Bayi X MRS, usia 1 bulan sejak lahir tampak kebiruan, dengan berat badan 2450
gram, panjang badan 43 cm. Saat bayi menyusui dan menangis tampak lebih
kebiruan pada tubuh, membrane mukosa, bibir dan lidah, konjungtiva sera sesak.
Tanda-tanda vital pernapasan 72 x/menit, nadi 120 x/menit, suhu 36,5 oC.
Klarifikasi Kata Kunci
konjungtiva
Panjang Bayi : 43 cm
Menurut WHO, normal panjang bayi 50,5 75,5 cm
Sesak
Semakin kebiruan saat menangis
Peta Konsep
Sianosis
Definisi
Patofisiologi
Penyakit yang
berhubungan
dengan sianosis
PJB Sianosis
1. TOF
2. TGA
Pertanyaan-Pertanyaan Penting
1. Apa yang dimaksud dengan sianosis?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya siasonis pada bayi?
3. Jelaskan jenis-jenis penyakit yang berhubungan dengan sianosis!
4. Jelaskan manifestasi klinik TOF!
5. Jelaskan manifestasi klinik TGA!
6. Bagaimana mekanisme terjadinya TOF?
7. Bagaimana mekanisme terjadinya TGA?
8. Jelaskan asuhan keperawatan TOF!
9. Jelaskan keperawatan TGA!
10.Bagaimana manajemen kegawatdaruratan sianosis?
11.Berapa angka morbility dan mortality pada TOF dan TGA?
12.Faktor-faktor apa yang menyebabkan PJB Sianosis?
Jawaban Penting
1. Pengertian Sianosis
Sianosis adalah suatu keadaan dimana kulit dan membran mukosa berwarna
kebiruan akibat penumpukan deoksihemoglobin ( hemoglobin yang
mengandung oksigen) pada pembuluh darah kecil di area tersebut.
Sianosis merupakan warna kebiruan pada kulit dan membran mukosa sebagai
akibat dari peningkatan jumlah Hb yang tereduksi (lebih dari 50 g/L atau 5
g/dL) atau derivat Hb pada pembuluh darah kecil di daerah tertentu. Sianosis
terutama terlihat jelas di bibir, dasar kuku, daun telinga, dan tonjolan tulang
pipi. Derajat sianosis dipengaruhi pigmen kulit dan ketebalan kulit, serta
warna dan keberadaan kapiler kulit.
Sianosis terjadi jika kadar deoksihemoglobin sekitar 5 g/dL. Dan dapat
terlihat dengan mudah pada daerah ujung jari dan bibir.
Sianosis dapat muncul dalam berbagai kondisi medis di mana konsentrasi
oksigen darah rendah, misalnya pada penyakit paru-paru, kelainan jantung
dan di daerah geografis yang tinggi. Sianosis pada bagian dalam bibir (yang
tidak terkena dingin), pipi, lidah dan konjungtiva mata, dapat menjadi bukti
saturasi oksigen darah rendah sekunder karena penyakit paru atau jantung.
Sianosis yang muncul di bagian luar, seperti ujung jari, ujung hidung atau
bagian luar dari bibir dapat disebabkan oleh penurunan aliran darah ke kulit
karena paparan suhu rendah
2.
dan
ventrikel
normal
yang
kita
kenal
sebagai
Sianosis
Takipneu
Takikrdi
Diaphoresis
Berat badan rendah
Suara tmbahan gallop
Hepatomegali yang akhirnya terdetekasi
diruang jantung kanan . dalam hal ini, seseorang hanya dapat hidup apabila ada
pencampuran antara dua sirkulasi baik antar septum atau melalui ductus
arterious.
8. Asuhan Keperawatan TOF
I. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak
diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.
Faktor faktor tersebut antara lain :
Faktor endogen
Pemeriksaan diagnostik
a.
Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan
16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan
peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan
parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht
normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
b.
Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal,
tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks
jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
c.
Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
d.
Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke
paru-paru
e.
Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek
septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah
Proses keperawatan
f.
Pengkajian keperawatan
1.
Pemeriksaan fisik
1.
Usia 1 bulan sejak lahir tampak kebiruan
2.
BB : 2450 gram
PB : 43 cm
3.
4.
