantinya. Tujuan yang
ingin dicapai penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah :
1. Untuk memenuhi sebagian dari syarat dinyatakan lulus dari program Diploma
III Keuangan Spesialisasi Kepabeanan Dan Cukai yang diselenggarakan oleh
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.
2. Untuk membandingkan teori tentang teknis kepabeanan yang di dapat pada
waktu perkuliahan dengan praktik yang terjadi di lapangan terutama terkait
dengan barang lartas yang diimpor melalui PJT.
3. Untuk mengetahui mekanisme prosedur pelaksanaan pengawasan dan
penanganan barang lartas yang diimpor melalui PJT di KPU Tipe C Soekaro
Hatta.
4. Untuk

mengetahui

besarnya

peranan/kontribusi

efektivitas

dan

efisiensi pelayanan di KPU TIPE C Soekarno Hatta.


5. Sebagai bekal bagi penulis guna mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja
setelah penulis menyelesaikan pendidikan.

B. Metode Pengumpulan Data


Dalam menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis menggunakan
beberapa metode pengumpulan data, antara lain:
1. Penulisan Kepustakaan
Yaitu dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber, seperti buku-buku
ilmiah, undang-undang, petunjuk pelaksanan undang-undang, dan peraturan
terkait lainnya. Materi kuliah selama penulis mengikuti pendidikan di Program
Diploma III Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai juga menjadi
acuan dalam penyusunan Karya Tulis Tugas Akhir.
2. Penelitian Lapangan
Yaitu dengan mengadakan pengamatan observasi secara langsung di lapangan
untuk mendapatkan data-data baik itu data kualitatif maupun data kuantitatif.
Data-data Kepabeanan ini nantinya akan diolah

lagi

lebih lanjut untuk

memperoleh informasi sesuai pembahasan.


a.

Metode Wawancara
Metode ini merupakan proses komunikasi atau interaksi yang bertujuan
untuk mengumpulkan data dan informasi yang dilakukan dengan cara
melakukan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang mengerti dan
bertanggungjawab di Kantor Pelayanan Umum Bea dan Cukai Tipe C
Soekarno Hatta, atas pengawasan dan penanganan barang lartas yang
diimpor melalui PJT.

b.

Metode Observasi
Metode ini meliputi pengumpulan data dari objek dengan mengunjungi
lokasi yang menjadi objek, mengamatinya menggunakan pancaindera dan
melakukan studi langsung atas data yang relevan dari objek penelitian yang
berupa dokumen, catatan dan laporan agar memperoleh gambaran nyata
atas suatu peristiwa atau kejadian yang nantinya akan digunakan penulis
sebagai acuan analisis permasalahan.

C. Rencana Daftar Isi


HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Pengumpulan Data
D. Ruang Lingkup Pembahasan
E. Sistematika Penulisan
BAB II DATA DAN FAKTA
A. Gambaran Umum KPU Tipe C Soekarno Hatta
B. Gambaran Umum Pengawasan dan Penanganan Barang Lartas Yang Diimpor
Melalui PJT DI Soekarno Hatta
C. Fakta Yang Terjadi Di Lapangan Terkait Barang Lartas Impor Melalui PJT
BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI

1. Dasar Hukum
2. Gambaran Umum
B. PEMBAHASAN
1. Identifikasi Permasalahan
2. Pemecahan Permasalahan
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN

D. Sinopsis
Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan lalu
lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk
dan bea keluar. Hal ini menunjukkan bahwa kepabeanan menyangkut dua hal,
yaitu ekspor (kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean) dan impor
(kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean). Impor sendiri terdapat
impor umum (yang menggunakan PIB) dan impor khusus (yang menggunakan
PIBK).
Barang impor khusus adalah barang impor tertentu yang penyelesaiannya
dilakukan dengan dokumen Pemberitahuan Impor Barang Khusus (Form BC 2.1).
Pemberitahuan Impor Barang Khusus (PIBK) merupakan pemberitahuan impor

untuk dipakai yang sederhana dan disampaikan secara manual. Penyampaian


dokumen PIBK ini bersifat official assesment karena perhitungan bea masuk dan
PDRI-nya dilakukan oleh Pejabat Pabean.
PIBK (Form BC 2.1) dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dilampiri dengan
Dokumen Pelengkap Pabean dan diajukan kepada Pejabat Bea dan Cukai secara
manual. Pejabat Bea dan Cukai kemudian melakukan pemeriksaan fisik,
menetapkan tarif, nilai pabean dan menghitung bea masuk, cukai dan pajak dalam
rangka impor. Barang impor baru dapat dikeluarkan dari tempat Penimbunan
Sementara jika Bea Masuk, Cukai dan Pajak dalam rangka import telah dibayar,
kecuali importir mendapat fasilitas pembebasan atau penangguhan pembayaran
bea masuk dan PDRI.
Pemberitahuan

