Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TASAWUF

PENGERTIAN : ETIMOLOGI DAN TERMINOLOGI AKHLAK DAN KAITANNYA


DENGAN ETIKA, MORAL, KESUSILAAN (KESOPANAN)

Oleh:
Ariska PurwaningTyas

(13630046)

Zakiyatul fikriyah

(13630053)

Amalia Muharramah

(13630081)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERIMAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2016

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmatnya, kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah dengan tema Pengertian Akhlak
Secara Epistemologi dan Terminologi serta kaitannya dengan Etika, Moral,
Kesusilaan atau Kesopanan.
Makalah ini berisi tentang pengertian akhlak ditinjau dari segi
epistemologi dan terminologi, serta kaitannya akhlak dengan etika, moral,
kesopanan atau kesusilaan.Dengan bahasa yang singkat, padat, dan
mudah dimengerti didasarkan pada sumber yang relevan. Makalah ini
kami lengkapi dengan pendahuluan sebagai pembuka yang menjelaskan
latar belakang dan tujuan pembuatan makalah. Pembahasan yang
menjelaskan pengertian dan kaitannya. Penutup yang berisi tentang
kesimpulan yang menjelaskan secara singkat isi dari makalah kami.
Makalah ini juga kami lengkapi dengan daftar pustaka yang menjelaskan
sumber dan referensi bahan dalam penyusunan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan
kami terima dengan senang hati. Akhir kata semoga keberadaan makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik yang menyusun maupun yang
membaca.

Malang, 9 Februari 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Islam merupakan agama yang santun karena dalam Islam sangat


menjunjung tinggi pentingnya akhlak, etika, moral dan kesusilaan.
Keempatnya adalah hal yang sangat penting karena telah mencakup
segala pengertian tingkahlaku, tabiat, perangai, karakter manusia yang
baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Allah Swt atau
dengan sesama makhluk.
Melalui kacamata akhlak Islam, dilihat ketika dua hal yang memiliki
epistemologi yang berbeda sisi yang berbeda adalah ketika kita berbicara
modern yang cenderung menggunakan rasional dan fakta empiris dengan
akhlak di mana di dalamnya berbicara tentang jiwa manusia (bersifat
metafisik). Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan
situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak
untuk memperoleh kebahagian di dunia ini dan di akhirat kelak. Dalam
keseluruhan ajaran Islam, akhlak menempati kedudukan yang istimewa
dan sangat penting.
Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan fitrah manusia. Manusia akan
mendapatkan kebahagiaan hakiki bukan semu bila mengikuti nilai-nilai
kebaikan yang di ajarkan oleh Alquran dan Sunnah, dua sumber akhlak
dalam Islam. Akhlak Islam benar-benar memelikhara eksistensi manusia
sebagai makhluk terhormat sesuai dengan fitrahnya itu. Hati nurani / fitrah
dalam bahasa Alquran memang dapat menjadi ukuran baik dan buruk
karena manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki fitrah bertauhid,
mengakui keesaanNya. (QS Ar-Rum :30)
Di samping istilah akhlak juga di kenal istilah etika, moral dan
kesusilaan. Keempat istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan
buruk sikap dan perbuatan manusia. Perbedaanya terletak pada standar
masing-masing. Bagi akhlak standarnya adalah Alquran dan Sunnah, bagi

etika standarnya pertimbangan akal pikiran, bagi moral standarnya adalah


adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat dan bagi kesusilaan
standarnya adalah larangan-larangan yang ada di dalam masyarakat.
Timbulnya

kesadaran

serta

pendirian

Akhlak,

etika

moral

dan

kesusilaan adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana


manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan
baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil,
boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal
yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan
buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti
dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa
dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah
pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami
perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya
itu.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yang akan dikaji antara lain :
1. Bagaimana pengertian akhlak secara epistemologi dan terminologi ?
2. Bagaimana kaitannya akhlak dengan etika, moral, kesusilaan atau
kesopanan ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui pengertian akhlak secara epistemologi serta
secara terminologi.
2. Untuk mengetahui

keterkaitan

akhlak

dengan

etika,

moral,

kesusilaan atau kesopanan.