Saat bayi menyusui dan menangis tampak lebih kebiruan pada tubuh,
membrane mukosa, bibir, lidah, konjungtiva serta sesak
Tanda-tanda vital
RR : 72 x/menit
HR : 120 x/menit
S
: 36,5 C
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Lakukan selanjutnya
1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
Intervensi
1) Monitor tanda vital,pulsasi perifer,kapilari refill dengan membandingkan pengukuran
pada kedua ekstremitas dengan posisi berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan
2) Kaji dan catat denyut apikal selama 1 menit penuh
3) Observasi adanya serangan sianotik
4) Berikan posisi knee-chest pada anak
5) Observasi adanya tanda-tanda penurunan sensori : letargi,bingung dan disorientasi
6) Monitor intake dan output secara adekuat
7) Sediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan dampingi anak pada saat
melakukan aktivitas
8) Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
9) Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti
disritmia
10) Kolaborasi pemberian oksigen
11) Kolaborasi pemberian cairan tubuh melalui infus
2.
Intervensi
1. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan
aktivitas.
2. Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
3. Anjurkan pada pasien agar tidak ngeden pada saat buang air besar.
4. Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
5. Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas melebihi batas
6. Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL dan dukung kearah kemandirian anak sesui
dengan indikasi
7. Jadwalkan aktivitas sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan peningkatan
kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
Tujuan : anak dapat makan secara adekuat dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan
berat badan normal dan pertumbuhan normal.
Kriteria hasil :
Intervensi :
1.
Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat ukur yang sama,
pada waktu yang sama dan dokumentasikan.
2.
Catat intake dan output secara akurat
3.
Berikan makan sedikit tapi sering untuk mengurangi kelemahan disesuaikan
dengan aktivitas selama makan ( menggunakan terapi bermain)
4.
Berikan perawatan mulut untuk meningktakan nafsu makan anak
5.
Berikan posisi jongkok bila terjadi sianosis pada saat makan
6.
gunakan dot yang lembut bagi bayi dan berikan waktu istirahat di sela makan
dan sendawakan
7.
gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress pernafasan yang dapat
disebabkan karena tersedak
8.
berikan formula yang mangandung kalori tinggi yang sesuaikan dengan
kebutuhan
9.
Batasi pemberian sodium jika memungkinkan
10. Bila ditemukan tanda anemia kolaborasi pemeriksaan laboratorium
Asuhn Keperawatan Tetralogi Of Fallot
Tetralogi of fallot adalah merupakan kumpulan empat kelainan yang terdiri atas ventricular
septum defect (VSD), stenosis pulmoner, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
A.
ETIOLOGI
1. Faktor Lingkungan (eksogen)
1. Riwayat kehamilan ibu, apakah sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,
minum obat-obatan tanpa resep dokter (jamu, thalidmide, dextroamphetamine,
aminopterin, dan amethopterin).
4. Ekokardiografi
5 Kateterisasi
6. Pulse oximetry
D.
KOMPLIKASI
1. Trombosis CVA (Cerebrovascular Accident)
2. Trombosis pulmonal
3. Abses otak
4. Gagal jantung kongestif
5. Endokardial bacterial
E.
HR : 90 140 x/menit
RR : 25 32 x/menit
BP : 95/65 mmHg
T : 35,5 39OC
Intervensi :
1. Melakukan observasi terhadap tanda tanda vital klien
Rasional : Dari data tanda tanda vital yang di padat dari pasien melalui observasi dapat
sebagai acuan untuk menentukan tindakan yang dapat diberikan kepada pasien.
1. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas.
Rasional : Manifestasi distress pernafasan tergantung pada drajat keterlibatan paru dan
kesehatan umum.
1. Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis
periferatau sianosis sentral.
Rasional : Untuk menentukan tindakan lebih lanjut jika sianosis berkurang atau malah
bertambah parah.
1. Kolaborasi pemberian terapi oksigen dengan benar. Missal, dengan masal, masker
atau masker venture.
Rasional : Kebutuhan oksigen klien terpenuhi dan mengurangi kekurangan oksigen pada
klien. Oksigen diberikan dengan metode yang sesuai dengan keadaan klien.
1. 2.
Penurunan cardiac output berhubungan dengan sirkulasi yang tidak efektif
dengan adanya malformasi jantung.