Impor

Barang

Khusus

dapat

digunakan

untuk

memberitahukan impor barang-barang sebagai berikut :

Barang pindahan

Barang impor sementara yang dibawa penumpang

Barang dagangan yang dibawa oleh penumpang

Sarana angkutan laut dan udara

Barang impor melalui jasa titipan

Barang lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Dewasa ini, berkat adanya internet terciptalah suatu sistem perdagangan secara

online yang terintegrasi dengan sistem yang biasa disebut online shop. Menurut
data Kominfo, pengguna internet di Indonesia pada tahun 2014 sudah mencapai

82 juta pengguna atau sekitar 30% dari total penduduk di Indonesia, bahkan
Indonesia menempati peringkat 4 negara dengan pengguna internet terbanyak di
Asia berada dibawah India, Cina dan Jepang. Dengan melihat data tersebut, maka
dapat dipastikan teknologi online shop akan semakin ramai dalam beberapa tahun
kedepan, pengguna internet di Indonesia akan terus bertambah. Bukan hanya
transaksi domestik namun online shop juga telah merambah pasar internasional.
Dan hal ini tentunya juga berpengaruh dengan meningkatnya kegiatan impor
terutama yang dilakukan dengan pembelian online melalui situs-situs online
berskala internasional, contohnya seperti ebay, alibaba, amazon. Situs-situs
belanja online tersebut terus berkembang pesat tiap tahunnya, menjadi bukti
nyata antusiasme masyarakat di seluruh dunia untuk melakukan belanja online
atau yang biasa juga disebut e-commerce.
Namun sayangnya, hal ini tidak diikuti dengan pemahaman yang mamadai
oleh masyarakat mengenai peraturan dan ketentuan untuk melakukan impor yang
dilakukan melaui transaksi online yang umumnya paling banyak diimpor melalui
Perusahaan Jasa Titipan. Perusahaan Jasa Titipan (PJT) adalah perusahaan yang
memperoleh ijin usaha titipan dari instansi terkait serta memperoleh persetujuan
untuk melaksanakan kegiatan kepabeanan dari Kepala Kantor Pabean.
PJT yang akan melaksanakan kegiatan impor barang kiriman harus
mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Pabean sesuai contoh format
yang ditentukan. Atas permohonan dimaksud Kepala Kantor Pabean memberikan
persetujuan sesuai contoh format yang ditentukan. PJT dapat melaksanakan
kegiatan impor barang kiriman setelah menyerahkan jaminan tunai, jaminan

bank, atau customs bond yang besarnya ditetapkan oleh Kepala Kantor Pabean.
Penetapan jaminan dimaksud dilakukan dengan memperhatikan jumlah bea
masuk dan pajak dalam rangka impor dalam periode penangguhan pembayaran
tertentu atas barang kiriman yang diberitahukan oleh PJT.
Karena PJT memiliki peran yang cukup besar dalam hal impor barang kiriman,
maka layaknya importir, Bea Cukai-pun melakukan profiling terhadap
Perusahaan-Perusahaan Jasa Titipan dalam rangka melakukan pengawasan yang
efektif berbasis manajemen resiko. PJT yang telah memiliki track record yang
baik tentunya akan memiliki resiko yang lebih kecil untuk melakukan
pelanggaran begitu pula perusahaan yang masih baru maupun memiliki track
record yang buruk tentunya perlu untuk dilakukan pengawasan yang lebih karena
memiliki resiko yang besar pula untuk melakukan pelanggaran.
Barang kiriman melalui PJT adalah barang impor, tidak termasuk surat
menyurat, yang dikirim oleh pengirim tertentu di Luar Negeri kepada penerima
tertentu di dalam negeri yang beratnya tidak melebihi 100 (seratus) kg netto
untuk setiap House Airway Bill yang dikirim melalui PJT. Barang Kiriman yang
beratnya lebih dari 100 kg dikenakan ketentuan umum di bidang impor (impor
umum) dan penyelesaiannya dilakukan dengan dokumen PIB (Pemberitahuan
Impor

Barang).