1.4 Manfaat
Manfaat dari penyususnan makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui pengertian akhlak secara epistemologi serta
secara terminologi.
2. Dapat mengetahui

keterkaitan

kesusilaan atau kesopanan.

akhlak

dengan

etika,

moral,

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akhlak secara Etimologi dan Terminologi
Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa arab akhlaqa, yukhliqu,
ikhlaqan, jamanya khuluqun yang berarti perangai (al-sajiyah), adat
kebiasaan (aladat), budi pekerti, tingkah laku atau tabiat (ath-thabiah),
perbedaan yang baik (al-maruah), dan agama (ad-din). Berakar dari kata
khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (pencipta),
makhluk ( yang diciptakan) dan khalq (penciptaan).1
Kesamaan akar kata di atas mengisyarakatkan bahwa dalam akhlak
tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak (khaliq)
dengan perilaku (makhluk). Atau dengan kata lain tata perilaku seseorang
terhadap orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlak
yang hakiki manakala tindakan atau perilaku tersebut didasarkan kepada
kehendak (khaliq). Dari pengertian etimologi tersebut, akhlak bukan saja
merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan
antar sesama manusia tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara
manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta.

1Tiswarni, Akhlak Tasawuf (jakarta: Bina Pratama, 2007). Hal: 1

Sedangkan secara terminologis, menurut Imam Ghazali akhlak


adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatanperbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pertimbangan
dan pemikiran.2 Akhlak adalah suatu bentuk (naluri asli) dalam jiwa
seorang manusiayang dapat melahirkan suatu tindakan dan kelakuan
dengan

mudah

dan

sopan

tanpa

memerlukan

pemikiran

dan

pertimbangan. Apabila naluri tersebut melahirkan suatu tindakan dan


kelakuan yang baik dan terpuji menurut akal dan agama, maka disebut
budi pekerti yang baik. Namun sebaliknya bila melahirkan tindakan dan
kelakuan yang jahat maka disebut budi pekerti yang buruk. Contohnya,
ketika menerima tamu bila seseorang membeda-bedakan tamu yang satu
dengan yang lain atau kadang kala ramah kadang kala tidak, maka orang
tersebut belum bisa dikatakan memiliki sifat memuliakan tamu. Sebab
seseorang yang mempunyai akhlak memuliakan tamu, tentu akan selalu
memuliakan tamunya.
Yang dimaksud melahirkan tindakan dan kelakuan ialah suatu yang
dijelmakan anggota lahir manusia, misalnya tangan, mulut, demikian juga
yang dilahirkan oleh anggota bathin yakni hati yang tidak dibuat-buat.
Kalau kebiasaan yang tidak dibuat-buat itu baik disebut akhlak yang baik
dan kalau kebiasaan yang buruk disebut akhlak yang buruk.
Sedangkan pengertian akhlak secara terminologi dapat dilihat dari
beberapa pendapat para ahli :
a. Ibnu Maskawaih
Menyebutkan bahwa akhlak yaitu keadaan jiwa yang mendorong atau
mengajak melakukan sesuatu perbuatan tanpa melalui proses berpikir,
dan pertimbangan terlebih dahulu.
b. Prof. Dr. Ahmad Amin
Akhlak menurut Prof. Dr. Ahmad Amin yaitu suatu ilmu yang
menjelaskan baik dan buruk, menerangkan yang harus dilakukan,
menyatakan tujuan yang harus dituju dan menunjukkan apa yang harus di
perbuat.
c. Didalam buku akhlak dalam berbagai dimensi, akhlak yaitu sifat-sifat
yang berurat berakar dalam diri manusia, serta berdasarkan
2 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2007), Cet 9, hlm. 1-3.