Kriteria Hasil :
Setelah diberi asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran gas dalam
tubuh klien, dapat diatasi dengan outcome :
-
Intervensi :
1. Melakukan observasi terhadap tanda tanda vital klien.
Rasional : Dari data tanda tanda vital yang di padat dari pasien melalui observasi dapat
sebagai acuan untuk menentukan tindakan yang dapat diberikan kepada pasien.
1. Observasi adanya serangan sianosis yuang di alami klien.
Rasional : Untuk membandingkan dengan pasien sebelumnya, sehingga dapat membantu
dalam diagnosa etiologi dan untuk menentukan tindakan selanjutnya.
1.
1. Sediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan dampingi anak pada saat
melakukan aktivitas.
Rasional : Agar klien tidak terlalu kecapekan saat melakukan sesuatu, dan agar dapat
memantau sejauh mana klien dapat beraktivitas sebelum klien merasa lelah.
1. Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG danfoto thorax serta kolaborasi dalam
tindakan pembedahan.
Rasional : Untuk mengetahui, keadaan dan kondisi kelainan yang terdapat pada jantung, juga
untuk mengatasi masalah menurunnya cardiac output karena adanya defeks ventrikel.
1. 3.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan fatigue
selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan yang ditandai
dengan
berat
badan
kurang
dari
normal.
Kriteria Hasil :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan penurunan cardiac
output pada klien dapat diatasi, dengan outcome :
-
Intervensi :
1. Melakukan observasi terhadap tanda tanda vital klien.
Rasional : Dari data tanda tanda vital yang di padat dari pasien melalui observasi dapat
sebagai acuan untuk menentukan tindakan yang dapat diberikan kepada pasien.
1. Buat ketententuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian.
Rasional : Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang yang menyebabkan depresi,
agitasi dan mempengaruhi fungsi kognitif /pengambilan kmeputusan. perbaikan status
nutrisi dapat meningkatkan keputusan. Perbaikan status nutrisi, meningkatkan
kemampuan berpikir dan kerja psikologis.
1. Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat ukur yang sama,
pada waktu yang sama dan dokumentasikan.
Rasional : Mambari cacatan lanjut penurunan dan atau peningkatan berat berat badan
yang akurat. Juga untuk menurunkan obsesi tentang peningkatan dan atau penurunan.
1. Catat intake dan output secara akurat.
Rasional : Hal itu untuk memantau masukan dan keluaran, sehingga berat badan klien
juga dapat terpantau lewat itu.
1. Berikan makan sedikit tapi sering.
Rasional : Walaupun klien mengalami fatiq saat makan, aktivitas makan klien harus tetap
ditingkatkan untuk mengurangi kelemahan disesuaikan dengan aktivitas selama makan
1. Berikan makan yang tinggi protein dan tinggi kalori.
Rasional : Makan yang mengandung banyak protein dan kalori adalah makan yang untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
1.
Rasional : Perlu bantuan diet dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.
1. 4.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
Kriteria hasil :
Klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat,
terutama mobilisasi di tempat tidur.
Intervensi
1. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah
melakukan aktivitas.
Rasional : Respons klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan penurunan oksigen
jantung.
1. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang tidak
berat.
Rasional : Untuk mencegah retensi cairan dan edema akibat penurunan kontraktilitas
jantung.
1. Rujuk ke program rehabilitasi jantung.
Rasional : Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk kebutuhan miokardium.
1. 5.
Kriteria Hasil :
-
Intervensi :
1. Ukur tekanan darah. Bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring,
duduk, atau berdiri bila memungkinkan.
Rasional : Hipotensi dapat terjadi sehubungan dengan disfungsi ventrikel, hipertensi
juga merupakan fenomena umum yang berhubungan dengan nyeri, cemas, dan
pengeluaran katekolamin.
1. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaphoresis secara teratur.
Rasional : Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan perifer.
1. Kaji kualitas peristaltic, jika perlu pasang slang nasogastrik.
Rasional : Mengetahui pengaruh hipoksia terhadap fungsi saluran cerna serta dampak
penurunan elektrolit.
1. Kaji adanya kongesti hepar pada abdomen kanan atas.
Rasional : Sebagai dampak gagal jantung kananberat akan ditemukan adanya tanda
kongesti pada hepar.
1. Pantau urine output klien.
1. 6.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak
adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
Kriteria Hasil :
Perkembangan status penuaan fisik normal yang dibuktikan dengan indicator sebagai
berikut :
Anak akan mencapai norma pertumbuhan yaitu persentil ke-97 atau di bawah
persentil ke-3 untuk usianya.