Penerima

Barang

Kiriman adalah

orang

atau

badan

(perusahaan/yayasan/instansi pemerintah dll) yang berdomisili di dalam daerah


pabean yang namanya tertulis sebagai Consignee dalam House Airway Bill.
Penerima Barang Kiriman tidak diwajibkan memiliki API (Angka Pengenal

Importir) atau NIK (Nomor Identitas Kepabeanan) sebagaimana dipersyaratkan


dalam ketentuan umum di bidang impor.
Barang kriman PJT yang telah sampai di Bandara Soekarno-Hatta akan
dilakukan ground handling, yaitu penanganan barang dari pesawat hingga ke
gudang PJT. Setelah itu akan dilakukan pemeriksaan oleh pihak BC, berupa
pemeriksaan dokumen, untuk menetapkan pungutan impor atas barang yang
memiliki nilai FOB lebih dari USD 50 dan pemeriksaan fisik, untuk meneliti
apakah barang termasuk dalam kategori lartas. Pemeriksaan atas barang kiriman
bersifat official assesment. Apabila barang tersebut tidak termasuk kategori lartas
maka bisa dikeluarkan setelah melakukan pembayaran pungutan impor dan
diterbitkan SPPB.
Untuk barang yang termasuk dalam kategori lartas maka akan dilakukan
pemeriksaan apakah persyaratan untuk impor barang lartas tersebut telah
dipenuhi atau belum, bila persyaratan impor barang lartas telah dipenuhi maka
barang dapat dikeluarkan setelah melakukan pembayaran pungutan impor dan
diterbitkan SPPB. Namun, untuk barang lartas yang tidak memenuhi persyaratan
izin dari instansi teknis terkait maka pihak DJBC berwenang untuk melakukan
penegahan. Bila barang lartas tersebut belum dipenuhi perijinannya hingga
jangka waktu 30 hari, maka akan dinyatakan menjadi barang tidak dikuasai dan
dipindahkan ke TPP. Importir diberikan jangka waktu maksimal hingga 60 hari
untuk melakukan penyelesaian barang sejak dipindah ke TPP. Untuk barang lartas
yang tidak diberitahukan atau diberitahukan secara tidak benar dalam
Pemberitahuan Pabean maka akan dinyatakan menjadi barang dikausai negara.

Terhadap barang kiriman yang tidak bisa diterbitkan perijinannya oleh Instansi
Terkait Importir dapat mengajukan permohonan reekspor atas barang yang
diimpor (RTO-Return To Origin) atau mengajukan permohonan pengeluaran
barang sebagian dengan mengajukan permohonan ke Kepala KPPBC TMP
Soekarno Hatta. PJT sendiri tidak bertanggung jawab atas isi barang kiriman itu
sendiri, yang memiliki tanggung jawab penuh atas isi dari barang kiriman itu
sendiri adalah pemilik barang.
Meningkatnya frekuensi transaksi yang tidak diikuti dengan pemahaman yang
memadai oleh masyarakat mengenai peraturan dan ketentuan mengenai impor
melalui PJT sebagaimana telah disebut diatas maka akan meningkatnya resiko
terjadi pelanggaran atau tidak terpenuhinya ketentuan yang diperlukan terutama
apabila yang diimpor berupa barang larangan dan/atau pembatasan (lartas). Oleh
karena itu terdapat peran yang penting dari pihak Bea dan Cukai sendiri untuk
melakukan penanganan terhadap barang-barang tersebut.
Oleh karena itu penulis ingin mengetahui lebih mendalam berkaitan dengan
permasalahan

seputar mekanisme penanganan barang lartas yang diimpor

melalui PJT dan penulis juga akan mencoba memberikan kritik dan saran
terhadap permasalahan tersebut. Maka dari itu dalam penulisan Tugas Akhir ini
penulis mengangkat judul TINJAUAN MEKANISME PENANGANAN
BARANG LARTAS YANG DIIMPOR MELALUI PERUSAHAAN JASA
TITIPAN DI KANTOR PELAYANAN UTAMA BEA DAN CUKAI TIPE C
SOEKARNO HATTA diharapkan penulisan Karya Tulis Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat baik untuk penulis dan seluruh pembaca.