dorongan dan pertimbangan sifat tersebut, dapat dikatakan bahwa


perbuatan tersebut baik atau buruknya dalam pandangan manusia.3
Jadi dapat kita simpulkan bahwa akhlak adalah awal perbuatan yang
itu lahir malalui kebiasaan yang mudah tanpa adanya pemikiran dan
pertimbangan terlebih dahulu. Contohnya jika seseorang memaksakan
dirinya untuk mendermakan katanya / menahan amarahnya dengan
terpaksa , maka orang yang semacam ini belum disebut dermawan / orang
yang sabar. Seseorang yang memberikan pertolongan kepada orang lain
belumlah dapat dikatakan ia seorang yang berakhlak baik. Karena itulah,
ketia seseorang hendak melakukan suatu hal, maka ketika dia tidak
memikirkan terlebih dahulu dan mulai melakukannya bisa disebut karena
akhlak (kehendak untuk bertingkah laku berasal dari akhlak).
Apabila ia melakukan hal tersebut karena dorongan oleh hati yang
tulus, akhlas, dari rasa kebaikannya / kasihannya sesama manusia maka ia
dapat dikatakan berakhlak dan berbudi pekerti yang baik. Jadi akhlak
adalah masalah kejiwaan, bukan masalah perbuatan, sedangkan yang
tampak berupa perbuatan itu sudah tanda / gejala akhlak.
Akhlak adalah suatu istilah agama yang dipakai menilai perbuatan
manusia apakah itu baik, atau buruk. Sedangkan ilmu akhlak adalah suatu
ilmu

pengetahuan

agama

islam

yang

berguna

untuk

memberikan

petunjuk-petunjuk kepada manusia, bagaimana cara berbuat kebaikan dan


menghindarkan keburukan. Dalam hal ini dapat dikemukakan contohnya:
1. Perbuatan baik termasuk akhlak, karena membicarakan nilai atau
kriteria suatu perbuatan.
2. Perbuatan itu sesuai dengan petunjuk Ilmu Akhlak; ini termasuk
ilmunya, karena membicarakan ilmu yang telah dipelajari oleh
manusia untuk melakukan suatu perbuatan.4
Dari definisi berbagai pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa
akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong melakukan suatu perbuatan
secara spontan tanpa pertimbangan dan proses berfikir terlebih dahulu
dan tanpa ada unsur paksaan.

3 Tiswarni , op. cit. Hlm 1


4Mahjuddin, Akhlak Tasawuf (jakarta:Kalam Mulia,2009). Hal: 7

Dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan manusia pada dasarnya


bersumber dari kekuatan batin yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu :
1. Tabiat(pembawaan);

yaitu

suatu

dorongan

jiwa

yang

tidak

dipengaruhi oleh lingkungan manusia, tetapi disebabkan oleh


naluri(gharizah) dan factor warisan sifat-sifat dari orang tuanya atau
nenek moyangnya.
2. Akal pikiran; yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan
manusia setelah melihat sesuatu, mendengarkanya, merasakan
serta merabanya. Alat kejiwan ini hanya dapat menilai sesuatu yang
lahir (yang nyata)
3. Hati nurani; yaitu dorongan jiwa yang hanya berpengaruh oleh alat
kejiwaan yang dapat menilai hal-hal yang sifatnya absrak (yang
batin) karena dorongan ini mendapatkan keterangan(ilham) dari
allah swt.
Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :





















Artinya :
Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk
Allah Rabb semesta alam tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah aku
diperintahkan dan aku bagian dari orang Islam, Ya Allah berilah aku
amalan yang terbaik dan akhlak yang paling mulia, tiada yang bisa
memberi yang terbaik selain Engkau, dan lindungilah aku dari amalan
dan akhlak yang buruk, tidak ada yang bisa melindungiku dari hal yang
buruk selain Engkau". [Sunan An-Nasa'i: Sahih]
Hadist tersebut menjelaskan betapa pentingnya akhlak mulia itu,
terutama untuk umat islam saat ini. Akhlak mulia merupakan cermin
seorang muslim, mencerminkan kesucian hati dan fikirannya, sedangkan
akhlak buruk mencerminkaan seseorang yang telah gelap hatinya
sehingga ia tidak bisa menentukan mana yang baik dan buruk baginya
karena keburukan itu telah mendarah daging dalam dirinya.
Beberapa ciri-ciri khusus dari akhlak yaitu:

1. Akhlak mempunyai suatu sifat yang tertanam kuat di dalam jiwa


atau lubuk hati seseorang yang menjadi kepribadiannya dan itu
akan membuat berbeda dengan orang lain.
2. Akhlak mengandung perbuatan yang dilakukan

secara

terus

menerus, dalam keadaan bagaimana pun juga. Dengan kata lain


akhlak merupakan adat kebiasaan yang selalu dilakukan oleh
seseorang.
3. Akhlak mengandung perbuatan yang dilakukan karena kesadaran
sendiri, bukan karena di paksa, atau mendapatkan tekanan dan
intimidasi dari orang lain.
4. Akhlak merupakan manifestasi dari perbuatan yang tulus ikhlas,
tidak di buat-buat.5
Dari beberapa pengertian tersebut bisa kita ambil kesimpulan bahwa
akhlak / khuluq itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia
sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa
memerlukan pemikiran / pertimbangan terlebih dahulu serta tidak
memerlukan dorongan dari luar.
Sifat spontanitas dari akhlak tersebut contohnya adalah apabila ada
seseorang yang menyumbang dalam jumlah besar untuk pembangunan
masjid

setelah

mengemukakan

mendapat
ayat-ayat

dorongan
dan

dari

hadist-hadist

seorang
tentang

dai

(yang

keutamaan

membangun mesjid di dunia), maka orang tadi belum bisa dikatakan


mempunyai sifat pemurah, karena kemurahannya itu lahir setelah
mendapat dorongan dari luar dan belum tentu muncul lagi pada
kesempatan yang lain. Boleh jadi tanpa dorongan seperti itu, dia tidak
akan menyumbang. Dari keterangan di atas jelaslah bagi kita bahwa
akhlak itu bersifat spontan dan tidak memerlukan pemikiran dan
pertimbangan serta dorongan dari luar.
Akhlak sendiri berkaitan erat dengan tingkah laku. Jika akhlak
merupakan sifat diri secara bathiniahyang bisa diketahui oleh mata hati,
tingkah laku merupakan gambaran diri secara lahiriah yang bisa diketahui
oleh mata atau dapat kita katakan bahwa hubungan akhlak dan tingkah

5Tiswarni, op. cit. Hlm 2

laku

itu

seperti

hubungan

antara

yang

menunjukkan

dan

yang

ditunjukkan.6
Jika tingkah laku manusia itu baik serta terpuji, akhlaknya terpuji,
sedangkan jika tingkah lakunya buruk maka serta tercela maka akhlaknya
pun tercela. Inipun terjadi bila tak ada faktor luar yang mempengaruhi
tingkah laku itu, kemudian menyebabkan tidak mengarakan akhlak secara
benar. Contohnya orang yang bersedekah karena ingin dilihat orang-orang
disampingnya.
Rasulullah juga pernah bersabda Manusia yang paling banyak
dimasukkan ke dalam surga adalah manusia yang bertaqwa kepada Allah
SWT dan akhlak yang baik. Akhlak itu merupakan suatu keadaan dalam
diri, maksudnya ia merupakan suatu sifat dimilki aspek jiwa manusia,
sebagaimana tindakan merupakan suatu sifat bagi aspek tubuh manusia.

2.2

Hubungan Akhlak dengan Etika, Moral,

Kesusilaan dan

Kesopanan
Di samping istilah akhlak juga dikenal istilah etika, moral dan
kesusilaan atau kesopanan. Ketiga istilah itu sama-sama menentukan nilai
baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia. Akhlak itu ada yang bersifat
tabrat / alami, maksudnya bersifat fitrah sebagai pembawaan sejak lahir,
misalnya sabar, penyayang, malu, sebagaimana di dalam hadist Abdil Qais
disebutkan

bahwa

Nabi

Muhammad

SAW

berkata

kepadaku

sesungguhnya pada diri kamu ada dua tabiat yang di sukai Allah, Aku
berkata Apa yang dua itu ya Rasulullah?, rasulullah SAW menjawab
Sabar dan malu.
Kata etika berasal dari yunani yaitu ethos yang berarti adat
kebiasaan. Tetapi didalam kamus bahasa indonesia, etika diartikan sebagai
ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak(moral). Etika berbicara
tentang kebiasaan (perbuatan) tetapi bukan menurut arti tata adat. Oleh
karena itu, etika landasannya adalah sifat dasar manusia. Tetapi etika

6DR.Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari , Keistimewaan Akhlak Islam.