Anak akan mencapai tahapan penting perubahan fisik, kognitif, dan kemajuan
psikososial sesuai rentang yang diharapkan.
-
Intervensi :
1. Ajarkan orang tua untuk memfasilitasi motorik kasar, motorik halus, kognitif,
social, dan pertumbuhan emosi yang optimal pada anak.
Rasional : Untuk meningkatkan perkembangan pasien.
1. 7.
Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan
keluarga tentang penyakit anak.
Kriteria Hasil :
Dengan diberikannya asuhan keperawatan pada klien selama 1 x 24 jam diharapkan,
koping keluarga tidak efektif dapat diatasi dengan outcome :
-
Intervensi :
1. Melakukan observasi terhadap tanda vital klien.
Rasional : Dari data tanda vital yang di padat dari pasien melalui observasi dapat
sebagai acuan untuk menentukan tindakan yang dapat diberikan kepada pasien.
1. Beri kesempatan pada klien untuk menghadapi situasi dan memperlihatkan
kondisi yang sedang dihadapi klien saat ini.
Rasional : Untuk mengeksplorasi keadaan perasaan keluarga klien untuk
memberikan tindakan pada keluarga klien
1. Jangan memberi jaminan palsu. Tekankan kemampuan mereka untuk mengatasi
secara efektif.
Rasional : Dalam berkomunikasi dengan keluarga klien diharapkan tidak member
janji tentang kesembuhan klien, karena sebagai para medis perawat hanya bisa berusaha.
1. Gali teknik yang dapat meningkatkan koping.
Rasional : Dengan pemberian teknik teknik yang baik dalam meningkatkan koping
keluarga, dapat lebih menenangkan klien sehingga tidak panic dalam menghadapi
penyakit klien.
1. Pemberian HE pada klien terhadap penangan yang dapat dikalukan oleh kluarga
pada klien.
Rasional : Dengan pemberian HE pada klien, klien lebih mengerti tentang penyakit
yang dialami oleh anak mereka sehingga mampu member penangan yang tepat pada anak
klien.
1. Tetapkan metode untuk mendapat informasi dan dukungan.
Rasional : Agar keluarga klien dapat mencari informasi dan berkonsultasi dengan tim
medis lain yang dapat member pengetahuan yang lebih akurat tentang penyakit yang
diderita oleh anak mereka
Usia. Perlu diketahui pada usia berapa gejala mulai muncul. Pada kasus, usia anak
terutama berat badan. Pada kasus, berat anak 2450 gram dan panjang badan 43 cm
mengalami gangguan karena kurang dari normal.
c. Pola aktifitas. Tidak mampu melakukan banyak aktifitas karena akan menyebabkan
sianosis. Pada kasus, saat bayi menyusui dan menangis tampak lebih kebiruan pada tubuh,
membran mukosa, bibir dan lidah, konjungtiva.
d. Tanda tanda vital. Suhu relative normal bila tidak terjadi infeksi. Pada bayi akan
menetek sering terhenti karena kesulitan bernafas. Pada kasus, bayi terasa sesak. TTV ; P:
72 x/menit, S:36,5C, N: 120 x/menit.
e. Pemeriksaan penunjang, berupa :
1. Ultra Sono Grafi ( USG ) untuk menentukan besar jantung, bentuk vaskularisasi paru,
sera untuk mengetahui keadaan thymus, trachea, dan esophagus.
2. Electro Cardiografi ( ECG ), untuk menetahui adanya aritmia atau hipertropi.
3. Echo Cardiografi, untuk mengetahui hemodinamik dan anatomi jantung.
4. Kateterisasi dan Angigrafi, untuk mengetahui gangguan anatomi jantung yang
dilakukan dengan tindakan pembedahan.
5. Pemeriksaan laboratorium, berupa pemeriksaan darah untuk serum elektrolit, Hb,
packet cell volume ( PCV ) dan kadar gula. ( Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, hal. 120
)
6.
Photo thorax untuk melihat atau evaluasi adanya cardiomegali dan infiltrate paru.
C. Intervensi
a. Penurunan cardiac output b/d defek struktur.