E. Ringkasan Isi Tiap-Tiap Bab


Dalam setiap bab Tulis Tugas Akhir dapat diringkas sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan,tujuan penulisan, ruang
lingkup pembahasan,dan metode pengumpulan data.
2. BAB II DATA DAN FAKTA
Bab ini akan menjelaskan gambaran umum tentang Kantor Pelayanan
Utama Bea dan Cukai Tipe C Soekarno Hatta, gambaran umum teknis impor
melaui Pengusaha Jasa Titipan, gambaran umum mekanisme pengawasan dan
penanganan barang lartas yang diimpor melalui PJT.
3. BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan memberikan beberapa pengertian yang
merupakan landasan teori permasalahan yang akan dibahas serta akan
mencoba melakukan analisis terhadap permasalahan yanag terjadi berdasarkan
data dan fakta yang ada di lapangan dengan menerapkan teori dan
pengetahuan yang penulis miliki dan menentukan alternatif pemecahan
masalah yang paling efektif menurut penulis.
4. BAB IV PENUTUP
Bab ini akan memberikan simpulan dari hasil tinjauan yang dilaksanakan
dan saran yang dapat dijadikan alternatif dalam pemecahan masalah yang
ditarik oleh penulis dari pembahasan bab-bab sebelumnya.

10

F. Rencana Daftar Pusaka


Undang-Undang No. 10 Tahun 1995 dan Undang-Undang No.17 Tahun 2006
tentang perubahan atas Undang-Undang No. 10 Tahun 1995 tentang
kepabeanan.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 89/PMK.04/2007
tentang Impor Barang Pribadi Penumpang, Awak Sarana Pengangkut, Pelintas
Batas dan Barang Kiriman.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 161/PMK.04/2007
tentang Pengawasan Terhadap Impor dan Ekspor Barang Larangan dan/atau
Pembatasan
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-53/BC/2010 tentang
Tatalaksana Pengawasan
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-42/BC/2008 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-05/BC/2006 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Impor Barang Kiriman Melalui Perusahaan
Jasa Titipan
Standar Prosedur Operasi (Standard Operating Porcedure) Layanan Unggulan
Bidang Kepabeanan dan Cukai Kementerian Keuangan.
www.beacukai.go.id.
www.insw.go.id
www.bcsoetta.net

BAGIAN PENUTUP

A. JADWAL DAN RENCANA KEGIATAN

11

1.
2.

3.
4.

KEGIATAN
Penyusunan dan Persetujuan Outline
Penyusunan Tugas Akhir
a. Pengumpulan Data/Riset
b. Penyusunan TA dan Konsultasi
c. Persetujuan dan Penyelesaian Akhir
Penyerahan Tugas Akhir
Perbaikan Tugas Akhir

TANGGAL
21 Maret 8 April 2016
11 30 April 2016
11 Mei 17 Juni 2016
27 Juni 1 Juli 2016
11 15 Juli 2016
29 Agustus 16 September 2016

B. KONTINJENSI
Demikian gambaran umum rencana yang telah disusun oleh penulis sebagai
bahan acuan untuk penyelesaian Tugas Akhir. Akan tetapi dalam proses
penyusunan Tugas Akhir ini penulis menyadari pastinya terdapat kemungkinan
perubahan dan/atau penyesuaian. Perubahan dan/atau penyesuaian yang mungkin
ada disebabkan oleh permasalahan, dan hambatan tertentu yang dialami oleh
penulis. Perubahan dan/atau penyesuaian ini dapat meliputi judul tugas akhir,
metode penelitian yang digunakan, judul bab, judul subbab, rencana daftar
pustaka, dan perubahan lainnya. Penulis akan berusaha menyusun Tugas Akhir ini
sesuai dengan gambaran umum atas rencana yang telah disusun oleh penulis.
Namun apabila terdapat perubahan hanya sebatas hal yang dianggap perlu serta
penulis akan melakukan konsultasi sebelumnya dengan dosen pembimbing.
Penulis menyadari bahwa dalam proposal Tugas Akhir ini masih terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
dosen pembimbing. Akhirnya penulis mengharapkan proposal Tugas Akhir ini

12

dapat menjadi penuntun dalam pembuatan Tugas Akhir dan menyelesaikannya


sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan.

13

Anda mungkin juga menyukai