(Bandung:Pustaka Setia, 2006). Hlm 40

menurut filsafat yaitu menyelidiki mana yang baik, dan mana yang buruk
menurut perbuatan manusia.7
Adapun etika secara istilah telah dikemukakan oleh para ahli salah
satunya yaitu Ki Hajar Dewantara menurutnya etika adalah ilmu yang
mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia
semuanya, terutama yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang
merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang
merupakan perbuatan.8
Etika merupakan sinonim dari akhlak. Kata ini berasal dari bahasa
Yunani yakni ethos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan yang
dimaksud kebiasaan adalah kegiatan yang selalu dilakukan berulang-ulang
sehingga mudah untuk dilakukan seperti merokok yang menjadi kebiasaan
bagi pecandu rokok. Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut
sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk
dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran.
Etika

membahas

tentang

tingkah

laku

manusia.

Ada

orang

berpendapat bahwa etika dan akhlak adalah sama. Persamaan memang


ada karena kedua-duanya membahas baik dan buruknya tingkah laku
manusia. Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide
yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang
ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh
akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika
mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan dunia
ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.
Apabila kita menlusuri lebih mendalam, maka kita dapat menemukan
secara jelas persamaan dan perbedaan etika dan akhlak. Persamaan
diantara keduanya adalah terletak pada objek yang akan dikaji, dimana
kedua-duanya sama-sama membahas tentang baik buruknya tingkah laku
dan perbuatan manusia. Sedangkan perbedaannya sumber norma, dimana
akhlak mempunyai basis atau landasan kepada norma agama yang
7Tiswarni, op. cit. Hlm 3
8Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 90.

bersumber dari hadist dan al Quran. Para ahli dapat segera mengetahui
bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut. Pertama,
dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas
perbutaan

yang

dilakukan

oleh

manusia.

Kedua,

dilihat

dari

segi

sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran dan filsafat. Sebagai hasil
pemikiran maka etika tidak bersifat mutla, absolut dan tidak pula
universal. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai
penilai, penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan tersebut akan
dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, terhina dsb. Keempat, dilihat dari segi
sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-rubah sesuai tuntutan
zaman.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan
yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata
lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal
manusia.
Menurut Sunoto (1982) etika dapat dibagi menjadi etika deskritif dan
etika

normatif.

Etika

deskritif

hanya

melukiskan,

menggambarkan,

menceritakan apa adanya, tidak memberikan penilaian, tidak mengajarkan


bagaimana seharusnya berbuat. Contohnya sejarah etika. Adapun etika
normatif sudah memberikan penilaian yang baik dan yang buruk, yang
harus dikerjakan dan yang tidak.
Etika normatif dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus.
Etika umum membicarakan prinsip-prinsip umum, seperti apakah nilai,
motivasi suatu perbuatan, suara hati, dan sebagainya. Etika khusus adalah
pelaksanaan prinsip-prinsip umum, seperti etika pergaulan, etika dalam
pekerjaan dan sebagainya. (Sunoto, 1982, hlm. 6)
1. Etika Deskritif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan
perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam
hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya etika deskriptif tersebut
berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan
perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan
realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan
dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang

dikaitkan

dengan

kondisi

tertentu

memungkinkan

manusia

dapat

bertindak secara etis.


2. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan
seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan
oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika
Normatif merupakan normanorma yang dapat menuntun agar manusia
bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai
dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Adapun moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores
yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan.9 Di dalam kamus
umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penetuan baik
buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.10Dari segi istilah, moral adalah
suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat,
kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan
benar, salah, baik atau buruk.
Moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi
yang berlaku disuatu masyarakat. Seseorang dianggap bermoral kalau
sikap hidupnya sesuai dengan tradisi yang berlaku dimasyarakat tempat ia
berada, dan sebaliknya seseorang dianggap tidak bermoral, jika sikap
hidupnya tidak sesuai dengan tradisi yang berlaku dimasyarakat tersebut.
Dan memang menurut ajaran Islam pada asalnya manusia adalah makhluk
yang bermoral dan etis. Dalam arti mempunyai potensi untuk menjadi
makhluk yang bermoral yang hidupnya penuh dengan nilai-nilai atau
norma-norma.
Selanjutnya pengertian moral dijumpai pula dalam The Advanced
Leaners Dictionary of Current English. Dalam buku ini dikemukakan
beberapa pengertian moral sebagai berikut:
1. Prinsip-parinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan
buruk.
2. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah.
9Drs. Zahruddin AR, Pengantar Studi Akhlak , M.M.Si,( hal.43)
10Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Pers,1992),cet.I,hlm.8.

3. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.


Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa moral adalah
istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhaap aktivitas
manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.
Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang tersebut
bermoral, maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut
tingkah lakunya baik.11
Sedangkan kesusilaan berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari
kata su yang berarti lebih baik, dan kata sila berarti prinsip atau
aturan hidup. Jadi kesusilaan adalah dasar-dasar aturan hidup yang lebih
baik. Sedangkan kesopanan berasal dari bahasa Indonesia yang berasal
dari kata sopan yang artinya tenang, beradab, baik dan halus (perkataan
ataupun perbuatan).
Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun, ada pula
berbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral
lebih banyak bersifat praktis. Menurut pandangan ahli filsafat, etika
memandang tingkah laku perbuatan manusia secara universal (umum),
sedangkan

moral

secara

lokal.

Moral

menyatakan

ukuran,

etika

menjelaskan ukuran itu. Etika lebih bersifat berasal dari nalar atau akal
kita, sedangkan moral lebih dalam adat istiadat.
Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral
memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk
menentukan nilai perbutan manusia baik atau buruk menggunakan tolak
ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran moral tolak
ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang
dan berlangsung di masyarakat. Istilah moral senantiasa mengaku kepada
baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Inti pembicaraan
tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari
baik buruknya perbutaannya selaku manusia. Norma moral dijadikan
sebagai tolak ukur untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan
manusia, baik buruknya sebagai manusia.
Adapun moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah
tradisi yang berlaku disuatu masyarakat. Seseorang dianggap bermoral
11Ibid, hlm. 92-93

kalau sikap hidupnya sesuai dengan tradisi yang berlaku dimasyarakat


tempat ia berada, dan sebaliknya seseorang dianggap tidak bermoral, jika
sikap hidupnya tidak sesuai dengan tradisi yang berlaku dimasyarakat
tersebut. Dan memang menurut ajaran Islam pada asalnya manusia
adalah makhluk yang bermoral dan etis. Dalam arti mempunyai potensi
untuk menjadi makhluk yang bermoral yang hidupnya penuh dengan nilainilai atau norma-norma.
Sedang kata akhlak secara bahasa berarti budi pekerti, perangai atau
disebut juga sikap hidup, adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan
buruk yang ukurannya adalah wahyu tuhan. Secara terminology akhlak
adalah ilmu yang menentukan batas antara yang baik dan buruk, terpuji
dan tercela, menyangkut perkataan dan perbuatan manusia lahir dan
batin.
Perbedaan antara akhlak dengan moral, etika dan kesusilaan atau
kesopanan dapat dilihat dari dasar penentuan atau standar ukuran baik
dan

buruk

yang

digunakannya.

Standar

baik

dan

buruk

akhlak

berdasarkan Al Quran dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika


berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu
masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka
baik pulalah nilai perbuatan itu.
Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan
temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam
pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa
seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari
keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku
nyata sehari-hari.
Sebagaimana moral melalui diskusi bersama dengan teman-teman
Kimia B saat mata kuliah tasawuf, moral sering disebut dengan suatu adat
istiadat. Artinya pula, adat istiadat suatu daerah dengan daerah lain akan
berbeda, maka begitu juga dengan moral. Moral yang diyakini dan
dilakukan oleh suatu daerah jelaslah berbeda dengan moral daerah lain.
Sebut saja Amerika dan Indonesia. Di Amerika, orang-orang menggunakan
baju terbuka, bergandeng tangan dengan lawan jenis, minum-minuman
keras dilingkungan sana adalah hal yang wajar, dan itu adalah moral
mereka. Berbeda dengan di Indonesia, hal-hal tersebut dianggap tabu dan

