Anda di halaman 1dari 7

Akuntansi Sektor Publik

TUGAS KELOMPOK
SUBSIDI BBM DI INDONESIA

Oleh Kelompok 1:
1. A.A Ngurah Bagus Dwiprayuda
2. Komang Wahyu Surya Saputra
3. Putu Nadya Kardevi Rakatitha

Program Ekstensi
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Universitas Udayana
2016

(1315351008)
(1315351019)
(1315351088)

Harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia ditetapkan oleh pemerintah, yang
mensubsidi dan mengatur penjualan bahan bakar bensin, solar (diesel), dan minyak tanah secara
eceran melalui Pertamina. Bahan bakar minyak sebagai komoditas penting yang digunakan
hampir setiap orang, harganya dapat memengaruhi kinerja ekonomi Indonesia. Oleh karena itu
penetapan harga bahan bakar minyak sangat penting. Harga bahan bakar minyak juga menjadi
penentu bagi "besar kecilnya" defisit anggaran. Tetapi harga bahan bakar minyak pada sisi yang
lain dapat membebani rakyat miskin, apabila penetapannya tergolong tinggi. Tak jarang
penetapan harga bahan bakar minyak selalu diikuti kenaikan harga-harga bahan lainnya,
walaupun tidak ada "komando" bagi kenaikannya sebagaimana kenaikan harga bahan bakar
minyak.
Bahan bakar minyak bersubsidi terdiri dari 3 jenis yang diperuntukkan bagi konsumen eceran.
Berlaku

Harga (Rupiah per Liter)

Thn

Tgl

2016

5
Januari

Bensin
%
Premium
Rp7.050,00
(Jawa,
Bali, dan
Madura)

Minyak
Solar

Rp5.650,00

Masa
Kepresidenan
%

Minyak
Tanah

Rp2.500,00

Rp6.950,00
(selain
Jawa, Bali,
dan
Madura)
Joko Widodo

28
Maret

Rp7.300,00

Rp6.900,00

Rp2.500,00

1
Maret

Rp6.800,00

Rp6.400,00

Rp2.500,00

2015

2015

19
Januari

Rp6.400,00
( Seluruh
Indonesia,
kecuali Bali
& Madura)

Rp6.700,00
(Seluruh
Indonesia,
kecuali Bali
& Madura)
Rp6.930,00
(Bali
&
Madura)

1
Januari

Rp7.600,00

15%

Rp2.500,00

3.4
%

Rp2.500,00

Rp6.720,00
(Bali
&
Madura)
11.8% Rp7.250,00

TIGA METODE PENETAPAN HARGA BBM DI INDONESIA


Konsep penetapan harga BBM di Indonesia secara umum terdiri dari 3 Metode, yaitu:
a. Border Price ( Pembatasan Harga )
Penetapan harga metode Border Price mengacu pada penetapan harga eks kilang minyak
Singapura. Penetapan harga ini diasumsikan berlaku pada harga yang kompetitif. Dengan asumsi
tersebut harga BBM dari kilang Singapura menggunakan harga yang sudah dipublikasikan secara
rutin. Harga itu kemudian ditambah komponen biaya seperti transportasi, pajak, subsidi, dan
sebagainya. Semua ini menjadi harga jual BBM di Indonesia.
b. Harga Pokok Penjualan (HPP) BBM
Sistematika perhitungan harga BBM di Indonesia pertama kali dimulai dengan mencari HPP
produksi BBM dalam satuan rupiah perliter. Dalam konsep ekonomi mikro, perhitungan itu
merupakan nilai biaya rata-rata (average cost) produksi BBM. HPP dihitung dengan mengurangi
pendapatan dari penjualan BBM dalam negeri. Setelah itu dikurangi biaya-biaya kemudian
dibagi dengan besarnya volume BBM
Sisi biaya dikelompokkan dalam biaya pengadaan minyak mentah dan produk yang merupakan
biaya dominan struktur biaya BBM yang terdiri atas pembelian minyak mentah, impor minyak
mentah, impor BBM, perubahan persediaan dan nilai non-BBM. Sedangkan biaya-biaya operasi
terdiri atas biaya-biaya pengelolaan, biaya distribusi, biaya angkutan laut, biaya umum dan
administrasi, biaya bunga dan biaya penyusutan.
c. Harga Pemerintah