Tujuan : Pasien menunjukkan perbaikan curah jantung
Intervensi :
1. Kaji CO klien. Mengetahui CO klien untuk intervensi selanjutnya.
2. Beri istirahat yang cukup pada klien pada ruangan yang nyaman dan tenang.
Ruangan tenang dan nyaman mampu membuat klien rileks.
3. Hindari suhu lingkungan yang ekstrem. Hipoermia atau hipertermia akan
meningkatkan kebutuhan oksigen.
4. Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian Digoxin ( digitalisasi ) dan juga
observasi TTV selama pemberian obat.
b. Tidak efektifitas pola nafas berhubungan dengan peningkatan resistensi vaskular paru
Tujuan : tidak terjadi ketidakefektitan pola nafas.
Intervensi :
1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman.
2.Observasi penyimpangan dada, selidiki penurunan ekspansi paru atauketidaksimetrisan
gerakan dada.
3. Kaji ulang laporan foto dada dan pemeriksaan laboratorium GDA, hb sesuaiindikasi.
4. Minimalkan menangis atau aktifitas pada anak.
c. Intoleransi aktifitas b/d sianosis.
Tujuan : Bantu pemenuhan kebutuhan aktifitas anak.
Intervensi :
1. Beri istirahat yang cukup dengan ruangan yang nyaman dan tenang. Ruangan
tenang dan nyaman mampu membuat klien rileks.
2. Bantu untuk melakukan aktifitas yang disukai.
Menghindari traumatic care.
3. Hindari perubahan suhu yang mendadak dan aktifitas yang berlebihan.
Perubahan suhu yang mendadak memicu jantung untuk bekerja lebih keras guna
memenuhi O2.
4. Anjurkan orangtua untuk bermain bersama
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam perfusi jaringan adekuat.
Intervensi :
1. Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu (cemas, bingung,letargi, pinsan).
2.Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab, catat kekuatannadi perifer.
3. Kaji tanda Homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi), eritema, edema.
4. Dorong latihan kaki aktif/pasif.
5. Pantau pernafasan.
6. Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan bising usus, mual/muntah, distensiabdomen,
konstipasi.
7. Pantau masukan dan perubahan keluaran urine.
Tubuh lemah
10.Penangan kegawatdaruratan pada bayi dengan kondisi Sianosis pada baru lahir
Sebelum kita melakukan penanganan kegawatdaruratan pada bayi baru lahir kita
harus mengkaji dulu Apakah bayi baru lahir memerlukan resusitasi? Kira-kira 10 % bayi
baru lahir memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan saat lahir,dan sekitar 1 %saja
yang memerlukan resusitasi lengkap mulai dari pembersihan jalan nafas hingga pemberian
obat obatan darurat. Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak,
jantung dan organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan
jantung dan menjamin ventilasi yang adekuat (Rilantono, 1999). Tindakan ini merupakan
tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan terutama pada sistem
pernafasan dan sistem kardiovaskuler. kegawatdaruratan pada kedua sistem tubuh ini dapat
menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4 6 menit).
Tindakan resusitasi diberikan untuk mencegah kematian akibat asphiksia. Dan bila
pada bayi asphiksia berat yang tidak dilakukan tindakan resusitasi secara benar akan
meninggal atau mengalami gangguan system saraf pusat,misalnya cerebral palsy, kelainan
jantung misalnya tidak menutupnya ductus arteriosus.
Tiga hal penting dalam resusitasi :
1.
Pernafasan
Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1 menit.
Nafas tersengal sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan misalnya apneu. Jika
pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 50 x / menit dan menangis,
kita melangkah ke penilaian selanjutnya.
2.
Frekuensi Jantung
Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat
adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria
mempunyai keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara terus
menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 = Frekuensi denjut jantung selama 1
menit)
Hasil penilaian :
-
Apabila frekeunsi. > 100 x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai
warna kulit.
Apabila frekuensi < 100 x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk
dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif).
3. Warna Kulit :
Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan.
Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis perifer,
oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban,
antara lain karena suhu ruang bersalin yang dingin.