menyalahi moral. Sehingga moral suatu daerah dengan daerah lain tidak
bisa disama artikan.
Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki
perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika untuk menentukan
nilai perbuatan manusia baik atau buruk tolak ukur yang digunakan atau
sumbernya adalah akal pikiran atau rasio (filsafat), sedangkan dalam
pembicaraan moral tolak ukur yanng digunakan adalah norma-norma yang
tumbuh dan berkembang dan berlangsung dimasyarakat. 12 Mengenai
istilah akhlak, etika dan moral dapat dilihat perbedaannya dari objeknya,
dimana akhlak menitikberatkan perbuatan terhadap Tuhan dan sesama
manusia, sedangkan etika dan moral hanya menitikberatkan perbuatan
terhadap sesama manusia saja. Maka istilah akhlak sifatnya teosentris,
meskipun akhlak itu ada yang tertuju kepada manusia dan makhlukmakhluk lain, namun tujuan utamanya karena Allah swt. Tetapi istilah etika
dan moral semata-mata sasaran dan tujuannya untuk manusia saja.
Karena itu, istilah tersebut bersifat antroposentris (kemanusiaan saja).
Istilah Etika dan ilmu Aklak adalah sama pengertianya sebagai suatu
ilmu yang dapat dijadikan pedoman bagi manusia untuk melakukan
perbuatan yang baik. Sedangkan istilah moral, kesusilaan, kesopanan, dan
akhlaq sama pengertianya sebagai suatu norma untuk menyatakan
perbuatan manusia. Jadi istilah ini bukan suatu ilmu tetapi merupakan
suatu perbuatan manusia.
Istilah etika dan ilmu akhlaq dinyatakan sama bila ditinjau dari
fungsinya. Tetapi bila ditinjau dari segi sumber pokoknya maka tentu
keduanya berbeda. Dimana etika bersumber dari filsafat yunani, tetapi
ilmu akhlak sumber pokoknya adalah al-quran dan hadits dan sumber
pengembangannya adalah filsafat.
Istilah akhlaq dengan moral, kesusilaan dan kesopanan,dapat dilihat
perbedaanya

bila

menitikberatkan

dipandang

perbuatan

dari

terhadap

objeknya
tuhan

dan

di

mana

sesama

akhlaq
manusia,

sedangkan moral, kesusilan dan kesopanan hanya menitikberatkan


perbuatan terhadap sesama manusia saja. Maka istilah akhlaq sifatnya
12Ibid ,hlm 93

teosentris meskipun akhlaq itu ada yang tertuju kepada manusia dan
makluk-makluk lain,namun tujua utamanya hanya karena Allah swt
semata. Tetapi kesusilaan dan kesopanan semata-mata sasaran dan
tujuanya

untuk

manusia

saja

karena

itu

istilah

tersebut

bersifat

antroposentris (kemanusian saja). Sehingga hubungan akhlak dengan


moral dan etika hanya sebatas semata-mata tujuannya perbuatan
terhadap sesama manusia, sedangkan hanya akhlak saja yang juga
bertujuan perbuatan terhadap Allah SWT.
Misalkan ada suatu kejadian, dimana suatu tindakan dianggap baik
secara moral dan etika (dalam masyarakat), sedangkan buruk dalam segi
akhlak (terhadap Allah SWT), maka mana yang harus dilakukan ? Jelaslah
harus mendahulukan akhlak, sebab akhlak sudah pasti berkaitan dengan
Allah SWT. Meskipun dalam masyarakat hendaknya sulit diterima, namun
sebagai umat muslim hendaknya lebih memprioritaskan hubungan dengan
penciptanya barulah hubungan dengan masyarakat juga akan tercipta
dengan baik dengan sendirinya apabila hubungan dengan sang Pencipta
sudah baik.
Kalau ilmu akhlak menjelaskan mana nilai yang baik mana yang buruk
juga bagaimana merubah akhlak buruk menjadi akhlak baik secara
zahiriyah

yakni

dengan

cara-cara

yang

nampak

seperti

keilmuan,

keteladanan, pembiasaan dan lain-lain. Maka ilmu tasawuf menerangkan


bagaimana mensucikan hati, setelah hatinya suci yang muncul dari
perilakunya adalah akhlak yang mulia. Perbaikan akhlak menurut tasawuf
berawal dari penyucian hati dan orang yang melakukan penyucian hati
disebut sufi sedang ajarannya adalah tasawauf.
Kenapa dalam kehidupan ada norma, nilai, dan akhlak ? Karena bila
tidak ada norma, nilai dan akhlak, lalu apa yang akan menjadi patokan
dalam bertingkah laku, dan sehingga tidak ada kewajiban untuk saling
berbuat baik terhadap sesama manusia juga berbuat terhadap Allah SWT.
Karena sejatinya adanya norma, akhlak, dan moral semata-mata adalah
untuk mencapai keteraturan hidup, baik menjali hubungan baik dengan
sesama manusia, juga dengan Allah SWT. Bisa dibayangkan bila di dunia
ini tidak ada moral, etika atau akhlak, pastilah segala sesuatunya tidak
mempunyai keteraturan, terjadi kerusuhan dimana-mana, kejahatan ,dan