Harga BBM berdasarkan ketetapan pemerintah adalah harga yang ditetapkan dan diberlakukan
oleh pemerintah untuk konsumsi nasional. Pelaksana utama penetapan harga BBM adalah
pertamina, pemerintah dan konsumen/masyarakat. Jika harga yang ditetapkan oleh pemerintah
ternyata lebih kecil dari HPP yang ditetapkan pertamina, maka pemerintah memberikan subsidi
kepada pertamina untuk menutupi harga tersebut.
Penetapan harga BBM secara berkala menjaga agar harga BBM tetap dekat dengan harga riil dan
berfungsi mendekatkan harga BBM nasional dengan harga BBM di pasar. Dalam perspektif
jangka panjang fungsi itu dapat mengurangi secara bertahap subsidi BBM yang selama ini selalu
dilakukan pemerintah. Konsep harga BBM berkala pada dasarnya sama dengan penetapan tarif
listrik secara berkala. Jika dalam waktu tertentu harus terjadi penyesuaian terhadap harga riil
BBM, kenaikan harga dapat dihapuskan secara berkala.

Simulasi Subsidi BBM Dalam RAPBN-P 2014


Dasar Perhitungan Subsidi BBM
Besaran subsidi BBM ditentukan oleh nilai besaran harga keekonomian BBM dan besaran harga
jual subsidi BBM. Untuk harga keekonomian BBM sangat dipengaruhi oleh perkembangan
harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Oil Price (ICP), Mid Oil Platts Singapore
(MOPS) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sedangkan harga jual subsidi bbm adalah
harga eceran BBM bersubsidi sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden No.15 tahun 2012
tentang Harga Jual Eceran dan dan Konsumen Pengguna Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu.
Secara matematis, subsidi bbm dirumuskan sebagai berikut :
Subsidi BBM = [Harga Patokan -(Harga Jual Eceran-Pajak)]xVolume
Harga Patokan =MOPS +
Dimana :
MOPS = Mid Oil Platts Singapore (MOPS) adalah harga transaksi jual beli pada
bursa minyak di Singapura
(alpha) = biaya distribusi + margin
PPN = Pajak Pertambahan Nilai dengan besaran 10%
PBBKB = Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor (PBBKB)
Pendekatan Simulasi Perhitungan Subsidi BBM
Dari dasar perhitungan diatas, maka perhitungan subsidi BBM membutuhkan ketersediaan data
MOPS, alpha dan kuota subsidi bbm yang real time. Dengan keterbasan data yang dimiliki,
tulisan ini akan mencoba menyajikan simulasi perhitungan subsidi bbm dengan berpijak pada
beberapa prinsip atau asumsi. Prinsip atau asumsi simulasi tersebut adalah ;
a. Simulasi ini akan menyajikan perubahan subsidi BBM dengan mengunakan asumsi MOPS
sesuai dengan perhitungan besaran subsidi bbm dalam APBN tahun anggaran 2014.

b, Besaran MOPS diperoleh dari perhitungan besaran subsidi dengan menggunakan pendekatan
rumus subsidi BBM yang dijelaskan pada bagian sebelumnya1, dengan mempertimbangkan kurs
rupiah Rp10.500/USD serta besaran biaya distribusi dan margin yang ditetapkan dalam
Keputusan Menteri ESDM No.2187 K/12/MEM/2014 tentang harga patokan jenis bahan bakar
minyak tertentu untuk PT. Pertamina (Persero) tahun anggaran 2014.
c. Besaran biaya distribusi dan margin (alpha) diperoleh dari perhitungan besaran alokasi subsidi
BBM (Premium, Solar dan Minyak Tanah) dengan merujuk kepada Keputusan Menteri ESDM
No.2187 K/12/MEM/2014.

Dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2014 ditetapkan besaran subsidi BBM dan BBN sebesar Rp147,28 triliun
dengan rincian ; (i) Subsidi Premium dan BBN sebesar Rp83,49 trililun dengan kuota 32,46 juta
liter; (ii) Subsidi Solar dan BBN sebesar Rp58,33 triliun denga kuota 14,64 juta liter dan (iii)
Subsidi Minyak Tanah sebesar Rp5,46 triliun dengan kuota 900 ribu liter. Dengan nilai besaran
subsidi diatas, rata-rata alpha bbm sebesar Rp734,2/liter dan asumsi nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS sebesar Rp10.500 , maka diperoleh besaran MOPS untuk Premium sebesar USD
113,42/barel, Solar sebesar USD 121,64 /barel dan Minyak Tanah sebesar USD 115,14/barel.
Sedangkan jika dengan mempertimbangkan Keputusan Menteri ESDM No.2187
K/12/MEM/2014, maka MOPS untuk Premium sebesar USD 113,44/barel, Solar sebesar USD
122,21 /barel dan Minyak Tanah sebesar USD 119,31 /barel
Hasil Simulasi : Dampak Perubahan Nilai Tukar Rupiah Dan MOPS
Dengan menggunakan data MOPS yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bagian ini
akan menyajikan data simulasi perubahan besaran anggaran subsidi bbm jika terjadi perubahan
nilai tukar rupiah dari Rp10.500/USD menjadi Rp11.500/USD atau Rp12.000/USD serta jika
terjadi perubahan besaran MOPS awal sebesar 5% atau -5%. Dengan menggunakan asumsiasumsi diatas maka diperoleh hasil simulasi perhitungan perubahan anggaran subsidi bbm tahun
anggaran 2014, sebagai berikut :
Pertama, dengan menggunakan asumsi MOPS APBN 2014, rata- rata alpha bbm sebesar
Rp734,2/liter, kuota tetap dan terjadi perubahan nilai tukar menjadi Rp11.500/USD maka subsidi
bbm meningkat sebesar Rp38,40 triliun. Jika nilai tukar berubah menjadi atau
Rp12.000/USD,maka subsidi bbm meningkat sebesar Rp57,59 triliun.

Kedua, dengan menggunakan asumsi MOPS APBN 2014 disesuaikan dengan Keputusan
Menteri ESDM No.2187 K/12/MEM/2014 , kuota tetap dan terjadi perubahan nilai tukar menjadi
Rp11.500/USD maka subsidi bbm meningkat sebesar Rp36,12 triliun. Jika nilai tukar berubah
menjadi atau Rp12.000/USD,maka subsidi bbm meningkat sebesar Rp54,18 triliun.
Ketiga, dengan menggunakan asumsi MOPS APBN 2014, rata-rata alpha bbm sebesar
Rp734,2/liter, MOPS naik sebesar 5% , kuota tetap dan terjadi perubahan nilai tukar menjadi
Rp11.500/USD, maka subsidi bbm meningkat sebesar Rp58,53 triliun. Jika nilai tukar berubah
menjadi atau Rp12.000/USD,maka subsidi bbm meningkat sebesar Rp78,59 triliun.

Keempat, dengan menggunakan asumsi MOPS APBN 2014 disesuaikan dengan


Keputusan Menteri ESDM No.2187 K/12/MEM/2014, kuota tetap dan terjadi perubahan nilai
tukar menjadi Rp11.500/USD, maka subsidi bbm meningkat sebesar Rp56,88 triliun. Jika nilai
tukar berubah menjadi atau Rp12.000/USD,maka subsidi bbm meningkat sebesar Rp75,85
triliun.
Dari hasil simulasi yang dipaparkan pada bagian terdahulu, dapat ditarik tiga kesimpulan.
Pertama, jika terjadi perubahan asumsi nilai tukar dari Rp10.500/USD menjadi Rp11.500/USD
maka subsidi BBM membengkak kurang lebih sebesar Rp37,26 triliun. Jika menjadi
Rp12.000/USD, maka subsidi BBM membengkak kurang lebih sebesar Rp55,88 triliun.
Kedua, jka perubahan asumsi nilai tukar rupiah tersebut diikuti oleh peningkatan besaran
MOPS sebesar 5%, maka subsidi BBM dengan nilai tukar Rp11.500/USD membengkak sebesar
Rp57,71 triliun dan untuk nilai tukar Rp12.000/USD membengkak sebesar Rp77,22 triliun.

Anda mungkin juga menyukai