11. Penyakit jantung bawaan merupakan penyebab utama terjadinya kematian tersering dari
seluruh jenis kelainan jantung bawaan. Menurut dr. Sukman Tulus Putra, SpA, Ketua
Divisi Kardiologi Anak RSCM, kebanyakan meninggal karena gagal jantung dalam usia
kurang dari satu tahun. Hal ini memberi kontribusi terhadap estimasi 15 juta kematian
anak tiap tahun di dunia. Angka kejadian PJB di Indonesia cukup tinggi, dari 220 juta
penduduk Indonesia, bayi yang lahir mencapai 6.600.000 dan 48.000 diantaranya adalah
penyandang PJB ( www.inaheart.org)
12. Faktor faktor yang menyebabkan PJB sianosis
Penyebab PJB seringkali tidak bisa diterangkan, meskipun beberapa faktor
dianggap berpotensi sebagai penyebab. Faktor-faktor ini adalah:
infeksi virus pada ibu hamil (misalnya campak Jerman atau rubella),
obat-obatan atau jamu-jamuan,
alkohol.
Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat juga menjadi penyebab
meskipun jarang, dan belum banyak diketahui. Misalnya sindroma Down
(Mongolism) yang acapkali disertai dengan berbagai macam kelainan,
dimana PJB merupakan salah satunya.
Merokok berbahaya bagi kehamilan, karena berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi dalam
kandungan sehingga berakibat bayi lahir prematur atau meninggal
Tujuan Pembelajaran Selanjutnya
1. Memahami berbagai macam peyakit pada sistem kardiovakuler
2. Memahami konsep farmakologi dan nonfarmakologi pada TOF dan TGA
Informasi Tambahan
1. Bagaimana hubungan perfusi serebrl dengan cardio output?
2. Apakah PJB dapat disembuhkan atau tidak? Jelaskan!
Klarifikasi Informasi
1. Hubungan Perfusi Jaringan dengan Cardiac Output
Ketika Cardiac Output menurun aliran darah keotak akan menurun dan perfusi jaringan
serebral akan menurun juga. Hal ini berakibat mengganggu keseimbangan tekanan
Intrakranial , jika hal ini tidak ditindaki , maka akan terjadi kematian jaringan atau
hipoksia.
2. Penderita PJB dapat disembuhkan jika ditangani dengan cepat dan terdeteksi dini.
Penderita PJB bisa disembukan dengan cara pemasangan Kateter Jantung dan Khusus
untuk Penderita PJB sianotik dapat disembuhkan dengan jalan bedah .
Analisa dan Sintesis Informasi
Pada Skenario yang ada data-data dan kondisi klien lebih cenderung kepada Penyakit TOF. Dari
Manifestasi klinik yang ada, klien lebih banyak menunjukan manifestasi klinik TOF. Untuk Itu
kelompok akan memberikan tentang penyembuhan klien dengan TOF .
Kelainan jantung TOF dapat disembuhakan dengan jalan bedah.
Laporan Diskusi
Sianosis adalah suatu keadaan dimana kulit dan membran mukosa berwarna kebiruan akibat
penumpukan deoksihemoglobin ( hemoglobin yang mengandung oksigen) pada pembuluh
darah kecil di area tersebut.
Penyakit jantung bawaan (PJB) terbagi atas 2 macam, yaitu PJB sianotik dan PJB asianotik.
PJB sianotik ditandai dengan vaskularisasi paru yang kurang, sedangkan PJB asianotik
ditandai vaskularisasi paru bertambah. PJB sianotik terdiri atas Tetralogy Fallot (TOF) dan
Tranportasi of a Great Artery (TGA), sedangkan pada PJB asianotik terdiri dari Defek Septum
Atrium (DSA), Defek Septum Ventrikuler (DSV), Ductus Arterious Paten (DAP).
Dari hasil diskusi yang ada, pada skenario dan kondisi klien lebih cenderung kepada penyakit
TOF. Dari manifestasi klinik yang ada :
Sesak saat beraktivitas
Berat badan bayi tidak bertambah
Pertumbuhan berlangsung lambat
Jari tangan clubbing (seperti tabuh genderang)
Kebiruan
Sianosis
Jari tangan clubbing (seperti tabuh genderang karena kulit atau tulang di
sekitar kuku
Sianosis
Sesak
BB rendah, panjang tubuh kurang dari normal.
Takipneu
Suhu tubuh normal (36,50C)
Bayi akan tampak lebih kebiruan pada bagian mukosa, bibir, lidah, dan konjungtiva saat
menyusu dan menangis.
Adapun data tambahan yang bisa menunjang diagnosa tersebut adalahClubbing fingers