hal- hal buruk lainnya akan terjadi karena tidak adanya hal yang mengatur
untuk melarang itu semua.
Pada

dasarnya

akhlak

adalah

aktualisasi

ajaran

Islam

secara

keseluruhan. Dalam kacamata akhlak tidaklah cukup iman seseorang


dalam bentuk penggakuan apalagi hanya dalam bentuk pengetahuan.
Yang kaffah adalah iman, ilmu dan amal. Amal itulah yang dimaksud
akhlak.
Memperhatikan

tujuan

global

diatas,

maka

kita

dapat

menggambarkan ruang lingkup ajaran akhlak, yaitu akhlak terhadap diri


sendiri, At-Taubah (kemblai kepada Tuhan), Al-Muraqabah (kesadaran diri
bahwa tuhan mengintai kita), Al-Muhasabah (selalu antropeksi terhadap
diri sendiri), Al-Mujahadah (terus menerus mendekati Tuhan). Akhlak
terhadap Allah, akhlak terhadap kalam Allah (Al-Kitab), akhlak terhadap
Rasulullah SAW, akhlak terhadap sesama manusia, meliputi kepada orang
tua, kepada anak, istri, kerabat, tetangga, sesama muslim, etika kepada
orang kafir, kepada binatang dan kepada alam semesta.

Nb : tanda blok merah pada teks adalah hasil revisi saat diskusi bersama
dalam kelas.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara substansial etika, moral, akhlak dan kesusilaan memang
sama

yakni

ajaran

tentang

kebaikan

dan

keburukan,

menyangkut

perikehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama


manusia dan alam dalam arti luas. Yang membedakan satu dengan yang
lainnya adalah ukuran kebaikan dan keburukan itu sendiri.
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan

dan

pemikiran.

Sedangkan

etika

adalah

ilmu

yang

mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia


semuanya, terutama yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang
merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang
merupakan perbuatan. Jika moral adalah suatu kebiasaan tindakan yang
sesuai dengan ukuran tindakan yang umum diterima oleh kesatuan sosial
atau lingkungan tertentu. Dan kesusilaan mengatur perilaku manusia serta
masyarakat, yang di dalamnya manusia tersebut ada. Behubung dengan
itu manusia tidak boleh semaunya sendiri berbuat atau tidak berbuat
sesuatu.
Perbedaan lain antara etika, moral dan akhlak terlihat pula pada sifat
dan kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis,
maka pada moral, akhlak dan kesusilaan lebih banyak bersifat praktis.
Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral,

akhlak dan kesusilaan bersifat lokal dan individual. Etika menjelaskan


ukuran baik buruk, sedangkan moral, akhlak dan kesusilaan menyatakan
ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
Namun demikian, etika, moral, akhlak dan kesusilaan tetap saling
berhubungan dan membutuhkan. Uraian tersebut diatas menunjukkan
dengan jelas bahwa etika, moral dan akhlak berasal dari produk rasio dan
budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat
dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal
dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-Quran dan
Hadits. Dengan kata lain jika etika dan moral berasal dari manusia
sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.
3.2 Saran
Sebaiknya menambahkan studi kasus pada power point presentation
bagaimana akhlak menikuti perkembangan zaman.

DAFTAR PUSTAKA
Asmaran. 1992. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta : Rajawali Pers.
Jauhari, Muhammad Rabbi. 2006. Keistimewaan Akhlak Islam. Bandung :
Pustaka Setia.
Mahjuddin. 2009. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Kalam Mulia.
Nata, Abuddin. 2009. Akhlak Tasawuf. Jakarta :Rajawali Pers.
Tiswarni . 2009. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Bina Pratama.
Yunahar. 1999. Kuliah Akhlak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
Zahruddin. 2001. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta : Kalam Mulia.

Anda mungkin juga menyukai